Anda di halaman 1dari 53

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. PERSALINAN 2.1.1.

Definisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran uri dan janin (pengeluaran hasil konsepsi), yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir. (Sinopsis obstetri Jilid I : 91) Persalinan adalah serangkaian kegiatan/kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Obstetri Fisiologi : 221) 2.1.2. a. b. c. d. 2.1.3. Gejala klinis Rasa sakit oleh adanya his atau kontraksi yang datang makin Keluar lender, bercampur darah (show) yang makin lama Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaaan dalam serviks mendatar dan pembukaan Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah : His (kontraksi uterus) Kontraksi otot-otot dinding perut Kontraksi diafragma dan ligamentum astion terutama ligamentum rotunelum Tanda-tanda Inpartu : lama makin kuat, sering da teratur. makain banyak karena adanya robekan-robekan kecil pada serviks.

telah ada. 1. Kekuatan mendorong janin keluar (power)

2. Faktor janin 3. Faktor Jalan lahir

2.1.4. 1.

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu : Kala I Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

(blood show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effissement) Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pengesatan ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu : 1. Fase Laten : pembukaan 3 cm berlangsung dalam waktu 8 jam. 2. Fase Aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi antara 3 sub fase : Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan Periode dilatasi maksimum : selama 2 jam Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam menjadi 4 cm pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. Perbedaan fase-fase dijumpai pada primi dan multi Primi Serviks mendatar (effisement) Mendatar Multi dan membuka bisa bersamaan dulu baru dilatasi 7 jam 2. Kala II Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat dan lebih lama, kira 2 -3 menit sekali. Kepala janin telah turun, masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara retrofleksis menimbulkan rasa mengejan. Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6

Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 11/2 2 jam, pada multi - 1jam. 3. Kala III Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 10 menit seluruh plasenta akan terlepas, terkadang kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan dorongan sedikit dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100 200 cc. 4. Kala IV Adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan post partum. Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah : Primi Kala I 13 jam 1 jam jam 14 jam Multi 7 jam jam jam 7 jam

2.1.5.

Posisi ibu dalam persalinan

Posisi litotomi

Adalah posisi yang umum dimana wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan kiri. Posisi duduk (squading position). Sekarang posisi bersalin duduk telah dikembangkan di negaranegara Amerika latin. Bahkan telah dibuat meja bersalin khusus dimana wanita dapat duduk sambil melahirkan 2.1.6. 1. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan Teori penurunan hormon :

1 -2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. 2. Teori plasenta menjadi tua Plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyeabakan kekejangan darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan ischemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.

2.2. PRE EKLAMSI

2.2.1.

Definisi

Pre eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinum yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke 3 kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya. (Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 282) 2.2.2. festalis tahun 2.2.3. 1. 2. ditemukan gejala : Tekanan darah dalam keadaan istirahat : sistolik 160 Proteinuria 5 gram/24 jam atau dipstik 2+ Diguria < 500 ml / 24 jam Serum creatin meningkat. Edema paru atau sianosis. Dan disebut impending eklamsi apabila pada Nyeri epigastrum. Nyeri kepala frontal, skotoma dan pandangan kabur Gangguan fungsi hepar, dengan meningkatnya alanin atau Tanda-tanda hemolisis dan mikroangiopatik. mmHg dan diastolik 110 mmHg 3. Pengelolaan Pre eklamsia Pre eklamsi ringan jika ditemukan : Tekanan darah 140/90 mmHg, 160/110 mmHg. Proteinuri 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dipstik 1+ Tegakkan diagnosa pre eklamsi berat jika Dalam pengelolaan klinis, dibagi sebagai berikut : Diabetes militus Obesitas Umur > 35 Kehamilan ganda Faktor Faktor Resiko Pre eklamsi Mola Hidatidosa Hiaropos

penderita ditemukan keluhan seperti :

(gangguan SSP). aspartate amino transperasi.

4.

Trombositupenia < 100.000 / mm3 Munculnya komplikasi sindrom help. Disebut eklamsi jika pada penderita pre eklamsi

dan eklamsi berat yang diefinitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam penatalaksanaannya kita harus mempertimbangkan keadaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses perjalanan penyakit dan seberapa jauh keterlibatan organ. (Sibai B.M, 2005) 2.2.4. : Melahirkan bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, di samping itu mencegah komplikasi yang dapat terjadi pada ibu. Mencegah terjadinya kejang / eklamsia yang akan memperburuk keadaan ibu hamil. 2.2.5. 1. Pencegahan Diet makanan Tujuan Penatalaksanaan Pre eklamsi dan eklamsi adalah

Makanan tinggi protein, karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema makanan berorientasi pada 4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan 1 butir telur tiap hari. 2. Cukup istirahat Istirahat cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja sepenuhnya dan disesuaikan dengan kemampuan, lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 3. Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian : a. Uji kemungkinan pre eklamsi : Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya.

mata.

Pemeriksaan tinggi fundus uteri. Pemeriksaan kenaikan berat badan dan edema. Pemeriksaan protein dalam urine. Kalau mungkin, dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal,

fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina b. Penilaian kondisi janin dalam rahim 2.2.6. Pemantauan tinggi fundus uteri. Pemeriksaan janin : gerakan janin, denyut jantung Pemeriksaan USG.

janin, pemantauan air ketuban. Penanganan pre eklamsi ringan

Kehamilan kurang dari 37 minggu : Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan : janin. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda tanda Lebih banyak istirahat. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam). Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit : diet bahaya PEB dan eklamsi Pantau tekanan darah, urin (protein urin) reflek dan kondisi

biasa ; pantau tekanan darah 2x / hari dan proteinuri 1x / hari, tidak boleh obat-obatan, tidak perlu diuretik kecuali jika ada edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut. 2.2.7. Penanganan Pre Eklamsi Berat Penanganan pre eklamsi berat dan eklamsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung selama 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsi. Semua kasus pre eklamsi berat harus ditangani secara aktif : Penanganan kejang : Beri obat anti konvulsan

Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang dan pre eklamsi berat dan eklamsi. Cara pemberian : Dosis Awal : MgSO4 gram IV sebagai larutan 40 % selama 5 menit, segera dilanjutkan dengan pemberian 10 gram larutan MgSO4 50 % masing-masing 5 gram boka boki, secara IM dalam ditambah 1 ml lignokain 20 % pada semprit yang sama. Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4 gram larutan 40 % IV selama 5 menit. Dosis Pemeliharaan : MgSO4 1 2gram / jam per infus 15 tetes / menit atau 5 gram MgSO4 IM tiap 4 jam. Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa : frekwensi pernafasan minimal 16 x / menit, reflek patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir. Berhentikan pemberian MgSO4 jika frekwensi pernafasan < 16 x / menit, reflek patella (-), urin < 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir. Jika MgSO4 tidak tersedia dapat diberikan diazepam. Pemberian diazepam melalui intravena : Dosis awal : Diazepam 10 mg IV pelan pelan selama 2 menit, jika kejang berulang ulangi dosis awal. Dosis pemeliharaan : Diazepam 40 mg dalam 500 ml. Larutan RL per infus, depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg / jam. Jangan berikan > 100 mg / 24 jam diazepam melalui rectum jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rectal dengan dosis awal 20 mg dalam semprit 10 ml tanpa jarum jika konvulsi tidak teratasi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg / jam atau lebih bergantung pada berat badan pasien dan respon klinik. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker dan balon, oksigen).

