Anda di halaman 1dari 24

- ringan 25sedang tensitas nyeri nyeri-akupresur I+(post-test) Diberikan Diberikan relaksasi 51 BAB 1 Intensitas persalinan kala kala I (pre-test)

teknik persalinan relaksasi


- berat

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan keluar. Persalinan dianggap normal jika wanita berada pada atau dekat masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat janin dengan presentasi puncak kepala, dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005). Pada persalinan kala I, lamanya persalinan pada ibu primipara 6-18 jam dan ibu multipara 2-10 jam (Yunitasari, 2009) Proses persalinan kala I disertai nyeri yang merupakan suatu proses fisiologis. Proses persalinan kala I merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi, dan penipisan serviks (Arifin, 2008). Nyeri yang dirasakan berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2005). Sebuah studi pada wanita dalam persalinan kala I dengan memakai McGill Pain Questionnare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable, unberable, extremely severe), 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25% nyeri ringan (Acute Pain Services (APS), 2007). Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi bersifat non intrusif, non invasif, murah, sederhana, efektif dan tanpa efek yang merugikan. Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya (Burn & Blarney, 1994 ; Cook & Wilcox, 1997 dikutip oleh Arifin, 2008). Metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri persalinan antara lain teknik relaksasi, imajinasi, pergerakan dan perubahan posisi,

umpan balik biologis, effleurage, hidroterapi, hipnoterapi, homeopati, terapi bola-bola persalinan, terapi musik, akupresur, akupunktur, dan aromaterapi (Mander, 2004). Akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologi dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur berasal dari Cina yang telah ada sejak lima ribu tahun lalu dan merupakan kumpulan dari pengalaman dan penelitian dari abad ke abad yang dikembangkan sampai sekarang. Perkembangan akupresur tidak saja di negeri Cina, tetapi berkembang di Asia Timur sampai Eropa dan di Indonesia sudah ada sebelum perang dunia kedua, dan sampai saat berkembang lebih banyak di kalangan pengobatan tradisional karena merupakan pengobatan yang murah dan mudah (Turana, 2004). Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur. Teknik ini menggunakan teknik penekanan, pemijatan, dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi. Tekanan atau pijatan sepanjang garis meridian dapat menghilangkan penyumbatan yang ada dan memperbaiki keseimbangan alami tubuh. Akupresur lebih menitikberatkan pada keseimbangan semua unsur kehidupan dengan memberikan perangsangan pada titik-titik tertentu dengan menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, dan kaki. Akupresur berguna untuk bermacam-macam sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan, dan penyakit (Adriansyah, 2008). Dalam persalinan kala I akupresur dapat digunakan ketika kontraksi terasa nyeri. Nyeri ini muncul ketika terjadi blokade arus energi sepanjang meridian tertentu dalam tubuh. Dengan melepaskan blokade tersebut melalui teknik akupresur, keserasian dan fungsi halus akan dikembalikan (Simkin & Ruth, 2005). Dari survey pendahuluan peneliti, yaitu di klinik bersalin Sari, diketahui bahwa jumlah ibu bersalin rata-rata 25 orang perbulan dan belum pernah dilakukan teknik akupresur untuk menangani nyeri persalinan kala I, baik pada ibu primipara maupun ibu multipara.

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap penurunan nyeri persalinan kala I pada ibu primipara.

2. Perumusan Masalah Sejauh mana pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap penurunan nyeri persalinan kala I pada ibu primipara.
3. Hipotesa Penelitian Ada pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap penurunan nyeri persalinan kala I pada ibu primipara di klinik bersalin Sari.

4. Tujuan Penelitian

4.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pemberian teknik akupresur terhadap penurunan nyeri persalinan kala I pada ibu primipara. 4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui intensitas nyeri sebelum intervensi dilakukan pada ibu bersalin kala I 2. Mengetahui intensitas nyeri setelah intervensi dilakukan pada ibu bersalin kala I

5. Manfaat Penelitian

5.1 Bagi Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan suatu intervensi alternatif khususnya dalam bidang keperawatan maternitas terutama untuk mengatasi nyeri persalinan kala I. 5.2 Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini bermanfaat bagi penelitian berikutnya untuk meneliti manfaat teknik akupresur untuk penurunan nyeri lainnya dan meneliti kegunaan teknik akupresur untuk berbagai masalah dalam keperawatan maternitas.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Persalinan 1.

Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan keluar. Persalinan dianggap normal jika wanita berada pada atau dekat masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat janin dengan presentasi puncak kepala, dan persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005). Persalinan adalah kontraksi yang nyeri muncul setiap sekitar 10 menit atau lebih cepat lagi, dengan diiringi satu dari tanda-tanda berikut ini : rabas vagina berupa lendir vagina bercampur darah, ruptur membran secara spontan, atau penipisan serviks secara komplit (Simkin & Ruth, 2005).

Menurut Susilawati (2009), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup, dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal (matur/aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42 minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan kurang dari 38 minggu disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi saat usia kehamilan lebih dari 42 minggu dinamakan posterm (postmatur). 1.2 Persalinan Kala I Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak dari darah haid. Keluarnya lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. Tahap pertama biasanya berlangsung jauh lebih lama daripada waktu yang diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga (Kampono, 2008). Frekuensi his pada persalinan kala I adalah 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan dan 2-3 kali/10 menit pada akhir kala I. Lamanya kurang-lebih satu menit. Nyeri yang terjadi berasal dari regangan serviks yang membuka. Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg. Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan. Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus. Akibatnya terhadap janin yaitu setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin (Sumapraja, 1993). Pada primipara, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multipara, ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. Ketuban akan

pecah sendiri ataupun harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri lengkap. Pada primipara berlangsung selama kurang lebih 13 jam, sedangkan pada multipara kurang lebih 7 jam (Hanifa, 2002). Kala I persalinan dibagi dalam tiga bagian, yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Selama fase laten, effacement lebih banyak mengalami kemajuan daripada penurunan janin. Selama fase aktif dan fase transisi, dilatasi serviks dan penurunan bagian presentasi berlangsung lebih cepat (Wilson & Carrington, 1991 dalam Bobak 2005).
a) Fase persiapan / Laten

Fase persiapan merupakan fase pertama, yaitu terjadinya pembukaan (dilatasi) dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm, selain itu ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas berlangsung selama 30-50 detik dengan jarak 5-20 menit. Semakin bertambah pembukaan leher rahim, semakin sering kontraksi. Beberapa ibu, khususnya yang sensitif, mulai merasa sakit, namun beberapa ibu lainnya tidak merasa sakit sama sekali.
b) Fase Aktif

Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat. Kontraksi semakin lama (berlangsung 40-60 detik), kuat, dan sering (3-4 menit sekali). Pembukaan leher rahim mencapai 7 cm.
c) Fase transisi

Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat, banyak ibu merasakan sakit yang hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat

kuat, 2-3 menit sekali selama 60-90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan lamanya hampir sama dengan lama kontraksi itu sendiri. Ibu merasa seolah-olah kontraksi tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahatnya. Pembukaan rahim mencapai 10 cm dan umumnya, 3 cm terakhir berlangsung sangat cepat, rata-rata 15 menit hingga satu jam (Danuatmaja & Mila, 2004). 1.3 Penyebab Nyeri Persalinan Kala I Rasa nyeri pada ibu melahirkan berbeda dengan rasa nyeri yang biasa terjadi pada tubuh saat sakit. Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa tubuh sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi bergerak turun melewati jalan lahir, kontraksi rahim sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan menjepit pembuluh darah, rasa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri. Mekanisme secara intrinsik pada nyeri persalinan kala I seluruhnya terjadi pada uterus dan adnexa selama kontraksi berlangsung. Beberapa penelitian awal menyatakan nyeri disebabkan karena penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut otot dari korpus fundus uterus, adanya iskemik miomerium dan serviks karena kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, adanya proses peradangan pada otot uterus, kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis, adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Banyak data yang mendukung hipotesis nyeri persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi. Rasa nyeri pada setiap

