Anda di halaman 1dari 51

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sangat pesat, terutama di bidang teknologi elektronika mengakibatkan beberapa efek yang mempengaruhi kehidupan masyarakat untuk melangkah lebih maju (modernisasi), berfikiran praktis dan simple. Hal semacam ini memerlukan sarana pendukung yang sederhana, praktis dan berteknologi tinggi. Hal ini dapat disaksikan bahwa pembuatan peralatanperalatan yang serba otomatis yang mengesampingkan peran manusia sebagai subjek pekerjaan telah banyak ditemukan. Untuk memenuhi kebutuhan otomatisasi ini diperlukan peralatan kontrol yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Alatalat kontrol ini diantaranya alat kontrol berbasis mikrokontroler, saklarsaklar otomatis, dan programmable logic control (PLC). Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dilakukan di dalam dan di luar ruangan, bahkan aktifitas tersebut tidak lepas dari keberadaan pintu dimana kita harus membuka atau menutup pintu yang membuat kita terasa enggan untuk melakukannya, berulang-ulangkali keluar masuk pintu dengan menarik atau mendorong pintu. Apalagi pintu yang terpasang mengeluarkan bunyi keras, susah bergerak, disamping kurang sopan juga kurang praktis. dimana Melihat campur kondisi tangan riil yang ada masih kebanyakan dilibatkan proses secara pengoperasian pintu garasi mobil masih dilakukan secara manual manusia langsung. Bagi sebagian orang, membuka atau menutup pintu garasi mobil secara manual mungkin tidak menjadi persoalan, namun bagi sebagian orang lainnya, kegiatan seperti itu mungkin saja menjadi sebuah hal yang membosankan.

Dengan

memanfaatkan

salah

satu

sistem

yang

mempergunakan alatalat kontrol otomatis dalam hal ini PLC, diharapkan mampu terciptanya sebuah alat kontrol otomatis yang dapat memenuhi harapan tersebut. PLC (Programmable Logic Control) dapat dibayangkan seperti sebuah personal komputer konvensional (konfigurasi internal pada PLC mirip sekali dengan konfigurasi internal pada personal komputer). Akan tetapi dalam hal ini PLC dirancang untuk pembuatan panel listrik (untuk arus kuat). Jadi bisa dianggap PLC adalah komputernya panel listrik. Ada juga yang menyebutnya dengan PC (programmable controlle ). PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya pada proses pengepakan, penanganan bahan, perakitan otomatis dan lain sebagainya. Dengan kata lain, hampir semua aplikasi yang memerlukan kontrol listrik atau elektronik lainnya. Dengan demikian, semakin kompleks proses yang harus ditangani semakin penting penggunaan PLC untuk mempermudah proses-proses tersebut (dan sekaligus menggantikan beberapa alat yang diperlukan). Selain itu sistem control proses konvensional memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1. Perlu kerja keras saat dilakukan pengkabelan. 2. Kesulitan saat dilakukan penggantian dan perbaikan. 3. Kesulitan saat dilakukan pelacakan kesalahan. 4. Saat terjadi masalah, waktu tunggu tidak menentu dan biasanya lama. 5. Hard-wired Program 6. Tujuan dan aplikasi tertentu. Sedangkan penggunaan kontroler PLC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sistem kontrol proses konvensional, antara lain:

1. Dibandingkan

dengan

sistem

kontrol

proses

konvensional, jumlah kabel

yang dibutuhkan bisa

berkurang hingga 80%, wiring relatif sedikit. 2. PLC mengkonsumsi daya lebih rendah dibandingkan dengan system kontrol proses konvensional (berbasis relai). 3. Fungsi cepat. 4. Perubahan pada urutan operasional atau proses atau aplikasi dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan melakukan perubahan atau penggantian program, baik melalui terminal konsol maupun computer PC. 5. Tidak membutuhkan spare part yang banyak, perangkat kontroler sederhana. 6. Lebih murah dibandingkan dalam dengan kasus sistem konvensional, khususnya penggunaan diagnostik pada sebuah kontroler PLC membolehkan pendeteksian kesalahan yang mudah dan

instrumen I/O yang cukup banyak dan fungsi operasional prosesnya cukup kompleks. 7. Ketahanan PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relai automekanik. 8. Dokumentasi gambar sistem lebih sederhana dan mudah dimengerti. 9. Standarisasi sistem kontrol lebih mudah diterapkan. 10. Pemrograman yang ampuh dan disimpan didalam memori. 11. Aplikasi yang universal karena suatu program ditetukan oleh fungsi yang tersedia. 12. Commissioning dan trouble shooting lebih mudah dengan menggunakan fungsi yang tersedia.

13. grafik. 14. 15.

Programnya

dapat

menggunakan

teks

dan

Dapat menerima kondisi lingkungan yang berat. Produksi yang relatif besar

Pemakaian PLC sebagai alat kontrol untuk beberapa sistem otomatisasi telah banyak digunakan karena PLC dapat diberi perintah masukan yang memungkinkan dapat diterapkan dalam sistem pengoperasian pintu garasi secara otomatis. Pada sistem ini pintu garasi akan membuka dan menutup sendiri ketika ada sebuah mobil yang akan masuk ataupun keluar pintu garasi dan proses ini akan berulangulang secara otomatis. B. Permasalahan Berdasarkan kondisi di atas maka timbul permasalahan yaitu bagaimana merancang sebuah simulasi pintu garasi mobil otomatis yang menggunakan system kontrol PLC dan akan bekerja ketika ada sebuah mobil yang masuk ataupun keluar pintu garasi dengan jalan menaikkan dan menurunkan pintu.

C. Pembatasan Masalah Karena meliputi : 1. Sistem program pengendalian piranti menggunakan PLC OMRON TYPE ZEN. 2. Penerapan sensor disesuaikan dengan keadaan lingkungan, artinya kuat cahaya dioda laser disesuaikan dengan kepekaan LDR pada rangkaian penerima. 3. Penguncian pintu hanya menggunakan kondisi motor yang tidak bergerak. terbatasnya sarana dan prasarana dalam pembuatan alat, maka masalah yang akan dikaji dan dibahas

4. Sistem pengaman garasi mobil diabaikan, artinya hanya menggunakan kondisi pintu yang tertutup. D. Tujuan Tugas Akhir Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah : 1. Merancang dan membuat simulasi pintu garasi mobil otomatis dengan penggunakan PLC sebagai alat kontrol pengendali kerja motor dan sensor. 2. Mengetahui unjuk kerja dari alat yang dibuat. 3. Meminimalisasi campur tangan manusia dalam membuka atau menutup pintu garasi mobil. E. Manfaat Tugas Akhir Adapun manfaat yang tercapai dengan adanya alat tersebut adalah : 1. Bagi penulis sendiri, dapat memberikan gambaran mengenai salah satu aplikasi PLC dalam banyak hal tidak terbatas pada satu aplikasi saja. 2. Pemakai dapat membuka dan menutup pintu garasi secara otomatis tanpa harus mendorong ataupun menarik pintu garasi. 3. Memudahkan pemakai dalam membuka dan menutup pintu garasi mobil. 4. Sebagai bahan penunjang praktik di laboratorium PLC Teknik Energi Politeknik Negeri Medan.

F. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam 5 BAB yang terdiri dari:

a. BAB I Pendahuluan b. BAB II Landasan Teori c. BAB III Perancangan dan Pembuatan Alat d. BAB IV Pengujian Alat e. BAB V Penutup

BAB II LANDASAN TEORI

A. Programmable Logic Controller (PLC) Sistem kontrol proses terdiri atas sekumpulan piranti-piranti dan peralatan -peralatan elektronika yang mampu menangani kestabilan, akurasi dan mengeliminasi transisi status yang berbahaya dalam proses produksi. PLC pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960-an. Sebuah PLC (Programmable Logic Controller) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang ada pada sistem kontrol proses konvensional (Putra, Agfianto .E, 2004: 1). PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensor), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, berupa menghidupkan atau mematikan keluaran. Program yang digunakan adalah ladder diagram yang kemudian harus dijalankan oleh PLC. Dengan kata lain PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan pada instrument keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang diamati. PLC banyak digunakan pada aplikasi-aplikasi industri, misalnya pada proses pengepakan, perakitan otomatis dan lain-lain. Hampir semua aplikasi memerlukan kontrol listrik membutuhkan PLC. Alasan utama perancangan PLC adalah untuk mengilangkan beban ongkos perawatan dan penggantian sistem kontrol mesin berbasis relai. PLC sesungguhnya merupakan sistetm mikrokontroler khusus untuk industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan keras yang diadaptasi untuk keperluan aplikasi dalam dunia industri. Elemen-elemen dasar sebuah PLC: 1. Unit Pemgolahan Pusat (CPU Central Processing Unit) CPU merupakan otak dari sebuah kontroler PLC. CPU itu sendiri biasanya merupakan sebuah mikrokontroler. Pada awalnya merupakan mikrokontroler 8-bit seperti 8051, namun saat ini bisa merupakan mikrokontroler 16-bit dan 32-bit. CPU ini juga menangani komunikasi dengan piranti eksternal, interkonektivitas antar bagian-bagian inter PLC, eksekusi program, manajemen memori, mengawasi atau mengamati masukan dan memberikan sinyal keluaran. Kontrol PLC memiliki suatu

kompleks yang digunakan untuk memeriksa memori agar dapat dipastikan memori tidak rusak, hal ini dilakukan untuk keamanan. 2. Memori Memori sistem digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses. Selain berfunsi untuk menyimpan sistem opersi, juga digunakan untuk menyimpan program yang harus dijalankan, dalam bentuk biner, hasil terjemahan ladder diagram yang dibuat oleh pengguna atau pemrogram. Isi dari memori itu dapat berubah atau dikosongkan. Pemrograman PLC, biasanya dilakukan melalui kanal serial komputer yang bersangkutan. Memori pengguna dibagi menjadi beberapa blok yang memiliki fungsi khusus. Beberapa bagian memori digunakan untuk menyimpan status masukan dan keluaran. Status yang sesungguhnya dari masukan maupun keluaran disimpan sebagai logika atau bilangan 0 dan 1 (dalam lokasi bit memori tertentu). Masingmasing masukan atau keluaran berkaitan dengan sebuah bit dalam memori. Sedangkan bagian lain dari memori digunakan untuk menyimpan isi variabelvariabel yang digunakan dalam program yang dituliskan. Misalnya, nilai pewaktu atau nilai pencacah bisa disimpan dalam bagian memori ini. 3. Pemrograman PLC Kontrol PLC dapat diprogram melalui komputer, bisa juga diprogram dengan program manual. Untuk keperluan ini dibutuhkan perangkat lunak, dan bergantung pada produk PLC-nya. Dalam hal ini penulis memakai PLC dari OMRON seri ZEN Programmable Relay. Saat ini fasilitas transmisi PLC dengan komputer sangat penting sekali artinya dalam pemrograman ulang PLC dalam dunia industri. Sekali sistem ini diperbaiki, program yang benar dan sesuai harus disimpan ke dalam PLC lagi. Selain itu diperlukan pemeriksaan program PLC, apakah selama disimpan tidak terjadi perubahan atau sebaliknya, apakah program sudah berjalan dengan benar atau tidak. Hal ini membantu untuk menghindari situasi berbahaya dalam ruang produksi. Hampir semua produk perangkat lunak untuk memrogram PLC memberikan kebebasan berbagai macam pilihan seperti: memaksa suatu saklar (masukan atau keluaran) bernilai 1 atau 0, melakukan pengawasan program secara real-time

termasuk pembuatan dokumentasi diagram tangga yang bersangkutan. Pemrogram dapat memberikan nama pada piranti masukan maupun keluaran, komentarkomentar pada blok diagram dan lain sebagainya. Dengan pemberian komentar maupun dokumentasi pada program, maka akan mudah nantinya dilakukan pembenahan program dan pemahaman terhadap kerja program diagram tangga tersebut. 4. Catu Daya PLC Catu daya listrik digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke seluruh bagian PLC (termasuk CPU, memori dan lain-lain). Kebanyakan PLC bekerja pada tegangan 24 VDC atau 220 VAC. Pengguna harus menyediakan catu daya terpisah untuk masukan dan keluaran PLC. Dengan cara ini maka lingkungan industri dimana PLC digunakan tidak merusak PLC-nya itu sendiri karena memilki catu daya terpisah antara PLC dengan jalur-jalur masukan dan keluaran. 5. Masukan-masukan PLC Kecerdasan sebuah sistem terotomatisasi sangat bergantung pada kemampuan sebuah PLC untuk membaca sinyal dari berbagai macam jenis sensor dan piranti-piranti masukan lainya. Untuk mendeteksi proses atau kondisi suatu keadaan yang sedang terjadi, misalnya, jumlah barang, ketinggian permukaan air, tekanan uadara dan sebagainya, maka dibutuhkan sensor yang tepat untuk masingmasing keadaan. Dengan kata lain sinyal-sinyal masukan tersebut dapat berupa logik (ON atau OFF) maupun analog. Salah satu sinyal analog yang sering dijumpai adalah sinyal arus 4 hingga 20 mA (mV) yang diperoleh dari bermacammacam sensor. Lebih canggih lagi, peralatan lain dapat dijadikan masukan untuk PLC, seperti citra dari kamera,robot dan lain-lain. 6. Keluaran-keluaran PLC Sistem terotomatisasi tidaklah akan lengkap jika tidak ada fasilitas untuk menghubungkan dengan alat-alat eksternal. Beberapa alat atau piranti yang banyak digunakan adalah motor, selenoid, relai, lampu indikator, speaker dan lain-lainnya. Keluaran digital bertingkah seperti sebuah saklar, menghubungkan dan