Beri oksigen 4 6 liter / menit. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma tapi jangan diikat Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi aspirasi. Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu. Penanganan Umum Jika tekanan diastolik tetap > 110 mmHg, berikan obat anti

terlalu keras. 2.2.8.

hipertensi sampai tekanan diastolik 90 100 mmHg. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik di antara 90 100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral, obat pilihan adalah hidrolozim. Berikan hidralazin 5 mg IV pelan pelan setiap 5 menit sampai tekanan darah turun. Ulangi setiap jam jika perlu atau berikan hidrolazum 12,5 mg IM setiap 2 jam. Jika hidralazim tidak tersedia, berikan : 1. Labetolol 10 mg IV : jika respon tidak baik (tekanan > 110 mmHg), berikan labetolol 20 mg IV, diastolik tetap

naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respon tidak baik sesudah 10 menit. 2. 3. cairan. Katerisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan Jika jumlah urin < 30 ml / jam. 1. 2. Hentikan MgSO4 dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 Pantau kemungkinan odema paru. % atau RL pada kecepatan 1 liter / 8 jam). proteinuri. Berikan nifepidin 5 mg sublingual. Jika tidak baik Metil dupa 3 > 250 500 mg / hari. Pasang infus dengan jarum besar (16). Ukur keseimbangan cairan, jangan samapi terjadi overload setelah 10 menit beri tambahan 5 mg sublingual.

Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi Observai TTV, reflek dan DJJ tiap jam. Auskultasi paru untuk mencari tanda oedema paru. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana

muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati. 2.3. PROM 2.3.1. Definisi Ketuban pecah dini / PROM adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. 2.3.2. Etiologi Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi genetalia, serviks incompetent, gemelli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalo pelvik 2.3.3. o Patogenesis Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi Terdapat hubungan antara PROM dengan hal-hal sebagai berikut : sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistisis, serfisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini. o o o o 2.3.4. o Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban Manifestasi klinis Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau

multipara, malposisi, disproporsi, serviks incompetent, dll. dipecahkan terlalu dini.

atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak

o o o o o o o o o 2.3.5. o

Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi Janin mudah diraba Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan leukosit darah > 15.000/dl bila terjadi infeksi Tes lakmus merah berubah menjadi biru Amniosentesis USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion Pengaruh PROM Terhadap janin

sudah kering ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering

berkurang

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dahulu terjadi (amnionitis, vasculitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal o Terhadap ibu Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi Puerpuralis (nifas), peritonitis dan septicemia serta dry labour. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi 2.3.6. o o Penanganan Umum Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG Lakukan pemeriksaan Inspekulo untuk menilai cairan yang

keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin

o o o 2.3.7.

Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah Tentukan ada tidaknya infeksi Tentukan tanda-tanda inpartum Pimpinan Persalinan Ada bermacam-macam pendapat mengenai penatalaksanaan

22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital

dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM. Beberapa Institusi menganjurkan penatalaksanaan untuk PROM adalah sebagai berikut : 1. bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotika profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk memperpanjang waktu sampai anak viable 2. bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa : o Partus spontan o Ekstraksi vakum o Ekstraksi forsep o Embriotomi bila anak sudah meninggal o Seksio sesarea bila ada indikasi obstetric 2.3.8. Komplikasi o Pada anak IUFD dan IPFD, asfiksia dan prematuritas o Pada ibu Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi nifas. 2.4. PRIMITUA SEKUNDER

Yaitu kehamilan yang terjadi pada ibu yang usia anak pertamanya 10 tahun. Kehamilan pada usia ini mengandung resiko, baik pada kehamilannya terutama tetapi juga nanti persalinannya. Resiko pada ibu yang telah mempunyai anak pertama usia berumur 10 tahun pada waktu persalinan biasanya ibu sudah tidak kuat mengejan, oleh karena otot pernafasan lemah, otot otot panggul dan perineum telah kaku hingga menghambat kelahiran. Disini ibu dianggap melahirkan seperti anak pertamanya. 2.5. USIA LEBIH DARI 35 TAHUN 2.5.1. Penyebab Resiko Kehamilan Di Atas 35 Tahun Wanita yang mencapai usia 35-an umumnya akan mengalami penurunan kesuburan. Penyebabnya sebagian akibat menurunnya jumlah dan kesehatan sel telur yang diovulasikan, menurunnya frekuensi hubungan seks, serta adanya kondisi medis seperti endometriosis, yang bisa mengganggu proses pembuahan. 2.5.2. Masalah Masalah Kehamilan Di atas usia 35 Tahun Sejak lahir, tubuh wanita dilengkapi dengan sejumlah telur. Saat mencapai usia pertengahan 30 tahun, kualitas sel telur yang dimiliki wanita akan mulai menurun. Setelah pembuahan, sel telur yang usianya lebih tua sangat sulit untuk bisa berkembang menjadi blastocyst sel sel yang berbentuk bola yang tertanam pada rahim yang kemudian akan memulai proses kehamilan. 2. Besar kemungkinan akan mendapatkan kehamilan kembar Perubahan hormonal yang berhubungan dengan usia dapat menyebabkan tubuh melepaskan lebih dari satu sel telur setiap kesempatan, yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan kembar non identik (fraternal). Karena kesuburan yang makin berkurang, perempuan yang lebih berusia 35 tahun mungkin harus menggunakan teknologi untuk membantu proses reproduksinya seperti pada pembuahan in-vitro untuk bisa hamil. 1. Perlu waktu lebih lama untuk bisa hamil

Karena prosedur seperti ini biasanya melibatkan penanaman lebih dari satu buah sel telur yang sudah dibuahi di dalam rahim, maka proses seperti ini lebih mungkin menghasilkan kehamilan kembar dua atau lebih.

