Anda di halaman 1dari 9

1 | P a g e

PENGERTIAN HADHANAH
Pemeliharaan anak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah hadhanah.
Hadhanah menurut bahasa berarti meletakkan sesuatu di dekat rusuk atau di pangkuan,
karena waktu ibu menyusukan anaknya, ia meletakkan anaknya itu di pangkuannya, seakan-
akan ibu di saat itu melindungi dan memelihara anaknya, sehingga hadhanah dijadikan
istilah yang maksudnya pendidikan dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup
berdiri sendiri mengurus dirinya.
1

Para ulama fiqih mendefenisikan hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan anak-
anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tetapi
belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya dari
sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani dan akalnya, agar
mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan tanggung jawab.
2

Hadhanah berbeda maksudnya dengan pendidikan (tarbiyah), dalam hadhanah
terkandung pengertian pemeliharaan jasmani dan rohani. Sedangkan pendidikan, yang
diasuh mungkin saja terdiri dari keluarga si anak dan mungkin pula bukan dari keluarga si
anak.
3

Dan hadhanah merupakan hak dari hadhin, sedangkan pendidikan belum tentu hak
dari pendidik.
4

DASAR HUKUM
Para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya adalah WAJIB,
sebagaimana wajib memeliharanya selama berada dalam ikatan perkawinan.
5
Adapun dasar
hukumnya mengikuti umum perintah ALLAH SWT untuk membiayai anak dan istri yaitu di
dalam firman ALLAH SWT:
4).4O^-4 =}uONC O}-Eu
u-.OEO u-Ug`~E W ;}Eg E1-4O p

1
Drs. H. Abd. Rahman Ghazali, M.A., Fiqh Munakahat, hal. 175.
2
Ibid, hal. 176.
3
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A,.M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H., Fikih Munakahat, hal. 216.
4
Ibid, hal. 216
5
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, hal. 328.
2 | P a g e

E+NC O4N=O- _ O>4N4 g1O7OO^-
N. O}_~^ejO O}g4OOg4
NOuO^) _ -^U> R^4^ )
E_EcN _ O._> E4).4
E-g.4O) 4 1O7O4` +O-
jg.4O) _ O>4N4 g[jO-4O^- NuVg`
ElgO up) -E1-4O =g }4N -4O>
4gu+g)` ON4=>4 E EEE4N_
EjgOU4N up)4 <>14O p
W-EONuO4O 7Eu E
EE4LN_ 7^OU4 -O) +;^UEc .E`
7+^O>-47 ^OuO^) W-OE>-4
-.- W-EOU;N-4 Ep -.- Eg
4pOU4u> OO4 ^g@@
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
Maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa ALLAH Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah ayat 233)
Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama ayah dan
ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga berlanjut setelah terjadinya
perceraian.
6

Dan dasar hukum selanjutnya, di dalam firman ALLAH SWT:
Og^4C 4g~-.- W-ONL4`-47 W-EO~
7=O^ 7O)Uu-4 -4O4^

6
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, hal. 328.
3 | P a g e

E-1O~4 +EEL- 7E4OEg4^-4
OgOU4 NOj^U4` [+EgN 1-Eg-
4pOOu4C -.- .4` -4O4`
4pOUE^4C4 4` 4p+OuNC ^g
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai ALLAH terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim ayat 6)
Pada ayat ini, orang tua diperintahkan ALLAH SWT untuk memelihara keluarganya
dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh keluarganya itu melaksanakan perintah-
perintah dan larangan-larangan ALLAH SWT, termasuk anggota keluarga dalam ayat ini
adalah anak.
7

