Anda di halaman 1dari 39

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan 1

masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor resiko di atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes mellitus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1.1 Definisi The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah. Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih. Klasifikasi Tekanan Darah Normal Pre hipertensi Stage 1 Hipertensi Stage 2 Hipertensi 1.2 Epidemiologi Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada 3 TDS (mmHg) < 120 120 139 140 159 > 160 TDD (mmHg) < 80 80 89 90 99 > 100

usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. 1.3 Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. 1) Hipertensi esensial Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 50 tahun. 2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain.

1.4 Faktor Risiko Hipertensi Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain : a. Keturunan Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan laki laki dibawah 55 tahun. b. Usia Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada lakilaki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya usia. c. Jenis kelamin Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh hormon. d. Merokok Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer. e. Obesitas 5

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada masing masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80 mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. f. Stress Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi. g. Aktifitas Fisik Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi. h. Asupan 1) Asupan Natrium Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi. Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan dalam

menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus. Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total. Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah. Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan. Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas. Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika asupan garam ditambah. 2) Asupan Kalium Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium. Sebaliknya 7

penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium. 3) Asupan Magnesium Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi. 4) Kalsium Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah pada lakilaki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium, magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari. 1.5 Patogenesis

Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer meningkat. Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap. 1.6 Gejala Klinis Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbedabeda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas. 1.7 Penatalaksanaan hipertensi a. Penatalaksanaan farmakologis 9

1)

Diuretic. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui

urin. Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid (HCT) dan furosemide. 2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah captopril, dan lisinopril. 3) 4) 5) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan penghambat ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan. menjadi turun. Contohnya propanolol. menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin. b. Penatalaksanaan non farmakologis Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet: Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM. Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi : Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium. 10

1.8 Preventif Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara : o o
o

Memeriksa tekanan darah secara teratur Menjaga berat badan dalam rentang normal Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan

berserat,rendah lemak dan mengurangi garam. o o o o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol Berolahraga secara teratur Mengurangi stress dan emosi Mengurangi makanan berlemak

11

BAB III KELUARGA BINAAN 3.1 Pengenalan keluarga binaan Keluarga Ibu Tando merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di Puskesmas Kuranji. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ibu Tando yang menderita hipertensi. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami mendiagnosis pasien dengan diagnosa kerja Hipertensi grade I ec. esensial. Penyakit ini termasuk penyakit yang bisa diturunkan dan memerlukan perhatian khusus terutama komplikasinya sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami lakukan diantaranya adalah berupa : Melakukan home visit / kunjungan kerumah. Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik. Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang dialami keluarga tersebut. Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :

Ny. Tando / perempuan / usia 75 tahun / Tidak bekerja. Ny. Yarni / Anak / perempuan / 58 tahun / Ibu rumah tangga. Tn. Yosman / Anak Ny. Yarni / laki-laki / 31 tahun / Wiraswasta Ny. Ica / Istri Tn. Yosman / perempuan / 23 tahun / Ibu rumah tangga Suci / Anak Ny. Yarni / perempuan / 20 tahun / Mahasiswa Fajri / Anak Ny. Yarni / laki-laki / 10 tahun / Pelajar

3.2 Identifikasi permasalahan Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor, secara garis besar sebagai berikut :

12

3.2.1 Kesehatan individu Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan Ibu Tando ke balai pengobatan puskesmas pembantu Taruko pada hari rabu tanggal 29 November 2011 dengan keluhan sakit kepala yang dialaminya sejak 1 hari yang lalu. Permasalahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya kami lakukan di rumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Ibu Tando di puskesmas : Identitas pasien Nama Umur kelamin Pekerjaan Alamat : Ny. Tando : 75 tahun : Perempuan : Tidak bekerja : Taruko Blok AB/1 13