fase persalinan dihantarkan oleh segmen syaraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala satu terutama berasal dari uterus (Kampono, 2008). Menurut teori gate-control, mekanisme pertahanan terjadi di spinal cord. Sensasi nyeri dikirim dari perifer tubuh menuju saraf kecil pada otak. Hanya jumlah yang terbatas dari sensasi nyeri yang dapat melalui proses ini pada satu waktu. Distraksi atau aktifitas tertentu yang dapat mengganti perjalanan sensasi nyeri ini. Ketika aktifitas menempati jalan ini, gerbang akan tertutup dan impuls nyeri terhambat mencapai otak. Ketika gerbang terbuka, impuls nyeri akan naik ke otak. Mekanisme pertahanan yang sama terjadi dalam serabut syaraf hipotalamus dan serebral korteks, yang mengatur pikiran orang dan emosi dan dapat mempengaruhi apakah jangkauan impuls nyeri berada pada level kesadaran (Burrough, Arlene, 2001). Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat, yang melepaskan neurotrasmitter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Nyeri pada persalinan ada dua macam yaitu : nyeri rahim mulut rahim dan nyeri perineal. Nyeri rahim mulut rahim adalah perasaan subjektif, terdapat pada kala I persalinan. Sejalan dengan meningkatnya kontraksi rahim yang menyebabkan teregangnya bagian bawah rahim terjadinya pembukaan mulut bawah rahim dan iskemia otot rahim secara progresif, sehingga meningkat pula rasa nyeri. 4,6,15.16.17. Nyeri paling hebat dirasakan pada fase akhir persalinan ketika pembukaan mulut rahim dan kekuatan kontraksi rahim mencapai maksimal,. Nyeri parineal terdapat pada kala II persalinan dan saat melahirkan, sebagai akibat meregangnya jaringan vagina, vulva dan

perineum. Rangsang nyeri persalinan disalurkan melalui dua jalur utama. Serabut saraf sensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf torakal 10 1112. Karena itu nyeri rahim terutama dirasakan pada dermatom torokal 10, 11 dan 12. Rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama pada daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik mencegah kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu efeknya terhadap uterus yaitu bahwa simpatik menjaga tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik mencegah kontraksi uterus, jadi menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermitten. Rangkaian susunan saraf simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rantai sakralis, pleksus haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogast rika superior (Hutajulu, 2010). 1.4 Pengkajian Nyeri Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnosa yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi (Potter & Perry, 2006). Menurut McGuire (1992), enam dimensi pengkajian nyeri, yaitu (1) fisiologis, meliputi faktor pencetus, karakteristik, durasi, (2) sensori, yang meliputi intensitas dan kualitas nyeri, (3) afektif, yang meliputi emosional dan psikologis seperti kecemasan dan depresi, (4) kognitif, yang meliputi persepsi dan interpretasi tentang nyeri, (5) perilaku, seperti menyeringai, diam, bergerak, dan lain-lain, (6) sosiokultural, nyeri bisa berbeda pria dan wanita dan dari etnis yang berbeda. Hal-hal yang perlu dikaji pada deskripsi verbal tentang nyeri, yaitu : intensitas nyeri, karakteristik nyeri, faktor-faktor yang meredakan nyeri (mis, gerakan, kurang

bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dsb), efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (mis, tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai), dan kekhawatiran individu tentang nyeri (Smeltzer, 2002). Dalam mengkaji intensitas nyeri, individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (mis, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat; atau 0 sampai 10: 0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat). Yang termasuk dalam pengkajian karakteristik nyeri adalah letak, durasi (menit, jam, hari, dsb), irama (mis, terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri), dan kualitas (mis, nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet) (Smeltzer, 2002).
Skala intensitas nyeri menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut : 1) Skala intensitas nyeri deskriptif

2) Skala idensitas nyeri numerik

Keterangan :

: Tidak nyeri.

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul. 5.

Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Nonfarmakologi Selain secara medis, upaya menghilangkan rasa nyeri dapat dilakukan secara

nonmedis, yaitu melalui cara-cara alamiah, terapi alternatif, atau disebut juga metode nonfarmakologi. Pasien masa kini mengeksplorasi metode nonfarmakologi karena semakin ingin mengontrol pengobatan dirinya sendiri. Dari segi resiko dan efek samping, metode nonfarmakologi lebih aman (Danuatmaja, 2004).

Berbagai metode nonfarmakologi untuk mengontrol rasa nyeri diterapkan, seperti metode Dick-Read, yaitu dengan relaksasi. Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh tubuh. Dengan berlatih, banyak wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik selama kontraksi maupun di antara kontraksi. Metode Lamaze juga menerapkan strategi untuk mengatasi rasa nyeri persalinan, yaitu dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya, pada gambar yang sangat disukai supaya jalur saraf terisi oleh stimulus lain, sehingga jalur saraf itu tidak dapat memberi respons terhadap stimulus nyeri.