Mengasuh anak-anak yang masih kecil hukumnya WAJIB, sebab mengabaikannya
berarti mengahadapkan anak-anak yang masih kecil kepada bahaya kebinasaan.
8
Hadhanah
merupakan hak bagi anak-anak yang masih kecil, karena ia membutuhkan pengawasan,
penjagaan, pelaksanaan urusannya, dan orang yang merawatnya. Dalam kaitan ini,
terutama, ibunyalah yang berkewajiban melakukan hadhanah. Rasulullah SAW bersabda,
Wahai Rasulullah, anak ini dulu pernah menjadikan perutku sebagai wadahnya,
payudaraku sebagai sumber minumnya dan kamarku sebagai rumahnya. Kini ayahnya telah
menceraikanku dan ingin merampasnya dariku. Rasulullah bersabda kepada wanita ini
Kamu lebih berhak terhadapnya selama kamu belum menikah lagi. (HR Abu Daud, Ahmad
dan Al-Baihaqi)
Pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan anak di waktu dalam pangkuan ibu
bapaknya, karena dengan adanya pengawasan dan perlakuan akan dapat menumbuhkan
jasmani dan akalnya, membersihkan jiwanya, serta mempersiapkan diri anak dalam
menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.
9


7
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A,.M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H., Fikih Munakahat, hal. 217.
8
Ibid, hal.217.
9
Ibid, hal. 217.
4 | P a g e

Kita dapat membayangkan, bahwa pemeliharaan yang ditangani oleh suami-istri
(ibu-bapak) masih banyak mengalami kendala, apalagi oleh sepihak saja, suami atau istri
atau yang lainnya.
10


RUKUN DAN SYARAT
Pemeliharaan atau pengasuhan itu berlaku antara dua unsur yang menjadi rukun
dalam hukumnya, yaitu orang tua yang mengasuh (hadhin) dan anak yang diasuh
(mahdhun). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditentukan untuk wajib dan sahnya
tugas pengasuhan itu. Dalam masa ikatan perkawinan ibu dan ayah secara bersama
berkewajiban untuk memelihara anak dari hasil perkawinan itu.
11
Setelah terjadinya
perceraian dan keduanya harus berpisah, maka ibu dan atau ayah berkewajiban memelihara
anaknya secara sendiri-sendiri.
12

Ayah dan ibu yang akan bertindak sebagai pengasuh disyaratkan memenuhi hal-hal
sebagai berikut:
13

1. Sudah dewasa.
2. Berpikiran sehat.
3. Beragama Islam.
4. Adil.
5. Keadaan perempuan yang menjadi ibu kandungnya, tidak bersuami.

Adapun syarat untuk anak yang akan diasuh (mahdhun) itu adalah:
14

1. Ia masih berada dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri dalam
mengurus hidupnya.
2. Ia berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya dan oleh karena itu tidak dapat
berbuat berbuat sendiri, meskipun telah dewasa, seperti orang kurang sehat akalnya.


10
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, hal. 190.
11
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, hal. 328.
12
Ibid, hal. 328.
13
Ibid, hal. 329.
14
Ibid, hal. 329.
5 | P a g e

Bila kedua orang tua si anak masih lengkap dan memenuhi syarat, maka yang paling
berhak melakukan hadhanah atas anak adalah ibu. Alasannya adalah ibu lebih memilki rasa
kasih sayang daripada ayah. Bila anak dalam pengasuhan seorang ibu, maka segala biaya
yang diperlukan untuk itu tetap berada di bawah tanggungan si ayah.
15

Alasan yang dikemukakan di samping perasaan kasih sayang sebagaimana diatas juga
dari sepotong hadis Nabi SAW dari Abdullah bin Masud, Wahai Rasulullah, anak ini dulu
pernah menjadikan perutku sebagai wadahnya, payudaraku sebagai sumber minumnya dan
kamarku sebagai rumahnya. Kini ayahnya telah menceraikanku dan ingin merampasnya
dariku. Rasulullah bersabda kepada wanita ini Kamu lebih berhak terhadapnya selama
kamu belum menikah lagi.
Dari hadis di atas jelaslah bahwa keutamaan hak ibu itu ditentukan oleh dua syarat
yaitu: dia belum kawin dan dia memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas hadhanah. Bila
kedua atau salah satu syarat itu tidak terpenuhi, maka hak pengasuhan pindah kepada
urutan yang paling dekat yaitu ayah.
16