memutuskan. Keluaran analog digunakan untuk menghasilkan sinyal analog (untuk mengendalikan motor). 7. Instruksi-instruksi tangga(ladder instrucstion) Instruksi tangga atau ladder instrucstion adalah instruksiinstruksi yang terkait dengan kondisi-kondisi di dalam diagram tangga. Instruksi-instruksi tangga, baik yang independen maupun kombinasi atau gabungan dengan blok instruksi berikut atau sebelumnya, akan membentuk kondisi eksekusi seperti dibawah ini: a. LOAD (LD) dan LOAD NOT (LD NOT) Kondisi pertama yang mengawali sembarang blok logika di dalam diagram tangga. baris Masing-masing kode mnemonik instruksi dan ini membutuhkan satu kondisi

eksekusinya, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Instruksi LOAD

Instruksi LOAD NOT Gambar 1. Contoh intruksi LD dan LD NOT b. AND dan AND NOT Jika terdapat dua atau lebih kondisi yang dihubungkan secara seri pada garis instruksi yang sama, maka kondisi yang pertama menggunakan instruksi LD atau LD NOT dan sisanya menggunakan instruksi AND atau AND NOT. Instruksi AND dapat dibayangkan akan menghasilkan ON jika kedua kondisi yang terhubungkan dalam kondisi ON semua, jika ada salah satu

10

atau kedua-duanya dalam kondisi OFF maka instruksi AND akan lalu menghasilkan OFF.

Instruksi AND

Instruksi AND NOT Gambar 2. Contoh instruksi AND dan AND NOT c. OR dan OR NOT Dua atau lebih kondisi dihubungkan secara pararel, artinya dalam garis instruksi yang berbeda kemudian bergabung lagi dalam satu garis instruksi yang sama, maka kondisi pertama terkait dengan instruksi LD atau LD NOT dan sisanya berkaitan dengan instruksi OR atau OR NOT. Gambar 3 ditunjukkan tiga buah kondisi yang berkaitan dengan LD NOT, OR NOT, dan OR. Sekali lagi masingmasing intruksi ini membutuhkan satu baris kode mnemonik.

Gambar 3. Contoh instruksi OR dan OR NOT d. OUT dan OUT NOT

11

Cara

yang

paling

mudah

untuk

mengeluarkan

hasil

kombinasi kondisi eksekusi adalah dengan menyambung langsung dengan keluaran melalui instruksi OUTPUT (OUT) atau OUTPUT NOT (OUT NOT). Kedua instruksi ini digunakan untuk mengontrol bit operan yang bersangkutan berkaitan dengan kondisi eksekusi apakah ON atau Off.

8. Pengaturan atau Antarmuka Keluaran Keluaran juga membutuhkan antarmuka yang sama yang digunakan untuk memberikan perlindungan antara CPU dengan peralatan eksternal, hal ini penulis menggunakan relay. B. Zen ZEN Programmable Relay merupakan produk PLC lain dari OMRON, sebagaimana ditunjukan pada gambar 1. merupakan kontroler kecil yang menyediakan 10 saluran input/output (I/O) yang dapat diprogram (terdiri dari 6 masukan dan 4 keluaran). Alat ini jauh lebih murah dibandingkan seri CPM1 maupun CPM2

Gambar 4. ZEN Programmable Relay Dalam kesempatan ini penulis menggunakan ZEN type LCD, yang dilengkapi dengan LCD dan tombol-tombol operasi.Zen Programmable Relay berukuran kecil dan ringan, untuk tipe 10 I/O ukurannya 90 x 70 x 56 mm dan dapat dipasang dimana saja.

12

1.Fitur-fitur ZEN a. Mudah diprogram, perangkat ZEN ini lebih mudah pengoperasianya dibanding type CPM1.Terdapat 4 macam jenis keluaran yang dapat diatur dengan mudah, meliputi : operasi normal, operasi SET, operasi RESET dan operasi TOGGLE atau ALTERNATE. b. Antisipasi kerusakan catu daya, ZEN memiliki bit-bit penyimpan dan penyimpan pewaktu untuk antisipasi kerusakan catu daya. Bit-bit ini akan menyimpan sebelum terjadi kerusakan. c. Pewaktu yang komplek yang mudah diatur, terdapat 16 pewaktu yang mendukung 4 macam operasi yaitu Tundaan ON. Tundaan OFF. Pulsa tunggal. Pulsa kedip (ON-OFF bergantian) Serta 3 jangkauan pengaturan pewaktu yaitu: 0,01 hingga 99,99 detik 1 detik hingga 99 menit 59 detik 1 menit hingga 99 jam 59 menit d. Pencacah naik/turun dan komparator, selain memiliki pewaktu, ZEN juga di lengkapi dengan 16 pencacah atau conter yang bisa diprogrm naik maupun turun. e. Operasi pewaktu bergantung musim dan hari, Unit CPU dalam ZEN juga memiliki fungsi kalender dan jam yang terdiri dari 16 pewaktu mingguan dan 16 pewaktu kalender. Pengontrolan musiman dimungkinkan dengan kombinasi pewaktu mingguan dan kalender tersebut. Cocok untuk pengontrolan penyemprotan taman atau kebun. f. Masukan analog langsung. Unit CPU dengan catu daya DC memilki 2 masukan analog langsung (tegangan 0 hingga 10 volt) dan 4 komparator analog. g. Pembuatan diagram tangga menggunakan perangkat lunak, selain bisa diprogram secara langsung, juga dapat diprogrm dengan perangkat lunak

13

ZEN Suport Software, sebagaimana contoh tampilannya ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 6.Perangkat lunak ZEN ZEN Suport Software dapat digunakan untuk mensimulasikan ZEN dan memonitor program tangga secara langsung, sehingga dapat langsung diamati cara kerja program tangga yang terkait. 2.Area Memori a. Bit-bit I/O, Work dan Penyimpan Internal (Internal Holding). Bit-bit keluaran/masukan atau I/O, kerja (Work) dan penyimpan internal (Internal Holding) berikut dengan keterangan atau penjelasan fungsi-fungsingya ditunjuk pada tabel 1. Tabel 1. alokasi bit-bit I/O, ekspansi, kerja dan penyimpan internal.
Nama Bit Tipe I Alamat bit 05 6 Jumlah bit Unit Progra Fungsi Menyata m tangga Masuk