3. Resiko terjadinya keguguran akan lebih besar Resiko terjadinya keguguran akan meningkat dengan semakin bertambahnya usia : - Sebelum usia 35 resikonya 15 persen - Usia 35 sampai 39 resikonya 20 sampai 25 persen - Usia 40 sampai 42 resikonya 35 persen - Usia di atas 42 resikonya 50 persen 4. Resiko terkena gestational diabetes Diabetes tipe ini hanya terjadi selama masa kehamilan. Kontrol yang tepat terhadap gula darah melalui diet, olahraga, gaya hidup sehat lainnya sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Terkadang penggunaan obat obatan juga diperlukan. Perawatan yang dijalani mungkin akan meliputi pemeriksaan rutin sebelum kelahiran yang lebih sering, dan tes gula darah secara reguler di rumah. 5. Mungkin harus melahirkan secara caesar Ibu hamil dengan berusia di atas 35 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengidap komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, seperti tekanan darah tinggi dan gestational diabetes. Besar kemungkinan saluran rahim lambat pembukaannya, yang juga dapat menyebabkan diperlukannya operasi caesar. Bila bayi terlalu besar atau berat badan ibu naik terlalu banyak masalah yang biasa terjadi pada ibu hamil dengan usia yang lebih tua kelahiran melalui vagina biasanya sulit.

Pada ibu hamil berusia di atas 35 tahun, bayi biasanya berada pada posisi yang menimbulkan komplikasi pada saat kelahiran, seperti bagian pantat atau kaki yang berada di bawah.

kembar.

Operasi caesar seringkali direkomendasikan untuk kelahiran bayi 6. Resiko adanya kromosom abnormal lebih tinggi Bayi yang dilahirkan oleh ibu berusia di atas 35 tahun memiliki resiko mengidap berbagai masalah yang berhubungan dengan kromosom, seperti down syndrome. Pada usia 30 tahun, resiko terjadinya down syndrome terjadi 1 kali pada setiap 1000 kelahiran hidup. Pada usia 35, kemungkinannya satu dibanding 400. Pada usia 40, resikonya satu diantara 100. (www.Google.Kompas.Com) 2.6. MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. I. PENGKAJIAN Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun data obyektif disertai hari/ tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk rumah sakit, nomer register. A. Data Subyektif 1. Biodata Nama : nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya kekeliruan. (Christina, 2000 :41). Umur : terutama pada ibu hamil yang pertama kali hamil. bila umur lebih dari 35 tahun disebut primi tua gravida dan bila umur kurang dari 18 tahun disebut primimuda gravida. Wanita kurang dari 18 tahun

pinggulnya sehingga

belum

cukup

pertumbuhannya, kesulitan untuk

menyebabkan

melahirkan. Wanita umurnya lebih dari 35 tahun, badannya mungkin bisa kecapaian dan kurang lentur. Wanita sudah berumur 40 tahun, ada kemungkinan Agama : ditanyakan akan untuk kelambanan mengetahui jiwanya. (Pusdiknakes, 2000: 143) kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanankan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 2002:14) Suku/ bangsa : untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan. Pendidikan Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam memberikan asuhan. : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu / suami dapat mempengaruhi kesehatan klien atau tidak. Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui Alamat pola kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan klien. : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang. 2. 3. Alasan Masuk Rumah Sakit Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan diri. Keluhan Utama Pada umumnya ibu yang mengalami hidramnion, terdapat keluhan antara lain: - Ibu mengatakan perutnya lebih berat dari biasanya

- Ibu mengatakan sesak - Ibu mengatakan nyeri pada ulu hati dan perut - Ibu mengatakan mual dan muntah (http://www.siaksoft.net. 2008) 4. Riwayat Kesehatan yang Lalu Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti : jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis; juga pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di rumah sakit atau tidak. 5. Riwayat Kesehatan Sekarang Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti : jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis; juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun tumor. 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama : - anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis - penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma - riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan

kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu. (Manuaba, 2000 :265) 7. Riwayat Haid Ditanyakan mengenai : - Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 16 tahun

- Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal / dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25 32 hari. - Lamanya haid, biasanya antara 2 5 hari, ada yang 1- 2 hari diikuti darah sedikit sedikit dan ada yang sampai 7 8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap. - Banyaknya darah yang keluar dan konsistensinya encer - Warna darah pada hari-hari pertama yaitu merah segar, kemudian menjadi kecoklatan dan darh berhenti - Bau darh biasanya amis - Keputihan biasanya terjadi pada saat menjelang menstruasi dan warnanya putih kekuningan, bau anyir, dan terasa gatal. - Dysminore dapat terjadi pada saat menjelang menstruasi, atau pada saat menstruasi, dan pada saat setelah menstruasi. - Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan.( Sarwono, 2007 :103) 8. Riwayat Pernikahan Ditanyakan tentang : Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah Jika lama menikah 4 tahun tetapi belum hamil bisa menyebabkan masalah pada kehamilannya (preeklampsia), persalinan tidak lancar, atau telah terjadi infertil Lama menikah 2 tahun, sudah punya lebih dari 1 anak, bahayanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur, BBLR Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko kesulitan waktu melahirkan Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar/ macet, perdarahan setelah bayi lahir, BBLR 9. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang terdahulu apakah pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya kelainan atau keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya. 10. Riwayat kehamilan sekarang - Berapa kali periksa dan dimana Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu tiap minggu - Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada multi gravida. Pengamatan pergerakan janin dilakukan setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu - Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yanng keluar dari vagina, penglihatan kabur, bengkak pada muka / kaki, nyeri perut, sakit kepala yang hebat, nuntah muntah yang hebat, tidak merasakan gerakan janin - Keluhan keluhan yang lazim pada kehamilan - Imunisasi TT diberikan sekurang kurangnya diberikan 2x dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster). Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walaupun diberikan pada kehamilan muda. - Pemberian vitamin, zat besi : tablet sehari segera setelah rasa mual hilang, minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan. - Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan usia kehamilan, memberikan konseling tentang keluhan hamil yang biasa, dan dapat mendeteksi adanya komplikasi 11. Riwayat KB

Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 3 tahun dan setelah melahirkan anak ke 2 ibu menggunakan KB Suntik 3 bulan 12 tahun. Rencana KB selanjutnya KB steril. 12. Pola Kebiasaan Sehari-Hari a. Nutrisi Nutrisi yang diperlukan ibu hamil kalori , protein, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi untuk menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan. b. Eliminasi Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering kencing, hal ini dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar secara fisiologis dan pada akhir kehamilan biasanya ibu juga mengeluh sering kencing karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktivitas usus halus dan usus besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang disebabkan karena menurunnya gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin terhadap usus beasar dan rektum. c. Istirahat Waktu istirahat harus lebih lama 10 11 jam. Untuk wanita hamil, juga dianjurkan untuk tidur siang. (Christina,2000:168) Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan denngan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. (Manuaba, 2000:140) d. Personal Higiene - Rambut harus sering dicuci - Gigi betul betul harus mendapat perawatan untuk mencegah karies