Metode lain yang dapat dilakukan adalah vokalisasi atau mendengarkan bunyibunyian untuk menurunkan ketegangan, relaksasi dengan bantuan imajiner,

mendengarkan musik santai disertai cahaya yang temaram, mandi siram hidroterapi, hipnosis, yoga, akupunktur, akupresur (Bobak, 2005). Akupresur dilaporkan memberikan efek yang bermanfaat bagi ibu bersalin, terutama bermanfaat bagi nyeri punggung. Akupresur merangsang produksi endorfin lokal dan menutup gerbang terhadap rangsang nyeri (Mander, 2004).

2.

Akupresur

1. Definisi Akupresur

Akupresur adalah suatu teknik penyembuhan dengan menekan, memijat, mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi vital (dikenal dengan nama Chi atau Qi (Cina ) dan Ki ( Jepang )). Akupresur juga disebut akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur, sebab teori akupunkturlah yang menjadi dasar praktik akupresur (Oka, 2003). Akupresur merupakan penekanan pada titik tertentu (yang dikenal dengan nama acupoint) dengan menggunakan telunjuk maupun ibu jari untuk menstimulasi aliran energi di meridian, yang penggunaannya sangat aman dan efektif, mudah dipelajari, dan juga membutuhkan waktu yang sedikit untuk menerapkannya ( Turana, 2004).
2. Teori Dasar Akupresur

Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori keseimbangan yang bersumber dari ajaran Taoisme. Taoisme mengajarkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yang disebut kelompok Yin dan kelompok Yang (Oka, 2003). Yin dan Yang adalah dua aspek/bagian dari sesuatu yang saling mendasari, saling mempengaruhi, tidak mutlak dan

keduanya saling bertentangan tetapi membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam suatu keseimbangan yang harmonis dan dinamis. Yin adalah segala sesuatu yang bersifat lebih pasif dan Yang adalah segala sesuatu yang besifat aktif (Depkes, 1996). Dalam tubuh manusia, unsur Yang adalah punggung, pinggul, permukaan tubuh bagian luar, cairan bersih, psikis atau mental, organ berongga. Sementara unsur Yin dalam tubuh manusia adalah dada, perut, permukaan tubuh bagian dalam, cairan kotor, fisik, organ padat (Turana, 2004). Akupresur ini diketahui merangsang serat Ad yang masuk ke bagian dorsalis medula spinalis. Hal ini menimbulkan inhibisi segmental dari rangsangan nyeri yang dihantarkan oleh serat C yang berjalan lebih lambat, dan melalui koneksi di otak bagian tengah, menyebabkan inhibisi rangsangan nyeri pada serat C di bagian lain dari medula spinalis. Hal ini dapat menerangkan mengapa pijatan akupresur pada suatu titik tertentu di tubuh dapat menghilangkan sensasi nyeri di bagian lain dari tubuh. Zong YL (2009), menyatakan bahwa dengan merangsang titik-titik tertentu di sepanjang sistem meridian, yang ditransmisi melalui serabut syaraf besar ke formatio reticularis, thalamus dan sistem limbik akan melepaskan endorfin dalam tubuh. Endorfin adalah zat penghilang rasa sakit secara alami diproduksi dalam tubuh, yang memicu respons menenangkan dan membangkitkan semangat di dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat menyebabkan relaksasi dan normalisasi fungsi tubuh. Sebagai hasil dari pelepasan

endorfin, tekanan darah menurun dan meningkatkan sirkulasi darah. Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori gate control menggambarkan bahwa ada mekanisme pintu gerbang terbuka pada ujung saraf ruas tulang belakang (spinal cord) yang dapat meningkatkan atau menurunkan aliran impuls saraf dari serat perifer menuju sistem saraf pusat. Bila

