Anda di halaman 1dari 16

BAB III MACAM MACAM PENYAKIT HEWANI Pendahuluan

Bab ini Kami sebut Penyakit Parasit Hewani, maksudnya parasit berupa hewan. Beberapa buku menyebutkannya sebagai zoonosis. Istifah ini kurang tepat karena zoonosis berarti penyakit pada hewan yang dapat ditularkan kepada manusia, sedangkan ketiga penyakit tersebut bukan penyakit pada hewan. Jadi istilah penyakit parasit hewani lebih tepat. I. PEDIKULOSIS

PENDAHULUAN Pedikulosis ialah infeksi kulit rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus (tergolong famili Pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit ini juga menyerang binatang, oleh karena itu dibedakan Pediculus humanus dengan Pediculus animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat artinya harus menghisap darah manusia untuk dapat mempertahankan hidup. KLASIFIKASI 1. Pediculus humanus var. capitis yang menyebabkan pedikulosis kapitis. 2. Pediculus humanus var. corporis yang menyebabkan pedikulosis korporis. 3. Phthirus pubis (nama dahulu : Pediculus pubis) yang menyebabkan pedikulosis pubis.

II.

PEDIKULOSIS KAPITIS

DEFINISI Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pedikulus humanus var. capitis. EPIDEMIOLOGI Penyakit ini tertutama menyerang anak anak usia muda dan cepat meluas dalam lingkungan hidup yang padat missal nye di asrama dan panti asuhan. Tambahan pula dalam
16

kondisi hygiene yang tidak baik, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang relatif susah dibersihkan (rambut yang sangat panjang pada wanita). Cara penularannya biasanya melalui perantara (benda), misalnya sisir, bantal, kasur, dan topi. ETIOLOGI Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina, yang betina dengan ukuran panjang 1,2 - 3,2 mm dan lebar lebih kurang 1/2 panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung Terdapat telur yang lebih matang. PATOGENESIS Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Gatal tersebut timbul karena pengaruh liur dar ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. GEJALA KLINIS Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama daerah oksipital dan temporal serta meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan terjadi erosi, Eskoriasika, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan ter-sebut kepala memberikan bau yang busuk. PEMBANTU DIAGNOSIS Cara yang paling diagnostik adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah oksiput dan temporal Telur berwarna abu-abu dan berkilat.

17

DIAGNOSIS BANDING 1. Tinea kapitis. 2. Pioderma (impetigo krustosa). 3. Dermatitis seboroika. PENGOBATAN Pengobatan bertujuan memusnahkan semua kutu dan telur serta mengobati infeksi sekunder. Menurut kepustakaan pengobatan yang dianggap terbaik ialah secara topikal dengan malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk losio atau spray. Caranya : Malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur. Obat tersebut sukar didapat. Di Indonesia obat yang mudah didapat dan cukup efektif ialah krim gama benzen heksaklorida (gameksan = gammexane) 1%. Cara pemakaiannya : setelah dioleskan lalu didiamkan 12 Jam, kemudian dicuci dan disisir dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur, seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi benzyl benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama. Pada keadaan infeksi sekunder yang berat sebaiknya rambut dicukur, infeksi sekunder diobati dulu dengan antibiotika sistemik dan topikal. lalu disusul dengan obat di atas dalam bentuk sampo. Higiene merupakan syarat supaya tidak terjadi residif. PROGNOSIS Prognosis baik bila higiene diperhatikan. III. PEDIKULOSIS KORPORIS

DEFINISI Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis.

18

EPIDEMIOLOGI Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan hiegine yang buruk, misal nya pengembala. Disebabkan mereka jarang menganti dan mencuci pakaian. itu penyakit ini sering dsebut penyakit vagabond. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya tran-sien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci. CARA PENULARAN 1. Melalui pakaian 2. Pada orang yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat melekat pada rambut "tersebut dan dapat ditularkan melalui kontak langsung ETIOLOGI Pediculus humanus var. corporis mempunyai 2 jenis kelamin, yakni jantan dan betina, yang betina berukuran panjang 1,2 - 4,2 mm dan lebar kira-kira setengah panjangnya, sedangkan yang jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang ditemukan pada kepala. PATOGENESIS Kelainan kulit yang timbuL disebabkan. oleh garukan untuk menghilangkan rasa gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap darah. GEJALA KLINIK Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada, badan karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang-kadang timbul. infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. DIAGNOSIS BANDING Neurotic excoriation
19

PEMBANTU DIAGNOSIS Menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. PENGOBATAN Pengobatannya ialah dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh dan didiamkan 24 jam, setelah itu penderita disuruh mandi. Jika masih belum sembuh diulangi 4 hari kemudian. Obat lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian agar rebus atau disetrika, maksudnya untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat infeksi sekunder diobati dengan antibiotik secara sistemik dan PROGNOSIS Baik dengan menjaga higiene. IV. PEDIKULOSIS PUBIS