14

CPU dengan 10 I/O 0B 12

kan status ON/OF F piranti masukan yang terhubun g dengan terminal masukan CPU an NO/N C

masukan

Unit CPU dengan 20 I/O

Bit masukan unit ekspansi I/O Bit masukan unit ekspansi I/O B 07 8 X 0B 12

Menyatakan ON/OFF piranti masukan yang terhubung dengan terminal masukan unit ekspansi Akan ON jika tombol-tombol operasional ditekan selama RUN. Hanya dapat digunakan untuk CPU tipe LCD Keluaran dari hasil

Saklar tekan

perbandingan masukan A 03 4 analog. Hanya dapat digunakan dengan model catu daya 24 VDC Bandingkan nilai saat ini P 0F 16 pewaktu (T), penyimpan pewaktu (#) dan pencacah (C) dan keluarkan hasilnya Unit NO/NC 03 4 CPU dengan 10 I/O Unit Masukan

Masuk an NO/NC Masuk an NO/NC

Bit komparat or analog Bit komparat or Bit 0F 8 Q

15

CPU keluaran Bit keluaran unit ekspansi I/O Bit kerja Bit penyimp an (Holding Bit) H 0F 16 M 0F 16 Y 0B 12 dengan 20 I/O Mengeluarkan status ON/OFF dari bit keluaran ke piranti keluaran yang terhubung dengan unit ekspansi Hanya dapat digunakan dalam program, tidak dapat digunakan sebagai keluaran Sama seperti bit kerja hanya saja bit penyimpan ini akan menjaga status ON/OFF walaupun catu daya dimatikan

Keterangan: NO (Normally Open) NC (Normally Close) Untuk saklar tekan (pushbutton atau simbol B) mengikuti aturan yang ditunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7. Tombol tekan pada ZEN Tombol operasional (seperti DEL, ALT dan seterusnya) dapat digunakan untuk operasional ZEN, tidak peduli apakah tombol-tombol yang bersangkutan digunakan sebagai tombol tekan (B) atau tidak, dengan kata

16

lain, saat suatu tombol operasional, misalnya DEL ditekan (untuk opersional penghapusan) maka tombol tekan B6 juga ON. Bit-bit keluaran tersebut mencakup bit-bit keluaran terminal ZEN (Q), bit-bit keluaran terminal ekspansi ZEN (Y), bit-bit kerja (M) dan bitbit tahan (H), penggambarannya pada diagram tangga baik pada perangkat lunak ZEN Support Software maupun tampilan LCD sebagai berikut.
Alamat Bit Kondisi eksekusi Tipe bit Fungsi tambahan ([, S, R dan A)

Tipe bit diisi dengan Q, H, Y atau M sedangkan fungsi tambahan [, S, R dan A diterangkan dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. tipe bit dan fungsi tambahan. Meng-ON atau OFF-kan keluaran mengikuti status ON [ NORMAL atau OFF kondisi eksekusi eksekusi selama ON Membuat S SET sebelumnya, kondisi
I --0---------- [Q0

ON, maka keluaranya juga keluaran akan

ON terus setelah kondisi eksekusi ON Membuat keluaran OFF terus kondisi akan

I ---1--------- SQ0

(asumsi eksekusi

RESET

keluaran sebelumnya ON) setelah ON sekali Bergantian ON dan OFF

I 2 -----------RQ0

ALTERNATE

selama ON

kondisi

eksekusi

I 3----------- AQ0

17

b. Pewaktu dan Pencacah Pada ZEN Programmable Relay terdapat 2 macam pewaktu, yaitu pewaktu (timer) dan pewaktu tahan (Holding Timer) dengan perbedaan sebagai berikut: 1) Pewaktu : nilai pewaktu saat ini akan di-reset saat pewaktu diubah dari mode RUN ke mode STOP atau catu daya ZEN dimatikan. Terdapat 4 macam operasional pewaktu jenis ini, yaitu: tundaan ON (X), tundaan OFF(%), pulsa tunggal (O) dan kedipan (F). 2) Pewaktu tahan : nilai pewaktu saat ini akan disimpan walaupun terjadi pengubahan mode RUN menjadi STOP atau catu daya dimatikan. Pewaktu akan dilanjutkan kembali jika masukan pemicu ON, selain itu status ON pada bit pewaktu tahan ini akan disimpan jika waktu yang dikehendaki sudah selesai. Bit peaktu tahan ini hanya bisa beroperasi dengan fungsi tundaan ON saja. 3) Pencacah : terdapat 16 pencacah yang dapat digunakan dalam mode naik (increment) maupun turun (decrement). Nilai saat ini dari pencacah akan dismpan jika mode ZEN diubah atau catu daya dimatikan. Bit pencacah akan ON jika nilai cacah sudah melampaui yang ditentukan (nilai saat ini e nilai yang ditentukan). Nilai pencacah kembali ke 0 dan bit pewaktu akan OFF jika direset, sebagaimana bit-bit pewaktu, pewaktu tahan dan pencacah berikut dengan penjelasan atau keterangan singkat ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. alokasi bit-bit waktu, pewaktu tahan, dan pencacah. Alamat Alamat Nama Type Fungsi Bit Bit Pewaktu T 0F 16 Dapat diubah fungsinya antara operasi tundaan ON, tundaan OFF, satu pulsa(one shoot)dan pulwsa kedip(ONProgram Tangga Kondisi NO/NC

18

OFF) Mampu menyimpan nilai pewaktuan dan Pewaktu tahan # 07 8 status ON walaupun catu daya dimatikan atau mode diubah dari RUN menjadi STOP Pencacah yang dapat Pencacah C 0F 16 dinaikan maupun diturunkan pencacahnya Dapat menghidupkan (ON) atau mematikan Pewaktu mingguan (OFF) selama @ 0F 16 beberapa hari atau periode waktu yang ditentukan Dapat menghidupkan (ON) atau mematikan Pewaktu kalender * 0F 16 (OFF) selama periode tanggal ditentukan c. Bit-bit Penampilan. Suatu pesan yang dibuat oleh pengguna, jam, nilai pewaktu atau pencacah saat ini atau nilai kenversi analog dapat ditampilkan pada layer LCD, jika digunakan fungsi tampilan (D) dan jika sigunakan lebih dari satu, maka satu layar dapat menampilkan beberapa data atau pesan sekaligus. Contoh tampilan pada LCD ditunjukkan pada gambar 8. Contoh operasi 1 Contoh operasi 2 yang

19

memonitor status operasi sistem Gambar 8.

menampilkan jam dan tanggal

Contoh tampilan LCD

Gambar 9. Layar pengaturan bit penampilan pada LCD ZEN digunakan untuk memprogram rangkaian relay, rangkaian pencacah dan rangkaian pewaktu mingguan yang sederhana. Persamaannya dengan PLC Sysmac adalah sama-sama menggunakan diagram atau program tangga, sedangkan perbedaan utama antara PLC Sysmac (CPM1A/ CPM2A) dan ZEN adalah: 1) Program tangga dalam ZEN ditulis dengan maksimum 3 masukan atau 3 kondisi eksekusi dan 1 keluaran hingga maksimum 96 garis, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10.