pintu tertutup tidak ada nyeri dan bila pintu terbuka ada nyeri. Dalam hal ini, rasa nyeri gating dikendalikan oleh aksi penghambatan pada jalur nyeri. Adanya rangsangan acupoints pada meridian dapat mengakibatkan gerbang kewalahan dengan meningkatkan frekuensi impuls yang pada akhirnya mengarah pada penutupan gerbang sehingga nyeri berkurang. Selain itu dengan melepaskan endorfin melalui rangsangan pada acupoint dalam meridian dapat memblokir impuls nyeri di otak (Alexander, 2001) 2.3 Manfaat dan Tujuan Akupresur Akupresur bermanfaat untuk promotif, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan rehabilitasi. Dalam tindakan promotif, akupresur bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh walaupun tidak sedang sakit. Manfaat akupresur dalam pencegahan penyakit dipraktikkan secara teratur pada saat-saat tertentu menurut aturan yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sumber penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh. Bermanfaat juga untuk menyembuhkan sakit dan dipraktikkan ketika dalam keadaan sakit. Dalam teori Departemen Kesehatan, 1996, akupresur bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kekuatan tubuh, mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan dan penyakit ringan, serta memulihkan kondisi tubuh. Sementara dari model medis, teknik akupresur dapat bermanfaat untuk pelepasan endorphin, memblok reseptor nyeri ke otak, dilatasi serviks dan meningkatkan efektivitas kontraksi uterus (Oka, 2003). Akupresur ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan yang ada di dalam tubuh, dengan memberikan rangsangan agar aliran energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar (Depkes, 1996). Akupresur juga bertujuan untuk menyeimbangkan Yin dan Yang (Oka, 2008).
4.

Meridian dan Titik Akupresur

Meridian adalah jaringan saluran energi kehidupan di dalam tubuh. Meridian terdiri dari 600 titik. Titik meridian tersebut menyeimbangkan energi tubuh yang menyebabkan tubuh berfungsi. Sebagian besar titik-titik akupresur berada di sepanjang meridian. Yang dimaksud dengan titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya energi kehidupan (Ci) dan merupakan titik perangsangan untuk menimbulkan keseimbangan kesehatan tubuh. Titik meridian ini disebut dengan acupoint. Setiap acupoint mempunyai efek khusus pada sistem tubuh, atau organ tertentu. Menstimulasi dan memijat secara lembut titik tersebut akan terjadi perubahan fisiologi tubuh dan akan mempengaruhi keadaan mental dan emosional (Bazaar, 2008). Saat ini lebih dari 360 acupoint di meridian seluruh tubuh dan sekarang banyak lagi ditemukan titik titik tambahan. Kebanyakan acupoint ini terletak bilateral/di dua sisi tubuh, oleh sebab itu akupresur dilakukan pada kedua sisi tubuh kecuali acupoint yang terletak di bagian tengah tubuh. Lokasi acupoint ini terletak sedikit dalam, di antara tulang, otot, atau tendon. Setelah mencapai daerah dekat titik, perlu diperhatikan dan disisakan waktu sebentar untuk merasakan daerah tersebut dengan jari yang sensitif. Selalu ada daerah yang lebih sedikit sensitif dan pada keadaan yang imbalans acupoints biasanya lebih lembut dari sekitarnya (Turana, 2004).
5.

Persiapan Tindakan Akupresur Di dalam praktek akupresur, seorang akupresuris atau siapa saja yang ingin

mempraktekkan akupresur perlu

memperhatikan dan mengetahui kondisi umum

penderita, seperti kondisi pasien, kondisi ruangan, posisi pasien dan akupresuris, serta cara melakukan tindakan atau teknik akupresur (Depkes, 1996). Kondisi pasien yang perlu diperhatikan sebelum melakukan teknik akupresur adalah sebaiknya pasien tidak dalam keadaan emosional (marah, takut, terlalu gembira,