Keluhan Utama: Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang

Sakit kepala sejak 1 hari yang lalu, sakit dirasakan hilang timbul, berkurang dengan istirahat. Sakit dirasakan terutama pada bagian belakang kepala. Sesak nafas (-), nyeri dada (-) Mual (-), muntah (-) Mata kabur disangkal. Rasa berat di tengkuk (+) Mudah lelah (-), cepat marah (-), sulit tidur (+) BAB dan BAK biasa Riwayat makan makanan yang tinggi garam dan berlemak ada. Riwayat kebiasaan merokok tidak ada. Kebiasaan minum kopi tidak ada. Kebiasaan minum alkohol tidak ada. Riwayat kebiasaan berolah raga tidak ada. Satu minggu sebelumnya pasien juga mengeluhkan rasa berat di tengkuk, pasien berobat ke pustu. Pada pemeriksaan yang lalu, tekanan darah pasien 150/90 mmHg. Pasien mendapat obat antihipertensi yaitu captopril. Keluhan berkurang setelah makan obat, dan mulai terasa kembali setelah 3 hari pasien tidak makan obat.

Riwayat mengkomsumsi obat obatan lain disangkal.

Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga


Riwayat dikenal menderita hipertensi sejak + 2 tahun yang lalu Riwayat diabetes mellitus tidak ada.

Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita hipertensi dan DM.

Aspek Psikologis di keluarga 14

Tiga orang anak merantau keluar kota dan jarang memberikan kabar.

Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik. Faktor stress dalam keluarga ada; pasien sering memikirkan anak-anaknya beberapa tahun terakhir.

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan


b. Jumlah Anak

: Menikah : 4 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang

d. KB e. Kondisi Rumah
-

: Tidak ada :

Rumah permanen, perkarangan sempit, luas bangunan 50m2 Listrik ada Sumber air : PDAM Jamban ada 1 buah berada di dalam rumah Sampah diangkut petugas Jumlah penghuni 6 orang; pasien, 1 orang anak, 3 orang cucu, dan 1 orang suami salah satu cucu pasien.

Kesan : higine dan sanitasi kurang

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal di pinggiran perkotaan yang cukup padat penduduk

15

Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Frekuensi Nadi Berat Badan BMI Mata Kulit Thorax/Dada Paru: Inspeksi Palpasi Perkusi: sonor Auskultasi Jantung: Inspeksi Palpasi Perkusi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-) : iktus tidak terlihat : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V : Kiri Atas : 1 jari medial LMCS RIC V : RIC II Kanan : LSD Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-) Abdomen 16 : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis : fremitus kiri=kanan : Baik : CMC : 150/80 mmHg : 80x/menit : 65 kg : 27,41 (overweight) : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : Turgor kulit baik Suhu Frekuensi Nafas Tinggi Badan : 36,8 0C : 20x/menit : 154 cm

Inspeksi Palpasi

: Perut tidak tampak membuncit : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi: Timpani Auskultasi Ektremitas : BU (+) N

: reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Laboratorium : tidak dilakukan

Pemeriksaan anjuran : Rontgen thorak PA

Diagnosis Kerja

Hipertensi stage I ec essensial

Diagnosis Banding : -

Manajemen a. Preventif Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam terutama ikan asin, makanan berkuah yang banyak garam, dan makanan cemilan yang banyak menggunakan garam sebagai bumbu perasa.

17

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama mentimun dan daun seledri yang dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi.

Jangan terlalu banyak pikiran yang mudah memicu meningkatnya tekanan darah karena pasien sedang membangun rumah dengan dana yang terbatas.

Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari dan kurangi aktivitas yang berat. Olah raga teratur minimal 3x seminggu terutama yang ringan saja. Kurangi berat badan hingga mencapai berat badan yang ideal secara bertahap. Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali sebulan ke puskesmas dan minum obat secara teratur

b. Promotif
-

Menjelaskan kepada pasien bahwa tekanan darah tinggi/hipertensi tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan mengurangi makanan yang banyak mengandung garam, berlemak dan tidak berhenti mengkonsumsi obat-obat anti hipertensi.

Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.-sayuran seperti timun karena dapat menurunkan tekanan darah.

c. Kuratif

Captopril tab 12,5 mg 2x1

d. Rehabilitatif : 18

Kontrol teratur minimal ke pusat kesehatan untuk menilai perkembangan atau perjalanan penyakit

Prognosis Quo ad sanam Quo ad bonam Quo ad kosmetikum Quo ad functionum : bonam : bonam : bonam : bonam

Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan anamnesis ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada tanggal 21 Mei 2011. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada keluarga ini : Tn.Syafriman / Ayah / 45thn Status gizi : Overweight, perokok, olahraga kurang, Ny. Riswarni / Ibu / 40 thn Status gizi : Overweight,olahraga kurang M.rizky/ Adik / 8thn Status gizi: Baik, kurang memperhatikan kebersihan gigi, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (-) Tiara/ Adik / 6thn Status gizi baik, memilki kebiasan suka jajan permen dan es, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun (-) 3.2.2 Kesehatan rumah dan lingkungan Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan : Perkarangan rumah yang kurang bersih : Halaman rumah kurang bersih, terdapat pot bunga yang berisi air yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak , dan selokan yang jarang dibersihkan.

19

Kondisi rumah : ventilasi udara kurang, sumber air dengan kualitas kurang bersih, jarak diantara dapur dan jamban bersebelahan tanpa adanya pembatas. kebersihan jamban dan kamar mandi yang kurang bersih, kebiasaan kadang - kadang membakar sampah dan makanan yang tersedia tidak ditutup.

Kebersihan lingkungan rumah yang kurang bersih. Terdapat tentangga yang mempunyai penyakit yang sama seperti pasien.

3.2.3 Kebiasaan hidup sehat Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat : Kebiasaan memakai handuk dan peralatan mandi secara bersama. Kebiasaan yang menjemur pakaiaan sebahagian didalam rumah. Kebiasaan makan makanan kurang bergizi, kurang mengkomsumsi sayuran dan buah buahan dan mempunyai kebiasaan jajan makanan yang tidak bergizi. Kebiasaan merokok pada ayah dan anak pertama. Kebiasaan olahraga tidak ada.

3.2.4 Permasalahan sosial dan ekonomi Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi sedang dengan penghasilan ayah Rp.2.500.000/bulan yang bekerja sebagai pedagang. 3.2.5 Permasalahan psikologi Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga pasien ini. 3.3 Pemecahahan Masalah Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan serta pandangan oleh preseptor, petugas kesehatan puskesmas lubuk buaya dan berdasarkan beberapa tinjauaan kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnnya : 20

3.3.1 Kesehatan individu Pada pasien: Gelembung-gelembung yang masih ada jangan dipecahkan karena bisa

menimbulkan infeksi sekunder dan sumber penularan.Untuk mencegah gelembunggelembung tersebut tidak pecah maka anjurkan kepada pasien untuk mengoleskan bedak(salisil talk) pada seluruh permukaan kulit pasien yang telah diperoleh pasien ketika berobat ke puskesmas.Selain itu bedak juga berfungsi untuk mengurangi gatal yang dikeluhkan pasien.Karena gatal yang dikeluhkan pasien sangat menganggu pasien maka pasien juga diberikan obat oral yaitu CTM yang diminum 1x1.Selain itu pada pasien juga diberikan Asiklovir 400mg : 5 x 2 tablet (800mg) / hari selama 7 hari,Vitamin C 50mg : 3 x 2 tablet (600mg) / hari.Pasein dianjurankan untuk mandi dengan air hangat + antiseptic untuk mengurangi gatal gatal dan mencegah terjadi infeksi sekunder. Salah satu kemungkinan penyebab penyakit varisela ini ditularkan oleh tetangga pasien yang juga menderita penyakit seperti ini sebelumnya ditambah dengan daya tahan tubuh pasien yang rendah sehingga penularan penyakit tersebut dapat terjadi. Untuk mempercepat penyembuhannya,pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri, memakan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh pasien dapat meningkat. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SMP ini merupakan kebiasaan yang tidak baik apalagi pasien masih dalam masa pertumbuhan. Pada pasien ini diberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan memberikan leaflet tentang bahaya rokok. Pasien dianjurkan untuk berolahraga teratur minimal 3 kali seminggu Untuk mencegah penularan pasien istirahat dulu dirumah, karena penyakit Pasien dianjuran untuk kontrol ulang setelah tiga hari untuk evaluasi