DEFINISI Pedikulosis pubis ialah infeksi rambut di daerah pubis dan di sekitarnya oleh Phthirus pubis. SINONIM Pedikulosis pubis dulu dianggap Phthirus pubis secara morfologi sama dengan Pediculus, maka itu dinamakan juga Pediculus pubis. Tetapi ternyata morfologi keduanya berbeda, Phthirus pubis lebih kecil dan lebih pipih. EPIDEMIOLOGI Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S) serta dapat pula menyerang jenggot dan kumis. Infeksi ini juga dapat terjadi pada anak-anak, yaitu pada alis atau bulu rnata (misalnya blefaritis) dan pada tepi batas rambut kepala. CARA PENULARAN Umumnya dengan kontak langsung.
20

ETIOLOGI Kutu ini juga mempunyai 2 jenis kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan, panjang sama dengan lebar ialah 1 -2 mm. PATOGENESIS Gejala gatal yang ditimbulkan sama dengan proses pada pedikulosis. GEJALA KLINIS Gejala yang terutama adalah gatal daerah pubis dan di sekitarnya. Gatal ini dapat meluas sampai ke daerah abdomen dan dan dada. di situ dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut. Gejala patognomonik lainnya adalah black dot, yaitu adanya bercak-bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta berasal dan darah yang sering diinterpretasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. PEMBANTU DIAGNOSIS Bertujuan mencari telur atau bentuk dewasa. DIAGNOSIS BANDING 1. Dermatitis seboroika. 2. Dermatomikosis. PENGOBATAN Pengobatannya sama dengan pengobatan pedikulosis korporis, yakni dengan krim gameksan 1% atau emulsi benzil benzoat 25% yang dloleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari kemudian, jika belum sembuh.

21

Sebaiknya rambut kelamin dicukur. Pakaian dalam direbus atau disetrika. Mitra seksual harus pula diperiksa dan jika perlu diobati. PROGNOSIS Baik

V.

SKABIES

PENDAHULUAN Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh VON HEBRA, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh BENOMO pada tahun 1687, kemudian oleh MELLANBY dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II. SINONIM The itch, gudik, budukan, gatal agogo. DEFINISI Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcopies scabiei var, hominis dan produknya (DERBER 1971). EPIDEMIOLOGI Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

22

Cara penularan (transmisi) 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. 2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadangkadang oleh bentuk larva. Di kenal pula Sarcoptes scabiei var. animaliis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing. ETIOLOGI Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan ba-gian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwar-na putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Seteiah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup'beberapa'hari dalam tejpwqng-an yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3 5 hari , dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Seteiah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
23

mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memer-lukan waktu antara 8-12 hari. PATOGENESIS Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksekreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai(dermatitis)dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, "dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. -* GEJALA KLINIS Ada 4 tanda kardinal : 1. Pruritus nokturna Artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara berlomppk, misalnya dalam sebuah keluarga bia-sanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 3. Adanya terowonqan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi Berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayii dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 4. Menemukan tungau. merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
24

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Skabies Norwegia (skabies berkrusta) Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat.menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar. Penyakit terdapat pada penderita dengan retardasi mental, Kelemahan fisis, gangguan imunologik, dan psikosis. PEMBANTU DIAGNOSIS Cara menemukan tungau : 1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya. 2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudTan dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. 4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E. DIAGNOSIS BANDING Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding ialah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan lain-lain. PENGOBATAN Syarat obat yang ideal ialah : 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau. 2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik. 3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian 4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
25

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi). Jenis obat topikal: 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap semua stadium telur, maka pengunaan ya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritast, dan kadangkadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi? Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada , gejala diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. 5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan. PROGNOSIS Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisl (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik. VI. CREEPING ERUPTION

PENDAHULUAN

26

Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami hal yang sama. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab, misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, di Indonesia pun banyak dijumpai. DEFINISI Istilah ini digunakan pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebab-kan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing. SINONIM Cutaneous larva migrans, dermatosis linearis migrans, sandworm disease.

ETIOPATOGENESIS Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing, yaitu Ancylotoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada beberapa kasus ditemukan Echinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia maxiales, dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup-nya. Nematoda hidup pada hospes, ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena ke-lembaban berubah menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit. Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermo-epidermal, setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit. GEJALA KLINIS Masuknya larva ke kulit biasanya diserta) rasa gatal dan panas. Mula-mula akan timbul kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul

27

dengan diameter 2 -3 mm, berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Tempat predileksi adalah ditungkai, plantar tangan, anus, bokong dan, paha, juga dibagianian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada. DIAGNOSIS Berdasarkan bentuk khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul, dan terdapat papul atau vesikel di atasnya. DIAGNOSIS BANDING Dengan melihat adanya terowongan harus dibedakan dengan skabies, pada skabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti pada penyakit ini. Bila melihat bentuk yang polisiklik sering dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada permulaan lesi berupa papul, karena itu sering diduga insects bite. Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai herpes-zoster stadium permulaan. PENGOBATAN Sejak tahun 1963 telah diketahui bahwa antihelmintes berspektrum luas, misalnya tiabendazol (mintezol), ternyata efektif. Dosisnya 50 mg/ kg BB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Obat ini sukar didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah. Eyster mencobakan pengobatan topikal solusio tiabendazol dalam DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula pengobatan dengan suspensi obat tersebut secara oklusi selama 24-48 jam telah dicoba oleh Davis dan Israel. Obat lain ialah albendazol, dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal, diberikan 3 hari berturutturut.

28

Cara terapi ialah dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45" sampai 1', dua hari berturut- turut. Penggunaan N2 liquid juga dicobakan. Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi. Cara tersebut di atas agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan di sekitarnya. Pengobatan cara lama dan sudah ditinggalkan adalah dengan preparat antimon.

VII.

Gigitan laba laba

Epidemiologi I. Kebanyakan laba laba mengunakan venom untuk melumpuhkan dan membunuh mangsa nya. Laba laba amerika utara lesi nekrotik kulit termasuk : brown recluse, hobo, wolf , fishing, green lynx, sac dan jumping spiders. Brown recluse. Ukuran nya medium (6 10 mm) dan mempunyai warna colat dengan pola biola yang berwarna gelap pada bagian luar tubuh . Laba laba biasa nya mengigit korban nya yang terperangkap pada sarang nya. Patofisiologi Bias nya mengandung alkaline phosfatase, hialuronidase, lipase dan komponen utama nya sphingomielin D. Sphingomielin D mengaktivasi komplemen , metabolisme asam arakhidonat, dan neutrophilic kemotraksi yang menyebabkan hemolisis sebaik enzim penghancur myelin. Derajat nekrosis kulit seperti nya berhubungan dengan aktivitas neutrofil.

Gejala klinik Gejala local pada bekas gigitan muncul pada 2 -6 jam dan termasuk edema , eritema yang mungkin sembuh sendiri, yang lebih serius adalah luka tipe bulls eye yang dapat berbentuk menjadi parah, perdarhan, bula , ulkus dan berkembang menjadi nekrosis. Penyembuhan bisa berminggu minggu bahkan bulanan. Gejala sistemik bila gigitan nya luas. Ini terjadi dalam 2 3 hari dan termasuk hemolisis, trombositopenia, dan DIC, walaupun jarang kematian dapat terjadi dari peristiwa hemolisis, gagal ginjal, pulmonary edema dan DIC, khusus nya pada anak anak.
29

Penatalaksanaan Istirahat , dan kompres es, dan diangkat. Jauhi panas yang dapat memperburuk lesi. Tetanus booster dan analgetik. Dapsone pada kasus yang parah :perlu pengawasan. Perawatan supportive untuk gejala sistemik.

II.

Hobo Spider . Biasanya ditemukan di U.S. bagian utara pacific dan ukurannya 7 -14 mm, berwarna coklat dan mempunyai pola warna seperti duri ikan hering pada bagian abdomen nya. Laba laba ini bisa menyerang korban nya tanpa provokasi. Patofisiologi Komponen dari bisa sampai sekarang belum diketahui.

Gejala klinis Lokal : Dapat menyebabkan nekrosis kutaneus yang mirip dengan brown recluse spider tetapi tidak terlalu parah. Sisitemik : dapat terjadi pusing, dengan halusinasi visual dan auditorik.malaise, muntah dan diare. Sakit kepala dapat bertambah sakit sampai dengan 1 minggu.

Penatalaksanaan III. Sama dengan brown recluse Tidak ada indikasi dapsone

Black widow spider. Biasanya di temukan pada Negara dengan iklim hangat, ukuran nya 8 -15 mm dan berwarna hitam dengan warna merah di bagian depan. Laba laba ini dapat menghasilkan gejala klinis yang khas tetapi di bekas gigitan nya tidak terjadi nekrotik Patofisiologi Komponen bisa mengandung alpha-iatrotoxin, adalah suatu agen neurotoksin yang dapat melepaskan neurotransmitter.

Gejala klinis
30

Lokal : eritema, bekas gigi taring, dan pethechie. Sistemik : gejala muncul dalam 1 -3 jam dan termasuk rigiditas abdomen, kram otot, malaise, keringatan, mual, muntah, oliguria dan hipertensi , priapismus, takikardi, atau bradikardi. Gejala ini dapat belangsung 3-5 hari jika tidak di rawat.

Penatalaksanaan Kasium glukonas dan anti bisa Vaksinasi booster tetanus. Tarantula Laba- laba yang mengigit dengan bentuk paling besar dan beracun.

IV.

31

Anda mungkin juga menyukai