atau sedih), tidak terlalu lapar atau terlalu kenyang, titik acupoint tidak dalam keadaan luka atau bengkak, dan untuk pasien yang lemah kondisinya akupresur hanya diperlukan untuk menguatkan kondisinya dan jumlah titik yang dipergunakan jangan terlalu banyak. Selain kondisi pasien juga perlu diperhatikan keadaan tempat dilakukan tindakan akupresur, seperti suhu dalam kamar jangan terlalu panas atau terlalu dingin, sirkulasi udara hendaknya lancar (tidak pengap) dan udara kamar segar, tempat bersih, dan jangan melakukan tindakan akupresur di tempat yang berasap dan peralatan yang dipergunakan harus bersih, tidak tajam, dan tidak menyakitkan. Posisi pasien yang baik dalam melakukan tindakan akupresur adalah dalam posisi duduk atau berbaring dalam keadaan nyaman dan santai. Posisi akupresuris hendaklah berada pada keadaan yang bebas bergerak dan nyaman untuk melakukan tindakan akupresur, tangan akupresuris dicuci bersih sebelum melakukan tindakan, kuku jari tidak panjang dan tajam (Oka, 2008). Teknik akupresur pada bagian tertentu tubuh akan mengakibatkan aliran energi vital di dalam tubuh berjalan lancar sehingga keluhan penyakit berkurang atau sembuh sesuai dengan tujuan akupresur. Cara yang perlu dilakukan akupresuris dalam tindakan akupresur ini, yaitu dengan menekan dan memutar, atau mengurut di sepanjang meridian. Teknik akupresur dimulai setelah menemukan acupoint yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik acupoint yang berupa rasa nyeri atau pegal. Setiap pemberian rangsangan pada titik acupoint akan memberikan reaksi terhadap daerah sekitar titik tersebut, daerah yang dilintasi oleh meridian titik tersebut, organ yang mempunyai hubungan dengan titik tersebut. Oleh karena itu setiap pemijatan/rangsangan yang akan dilakukan harus diperhitungkan secara cermat, reaksi apa yang perlu ditimbulkan, reaksi penguatan (Yang) atau reaksi melemahkan (Yin) (Depkes, 1996).

Teknik perangsangan yang bersifat Yang adalah menguatkan, biasanya dilakukan dengan 30 kali pijat setiap titik, atau kalau diputar, putarannya mengikuti arah jarum jam. Kalau diurut maka urutannya dimulai dari arah sumber energi dari titik awal (nomor kecil) ke arah akhir (nomor besar) pada meridian bersangkutan. Teknik perangsangan bersifat Yin atau melemahkan, biasanya dilakukan dengan pijatan lebih dari 30 kali, atau sekitar 50 kali pada setiap titik pijat. Jika pijatan diputar maka putarannya melawan arah jarum jam. Kalau diurut melawan aliran energi (dari nomor besar ke nomor kecil) (Oka, 2003). Teknik akupresur dilakukan dengan berbagai cara yang aman, tidak melukai kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah, yaitu menggunakan beberapa alternatif cara berikut : menggunakan jari jempol, menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan, hanya jari telunjuk saja, atau dengan telapak tangan, membuat garakan cubitan halus, tetapi tidak sampai memar, menepuk-nepuk atau memukul-mukul ringan, dan menggosok dengan jari jempol atau telapak tangan (Oka, 2008). Penekanan pada saat awal harus dilakukan dengan lembut, kemudian secara bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak sakit (Turana, 2004).
6. Lokasi Titik Akupresur Saat Persalinan a) Titik Cien Cing Titik ini dapat diketahui dengan cara menarik garis khayal antara C7 menuju processus acromion, titik cien cing terletak pada pertengahan garis tersebut. Akupresuris dapat menemukan titik ini pada tubuh sendiri dengan mengangkat tangan diagonal melewati dada dan palpasi sendiri dengan menggunakan jari telunjuk sepanjang garis khayal tersebut. Titik ini berguna pada fase pertama dan kedua persalinan untuk menstimulasi kontraksi uterus.

Teknik akupresur : Lakukan penekanan ke bawah pada titik cien cing tersebut menggunakan ibu jari atau siku. Ketika menggunakan ibu jari, berikan tekanan yang berasal dari lengan bukan yang tekanan berasal dari sendi ibu jari. Pada titik ini sebaiknya dilakukan pada kedua bahunya, namun dapat juga dilakukan sendiri pada satu bahu. Tekanan dapat dilakukan pada setiap permulaan kontraksi atau lakukan penekanan secara terus-menerus. b) Titik BL 32 (Pang Kuang Su) Lokasi titik ini kira-kira sepanjang jari telunjuk wanita di atas lipat pantat selebar ibu jari di sisi tulang belakang. Saat persalinan mulai, awali teknik akupresur dengan melakukan penekanan pada titik ini dengan menggerakkan jari menuruni tulang belakang (kirakira selebar ibu jari) sejalan dengan kemajuan persalinan.