Dan bila anak laki-laki telah melewati masa kanak-kanak yaitu usia tujuh tahun atau
sudah mumayyiz dan tidak idiot, antara ayah dan ibu itu berselisih dalam memperebutkan
hak hadhanah, maka si anak diberi hak pilih antara tinggal bersama ayah atau ibunya. Hal ini
didasarkan pada hadis Nabi SAW dari Abu Hurairah menurut riwayat Ahmad dan empat
perawi hadis, dan disahkan oleh At-Tirmidzi: Seorang perempuan berkata kepada Nabi
SAW: Ya Rasul, sesungguhnya suami saya ingin membawa anak saya, sedangkan dia
banyak membantu saya dan menimbakan air dari sumur Abu Unbah, kemudian suaminya
datang, Nabi bersabda: Hai anak, ini ayahmu dan ibumu, ambilah salah satu tangan dari
mereka yang kamu senangi, kemudian anak itu mengambil tangan ibunya dan berlalu
bersama ibunya itu.
Hak pilih diberikan kepada si anak bila terpenuhi dua syarat, yaitu:
17

Pertama: kedua orang tua telah memenuhi syarat sebagaimana disebutkan di atas. Bila
salah satu dari keduanya ada yang tidak memenuhi syarat, maka si anak diserahkan kepada
yang memenuhi syarat.

15
Prof. Dr. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, hal. 329.
16
Ibid, hal. 330.
17
Ibid, hal. 330.
6 | P a g e

Kedua: si anak tidak dalam keadaan kurang akalnya, bila anak dalam keadaan tersebut maka
tidak ada hak pilih bagi si anak dan yang berhak mengasuh anak adalah ibunya.
Bila yang telah mencapai masa mumayyiz itu adalah anak perempuan, para ulama
berbeda pendapat dalam menetapkan yang berhak melakukan hadhanah. Pendapat Imam
Ahmad yang diikuti oleh ulama lainnya, anak perempuan itu diberikan kepada ayah. Dan
Imam Syafii berpendapat bahwa anak perempuan itu diberi pilihan untuk hidup bersama
ayah atau ibunya, sebagaimana yang berlaku pada anak laki-laki. Abu Hanifah berpendapat
bahwa ibu yang paling berhak sampai si anak itu kawin atau haid.
18

Urutan yang berhak menurut yang dianut oleh kebanyakan ulama adalah:
19

1. Ibu, ibunya ibu dan seterusnya ke atas,
2. Ayah, ibunya ayah dan seterusnya ke atas,
3. Ibunya kakek melalui ibu, dan seterusnya ke atas,
4. Ibunya kakek melalui ayah, dan sterusnya ke atas,
5. Saudara-saudara perempuan ibu,
6. Saudara-saudara perempuan dari ayah.

Tentang pemeliharaan anak yang belum mumayyiz, sedangkan orang tuanya
bercerai, Kompilasi Hukum Islam menjelaskan dalam pasal 105 dan 106.
20


MASA HADHANAH

Tidak dijumpai ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang menerangkan dengan tegas
tentang masa hadhanah. Namun, hanya terdapat isyarat-isyarat yang menerangkannya.
Karena itu, para ulama berijtihad sendiri-sendiri dalam menetapkan dengan pedoman
kepada isyarat itu.
21

Menurut mazhab Hanafi, hadhanah anak laki-laki itu berakhir pada saat anak itu
tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus keperluan hidupnya.

18
Ibid, hal. 331.
19
Ibid, hal. 332.
20
Drs. H. Abd. Rahman Ghazali, M.A., Fiqh Munakahat, hal. 189.
21
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A,.M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H., Fikih Munakahat, hal. 224.
7 | P a g e

Sedangkan anak perempuan, berakhirnya masa hadhanah apabila ia telah baligh, atau ia
telah datang masa haid pertamanya.
22

Pengikut mazhab Hanafi generasi akhir, ada yang berpendapat bahwa masa
berakhirnya hadhanah itu 19 tahun bagi anak laki-laki dan 11 tahun bagi anak perempuan.
23

Mazhab Syafii berpendapat bahwa masa hadhanah itu berakhir setelah anak sudah
mumayyiz, yakni berumur 5 atau 6 tahun. Dengan dasar hadis:
Anak ditetapkan antara bapak dan ibunya sebagaimana anak (anak yang belum
mumayyiz) perempuan ditetapkan antara bapak dan ibunya.