- Buah dada adalah organ yang erat hubungannya dengan kehamilan dan nifas, sebagai persiapan untuk produksi makanan bayi oleh karena itu bila kurang kebersihannya bisa menyebabkan infeksi - Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih. Setelah BAK/BAB harus selalu dikeringkan, cara cebok yang dari depan ke belakang - Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa tersembunyi kuman penyakit. - Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak hanya membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena pembuluh darah terangsang dan badan terasa nyaman Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih, kalau dapat pagi dan sore, lebih lebih pakaian dalam seperti BH dan CD. (Christina, 2000:159-160) e. Aktifitas Wanita yang sedang hamil dengan hidramnion boleh bekerja tetapi sifatnya tidak melelahkan dan tidak mengganggu kehamilan. Misalnya : pekerjaan rumah tangga yang ringan, masak, menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll. Pekerjaan dinas misalnya guru, pegawai kantor boleh diteruskan. Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan lebih baik dihindarkan misalnya pekerjaan di pabrik rokok, percetakan, yang mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin dalam kandungannya. (Christina,2000:163) f. Kebiasaan Pada umumnya ibu hamil tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat membahayakan keadaan janin seperti merokok, minumminuman beralkohol, minum jamu, dll. g. Rekreasi

Rekreasi yang diperlukan pada ibu hidramnion yaitu rekreasi yang tidak dapat mempengaruhi keadaan janin dan tidak membuat ibu capek. h. Seksual Pada umumnya ibu dengan hidramnion dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, apalagi pada usia kehamilan yang belum aterm akan menyebabkan kontraksi uterus sehingga akan terjadi partus prematur. 13. Riwayat Psikososial dan budaya Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta bagaimana tanggapan suami dan keluarga tentang kehamilan. Budaya ditanyakan untuk mengetahui kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu dan janin. 14. Pola Spiritual Untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu. B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik, dan terlihat sesak Kesadaran : composmentis Tanda-tanda vital : Tekanan darah : Kenaikan diastol 30 mmHg dan sistol 15 mmHg Pernapasan Nadi : 16 24 x/menit (Doenges,2002:43) : 60 100 x/menit Jika denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami salah satu atau lebih keluhan sbb: tegang, ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu perdarahan hebat anemia

sakit / demam gangguan tyroid gangguan jantung penggunaan obat (Pusdiknakes,2000:160)

Temperatur

: 36,2o 37,5 C (Doenges,2002:43)

Berat badan sekarang : pada umumnya pada ibu dengan pre eklamsi terjadi penambahan berat badan sesuai dengan umur kehamilan.. Tinggi badan : Normal >145 cm, ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari panggul sempit. (Rochjati Poedji,2003:64) Berat badan sebelum hamil : mengetahui perubahan berat badan sebelum hamil dan saat hamil adakah penambahan berat badan atau penurunan berat badan. Tafsiran persalinan : dapat dihitung dengan cara hari ditambah 7, bulan dikurangi 3 atau ditambah 9, dan tahun menyesuaikan. (Mochtar, Rustam. 2002: 48) 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : Bersih, rambut tidak bercat, tidak tampak ketombe dan tidak tampak kusam. Wajah Mata : ibu tampak meringis karena ibu perutnya kencengkenceng dan tidak tampak oedem. : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat. Konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sklera berwarna putih, bila 145 cm kemungkinan

kuning menandakan terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada conjungtivitis. Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada perdarahan yang keluar dari hidung dan tidak ada sekret. Mulut : bibir tidak pucat, tidak kering, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, lidah bersih, gigi tidak berlubang dan tidak ada caries pada gigi. Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu perawatan mulut agar terlihat bersih. (Sarwono,2007:405) Adanya caries gigi yang menandakan ibu kekurangan kalsium. Saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan dengan emesis, hiperemsisi gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi. (Manuaba, 2000:140) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen,tidak terdapat perdarahan pada telinga dan pendengaran baik. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis - Dalam kehamilan biasanya kelenjar tyroid mengalami hiperfungsi dan kadang disertai pembesaran ringan. Metabolisme basal dapat meningkat 15 25% walaupun tampak gejala gejala yang dapat menyerupai hiperfungsi glandula tyroid namun wanita hamil itu tidak menderita 2007:256) Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe mungkin disebabkan oleh berbagai penyakit , misalnya peradangan akut / kronis di kepala, hypertyroidismus. (Sarwono,

osofaring, kulit kepala / daerah leher, selain itu kemungkinan terjadi TBC, sifilis. ( Robert Priharjo,2000: 62) Bila terdapat pembendungan vena jugularis, menandaklan adanya kelainan cardiovaskuler, kemungkinan besar ibu mengidap penyakit jantung Dada : tidak terlihat retraksi dada, tidak terlihat benjolan yang abnormal. Payudara : simetris, membesar, bersih, terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae dan papila mamae, putting susu menonjol, mengeluarkan colostrum. Abdomen : pada ibu dengan PEB, PROM, primitua sekunder dan usia > 35 tahun didapatkan pemeriksaan sama dengan ibu hamil lainnya. Genetalia Vulva Vagina : : tampak oedema : tidak keluar cairan ketuban dan keluar lendir serta darah Perineum : tampak oedema Anus : bersih, tidah ada haemoroid (http://www.siaksoft.net.2008) Ekstremitas : Atas : simetris, pergerakan bebas, tidak oedema, tidak pucat pada kuku jari (pucat pada kuku jari tangan menandakan ibu mengalami anemia) (Manuaba. 2000: 30) Bawah : simertis, pergerakan bebas, oedema, tidak terdapat varises. b. Palpasi Kepala : tidak teraba benjolan yang abnormal

Leher

: tidak teraba pembesaran kelanjar tiroid, tidak teraba pembesaran vena jugularis kelenjar limfe, tidak teraba pembesaran

Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, payudara teraba kenyal, tidak ada nyeri tekan, keluar colostrum (pada beberapa wanita colostrum dapat keluar pada saat usia kehamilan 5 bulan). (Tim PP-ASI. 2001: 17) Abdomen : teraba tegang serta terjadi oedema pada dinding perut Leopold I Leopold II Leopold III Leopold IV His TBJ Ekstremitas Atas c. Auskultasi Dada Abdomen : tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing : : oedema -/ Bawah : oedema +/+ : tinggi fundus uteri sesuai dengan tuanya kehamilan : bagian bagian janin teraba dengan jelas. : untuk mengetahui apa yang menjadi bagian terbawah. : untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala. : (+) positif : (TFU 12) x 155 jika sudah masuk PAP (TFU 11) x 155 jika belum masuk PAP