pasien bersifat menular. keberhasilan pengobatan dan untuk mengetahui adakah terdapat infeksi sekunder. 21

Pasien ini juga diajarkan bagaimana cara merawat bekas luka akibat

penyakit tersebut agar bekas nya bias diminimalisir Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain Berikut adalah pemecahan masalah pada anggota keluarga lain: Tn.Syafriman / Ayah / 45thn Status gizi : Overweight, perokok, olahraga kurang. Untuk mengatasi masalah kesehatan pada ayah pasien: - Memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik, Disarankan untuk mengurangi berat badan dengan diet teratur dengan menjaga pola makan,dan dengan olahraga secara teratur. Pengurangan berat badan ini untuk mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya. - Memberikan edukasi kepada ayah pasien tentang bahaya rokok, yang mana bahaya rokok ini tidak saja pda beliau tapi juga bahay bagi kekuarga yang tidak sengaja menghirup asap rokok tersebut. Ny. Riswarni / 40 thn Status gizi : Overweight Untuk mengatasi masalah kesehatan pada ibu pasien: - Memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik, Disarankan untuk mengurangi berat badan dengan diet teratur dengan menjaga pola makan,dan dengan olahraga secara teratur. Pengurangan berat badan ini untuk mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus, hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya. - Memberikan pengetahuan pada ibu pasien bagaimana cara mengatur pola gizi yang seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik anggota keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga anggota keluarga terhindar dari berbagai penyakit. Rizky / Adik / 8thn 22

- Memberikan pengetahuan kepada Rizky tetang pentingnya menjaga kebersihan gigi, mengajarkan cara menggosok gigi yang benar. - Mengajarkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memotong kuku 1 kali seminggu. - Memberikan pengetahuan kepda Rizky tentang pentingnya memakai l alas kaki jika bermain di tanah Tiara / Adik / 6thn - Mengajarkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta memotong kuku 1 kali seminggu. - Memberikan nasehat pada Tiara agar tidak terlalu sering memakan jajanan permen dan es dan menjelsak bahaya nya. - Menggosok gigi agar kesehatan giginya terjaga, minimal 2 kali seminggu. 3.3.2 Kesehatan rumah dan lingkungan Berikut adalah pemecahan masalah pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan : Pot bunga yang digenangi air merupakan sarang berkembang biak nyamuk oleh karena itu sebaiknya apabila pot tersebut memang tidak digunakan lagi sebaiknya dibuang saja atau ditutup agar air tidak tergenang. Selokan yang ada di depan rumah sebaiknya selalu dibersihkan. karena selokan yang kotor merupakan sumber penyakit. Sebaiknya ventilasi udara yang terdapat dirumah diperbaiki agar sirkulasi udara dirumah tersebut baik dan rumah tidak lembab. Jamban yang bersebelahan dengan dapur tanpa pembatas dapat menjadi sumber penyakit oleh karena itu sebaiknya antara dapur dan jamban diberi pembatas karena sumber air minum yang digunakan pasien dan keluarga berasal dari air sumur pompa untuk menjaga ke higenisannya maka sebaiknya air yang akan digunakan untuk minum di tampung pada sebuah wadah penampungan air dan ditutup rapat dan air dimasak sampai mendidih. Selain itu air sumur tersebut juga sebaiknya ditutup rapat agar air yang ada didalam sumur tersebut tetap terjaga kebersihannya. Sebaiknya kamar mandi disikat dan dibersihkan minimal 2x seminggu. 23