UPAH HADHANAH

Ibu tidak berhak atas upah hadhanah dan menyusui, selama ia masih menjadi istri
dari ayah anak itu, atau selama masih dalam masa iddah, karena dalam keadaan tersebut ia
masih mempunyai nafkah sebagai istri atau nafkah masa iddah.
24

ALLAH SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 233:
4).4O^-4 =}uONC
O}-Eu u-.OEO u-Ug`~E W
;}Eg E1-4O p E+NC O4N=O- _
O>4N4 g1O7OO^- N. O}_~^ejO
O}g4OOg4 NOuO^) _
-^U> R^4^ ) E_EcN _ O._>
E4).4 E-g.4O) 4 1O7O4` +O-
jg.4O) _ O>4N4 g[jO-4O^- NuVg`
ElgO up) -E1-4O =g }4N -4O>
4gu+g)` ON4=>4 E EEE4N_
EjgOU4N up)4 <>14O p
W-EONuO4O 7Eu E
EE4LN_ 7^OU4 -O) +;^UEc .E`
7+^O>-47 ^OuO^) W-OE>-4
-.- W-EOU;N-4 Ep -.- Eg
4pOU4u> OO4 ^g@@

22
Ibid, hal. 224.
23
Ibid, hal. 224.
24
Drs. H. Abd. Rahman Ghazali, M.A., Fiqh Munakahat, hal. 186.
8 | P a g e

233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya
ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
Maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada ALLAH dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.

Adapun sesudah habis masa iddahnya, maka ia berhak atas upah itu seperti haknya
kepada upah menyusui. ALLAH SWT berfirman dalam surat At-Thalaq ayat 6:
O}-ONLc ;}g` +^OEO +-4Ec }g)`
7gu}N 4 O}-GO._>
W-Oj1_+-g O}jgOU4N _ p)4 O}7
geq uEO W-Og^ O}jgOU4N
_/4EO =}u_4C O}_UuEO _ up) =}u=O
7 O}-O>4* O}-4OON_q W
W-NOg>4 74LuO4 lNOuEg W p)4
u7uO=E> 7uO7=O N. O4Ou=q ^g
6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah
di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Perempuan selain ibunya si anak boleh menerima upah hadhanahnya, seperti halnya
perempuan penyusu yang bekerja menyusui anak kecil dengan bayaran.
9 | P a g e

Seorang ayah wajib membayarkan ongkos sewa rumah atau perlengkapannya jika
sekiranya si ibu tidak memiliki rumah sendiri sebagai tempat mengasuh anaknya. Ia juga
wajib membayar gaji pembantu rumah tangga atau menyediakan pembantu tersebut jika si
ibu membutuhkannya jikalau ayahnya mampu. Hal ini bukan termasuk dalam bagian nafkah
khusus bagi anaknya, seperti makan, minum, tempat tidur, obat-obatan, dan keperluan
pokok yang lainnya.
25

Tetapi, upah ini hanya wajib dikeluarkannya saat ibu atau ibu pegasuh mengasuh
anaknya. Dan upah ini menjadi hutang yang ditanggung oleh ayahnya serta baru bisa lepas
dari tanggungan ini kalau dilunasi atau dibebaskan.
26

Jika diantara kerabat anak kecil itu ada orang yang pandai mengasuhnya dan
melakukannya dengan sukarela (tanpa bayaran), sedangkan ibunya sendiri tidak mau kecuali
kalau dibayar dan si ayah anak kecil itu tidak mampu membayarkan upah, maka boleh
menyerahkan anaknya kepada kerabatnya yang perempuan untuk mengasuhnya, dengan
syarat kerabat perempuan itu pandai mengasuhnya atau sudah memenuhi syarat-syarat
sebagai pengasuh.
27




25
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A,.M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H., Fikih Munakahat, hal. 226.
26
Ibid, hal. 226.
27
Prof. Dr. H. M. A. Tihami, M.A,.M.M. dan Drs. Sohari Sahrani, M.M., M.H., Fikih Munakahat, hal. 227.

Anda mungkin juga menyukai