- Terdengar bising usus, normal 15 -35 x/menit - DJJ mudah di dengar d. Perkusi : Ada reflek patella Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikikt ketika tendon ditekuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin merupakan tanda eklampsia. (Depkes RI, 2002:20)

bila reflek patela negatif, kemungkinan pasian mengalami kekurangan B1. (Pusdiknakes, 2000:68) 3. Pemeriksaan tambahan - USG + rontgen - DL - urine lengkap - VT. II. IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + PEB + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun Ds : - Ibu mengatakan ketuban sudah pecah - Pandangan tidak kabur dan tidak pusing. - Usianya > 35 tahun Do : - Inspeksi: - Palpasi: Leopold I Leopold II Leopold III Leopold IV : tinggi fundus uteri sesuai dengan tuanya kehamilan : bagian bagian janin teraba dengan jelas. : untuk mengetahui apa yang menjadi bagian terbawah. : untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala- Auskultasi: - DJJ mudah di dengar - Pemeriksaan tambahan - USG + rontgen - DL - urine lengkap - VT. Wajah ibu tampak meringis

Masalah: - Pada PEB biasanya terdapat keluhan pandangan kabur, pusing, nyeri pada ulu hati. III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL Masalah potensial yang mungkin terjadi antara lain: Kejang Infeksi IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Menentukan tindakan apa yang harus segera diambil untuk mengantisipasi adanya masalah potensial V. INTERVENSI Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + PEB + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun Intervensi : Untuk kejang 1. 2. 3. Untuk infeksi Observasi TTV VI. IMPLEMENTASI Untuk kejang 1. Melakukan TTV 2. Mengobservasi his 3. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi aktif. Untuk infeksi Mengobservasi TTV Lakukan TTV Observasi his Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi aktif.

VII. EVALUASI Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun 1. 2. 3. 4. Kesadaran TD Nadi RR 5. 6. 7. WIB WIB Glsodin jam : 11.00 WIB Nipedin jam : 11.00 WIB Injeksi fexinedol 1 gram jam : 13.00 1 tablet per oral 1 tablet per oral Induksi persalinan tidak ada kemajuan pembukaan. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan Ibu mengatakan perutnya semakin kenceng-kenceng. Keadaan Umum : Cukup : Composmentis : 160 / 110 mmHg : 88 x / menit : 20 x / menit Ibu tidak merasa pusing dan pandangan tidak kabur. Keadaan janin baik, BJA 12.12.12 (144 x/menit) Obat obat yang diberikan : Injeksi ampicilyn 1 gram jam : 11.00

petugas kesehatan.

Tanda tanda vital :

Suhu : 36,6 C

BAB III TINJAUAN KASUS Hari / tanggal : Senin, 28 Januari 2008 Jam No. Register Jam I. A. : 09.00 WIB : 802589 : 03.30 WIB Data Subyektif 1.Biodata Nama Ibu Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Alamat : Ny. N : 37 tahun : Islam : SD : IRT : Nama Suami : Tn. s Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Penghasilan : 38 tahun : Islam Suku/bangsa : SD : Buruh tani : Rp.20.000,-/hari : Wagir-Malang

MKB tanggal : 28 Januari 2008 PENGKAJIAN

: Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

: Wagir-Malang Alamat

2.Alasan Masuk Rumah Sakit Ibu mengatakan hamil 9 bulan, perut kenceng-kenceng dan mengeluarkan cairan dari jalan lahir jam 22.00 WIB, tanggal 27

Januari 2008 jam 08.00 WIB periksa ke Puskesmas disarankan ke RSSA Malang karena tensinya tinggi. 3.Keluhan Utama Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng. 4.Riwayat Kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti kencing manis, paru-paru, thypus dan penyakit keturunan seperti asma, darah tinggi, jantung. 5.Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu mengatakan sedang menderita penyakit darah tinggi, ibu sedang tidak menderita asma, kencing manis, jantung, asma dan tidak menderita penyakit menular. 6.Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan dari pihak ibu tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, tidak mempunyai penyakit menular maupun menurun. Tapi dari pihak suami ada yang menderita penyakit darah tinggi dan dari kedua keluarga tidak ada yang mempunyai keturunan kembar. 7.Riwayat Haid Menarche Siklus Lama : 12 tahun : 28 hari : 5 6 hari bergumpal. Hari selanjutnya encer ganti pembalut 1 2 x/hari. Warna Bau Keluhan HPHT Menikah : 1 3 merah, hari selanjutnya kecoklatan. : Amis : Tidak : 25 5 2007 : 1 kali

Banyaknya : Hari pertama dan kedua ganti softek 2x/hari, agak

Fluor albus : Kadang-kadang sebelum menstruasi.

8.Riwayat Perkawinan

Lama pernikahan

: 18 tahun

Umur pertama kali menikah : 19 tahun 9.Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
N o 1 2 3 suami 1 1 1 Kehamilan hamil ke 1 2 Persalinan uk 9 bln 9 bln Peno long Bidan Bidan cara Nor mal Nor mal Penyu Lit sex BBL 3300 gr 3300 gr Anak PB 50 cm 50 cm Hidup 17 th 13 th Mati Hari 40 hr 40 hr Nifas Menete ki Ya Ya KET

HAMIL INI

10. a.

Riwayat Kehamilan Sekarang Trimester I Ibu mengatakan waktu hamil muda mual kadang muntah, tapi tidak sampai mengganggu aktifitasnya, periksa ke Puskesmas tiap bulan dapat multivitamin. b. Trimester II Ibu mengatakan periksa ke Puskesmas 3x, mendapat suntik TT, tablet tambah darah dan multivitamin. Ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan. c. Trimester III Ibu mengatakan tensinya tinggi sejak usia 7 bulan. Ibu mengatakan periksa ke Puskesmas 3x, mendapatkan multivitamin dan periksa terakhir tanggal 27 1 2008 dan tensinya tinggi. Tanggal 27 1 2008 jam 22.00 WIB ibu mulai kenceng-kenceng dan keluar cairan dari jalan lahir, tapi pandangan ibu tidak kabur dan tidak pusing.

11.

Riwayat KB

Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 3 tahun dan setelah melahirkan anak ke 2 ibu menggunakan KB Suntik 3 bulan 12 tahun. Rencana KB selanjutnya KB steril. 12. Pola Nutrisi Pola Kebiasaan Sehari hari Saat Di Rumah Saat Di Rumah Sakit - Makan 3x/hari dengan porsi nasi, - Makan : 1 kali, nasi , telur.

sayur, lauk pauk, buah. - Minum : air putih 7 gelas/hari. Eliminasi Istirahat - Minum susu 1 gelas/hari BAB : 1x / hari BAK : 5-6 kali/hari Ibu tidur siang 2 jam. Tidur malam 8 jam. Personal Hygiene Aktifitas Kebiasaan

- Minum air putih 4-5 gelas/ hari. BAB : Ibu belum BAB. BAK : Melalui selang. Ibu tidak bisa tidur perutnya kenceng-kenceng. karena