20

Gambar 10. Aturan penulisan diagram tangga dengan ZEN 2) Instruksi, bahasa pemrograman Sysmac mengandung beberapa instruksi dasar seperti LD, AND, OR, OUT, pewaktu dan pencacah. Selain itu ZEN juga memiliki pewaktu mingguan, pewaktu kalender dan penampil. 3) Parameter pewaktu, pencacah dan lainnya diatur dengan masukan ZEN atau melalui perangkat lunak ZEN (ZEN Suport Software) dan hasilnya dapat digunakan untuk mengatur keluaran, perhatikan contoh diagram tangga yang ditunjukkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Contoh penggunaan pewaktu Pada keluaran T0, bisa diatur pewaktu berapa yang digunakan, dengan jendela pengaturan sebagaimana ditunjukan pada gambar 11. sedangkan pada kondisi eksekusi T0 (pada masukan) dapat diatur jenis atau type pewaktunya, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.

21

Gambar 12. Pengaturan pewaktu dan penentuan type/jenis pewaktu 4) Program tangga tangga antara PLC dan ZEN dikerjakan secara berbeda. ZEN mengerjakan seluruh program tangga (hingga maksimum 96 garis) dari garis pertama hingga akhir dalam 1 siklus yang bersamaan. Masing- masing garis dikerjakan dari kiri ke kanan. Ditunjukan pada Gambar 13.

Gambar 13. Ilustrasi eksekusi program tangga dalam ZEN

22

o waktu mulai dari awal proses dari bus bar hingga kembali ke bus bar lagi (untuk menjalankan seluruh program tangga) dinamakan waktu siklus. o Status ON/OFF yang dihasilkan oleh kontak keluaran tidak dapat digunakan sebagai status kontak masukan dalam siklus yang sama, tetapi bisa digunakan dalam dalam siklus selanjutnya, perhatikan contoh yang ditunjukan pada gambar 14. saat I0 menjadi ON, maka M0 di garis 1 masih dalam kondisi OFF sehingga efeknya Q0 akan ON untuk siklus berikutnya, demikian juga saat I0 menjadi OFF.

Gambar 14. Ilustrasi penggunaan status ON/OFF pada ZEN C. Sensor Cahaya 1. Dioda Laser Dioda laser adalah LED yang dibuat khusus untuk dapat beroperasi sebagai laser. Laser singkatan dari light amplifications by stimulated of radiation (amplifikasi cahaya dengan emisi radiasi yang distimulasi). Tidak seperti LED, dioda laser mempunyai lubang optis dibentuk dengan pelapisan sisi yang berlawanan dari chip untuk menghasilkan dua permukaan pemantulan yang tinggi.. Seperti LED, dioda laser adalah dioda sambungan PN yang pada level arus tertentu akan memancarkan cahaya. Dioda laser tidak lebih dari suatu LED yang dibuat dengan sangat teliti dengan lapisanlapisan rata dan dua buah cermin kecil. Cermin cermin itu sangat berhadapan antara yang satu dengan yang lainnya dan menghasilkan umpan balik internal yang menyebabkan terjadinya perangsangan emisi dari radiasi (stimulated emulation of radiation). Emisi yang distimulasikan terjadi secara alamiah bila suatu proses

23

cahaya

yang dipancarkan oleh

elektron yang dibangkitkan

menyerang elektron kedua yang dibangkitkan dan memaksa untuk mengadakan penggabungan kembali dengan suatu lubang hasilnya adalah terjadinya dua buah proton yang memiliki frekuensi dan perjalanan yang benarbenar identik dalam fasa yang sempurna antara yang satu dengan yang lainnya. Emisi yang disimulasikan merupakan suatu amplifikasi (penguatan) kemudian disimulasikan bahan laser dan hasilnya adalah sinar laser.

Gambar 15. Dioda laser Sebagian besar dioda laser dibuat dengan memproduksi lapisan presisi dari arsenida galium (GaAs) atau semikonduktor penghasil cahaya yang lain, dioda laser dalam rangkian ini digunakan sebagai pemancar yang berkas cahayanya dikenakan secara langsung dengan LDR selaku sensor penerima cahaya. 2. LDR (Light Dependent Resistor) LDR singkatan dari Light Dependent Resistor yang dibuat dari bahan semikonduktor seperti silicon, selenium atau kadmium sulfida. Foton conductive ini mempunyai sifat akan berkurang nilai resistansinya apabila tidak terdapat cahaya yang mengenainya dan akan naik nilai resistansinya apabila cahaya jatuh padanya.

24

Gambar 16. LDR D. Motor DC Motor adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga gerak atau energi mekanik, dimana tenaga gerak tersebut berupa putaran daripada rotor. Fungsi motor ini berdasarkan gejala bahwa suatu medan magnet mengeluarkan gaya pada penghantar berarus. Prinsip kerjanya adalah apabila sebuah kawat penghantar yang dialiri arus diletakkan antara dua buah kutub magnet, maka pada kawat itu akan bekerja suatu gaya yang menggerakkan kawat itu (gaya lorentz). Setiap konduktor yang mengalirkan arus mempunyai medan magnet disekelilingnya. Kuat medan tergantung pada besarnya arus yang mengalir dalam konduktor tersebut. Pada motor DC, konduktor pengalir arus dililitkan pada alur-alur jangkar. Jika jangkar berputar maka dalam lilitan jangkar motor tersebut dibangkitkan gaya gerak listrik (GGL) yang kemudian diubah menjadi energi mekanik dalam rotor. Kontruksi dari motor DC terbagi atas beberapa bagian antara lain : 1. Stator atau bagian yang diam, terdiri dari: Rumah stator (gandar) sebagai tempat jalan mengalirnya medan magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet, dan melindungi bagian-bagian mesin lainnya, sehingga dibuat dari bahan feromagnetik. 2. Rotor yang berputar, terdiri dari jangkar, lilitan jangkar, komutator dan sikat-sikat.

25

Gambar 17. Motor DC

E.Komponen Pendukung 1. Relay Relai adalah suatu alat yang dioperasikan dengan listrik yang mengontrol penghubungan rangkaian listrik (Frank D. Petruzella, 2004:191). Relai menempati posisi penting dalam banyak sistem kontroL, bermanfaat untuk kontrol jarak jauh, pengendalian arus dan tegangan tinggi dengan sinyal kendali bertegangan dan berarus rendah. Susunan paling sederhana terdiri atas kumparan kawat penghantar yangdigulungkan pada former memutari teras magnet. Bila kumparan dienergikan oleh arus, medan magnet yang dibangun menarik armature berporos, memaksanya bergerak cepat kearah teras. Gerakan armatur ini melalui pengungkit dipakai untuk membuka atau menutup kontakkontak. Waktu kerja dan waktu lepas untuk relai armatur berada dalam daerah 15 milidetik. Susunan semua kontaknya itu secara listrik terisolasi dari rangkaian kumparan. Normal terbuka (normally open), kontak-kontakakan tertutup bila relai diberi tegangan. Normal tertutup (normally close), kontak-kontak terbuka bila diberi tegangan.