Teknik akupresur :

Tempatkan jari pada titik akupresur dan lakukan tekanan yang lembut. Tekanan dapat ditingkatkan dengan melakukan penekanan ke arah belakang pada awal kontraksi. Titik ini lebih banyak digunakan karena menimbulkan efek anestesi pada kontraksi yang kuat, terlihat jelas efek ini saat penekanan dihentikan. Penekanan pada titik ini akan menimbulkan rasa hangat, geli, dan agak sakit. Jika terasa sangat sakit, lakukan penekanan pada sekitar tulang. Titik ini sering digunakan pada wanita dengan posisi menunduk atau berlutut pada lantai, meja, tempat tidur, dll. Teknik ini dapat juga efektif digunakan dalam air, namun kurang fleksibel pada sebagian orang. Penekanan kuat pada titik BL 32 dapat dilakukan pada wanita bersalin yang selalu ingin mengedan sedangkan serviks belum cukup berdilatasi. c) Titik Pantat Titik ini berada pada garis horisontal dari puncak lipatan pantat. Jika melakukan tekanan pada sepanjang garis ini akan terasa lembut kira-kira dua pertiga antara lipat pantat dan tulang pinggul.

Teknik akupresur : Tempatkan tangan pada pinggul pasien dan lakukan dorongan ke dalam titik ini dengan menggunakan ibu jari dan bantu ibu untuk bergerak saat kontraksi. Dua sampai tiga hari sebelum tanggal persalinan, BL 32 dan titik pantat dapat digunakan bersamaan

dengan masage pada sakral, lakukan penekanan ke bawah dan mengelilingi pantat. Tujuannya adalah memberikan energi pada serviks agar persalinan berjalan secara optimal. d) Titik pada Tangan Titik ini terletak sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari menyatu pada telapak tangan. Titik ini membantu pelepasan endorphin ke dalam tubuh. ap

Teknik akupresur : Pegang sisir kecil dengan kencang. Pasien dapat menggenggam sisir tersebut saat kontraksi dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tindakan ini bila terasa bermanfaat. Titik ini sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat kontraksi. e) Titik K1 Titik ini terletak pada 1/3 bagian atas telapak kaki, ketika telapak kaki fkeksi (menarik jari kaki ke depan ke arah telapak kaki).

Teknik akupresur : Lakukan penekanan yang kuat ke dalam dan ke depan ke arah jempol kaki. Titik ini mempunyai efek relaksasi dan dapat digunakan kapan saja saat persalinan. Penekanan pada titik ini juga dapat berguna yang Titik saat tidak ini pasien panik (misal pada mempunyai persalinan perineum

pengalaman sebelumnya).

menyenangkan untuk

berguna

membantu

relaksasi selama fase kedua persalinan. f) Titik Co4 (He Kuk) Titik ini terletak antara tulang metakarpal pertama dan kedua (antara ibu jari dan jari telunjuk) pada bagian distal lipatan pada kedua tangan.

Teknik akupresur : Berikan penekanan pada titik ini dengan menggunakan ibu jari. Penekanan pada titik ini berguna untuk mengintensifkan

kontraksi, saat kontraksi ireguler (Arifin, 2008).

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1.

Kerangka Konsep Intensitas nyeri dalam penelitian ini didefinisikan sebagai gambaran rasa sakit

dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu bersalin yang sedang dalam fase kala I persalinan yang diukur sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan skala numerik (0-10), 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : nyeri sedang, 7-9 : nyeri berat terkontrol, dan 10 : nyeri berat tak terkontrol.

Ada dua kelompok yang harus diperhatikan intensitas nyerinya, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan teknik akupresur dan relaksasi, sementara kelompok kontrol hanya diberikan relaksasi. Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Kelompok intervensi

Kelompok kontrol

2.

Definisi Operasional Definisi Alat Ukur Cara Ukur ________ Hasil Ukur ______ Skala ______ Skor ______ _

No 1

Variabel Variabel independen (Akupresur)

Operasional Teknik yang _______ dilakukan menurunkan intensitas nyeri dalam

persalinan dengan menggunakan jari tangan pada titik acupoint tubuh

Variabel dependen (intensitas nyeri persalinan kala I)

Gambaran

sakit Kuesioner

wawancara

Ringan Sedang Berat

Ordinal

1-3: ringan 4-6: sedang 7-9: berat

yang dialami saat persalinan kala I pada primipara ibu yang

telah diamati dan diatasi. Diamati

pada saat sebelum dan diberikan akupresur sesudah teknik

Anda mungkin juga menyukai