Pasien dan keluarga mempunyai kebiasaan tidak menutup makanan. Kebiasaan ini dapat menimbulkan kuman-kuman menempel pada makanan sehingga bisa menimbulkan penyakit, ditambah lagi keberadaan dapur yang bersebelahan dengan jamban yang tidak diberi pembatas merupakan sumber penularan penyakit. Pasien dan keluarga juga memiliki kebiasaan membakar sampah dekat rumah mereka, yang mana asap dari pembakaran tersebut dapat menimbulkan polusi udara, sebaiknya sampah dibakar jauh dari tempat tinggal atau dengan membuang ketempat penampungan sampah yang ada disekitar tempat tinggal Sebaiknya apabila ada tetangga yang menderita penyakit menular seperti varisela untuk dianjurkan segera berobat ke unit kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan klinik praktek dokter terdekat untuk memperoleh pengobatan dan agar penyakit tersebut tidak menular kepada orang lain. 3.3.3 Kebiasaan hidup sehat Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat : Sebaiknya antara pasien dan kedua orang adiknya untuk tidak tidur sekamar dan tidak menggunakan alat mandi secara bersamaan karena pasien dapat menularkan penyakitnya pada kedua orang adiknya. Kebiasaan yang menjemur pakaian didalam rumah merupakan kebiasaan yang tidak baik karena pakaian tersebut tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk membunuh kuman-kuman sehingga kuman-kuman dapat berkembang dengan baik dan sarang nyamuk. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri,memakan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup sehingga tubuh mempunyai mekanisme perlawanan yang baik untuk mencegah timbulnya penyakit. Pasien dan ayah pasien memiliki kebiasaan merokok.Dianjurkan kepada keduanya untuk meninggalkan kebiasaan merokok tersebut secara bertahap dengan cara mengurangi kebiasaannya merokok ini sedikit demi sedikit sampai menghentikannya. Kebiasaan ini tidak hanya merugikan kepada diri ayah pasien dan pasien tetapi juga dapat merugikan diri ibu dan kedua orang adik pasien yang juga menghirup asap rokok tersebut yang mana lebih berbahaya dibandingkan asap yang dihisap oleh ayah pasien dan pasien. 24

Kebiasaan olahraga tidak ada pada seluruh anggota keluarga merupakan salah satu

penyebab daya tahan tubuh pada keluarga tersebut rendah.Karena itu dianjurkan untuk berolar raga minimal 2 kali seminggu, setidaknya dengan melakukan aktivitas jalan pagi bersama dan gotong royong membersihkan rumah dan pekarangannya.
Follow up tanggal 14 mei 2011 Demam tidak ada Gelembung masih ada,yang baru tidak ada Gatal sudah berkurang Tanda infeksi sekunder tidak ada O/ Vital sign baik Status Dermatologikus:

P/
-

Lokasi Distribusi

: hampir seluruh tubuh : generalisata

Bentuk / susunan : tidak khas Batas Ukuran Efloresensi : tegas : milier - lentikuler : vesikel, makula hipopigmentasi, krusta kehitaman

Pemberian asupan gizi yang baik. Penerapan PHBS dengan bantuan leaflet. Pemberian leaflaet tentang bahaya rokok Perawatan bekas lesi

# Follow up (17 Mei 2011) S/ Demam tidak ada Tanda tanda infeksi sekunder tidak ada

25

O/

Bapak pasien tidak lagi merokok di sekitar anggota keluarga. Kebersihan rumah dan lingkungan rumah lebih baik Aggota keluarga lain tidak ada yang terkena penyakit yang sama Adik pasien sudah mulai rajin menggosok gigi 2x sehari

Keadaan umum dan vital sign baik Status Dermatologikus:

P/

Lokasi Distribusi

: hampir seluruh tubuh : generalisata

Bentuk / susunan : tidak khas Batas Ukuran Efloresensi : tegas : milier - lentikuler : makula hipopigmentasi, krusta kehitaman

- Memberikan motivasi pada adik untuk tetap menjaga kebersihan diri - Memberika motivasi pasien utuk tetap merawat luka bekas lesi dan dengan memberikan informasi agar tidak terlalu khawatir dengan bekasnya karena dengan perawatan yang baik bekasnya akan menghilang - Memotivasi ibu dalam memberikan variasi makanan yang bergizi seimbang. - Memotivasi ibu untuk mengunjungi klinik gizi di Puskesmas untuk memperoleh informasi mengenai makanan bergizi dan variasi menu makanan sehari-hari.
Follow up (21 Mei 2011) s/ Tanda tanda infeksi sekunder tidak ada Anggota keluarga lain tidak ada yang menderita penyakit yang sama Bapak pasien tidak lagi merokok di sekitar anggota keluarga

26

O/

Kebersihan rumah dan lingkungan rumah lebih baik Adik pasien sudah mulai rajin menggosok gigi 2x sehari

Keadaan umum dan vital sign baik Status Dermatologikus:

P/

Lokasi Distribusi

: hampir seluruh tubuh : generalisata

Bentuk / susunan : tidak khas Batas Ukuran Efloresensi : tegas : milier - lentikuler : makula hipopigmentasi, krusta kehitaman

- Memberikan motivasi kepada anggota keluarga agar tetap menjaga kebersihan diri dan ligkungan serta menjalankan pola hidup sehat. - Memberikan motivasi pada keluarga agar tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar daya tahan tubuh tetap terjaga. - Menyarankan orang tua pasien agar anggota keluarga memiliki jaminan kesehatan - Memberikan motivasi kepada anggota keluarga agar menjalankan PHBS.

27

BAB III ANALISIS MASALAH A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga


-

Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Hipertensi Suami pasien sibuk bekerja pada siang hari sehingga pasien tinggal sendiri di

rumah sementara pasien selalu bergantung pada suaminya agar bisa membawa pasien untuk kontrol penyakitnya ke puskesmas atau rumah sakit Pasien tidak beolah raga secara teratur untuk dapat mengendalikan hipertensinya dan dapat menurunkan berat badannya agar mencapai berat badan yang ideal. B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan komprehensif dan holistik a. Preventif
-

Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dikontrol dengan mengatur gaya hidup dan minum obat anti hipertensi secara teratur.

Perbanyak konsumsi sayur sayuran dan buah buahan. Hindari stress emosional dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan ( rajin beribadah ) dan selalu berpikiran positif dalam hidup.

Kurangi berat badan sampai mencapai berat badan ideal. Istirahat yang cukup Bagi keluarga lainnya, terutama bagi anak-anak pasien dianjurkan untuk memeriksakan tekanan darah secara berkala dan menjelaskan bahwa penyakit hipertensi juga berkaitan dengan faktor genetik.

28

b. Promotif -

Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat

Menjelaskan kepada pasien dan suaminya mengenai faktor risiko terjadinya hipertensi dan pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi seperti gangguan pada penglihatan, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara teratur dan minum obat secara teratur agar terhindar dari komplikasi hipertensi.

Mengedukasi pasien dan keluarga akan pentingnya pola hidup sehat seperti memakan makanan yang rendah garam dan lemak tak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.

e. Kuratif
-

Captopril 3 x 1 tab @ 25 mg HCT 1 x 1 tab ( pagi ) @ 25 mg

f. Rehabilitatif : Kontrol teratur ke Puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol. Jika ada tanda tanda bahaya seperti penurunan kesadaran, lemah sebelah anggota gerak, penurunan ketajaman penglihatan secara mendadak, muntah darah, sesak nafas saat istirahat, BAK seperti cucian daging segera kunjungi pusat pelayanan kesehatan/ Rumah sakit

Home Visite Tanggal 24 Mei 2011 29

Riwayat penyakit sekarang :

Keluhan tengkuk terasa terasa berat sudah tidak lagi dirasakan oleh pasien. Nyeri dada tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada Pasien mengeluhkan setelah minum obat anti hipertensi yang diberikan puskesmas

badannya menjadi cepat lelah. Setelah itu pasien tidak lagi meminum obat anti hipertensi yang diberikan Pasien mengeluhkan sering mudah marah terhadap anaknya akhir-akhir ini.