Mandi 2x/hari, gosok gigi tiap kali Ibu belum diseka. mandi, ganti baju dan celana dalam tiap kali mandi. Ibu melakukan pekerjaan rumah Ibu hanya tidur miring kiri dan tangga dibantu suami dan anaknya. kanan. Ibu tidak pernah merokok, minum Ibu tidak jamu. Nonton TV dan mendengarkan radio. 13. a. Riwayat Psikososial dan Budaya Psikologis Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, tapi ibu agak cemas karena dianjurkan melahirkan di RS. b. Sosial Ibu tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya, hubungan ibu dengan suami baik. Hubungan ibu dengan tetangga dan lingkungan sekitar baik. c. Budaya Ibu menganut budaya Jawa, seperti selamatan 7 bulanan, tidak pantangan terhadap makanan dan tidak percaya pada tahayul. 14. Riwayat Spiritual Ibu dan keluarga beragama Islam dan sholat 5 waktu. jamu.. merokok, minum

minuman keras, dan tidak minum minuman keras, dan tidak minum Rekreasi

B. 1.

Data Obyektif Pemeriksaan Umum : Composmentis Keadaan Umum : Cukup Kesadaran Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR BB sekarang TB TP 2. a. Inspeksi Kepala Wajah Mata Hidung Mulut Telinga Leher Dada Abdomen : Bersih, rambut hitam, tidak ada ketombe, agak kusam. : Tidak tampak oedema , tampak kloasma gravidarum, tidak pucat. : Simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus. : Bersih, tidak ada sekret. : Bibir lembab, warna lidah merah, tidak ada caries gigi. : Simetris, tidak kotor. : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lymfe dan vena jugularis. : Simetris, puting susu menonjol, tampak hiperpigmentasi pada aerola mamae . : Tidak tampak adanya bekas luka operasi, perut tampak membesar sesuai umur kehamilan. Ekstrimitas : : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : 75 kg : 152 cm : 1 - 2 2008 Pemeriksaan Fisik

BB sebelum hamil : 62 kg

Atas

: Tidak tampak oedema, gerakan aktif, terpasang infus tangan kanan RD5 % + Drip oksitosin 500 cc 32 tetes / menit.

Bawah : Tampak oedema pada kedua tungkai, gerakan aktif, tidak tampak adanya varises. : Tampak adanya cairan, sedikit lendir, tidak tampak oedema, tidak tampak varises, terpasang selang urine 1100 cc.

Vulva

Anus b. Palpasi Leher Payudara Abdomen

: Tidak tampak adanya haemorrhoid. : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lymfe dan vena jugularis. : Kolostrum sudah keluar, tidak teraba benjolan abnormal. : : TFU 33 cm, pada fundus teraba bulat lunak tidak melenting (bokong). : Sebelah kiri teraba keras datar seperti papan (punggung). Sebelah kanan teraba bagian kecil.

Leopold I Leopold II

Leopold III : Bagian terdahulu teraba bulat, keras melenting (kepala). Kepala merapat pintu atas panggul. Leopold IV : Teraba kepala 4/5 bagian. HIS TBJ c. Auskultasi Dada Abdomen d. Perkusi Reflek patella : Kanan dan kiri (+) (+) e. Terapi Dokter Hari, tanggal : Senin, 28 Januari 208 : Tidak terdengar bunyi ronchi maupun wheezing. : DJJ (+). 12.12.12 Frekwensi 144 x /menit. : (+) (3.10.35) : (33 cm 12) x 155 = 3255 gram

Ekstremitas bawah : oedem (+).

menit. -

Injeksi SM full dosis : SM 20 % 4 gram (IV) Oksitosin Drip dalam RD5 500 cc 36 tetes / Injeksi Ampicilin 1 gram 3 x 1 PO : Nipedipin 3 x 1 Glisodin 3 x 1 tablet

dilanjutkan SM 40 % 5 gram.

f. Data Penunjang a. Darah lengkap : 10.000/l) Kimia Darah : Urine lengkap SG/BJ PH : 1,010 : 7 Ureum Creatin SGOT SGPT 50 mg/dl : : : 0,62 mg/dl N : 0,7 1,5 mg/dl 28 u/I N : 11 41 13 u/I N : 10 41 Gula darah sesaat : : 100 N : 10 13,8 mg/dl Hemoglobin Hematokrit Trombosit : : : 11,1 32,3 (N (N (N : : : 11,0 16,5 gr/dl) 35,0 50,0 %) 213.000 150.000 390.000 /ml) Leukosit : 10.900 (N : 3.500

Protein : + 3 Eritrosit : 4 + Sedimen : - 10 x epitel : + - 40 eritrosit 5 8

Granuler 0 -1 /1pk

Leukosit Kristal Bakteri

: 4 -6 lpb : : + kokus / batang

Analisa Elektrolit Natrium Kalium Clorida b. Tampak janin intra uterin T/H letkep. BPD : 91,1 AC : 318 EFW : 2931 FL c. Dalam) Dilakukan pada tanggal 28 1 2008 jam 08.00 WIB dilakukan Dokter. V/v Pembukaan Effecement Ketuban Bagian terendah Penurunan II. : Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 75 % : (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI : 71,1 Placenta implantasi di fundus. AFI 7,5 Fr, FM, FBM baik Tidak tampak kelainan kongenital. VT (Pemeriksaan : 139 m mol : 3,20 m mol : 107 m mol N : 136 145 N : 3,5 50 N : 98 - 106 USG

Bagian terdahulu : Kepala.

IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun DS : - Ibu mengatakan hamil 9 bulan, anak terakhir umur 13 tahun, umur ibu 37 tahun.

- Ibu mengatakan tanggal 27 -1 2008 jam 22.00 WIB mulai kenceng kenceng dan keluar cairan dari jalan lahir. - Ibu mengatakan dari pihak ibu tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, tapi dari pihak suami (orang tuanya) menderita penyakit darah tinggi. Waktu periksa terakhir tanggal 27 1- 2008 mengatakan tensinya tinggi. - HPHT : 25 5 2007 DO : Keadaan Umum Kesadaran Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR BB sekarang TB TP Inspeksi : Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, oedema pada kelopak mata. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, perut membesar sesuai umur kehamilan. Ekstrimitas : Atas : Tidak tampak oedema, gerakan aktif, terpasang infus tangan kanan dengan cairan RD5 % + Drip oksitosin 5 IU 500 cc / 6 tetes / menit. Bawah : Tampak oedema pada kedua tungkai, gerakan aktif, tidak tampak adanya varises. Palpasi : Leopold I : TFU 33 cm, pada fundus teraba bulat lunak tidak melenting (bokong). : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : 75 kg : 152 cm : 1 - 2 2008 : Cukup : Composmentis

BB sebelum hamil : 62 kg

Leopold II

: Sebelah kiri teraba keras datar seperti papan (punggung). Sebelah kanan teraba bagian kecil.