26

Gambar 18. Relai 12 Vollt 8 pin 2. Limit Switch Sakelar batas atau limit switch merupakan saklar yang dapat dioperasikan secara otomatis ataupun manual. Limit switch mampunyai fungsi yang sama yaitu mempunyai kontak NO (Normaly Open) dan NC (Normally Close). Limit switch akan bekerja jika ada benda yang menekan roller-nya, sehingga kedudukan kontak NO menjadi NC dan kontak NC menjadi NO. Jika benda sudah diangkat, roller dari limit switch kembali keposisi semula, demikian pula dengan kedudukan kontak-kontaknya.

Gambar 19. Limit Switch 3. Saklar tombol tekan Saklar tombol tekan adalah suatu jenis peralatan kontrol yang digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik. Saklar tombol tekan dioperasikan secara manual dengan cara menekan tombolnya. Menurut kedudukan kontakkontaknya tombol tekan dapat dibagi menjadi dua yaitu, Normally Open (NO) dan Normally Close (NC). Kontak NC kedudukan kontaknya

27

dalam keadaan tertutup sebelum tombol dioperasikan atau ditekan. Apabila kontak NC tersebut ditekan maka kedudukan kontaknya akan berubah menjadi NO (terbuka), begitu juga sebaliknya untuk kontak NO dan ketika tombol dilepas maka kedudukan kontaknya akan kembali keposisi semula.

Gambar 20. Saklar tekan NO dan NC 4. Resistor Resistor adalah salah satu komponen elektronika dari bahan semi konduktor yang mempunyai mengalir. dua kaki yang bersifat nilai menghambat arus yang Untuk menentukan

resistansi dari resistor biasanya dilakukan dengan cara mengamati gelang warna yang terdapat pada resistor. Dibawah ini daftar gelang warna yang biasa terdapat pada badan resistor.

Tabel 4. Daftar gelang warna resistor

28

F. Catu daya Sebagian besar piranti elektronika membutuhkan tegangan DC untuk bekerja. Meskipun baterai berguna dalam piranti yang bisa dibawa-bawa atau piranti berdaya rendah, akan tetapi waktu operasinya terbatas. Sumber daya yang mudah dapat dibuat dari

29

sebuah rangkaian yang dapat mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Sebuah power supply dapat dibuat dengan tiga buah komponen utama, yaitu transformer, dioda penyearah, dan kapasitor filter. 1. Transformator Penurun Tegangan Transformator penurun tegangan adalah transformator yang diperlukan untuk menurunkan tegangan primer yang tinggi misalnya sebesar 220 Volt atau 380 Volt, menjadi tegangan yang lebih rendah pada bagian sekundernya, 6 Volt, 9 Volt, 12 Volt, atau 24 Volt. Ada dua jenis transformator penurun tegangan yaitu transformator penurun tegangan dengan CT (Center Tap) dan transformator penurun tegangan tanpa CT.

Gambar 21. (a). Trafo step down tanpa CT dan (b). Trafo step down dengan CT 2. Penyearah Penyearah (rectifier) merupakan bagian dari catu daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan bolak-balik atau AC menjadi tegangan searah atau DC. Komponen yang berfungsi sebagai penyearah adalah dioda. Dalam pembuatan catu daya menggunakan 2 macam rangkaian penyearah yaitu : a. Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan CT b. Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan dioda bridge.

30

d. (a)

(b) Gambar 22 (a). Penyearah gelombang penuh dengan CT (b). Penyearah gelombang penuh dengan dioda bidge 3. Penyaring kapasitor (filter kapasitor) Tegangan DC yang berdenyut yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah bukanlah DC murni, sehingga dibutuhkan sebuah penyaring. Rangkaian filter ini menggunakan kapasitor yang diletakkan melintasi terminal keluaran. Kapasitor ini meratakan denyutan-denyutan tersebut dan memberikan suatu tegangan yang hampir DC murni, biasanya kapasitor filter itu adalah sebuah kapasitor elektrolit dengan harga yang besar.

31

Gambar 23. Filter dengan menggunakan Kapasitor BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT A. Perancangan Alat Simulasi Pesawat simulasi digunakan untuk mendiskripsikan cara kerja system pengendalian pintu garasi menggunakan programmable logic controller (PLC). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan program kendali pintu garasi pada PLC adalah sebagai berikut : 1. Memahami urutan kerja kendali pintu garasi dan membuat dalam bentuk diagram blok dan flow chart seperti yang terdapat pada gambar 27 dan 28. 24 volt LED I3 24 volt LED I2 I0 Limit bawah I0 PLC Q0 Q1

Limti atas motor

Driver

32

DC

Pintu garasi mobil Gambar 24. Diagram blok simulasi pintu garasi mobil otomatis berbasis PLC START Baca sensor LDR (luar dan dalam)

Tidak Ada mobil? Yes

Buka pintu sliding door mengaktifkan motor

Baca Limit atas Tidak Sudah menyentuh Limit atas? Yes Hentikan Motor

33

Aktifkan timer 15 detik Baca sensor LDR 1 &2

Yes

Ada mobil? Tidak

Tutup pintu Sliding Baca Limit bawah

Tidak

Sudah menyentuh Limit bawah? Yes

Hentikan Motor STOP Gambar 25. Flow chart simulasi pintu garasi mobil otomatis berbasis PLC 2. Membuat daftar input dan output Berikut ini merupakan daftar alamat input dan output PLC yang ditunjukkan pada tabel 4.