Pemeriksaan Fisik Pasien Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Frekuensi Nadi Berat Badan Mata Kulit Thorax/Dada Paru Inspeksi Palpasi Perkusi: sonor Auskultasi Jantung : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-) : iktus tidak terlihat 30 : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis : fremitus kiri=kanan : Sedang : CMC : 160/100 mmHg : 82x/menit : 60 kg : Status Oftalmologi : Turgor kulit baik Suhu Frekuensi Nafas : 36,5 0C : 16x/menit

Inspeksi

Palpasi Perkusi: Kiri

: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-) Abdomen Inspeksi Palpasi : perut tidak tampak membuncit : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi: Timpani Auskultasi Ektremitas Diagnosis : Hipertensi Stage II e.c esensial Anjuran :

: BU (+) N

: reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Tetap lanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan dan diterangkan kepada pasien bahwa captopril yang diminumnya tidak menyebabkan badannya jadi cepat lelah. Menganjurkan pada pasien untuk menyiapkan obat yang akan diminumnya sebelum suaminya pergi bekerja dan diletakkan ditempat yang mudah diambil supaya pasien dapat langsung minum obatnya jika sudah waktunya.

Menganjurkanp pada pasien ini untuk mau dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut untuk penyakitnya.

31

Home Visit tanggal 30 Mei 2011 Keluhan :

Sakit kepala dan tengkuk terasa berat sudah tidak lagi dirasakan pasien Pasien belum mau untuk dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil dengan alasan sibuk Obat habis.

mengurusi rumah tangga.

Pemeriksaan Fisik Pasien Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tekanan Darah Frekuensi Nadi Berat Badan Mata Kulit Thorax/Dada Paru Inspeksi Palpasi Perkusi: sonor Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-) 32 : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis : fremitus kiri=kanan : Sedang : CMC : 180/100 mmHg : 80x/menit : 60 kg : Status Oftalmologi : Turgor kulit baik Suhu Frekuensi Nafas : 36,7 0C : 16x/menit

Jantung

Inspeksi Palpasi Perkusi: Kiri

: iktus tidak terlihat : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

: 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD Atas Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi : perut tidak tampak membuncit : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - ) : RIC II : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Perkusi: Timpani Auskultasi Ektremitas Diagnosis : Hipertensi Stage II e.c esensial : BU (+) N : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Manajemen Masalah Menganjurkan pasien agar dapat meminta bantuan anaknya atau menantunya untuk

dapat menemani pasien berobat ke rumah Sakit.

Tetap megingatkan pasien agar teratur minum obat anthipertensi dan kontrol teratur

ke Puskesmas.

33

Gambar 1. Pasien dan dokter muda rotasi II

34

Gambar 2. Tampak perkarangan rumah dari depan

Gambar 3. Halaman samping rumah

Gambar 4. Parit samping rumah

35

Gambar 5. Halaman depan rumah

Gambar 6. Sumber air PDAM

36

Gambar 7. Ruang tamu dalam tahap pembangunan

Gambar 8. Kamar dalam tahap pembangunan

37

Gambar 9. Ruang tamu yang telah selesai pembangunannya

Gambar 10. Pemeriksaan tekanan darah pasien

38

Gambar 11. Dapur rumah

Gambar 12. Jamban sehat dengan sumber air PDAM

39

Anda mungkin juga menyukai