Leopold III : Bagian terdahulu teraba bulat, keras melenting (kepala) sudah masuk PAP. Leopold IV : Teraba kepala 4/5 bagian. HIS : (+) (3.10.35) TBJ : (33 cm 12) x 155 = 3255 gram Auskultasi : DJJ (+) Pemeriksaan Dalam (VT) oleh PPDSog jam 09.00 V/v Pembukaan Effecement Ketuban Bagian terendah Penurunan : Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 75 % : (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI

Bagian terdahulu : Kepala.

Pemeriksaan protein : + 3 Masalah : Cemas DS : Ibu mengatakan cemas. DO : Keadaan Umum Kesadaran Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR V/v Pembukaan Effecement : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 75 % : Cukup : Composmentis

Pemeriksaan Dalam (VT) :

Ketuban Bagian terendah Penurunan

: (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI

Bagian terdahulu : Kepala.

Pemeriksaan protein : + 3 III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL 1. Potensial terjadi Eklamsi - Ibu mengatakan dari pihak suami ada yang menderita darah tinggi. - Ibu mengatakan tekanan darahnya meningkat pada kehamilan tua. DO : Keadaan Umum : Cukup Kesadaran : Composmentis Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR Tanggal 28 1 2008 Darah lengkap : Kimia Darah : Gula darah sesaat Ureum Creatin SGOT : : : : 100 13,8 mg/dl 0,62 mg/dl 28 u/I Leukosit : Hemoglobin Hematokrit Trombosit 10.900 : : : 11,1 32,3 213.000 : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt DS : - Ibu mengatakan hamil 9 bulan anak ke 3.

Data Penunjang (Laboratorium) :

Urine lengkap Analisa Elektrolit -

SGPT SG/BJ PH Protein Eritrosit Natrium Kalium Clorida

: : : : : : : :

13 u/I 1,010 7 +3 4+ 139 m mol 3,20 m mol 107 m mol

Extremitas bawah : tamapak oedema pada kedua tungkai.

2.

Potensial terjadi infeksi tanggal 27 1 2008

DS : Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir sejak jam 22.00 WIB DO : - Keluar cairan (ketuban) dari jalan lahir. - Pada tangan kiri terpasang infus RD5 % + Drip oksitosin 5 IU 36 tetes / menit. - Terpasang DC. Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR Proteinuri TBJ BJA Kontrasi VT : V/v Pembukaan Effecement : Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 75 % : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : +3 : 3255 gram. : (+) . 12.12.12, frekwensi 144 x / menit : 3.10.35

Ketuban Bagian terendah Penurunan

: (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI

Bagian terdahulu : Kepala.

Tampak oedema pada kedua tungkai. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi yang tepat. V. INTERVENSI Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan, diharapkan ibu dapat melahirkan secara normal dan lancar tanpa penyulit apapun. Kriteria Hasil : Keadaan Umum : Cukup Kesadaran : Composmentis Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu Nadi RR : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt

- Tekanan darah menurun (110/70 120/80 mmHg). - Ibu melahirkan secara pervaginam dan lancar. - Bayi lahir dengan selamat dengan AS 7 10 Intervensi : 1. dengan ibu. R/ Dengan hubungan terapeutik, ibu lebih kooperatif. 2. dan benar tentang keadaan ibu dan janin. R/ Agar ibu dapat mengetahui keadaan diri dan janinnya. Berikan informasi yang jelas Membina hubungan terapeutik

3. 4. menit.

Lakukan observasi TTV. Observasi DJJ + his setiap 15

R/ Parameter tubuh apabila terdapat kelainan pada tubuh.

R/ Parameter kesejahteraan janin dalam rahim. 5. advis dokter. R/ Instruksi yang tepat dapat menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya. 6. setiap 4 jam. R/ Mendeteksi dini terjadinya partus lama/partus kasep. 7. R/ Menjaga asupan nutrisi ibu dan janin. 8. kanan dan kiri. R/ Posisi terlentang akan menekan vena kava inferior yang menyebabkan aliran O2 dari ibu ke janin terhambat, sehingga terjadi hipoksia janin. Masalah : Cemas Tujuan Intervensi : 1. Anjurkan ibu untuk berdoa. R/ Memberi rasa tenang pada ibu. 2. Beri dukungan dan penjelasan pada ibu. R/ Ibu lebih tenang dalam menghadapi persalinannya. Masalah potensial terjadi kejang : Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan eklamsi tidak terjadi Kriteria Hasil : Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Tanda-Tanda Vital : : Rasa cemas berkurang Kriteria Hasil : Ibu tampak tenang. Anjurkan ibu untuk miring Berikan nutrisi pada ibu. Evaluasi kemajuan persalinan Berikan terapi sesuai dengan

Tekanan Darah : 100/60 - 120/80 mmHg Suhu Nadi RR - Tidak terjadi kejang. - BJA normal (120 160 x/menit). - Gerakan janin. - Tidak ada keluhan subyektif (pusing, pandangan kabur, nyeri epigastrium). Intervensi : 1. Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah). R/ Parameter terjadinya kelainan. 2. Observasi DJJ setiap 15 menit. R/ Parameter kesejahteraan janin. 3. Kolaborasi dengan tim dokter untuk terapi aktif PEB. R/ Mencegah terjadinya eklamsi. 4. Mendengarkan keluhan subyektif. R/ Mendeteksi adanya impending eklamsi. Masalah Potensial terjadi infeksi intra uteri. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan infeksi tidak terjadi. Kriteria Hasil : Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Composmentis Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/60 - 120/80 mmHg Suhu Nadi RR : 36,5 37,2 C : 60 90 x/mnt : 16 20 x/mnt : 36,5 37,2 C : 60 90 x/mnt : 16 20 x/mnt

- DJJ (+) : 120 160 x / menit - Gerakan janin 10 x dalam 24 jam Intervensi : 1. jam sekali. Observasi tanda tanda vital (suhu tubuh) setiap 2

R/ Sebagai parameter terjadinya infeksi pada ibu. 2. 3. antibiotik. R/ Dengan pemberian obat yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi. VI. IMPLEMENTASI Tanggal : 28 1 2008 Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun 1. ibu. 2. Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dengan hasil : VT : V/v Pembukaan Effecement Ketuban Bagian terendah Penurunan 3. dan DJJ dengan hasil sebagai berikut : Pukul 09.00 09.15 09.30
160 160 160

Observasi DJJ setiap 15 menit. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

R/ Parameter kesejahteraan janin dan rahim.

Melakukan

pendekatan

terapeutik pada ibu dengan cara memberi salam dan berkenalan dengan

: Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 100 % : (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI Observasi tanda-tanda vital Nadi 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit Pernafasan 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit BJA 12.12.12 12.12.12 12.12.12 HIS 3.10.35 3.10.35 3.10.35 Keterangan 32 tetes 32 tetes 32 tetes

Bagian terdahulu : Kepala.