34

Tabel 4. Daftar alamat masukan PLC Alamat LDR1(I2) LDR2(I3) Limit Atas (I0) Limit bawah (I1) Keterngan Sensor buka pintu dari arah luar ruangan Sensor tutup pintu garasi Limit switch atas penghenti kerja pintu naik Limit switch bawah penghenti keja pintu turun Tabel 5. Daftar alamat keluaran PLC ALAMAT KETERANGAN Q0 MOTOR MEMBUKA PINTU GARASI Q1 MOTOR MENUTUP PINTU GARASI 3. Pembuatan ladder diagram Sistem pengendali pintu gerbang otomatis di kendalikan oleh sebuah PLC type ZEN yang memiliki kapasitas I0 10 buah yaitu 6 masukan (input) dan 6 keluaran(output). Input PLC adalah sensor cahaya dan sensor batas, sebagai sensor cahaya digunakan LDR yang terpasang di bagian luar dan bagian dalam pintu. Sedangkan sensor batas digunakan limit switch yang berfungsi membatasi gerak gerbang pada posisi naik dan turu. Dibawah ini merupakan ladder diagram simulasi pintu garasi mobil otomatis berbasis PLC serta terdapat beberapa penjelasan mengenai ladder diagram-nya. LDR1(I2) Limit Atas(I0) Q0 LDR2(I3)

Limit bawah(I1)

35

LDR1(I2)

LDR2(I3)

Timer Trigger TT0 = 15 detik

T0

Limit bawah(I1) Q0 Q1

END

Gambar 26. Ladder Diagram Pintu Garasi Mobil Berbasis PLC

Gambar 27. Ladder diagram start motor forward dengan self holding Saat sensor LDR1 terpicu maka keluaran Q0 atau motor (forward) akan bekerja dengan kondisi bahwa saklar limit atas (I0) masih dalam keadaan NC atau hidup. Ketika motor (forward) maka kontak (Q0) akan terhubung sehingga arus akan mengalir ke keluaran (Q0). Apabila sensor LDR1 di off-kan maka tidak akan berpengaruh pada keluaran Q0 karena keluaran Q0 di-OR kan dengan saklar limit bawah dengan kondisi NC. Rangkaian ini biasanya disebut rangkaian self holding (rangkaian pengunci). Sensor LDR1 ini terdiri atas dua sensor cahaya (LDR) yang di paralelkan guna mengatasi keluaran apabila ada sesuatu ataupun seseorang yang melewati salah satu sensor, pintu tidak akan

36

bekerja kecuali kedua-duanya terpicu secara bersamaan. Limit switch atas (I0) digunakan sebagai pemutus arus yang menuju keluaran (Q0), saat saklar (I0) terpicu maka arus keluaran akan terputus, menyebabkan motor berhenti dan kontak (Q0) akan terbuka kembali.

Gambar 28. Ladder diagram TT0 Saat sensor LDR2 (I2, saklar untuk menutup pintu) terpicu, keluaran tidak akan langsung bekerja karena diberi perintah Timer Trigger. Dimana perintah Trimer Trigger berfungsi untuk mengubah kondisi logika bit operan dari OFF menjadi ON selama 1 scan time. 1 scan time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh PLC untuk menjalankan program mulai dari alamat program (I0) sampai intruksi END. TT0 mendeteksi transisi turun dari input, yang artinya kondisi ini bekerja dari transisi OFF ke ON ke OFF. Saat LDR2 kembali OFF maka keluaran akan langsung bekerja.

Gambar 29. Chart TT0

37

Gambar 30. Ladder diagram start motor reverse dengan rangkaian sel Fholding Saat kondisi sensor LDR2 (I3) terpicu (sensor untuk menutup pintu), keluaran (Q1) tidak akan langsung bekerja, kemudian setelah saklar OFF kembali arus mengalir pada kontak T0 akan bekerja mensuplai arus ke keluaran sehingga keluaran (Q1) akan bekerja dengan kondisi bahwa saklar limit atas (I0) masih dalam keadaan NO atau OFF dan keluaran Q0 dalam keadaan ON. Limit switch bawah (I1) digunakan sebagai pemutus arus yang menuju keluaran (Q0 dan Q1), saat limit switch bawah (I1) terpicu maka arus keluaran akan terputus, menyebabkan motor berhenti dan kontak (Q2) akan terbuka kembali.

38

Gambar 31. Ladder diagram start motor forward dengan self holding Saat sensor LDR2 (I3) terpicu maka keluaran (Q0) atau motor (forward) akan bekerja dengan kondisi bahwa saklar (I1) (limit switch batas atas) dan keluaran turunkan (Q1) masih dalam keadaan off atau mati. Ketika motor (forward) maka kontak (Q0) akan terhubung sehingga arus juga mengalir dari saklar (Q0). Apabila saklar (I3) di off kan maka tidak akan berpengaruh pada keluaran Q0 karena keluaran Q0 di-OR kan dengan sensor limit switch batas bawah (I1) (rangkaian self holding atau pengunci). Limit switch batas bawah (I1) digunakan sebagai pemutus arus yang menuju keluaran (Q0), menyebabkan motor berhenti dan kontak (Q0) akan terbuka kembali. Perintah END digunakan untuk mengakhiri seluruh perintah yang terdapat pada program PLC. B. Pembuatan Alat Simulasi 1. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pesawat simulasi dapat dilihat dalam tabel berikut:

39

Tabel 5. Daftar alat dan bahan No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Relay Tang Kombinasi Gear Palu Multimeter Digital Skrup Paku Motor Limit switch Lampu LED LDR Resistor Push button Kabel PLC Solder timah Mur Papan Kaca 8 pin MAXCOM 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 lusin 2 lusin 1 buah 2 buah 4 buah 4buah 4 buah 2buah 3 meter 1 buah 1 buah 1 lusin 1 buah 1 buah Nama Alat dan Bahan Gergaji kayu Gergaji besi Obeng Obeng + Spesifikasi Jumlah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

24 VDC 1K5 ZEN dan 2X1,5 m 1X0,5 m

40

2. Proses pembuatan alat simulasi Pembuatan simulasi pintu garasi otomatis dengan menggunakan PLC ini dirancang untuk dapat mengoperasikan pintu garasi secara otomatis. Proses pembuatan alat simulasi dimulai dilakukan dengan urutan sebagai berikut : 1. Memotong kayu dengan ukuran 50 x 32 cm sebagai alas 1 buah, 50 x 31 sebanyak 1 buah dan 2 buah ukuran 31 x 19 cm sebagai rangka sebuah garasi. 2. Membuat simulasi pintu menggunakan potongan dudukan tirai jendela dengan ukuran 40 x 19 cm, sebuah kaca dengan ukuran 25 x 19 cm sebagai daun pintu. 3. Membuat dudukan untuk penempatan sensor 1, 2, 3, 4 serta dudukan untuk limit switch disesuaikan dengan kebutuhan. 4. Penarik pintu sliding door dengan menggunakan potongan besi berulir berdiameter 8 mm. 5. Merangkai kayu tersebut dengan paku serta simulasi pintu garasi berikut daun pintunya. 6. Memasang mekanik pintu garasi dan menghubungkannya ke motor. 7. Memasang dioda LED, LDR, dan limit switch. 8. Membuat rangkaian elektronik sesuai gambar dibawah ini. 9. Membuat panel sesuai gambar rencana. 10. Memasang komponen-konponen panel. 11. 12. Melakukan pengujian terhadap semua bagian pesawat Mencoba kerja pesawat simulasi dengan simulasi. menggunakan PLC

41

Gambar 32. Rangkaian Pembalik arah putaran dengan PLC 3. Pemasukan program PLC kedalam alat simulasi Pada bagian ini akan dijelaskan cara memulai dan mengakhiri program zen support software: 1. Pada Windows 98/Me/NT, untuk memulai program zen support software dengan cara pilih Start, kemudian Program, Omron, Zen Support, kemudian akan muncul Gambar 28. Pilih Create a New Program kemudian klik OK;

42

Gambar 33. tampilan pilihan awal ZEN Catatan: Pilih Load Program From Files, jika diinginkan membuka program ladder yang sudah pernah dibuat. 2. Jendela dialog Property Settings ditampilkan. Pilih model Zen yang akan digunakan beserta konfigurasinya (yaitu apakah unit ekspansi I/O dihubungkan atau tidak), kemudian isi nama projek (Project name) dan komentar (Comment) jika perlu dan klik OK;sepeti terlihat pada Gambar 34.

Gambar 34. Tampilan Property Setting 3. Selanjutnya muncul jendela seperti Gambar 35 dan siap untuk digunakan.

43

Gambar 35. Jendela pembuatan diagram atau program tangga 4. Membuat program tangga seperti pada Gambar 26 sampai selesai. 5. Pilih menu ZEN kemudian Program Check untuk memeriksa program. Gambar 36 akan ditampilkan jika tidak dijumpai adanya kesalahan.

Gambar 36. Tampilan apabila sukses 6. Memilih menu Zen, Go Online, Transfer, Transfer To Zen. Untuk mengirim program yang telah dibuat ke perangkat ZEN.

44

BAB IV PENGUJIAN A. Pengujian Catu daya Langkah pengujian : a. Menghubungkan input catu daya ke tegangan 220 V dari PLN b. Mengukur tegangan keluaran catu daya dengan multimeter digital. c. Mencatat hasil pengujian. Tabel 6. Daftar hasil pengujian catu daya No. 1 2 Catu daya (Volt) 24 24 Masukan AC (Volt) 220 220 Keluaran DC (Volt) 24 24

B. Pengujian Sensor Langkah pengujian : a. Menghubungkan catu daya 24 V dengan rangkaian penerima sensor cahaya dan DC 5 V pada dioda LED. b. Melakukan pengujian pada tiap bagian untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan multimeter digital.. c. Mencatat hasil pengujian.

45

Tabel 7. Daftar hasil pengujian laser dan penerima laser No. 1 2 3 4 Sensor Dioda LED Dioda LED Dioda LED Dioda LED Rangkaian Penerima 1 2 3 Bekerja Bekerja Bekerja 4 Bekerj a

C. Pengujian pada motor Langkah pengujian : a. Menghubungkan catu daya 24 V dengan motor DC. b. Mencatat arah putaran c. Menukar kabel catu daya. d. Mencatat hasil pengujian. Tabel 8. Daftar hasil pengujian Motor No. 1 2 D. Pengoperasian 1. Pengoperasian secara otomatis Cara pengoperasiannya adalah sebagai berikut : a. Hubungkan power suplai 220 VAC dengan benda simulasi. b. Mobil masuk garasi. Saat mobil berada di depan garasi, mobil menghalangi cahaya dioda sinar LED 1 dan 2 yang diarahkan mengenai sensor LDR 1. Bersamaan dengan turunnya nilai resistansi LDR 1, maka akan memicu relai untuk memberikan arus pada motor untuk menaikkan pintu sampai limit switch atas terpicu. Arah Putaran motor Forward Reserve Pintu membuka Bekerja Pintu menutup Bekerja

46

Saat mobil bergerak masuk dan tepat berada dibawah pintu, mobil akan mengaktifkan sensor LDR2 yang berada di dekat pintu. Tetapi bekerjanya sensor ini setelah mobil melewati area sensor LDR2 Setelah mobil melewati sensor LDR2 dan memberikan sinyal ke relay sehingga pintu akan menutup sampai limit switch bawah. d. Mobil keluar garasi. Saat mobil akan keluar dari garasi, mobil harus maju kedepan untuk mengaktifkan sensor LDR2, setelah aktif sensor akan memberikan sinyal ke relai. Relai sensor akan bekerja sehingga akan memberikan sinyal masukan motor untuk membuka pintu. Pintu terbuka sampai limit switch atas pintu. Saat mobil bergerak keluar dan tepat berada dibawah pintu, mobil mengaktifkan sensor LDR1 yang berada di dekat pintu. Dan bekerja seperti pada saat mobil masuk. Saat mobil keluar dan menghalangi cahaya sensor LDR1, PLC tidak akan bekerja meskipun kedua sensor memberikan sinyal masukan. Dan selanjutnya setelah mobil meninggalkan area sensor LDR1, kondisi kembali seperti semula. 2. Pengoperasian secara manual Cara pengoperasiannya adalah sebagai berikut : a. Hubungkan power suplai 220 VAC dengan benda simulasi b. Tekan tombol merah digunakan untuk membuka pintu garasi dan akan tertutup secara otomatis setelah selang waktu 15 detik setelah pintu mengenai limit atas.

47

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. PLC merupakan salah satu alat kendali modern yang khusus dirancang untuk menangani sistem kendali otomatis baik dalam bidang industri maupun non industri. 2. Sistem kendali yang bekerja secara otomatis dapat membantu aktifitasnya. 3. Dengan adanya alat bantu simulasi, maka pemahaman mengenai deskripsi kerja alat mudah dimengerti dan dipahami. 4. Rangkaian kendali pintu garasi mobil ini dapat bekerja secara otomatis dan manual. Pengoperasian secara otomatis dilakukan untuk mempermudah pengoperasiannya sedangkan secara manual digunakan untuk perawatan dan perbaikan sistem. mempermudah manusia dalam melakukan

48

5. Posisi parkir mobil pada daerah yang tidak mengenai area sensor LDR2. B. SARAN 1. Dalam pemakaian sistem kendali khususnya PLC, sistem harus benar-benar terisolasi dari rangkaian interface luar. 2. Dengan adanya alat simulasi ini, dapat memberikan gambaran mengenai salah satu aplikasi PLC. 3. Pada pembuatan sistem kendali pintu garasi mobil otomatis yang sesungguhnya, harus diperhitungkan kembali faktor pemilihan motor dan gear box.

DAFTAR PUSTAKA

Putra Afgianto Eko, 2004. Konsep Pemrograman dan Aplikasi(Omron CPM1A/CPM2A dan ZEN Programmable Relay). Yogyakarta : Gava Media.

Setiawan

Heru,

2005.

Workshop Kontrol Pneumatic dengan PLC.

Surakarta : Laboratorium Jurusan Teknik Elektro,UMS.

49

Wijayacitra Paulus, 1994. Buku Data IC Catu Daya. Jakarta : Elekmedia Komputindo.

LAMPIRAN Lampiran 1

50

51

Anda mungkin juga menyukai