Tensi /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg

09.45 10.00 10.15 10.30 10.45 11.00 11.15 11.30 11.45 12.00 12.15 12.30

160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160

/100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg

88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit

20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit

12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12

3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35 3.10.35

32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes 32 tetes

4. Jam 11.00 WIB : - Glisodin 1 tablet oral Jam 11.00 WIB : - Nipedin 1 tablet oral Jam 13.00 WIB : - Injeksi feximcdol. 5. rumah sakit pada pukul 12.05 WIB. 6. V/v Pembukaan Effecement Ketuban Bagian terendah Penurunan 7. menyebabkan aliran O2 ke janin terhambat.

Memberikan advis dokter : Jam 11.00 WIB : - Injeksi ampicilyn 1 gram

Memberikan

suntik

nutrisi

pada ibu dengan cara memberi makanan yang telah disediakan oleh pihak Melakukan : Tampak lendir dan darah. : 2 cm : 100 % : (-) : UUK jam 03.00 WIB : HI Menganjurkan ibu untuk periksa dalam

yang dilakukan dokter PPDS jam 12.00 WIB dengan hasil :

Bagian terdahulu : Kepala.

miring kanan dan kiri agar vena kava inferior tidak tertekan yang

Masalah : Cemas Implementasi : 1. Menganjurkan ibu berdoa agar ibu merasa tenang. 2. Memberikan dukungan dan penjelasan pada ibu agar ibu merasa tenang. Masalah potensial terjadi infeksi : Implementasi : 1. Mengobservasi tanda tanda vital ibu setiap 2 jam sekali Pukul : 11.50 WIB Suhu : 36,5 37,2 C 2. Mengobservasi TTV dan DJJ setiap 15 menit Pukul 12.45 13.00 13.15 13.30
160 160 160 160

Tensi /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg /100 mmHg

Nadi 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit 88 x / menit

Pernafasan 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit

BJA 12.12.12 12.12.12 12.12.12 12.12.12

Keterangan Tanpa drp RDs RDs RDs RDs

Masalah potensial terjadi kejang : Implementasi : 1. Mengobservasi tekanan darah dengan hasil 160/100 mmHg. 2. Ibu tidak terjadi keluhan seperti pandangan kabur, nyeri epigastrium, pusing. VII. EVALUASI Dx : Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun 1. kemajuan pembukaan. Induksi persalinan tidak ada

2. 3. semakin kenceng-kenceng. 4. Kesadaran Tanda tanda vital : TD Nadi RR 5. 6. 7. WIB WIB Glsodin : 160 / 110 mmHg : 88 x / menit : 20 x / menit Keadaan Umum : Composmentis

Ibu Ibu :

mengerti mengatakan Cukup

tentang perutnya

penjelasan yang diberikan petugas kesehatan.

Suhu : 36,6 C Ibu tidak merasa pusing dan pandangan tidak kabur. Keadaan janin baik, BJA 12.12.12 (144 x/menit) Obat obat yang diberikan : Injeksi ampicilyn 1 gram jam : 11.00

1 tablet per oral 1 tablet per oral 1 gram jam : 13.00

jam : 11.00 WIB Nipedin jam : 11.00 WIB Injeksi fexinedol

CATATAN PERKEMBANGAN Hari / tanggal : Selasa, 29 Januari 2008 Jam Di Ruang : 10.00 WIB : RR

Dx

: Ny. N GIIIP2002Ab000 Inpartu 39 40 Minggu Tunggal Hidup Intra Uteri Kala I Fase Laten + Pre Eklamsi Berat + PROM, primitua sekunder, usia > 35 tahun

S : - Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya dengan cara operasi pukul 19.30 WIB, jenis kelamin perempuan, BB : 3250 gram, PB : 50 cm. - Ibu mengatakan senang karena bayinya lahir dengan selamat. - Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar. - Ibu mengatakan sudah kentuk. - Ibu mengatakan tangannya masih diinfus. - Ibu mengatakan jalan lahirnya masih dipasang selang. - Ibu mengatakan perdarahannya biasa (normal). - Ibu mengatakan perutnya ditutup kasa. O : Keadaan Umum Kesadaran Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/90 mmHg Suhu Nadi RR - Kontraksi baik. - TFU 2 jari di bawah pusat. - Lochea rubra (merah tua). - Terdapat infus pada tangan kanan dengan cairan RDs - Terdapat kateter dengan jumlah urin 500 cc warna kuning. - Pada perut terdapat luka operasi dibalut kasa bersih dan kering. A : Ny. N P3003Ab000 POST SCTP hari ke I Kala II + Failure Of Dercent + PEB + Primitua sekunder, usia > 35 tahun. : 36,6 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : Baik : Composmentis

- Kolostrum sudah keluar.

P : - Menganjurkan ibu untuk mobilisasi bertahap (miring kanan kiri). - Menganjurkan ibu untuk diet MPBI. - Memberikan terapi dokter : Injeksi ampicilyn Injeksi plasminex Toramin Extrace 3 x 1 gram 3 x 1 gram. 3 x 1 ampul IV 2 x 1 ampul IV (IV).

Hari / tanggal : Rabu, 30 Januari 2008 Jam Di Ruang Dx : 09.00 WIB : 8

: Ny. N P3003Ab000 POST SCTP hari ke II Kala II + Failure Of Dercent + PEB + Primitua sekunder + usia > 35 tahun.

S : - Ibu mengatakan infus dan selang sudah dilepas. - Ibu sudah makan makanan dari RS. - Ibu mengatakan dirinya sudah menyusui bayinya di Ruang 11. - Ibu mengatakan bisa tidur dengan nyenyak. O : Keadaan Umum Kesadaran Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/90 mmHg Suhu Nadi RR - Kontraksi baik. - TFU 2 jari di bawah pusat. - Lochea rubra (merah tua). - Tidak terpasang infus dan kateter. - Instruksi Dokter : Terapi oral : - amoxilyn - Asam mefenamat - Nifepidin - Roboransia 3 x 500 mg 3 x 500 mg 3 x 10 mg 1x1 : 36,5 C : 88 x/mnt : 20 x/mnt : Baik : Composmentis

- Air susu tetap keluar.

A : Ny. N P3003Ab000 POST SCTP hari ke II Kala II + Failure Of Dercent + PEB + Primitua sekunder, usia > 35 tahun. P : - Tetap menganjurkan makan dari RS dan tidak boleh tarak. - Memberikan terapi dokter : - amoxilyn - Asam mefenamat - Nifepidin 500 mg 500 mg 10 mg

- :Memberi tahu ibu menjaga luka operasi agar tetap bersih dan basah.

- Mengajari ibu cara cebok yang benar, yaitu dari depan (alat kelamin) ke belakang (dubur) dibilas dengan air bersih.

DAFTAR PUSTAKA JNPK, KR. 2004. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi : Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka : Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai