1.1 PENDAHULUAN
Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam alam. Dewasa ini kayu masih banyak digunakan orang untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk pembuatan konstruksi bangunan dan perlengkapan alat-alat rumah tangga. Kayu sebagai bahan konstruksi banyak didapat dari tumbuhan atau yang berada di beberapa hutan luas yang ada di Indonesia. Kayu banyak digunakan karena mempunyai kekuatan yang tinggi dan bobotnya rendah, mempunyai daya penahan tinggi terhadap pengaruh : listrik (isolasi), kimia, dengan mudah dapat dikerjakan, harganya relatif murah, bila ada kerusakan dapat dengan mudah diganti dan bisa diperoleh dengan waktu yang singkat. Disamping hal-hal tersebut, sifat lain dari kayu adalah pada pembebanan tekan biasanya bersifat elatis sampai batas-batas tertentu dan bila kayu terawat dengan baik akan tahan lama (awet). Meskipun elastis, dengan pembebanan tertentu yang berjangka lama pada suatu balok akan terjadi suatu lendutan yang cukup besar. Penilaian dan perbandingan teknis daripada kayu dengan bahan-bahan konstruksi lain dapat dicapai dengan meninjau satu demi satu anggapan-anggapan yang baisa diambil dalam perhitungan konstruksi, yaitu mengenai: Serba kesamaan (homogenitas) Kayu yang terdiri dari serat-serat, tentu saja tidak dapat disebut homogen seperti baja, namun didalam praktek teknik konstruksi, kayu masih dapat dianggap seabagai bahan yang homogen, tetapi cukup jelas bahwa adanya cacat perlu diperhatikan dan menyebabkan perbedaan dengan perhitungan-perhitungan yang lazim. Hukum Hooke Hukum Hooke berlaku untuk kayu sampai suatu batas yang biasa kita kenal sebagai batas proposional. Dari penyelidikan-penyelidikan ternyata pada pembebanan tekan, batas proporsional dicapai pada 75% daripada tegangan patah, jadi ditinjau dari aspek ini, kayu lebih menguntungkan. Elastisitas
Struktur Kayu 2 2011 Pada pembebanan tekan biasanya kayu bersifat elastis sampai batas proporsional. Terhadap tarikan, sifat-sifat elastisitas pada kayu tergantung dari keadaan lengas; kayu kerintg memperlihatkan batas elastisitas yang agak rendah, sedangkan dalam kayu dengan kadar lengas tinggi terdapat perubahan bentuk yang permanen pada beban-beban yang kecil pun. Modulus kenyal dalam tarikan dan tekanan Kekuatan tarik kayu yang lebih tinggi daripada kekuatan tekan yaitu yang satu angkaangka 2 hingga 2,5 kali lebih besar dan yang lain angka-angka yang 2,5 hingga 3 lebih besar. Hipotesa Bernoulli dalam balok terlentur Hipotesa Bernoulli, atau anggapan bahwa dalam balok terlentur tampang-tampang tetap rata atau mempermudah perhitungan balok terlentur tetapi sebetulnya penyelidikanpenyelidikan memperlihatkan penyimpangan dari linieritas itu. Isotropi Untuk keperluan-keperluan praktis, kayu dapat dianggap ortotropis, artinya mempunyai tiga bidang simetri elastis yang tegak lurus satu pada yang lain yaitu longitudinal, tangensial dan radial, dimana sumbu longitudinal adalah sejajar serat-serat, sumbu tangensial adalah garis singgung cincin-cincin pertumbuhan dan sumbu radial adalah tegak lurus pada cincin-cincin pertumbuhan.
1.2 BANGUN KAYU
Kayu tersusun oleh sel-sel yang memiliki type bermacam-macam. Selama masih hidup sel-sel ini akan berkembang biak menjadi banyak. Makin tua umur kayu, dinding sel semakin tebal dan lambat laun membentuk serat-serat kayu. Diantara gabungan bangunan sel tersebut terdapat lubang-lubang kecil yang biasa kita kenal dengan nama pori-pori. Pada bagian melintang dari bagian batang atau dahan kayu akan terlihat bagian-bagian sebagai berikut :
Kayu Gubal Kulit Dalam Kambium Garis Teras Hati (Galih) Kayu Teras Kulit Luar
Lingkaran Tahun
Penjelasan: 1. Kulit luar : lapisan yang berada paling luar dalam keadaan kering berfungsi sebagai kulit pelindung. 2. Kulit dalam : lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian-bagian lainnya. 3. Kambium : lapisan yang berada di bagian dalam kulit dalam dan bagian ini ke arah luar menghasilkan sel-sel jangat (kulit) serta ke dalam menambah sel-sel kayu. 4. Kayu gubal : bagian ini warnanya keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan dari tanah ke daun-daun. Kayu gubal ini lambat laun akan menjadi kayu yang teras. 5. Kayu teras : warna kayunya agak tua dari kayu gubal dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi berdirinya pohon. 6. Lingkaran tahun : biasanya juga disebut gelang-gelang tahunan yang dapat menunjukkan umur dari pohon. 7. Hati (galih) : bagian ini berada paling dalam yang memilki umur yang paling tua dibandingkan dengan lapisan-lapisan yang lainnya, karena hati ini ada sejak permulaan kayu itu tumbuh. 8. Garis teras : jari-jari retakan yang timbul akibat penyusutan pada waktu pengeringan yang tidak teratur.
1.3 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KAYU
Keuntungan dari kayu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kayu memiliki kekuatan yang tinggi dan berat yang rendah. Kayu memiliki daya penahan tingi terhadap pengaruh kimia dan listrik Kayu memiliki sifat mudah dikerjakan Murah Mudah diganti Bisa didapat dalam waktu singkat Kerugian dari kayu: Page | 3 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 1. Kayu memiliki sifat kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat yang berbentuk menampang, spiral, dan diagonal, mata kayu, dan sebagainya. 2. Beberapa kayu bersifat kurang awet dalam keadaan-keadaan tertentu.
3. Kayu dapat memuai dan menyusut dalam perubahan-perubahan kelembaban dan meskipun tetap elastis. 4. Pada pembebanan berjangka lama sesuatu balok, akan terdapat lendutan yang relatif besar.
1.4 BERAT JENIS DAN KELAS KUAT KAYU
Berat jenis kayu ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaaan kering udara. Sehingga berat jenis yang digunakan adalah berat jenis kering udara. Berat jenis menentukan kekuatan kayu. Selain berat jenis kekuatan kayu ditentukan oleh mutu kayu. Mutu kayu ada dua macam, yaitu mutu A dan mutu B.
KELAS KUAT II III IV
150 130 40 20
100 85 25 12
75 60 45 8
50 45 10 5
130 110 30 15
Tegangan yang diizinkan untuk kayu mutu A Untuk kayu bermutu B angka-angka diatas dikalikan dengan factor reduksi 0,75. Apabila diketahui berat jenis kayu, maka tegangan ijin kayu mutu A dapat dihitung dengan rumus pada daftar IIb PKKI 1961,sbb : lt ds// = tr // tk // Keterangan : lt tr // = Tegangan izin untuk lentur = Tegangan izin sejajar serat untuk tarik Page | 4 4 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 tk // g = Tegangan izin tegak lurus serat untuk tekan = Tegangan izin sejajar serat untuk geser = berat jenis kering udara.
Baut sebagai alat penyambung yang dibebani banyak dipakai meskipun sebetulnya tidak begitu baik karena : Efisiensi rendah Deformasi besar Tegangan-tegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang baut dianggap rata dalam perhitungan, syarat-syarat penyambungan dengan baut di Indonesia ditetapkan dalam PKKI pasal 14 sebagai berikut : 1. Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St 37 atau dari besi yang mempunyai kekuatan seperti St 37. 2. Lubang baut harus dibuat secukupnya dan kelonggaran tidak boleh lebih dari 1,5 mm. 3. Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8), sedang untuk sambungan bertampang satu atau dua dengan tebal kayu lebih dari 8 cm dipakai baut paling kecil 12,7 mm (1/2). 4. Baut harus disertai plat ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5 mm dengan garis tengah 3d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3d, dimana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap,maka tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan maksimum 4 mm. 5. Sambungan dengan baut secara garis besar dibagi kedalam 3 golongan. Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang sebaik-baiknya, hendaknya ib = diambil dari angka-angka yang tertera dibawah ini: Golongan I : Sambungan bertampang satu : b = 4,8
S = 50 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 240 d2 ( 1 0,35 sin )
b d
S = 125 db3 ( 1 0,6 sin ) S = 250 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 480 d2 ( 1 0,35 sin )
Struktur Kayu 2 2011 Sambungan bertampang satu : b = 5,4 Sambungan bertampang dua : b = 4,3
S = 40 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 215 d2 ( 1 0,35 sin ) S = 100 db3 ( 1 0,6 sin ) S = 200 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 430 d2 ( 1 0,35 sin )
Golongan III : Sambungan bertampang satu : b = 6,8 Sambungan bertampang dua : b = 5,7
S = 25 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 170 d2 ( 1 0,35 sin ) S = 60 db3 ( 1 0,6 sin ) S = 120 db1 ( 1 0,6 sin ) S = 340 d2 ( 1 0,35 sin )
2.2 SAMBUNGAN DENGAN PAKU
Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku memiliki kelebihan : 1. berbentuk bulat 2. 3. Kekuatan paku bertampang bulat untuk tebal kayu tertentu sesuai Untuk sambungan-sambungan yang menyimpang dari daftar dapat dengan daftar dalam PKKI dipakai rumus-rumus sebagai berikut: Sambungan bertampang satu :
S = bd kd S = 3,5 d2 kd
Mempunyai efisiensi yang lebih besart Memberi perlemahan yang lebih kecil yaitu sekitar 10% Kekuatan tidak tergantung arah serat Lebih kaku Beban-beban penampang lebih rata Paku yang dipergunakan mempunyai tampang melintang yang
S = bd kd
7d b
= Gaya yang diperkenankan per paku = Tebal kayu = Diameter paku (Daftar Vb)
b d
kd = Kokoh desak kayu 4. Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan
tegak lurus arah serat, asalpembengkokkan tersebut tidak merusak kayu 5. Apabila dalam satu barisan terdapat 10 paku, maka kekuatan kayu
harus dikurangi 10% dan jika lebih dari 20 harus dikurangi 20%. 6. batang. 7. berikut : a. Dalam arah gaya 12 d untuk tepi kayu yang dibebani 5 d untuk tepi kayu yang tidak dibebani 10 d jarak paku dalam satu barisan b. Dalam arah tegak lurus arah gaya 5 d untuk jarak sampai tepi kayu 5 d untuk jarak barisan paku
2.3 SAMBUNGAN DENGAN PASAK
Pada prinsipnya suatu pasak adalah suatu benda yang dimasukan sebagian pada bidang sambungan, dalam tiap-tiap sambungan kayu yang disambung, untuk memindahkan beban dari bagian yang satu kebagian yang lain. Pada prinsipnya sambungan pasak dibagi dalan tiga bagian : 1. Pada bidang sambungan dimasukan ke dalam takikan-takikan di dalam bagian-bagian kayu yang disambung 2. Pada bidang sambungan dimasukan didalam bagian-bagian kayu dengan cara dipres 3. Kombinasi 1 dan 2 Perhitungan kekuatan sambungan pasak ini adalah sebagai berikut Page | 8 8 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 S1 S2 = u.b. II dari pasak = b.t. tkII atau dari kayu-kayu yang disambung Pasak-pasak modern yang sudah biasa dipakai diluar negeri seperti Amerika dan Eropa antara lain adalah : 1. Split-ring Connector Terbuat dari baja yang dimasukan kedalam takikan yang berbentuk seperti cincinnya. 2. Toothed Ring Connector Terbuat dari baja yang memberi kekuatan setinggi pasak cincin dan tidak membutuhkan takikan dalam kayu tetapi dimasukan ke dalam bagian-bagian kayu dengan cara dipres dengan menggunakan alat khusus. 3. Bulldog Connector Pealat ini dapat menjamin penetrasi yang rata kedalam bidang-bidang kayu yang disambung 4. Shear-plate Connector Pasak pelat geseran ini terbuat dari besi atau baja yang dapat dipakai untuk sambungan kayu maupun baja. Karena kedua bagian pasak sambungan alat adalah rata maka pasak ini sangat baik digunakan pada konstruksi-konstruksi yang dapat dibongkar yang komponennya dibuat dari pabrik. 5. Spike-grid Connector Pasak ini direncanakan untuk sambungan kayu pada kayu dimana bidang-bidang hubungan adalah rata atau melengkung.
2.4 SAMBUNGAN DENGAN PEREKAT
Sambungan dengan perekat berlainan dengan sambungan sebelumnya, karena kayu disambung pada titik-titik melainkan pada bidang-bidang dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi. Kekuatan tersebut merugikan dalam sambungan rangka karena timbulnya regangan-regangan skunder yang besar. Penggunaan perekat dalam konstruksi kayu dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : Sebagai alat penyambung batang-batang kayu Untuk konstruksi kayu berlapis majemuk Page | 9 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 Perekat perekat yang terdapat dalam lonstruksi kayu dapat dibagi alam golongan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Vegetables Adhesives (perekat tumbuhan ) dibuat dari strach atau bahan Animal Glues (perekat binatang) dibuat dari tulang, kulit dan ikan Casein Glue (perekat casein) dibuat dari casein yang dikeringkan dari susu Bllod lbumen Glues (perekat darah dicampur zat putih telur) dibuat dari darah Syintetic Resin Glues bahan yang banyak mengandung serat
Pada sambungan gigi gesekan antara kayu dengan kayu di dalam perhitungan harus dilakukan. Untuk sambungan gigi tunggal dalamnya gigi tidak boleh melebihi batas. Untuk sambungan gigi tunggal digunakan rumus sebagai berikut : tm b untuk 500 tm 1/6 b untuk > 600 Panjang kayu lm harus dihitung lm = lebar batang mendatar. Untuk sambungan gigi rangkap dalamnya kedua gigi harus memenuhi syarat seperti sambungan gigi tunggal. Kecuali tm2 tm1 1 cm. Panjang lm harus dihitung
S. cos II .b
lm 2 =
S. cos II .b
Syarat-syarat menurut PKKI adalah : 1. Pada sambungan ynag menahan gaya tarik, pelat-pelat penyambung harus diletakkan setangkup terhadap sumbu batang yang disambung. Ukuran pelat-pelat penyambung didasarkan atas gaya yang besarnya 1,5 kali gaya tarik yang ditahannya. 2. Pada sambungan yang menahan gaya tekan ujung-ujung kayu yang akan disambung harus melekat benar satu sama lain.
Struktur Kayu 2 2011 3. Bila sambungan itu berganti-ganti menahan gaya tarik dan
gaya tekan, maka pelat penyambungnya harus diperhitungkan terhadap gaya yang besarnya sama dengan 1,3 kali gaya tarik atau tekan yang terbesar. 4. balok yang disambung. Pada sambungan yang menahan momen lentur, momen penahan pelat-pelat penyambung paling sedikit harus sama dengan momen penahan
Keterangan
: Type Konstruksi Atap Bahan Penutup Atap Bentang Kap (L) Kemiringan Atap Beban Angin Beban Plafond Beban Berguna Sambungan Kayu mutu A, kls kuat II
3.2
a. Panjang Batang Tepi Atas (A) A1 = A2 = A3 = A4 .................. = A8 = A1 = A2 = A3 = A4 .................. = A8 = A1 = A2 = A3 = A4 .................. = A8 = b. Menghitung Batang Bawah (B) B1 = B2 = B3 = B4 .................. = B8 = B1 = B2 = B3 = B4 .................. = B8 =
L 4 3.30 4
1 2
L
1 2
2 cos
= 0.82 m
c. Menghitung Batang Vertikal (V) T1 = T3 = tg 54.345 . B1 = tg 54,345 . 0,82 T2 = tg 54.345 . (B1+B2) = tg 54,345 . (0,82+0.82) d. Menghitung Batang Diagonal (D)
2 D1 = D2 = V12 + B2 = (1.153) 2 + (0.82) 2 = 1.415 m
= 1.153 m = 2.30 m
D 1.415 1.415 -
Ketentuan : Jarak gading-gading kap (l) Jarak antara gording (A) =3m = 1.415 m Page | 13 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 a. Perhitungan Pembebanan a.1. Berat Sendiri (P) Px = 17.66 kg/m Py = 12.670kg/m Momen Akibat Beban Mati Momen yang bekerja pada gording dianggap mendapat reaksi sebesar 80%, karena dianggap sebagai gelagar menenrus, maka momen dapat dicari sebagai berikut: Mx
2 = 1 Px l 80% 8
Ukuran gording Berat penutup atap Kayu kelas kuat II Kemiringan atap BD
Berat sendiri gording (P1) P1 = 0.08 m x 0.12 m x 720 kg/m3 = 7.584 kg/m Berat sendiri penutup atap Sirap (P2) P2 = 10 x A = 10 kg/m2 x 1.415 m = 14.15 kg/m Ptotal = P1 + P2 Ptotal= 7.584 kg/m + 14.15 kg/m = 21.734 kg/m = P sin
2 = 1 17.66 3 0.8 8
= 15.403 kgm My
2 = 1 Py l 80% 8
2 = 1 12.670 3 0.8 8
= 11.403 kgm a.2. Beban Berguna (Po) Page | 14 14 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 Pox = P sin = 100 sin 54.3450 = 81.853 kg Poy = 58.290 kg/m Momen Beban Berguna Mox =
1 4
= P cos
Pox l 80%
Poy l 80%
= 1 58.290 3 0.8 4 = 34.974 kgm a.3. Beban Angin (W) Dalam perhitungan diambil harga W : Wx Wy =0 = 25 kg/m
=0 My
2 = 1 W y l 80% 8
2 = 1 25 3 0.8 8
= 22.5 kgm a.4. Daftar Beban dan Momen P dan M Atap + Gording Beban Mati Beban Orang Beban Hidup Angin Page | 15 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 P Px Py Mx My b. Kontrol Gording b.1. Kontrol Gording Terhadap Tegangan Ukuran gording 8/12 : Ix Iy Wx = = =
1 12 1 12
21.734 kg/m 17.66 kg/m 12.670 kg/m 15.896 kgm 11.403 kgm
b h3 = h b3 =
1 12 1 12
1152 Ix = 1 1 12 h 2 2
Wy
Iy
1 2
512 1 8 2
Kombinasi pembebanan I Mx total = 15.896 My total = 11.403 + + = beban mati + beban hidup 48.752 = beban mati + beban hidup 34.974
M xtotal M ytotal + Wy Wx
angin
Kombinasi pembebanan II Mx total = 15.896 + = beban mati + beban hidup + beban 48.752 + 0 Page | 16 16 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 = 61.64 kgm = 6464 kgcm angin =15.896+ 48752 + 22.5 = 68.87 kgm = 6887 kgcm = My total = beban mati + beban hidup + beban
M x total M y total + Wy Wx
Syarat lendutan yang diizinkan untuk balok pada konstruksi kuda-kuda terlindung adalah :
f max
1 200
l f =
1 200
300 = 1.5 cm
Akibat beban sendiri Px = 17.6622 kg/m =0.17662 kg/cm Py = 12.6707 kg/m =0.1267 kg/cm
f x1 =
Struktur Kayu 2 2011 Akibat beban berguna Px = 81.253 kg/m Py = 58.290 kg/m =0.8125 kg/cm =0.5829 kg/cm f x2 = Pox l 3 0.8125 300 3 = = 0.00892 cm 48 E I y 48 100000 512
0.00284 cm
f y2
Poy l 3
wx = 0
w y = 25kg / m = 0.25kg / cm 0.228 cm
f y3
5 Wy l 4
f x total
f y total
= (0.36383 + 0.0089 + 0)
= 0.3727 cm
= ( f y1 + f y 2 + f y 3 ) = 0.3477 cm
( f x total ) 2 + ( f y total ) 2 f
3.4
Gaya-gaya berat sendiri bekerja pada titik simpul batang tepi atas, berat sendiri itu diakibatkan oleh: a. Akibat Berat Sendiri Ketentuan : Penutup atap metal Bentang kap (L) Jarak gording (A) = 10 kg/m2 = 3.30 m = 1.415 m Page | 18 18 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 Pa Jarak gading-gading kap (l) Ukuran gording Jumlah titik simpul (n) =3m = 8/12 = 5 buah
Pg
Gk Gk1
Dikarenakan bentangnya 3.9 m, dan jumlah titik simpul pada batang tepi atas adalah 5 buah, maka berat total kuda-kuda adalah :
Gk l = 3.9 3 = 11.7 kg
Struktur Kayu 2 2011 Ketentuan : Jarak gading-gading kap (l) Panjang batang bawah (B) Berat plafond Pf = 3 0.825 18 = 44.55 kg c. Beban Angin Ketentuan : Koefisien angin tekan (c) = (0.02 ) 0.4 = (0.02.54.345) 0.4 = 0.686 = 96.41 kg = -42.45 kg = 96.41 kg Page | 20 20 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Koefisien angin hisap (c) Angin kiri (q2) Angin Kanan (q1) Angin tekan Angin hisap Jarak gading-gading kap (l) Jarak gording (A) Angin Kiri W = 0.72 1.415 3 25
= c A l q2
3.5 a.
Gaya Batang Akibat Berat Sendiri a.1. Daftar Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Berat Sendiri (P =154.30525 kg)
Berat Sendiri SAP -385.57 -257.04 -257.04 -385.57 224.75 224.75 224.75 224.75 -91.31 -91.31 208.86 0 0 CREMONA -385.57 -257.04 -257.04 -385.57 224.75 224.75 224.75 224.75 -91.31 -91.31 208.86 0 0
Berat Plafond SAP -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 -27.41 -27.41 89.1 44.55 44.55 CREMONA -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 -27.41 -27.41 89.1 44.55 44.55
b. Gaya Batang Akibat Berat Plafond b.1. Daftar Gaya Batang Cara Cremona dan SAPAkibat Berat Plafond (P = 52.65 kg) \
c. Gaya Batang Akibat Berat Angin c.1. Daftar Gaya Batang Cara Cremona Akibat Berat Angin Kiri
Berat Angin Kanan SAP -68.25 -55.73 10.26 10.26 -96.83 -96.83 -27.2 -27.2 46.66 -72.8 21.24 0 0 CREMONA -68.25 -55.73 10.26 10.26 -96.83 -96.83 -27.2 -27.2 46.66 -72.8 21.24 0 0
d. Gaya-gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan d.1. Daftar Gaya Batang Cara Cremona Akibat Berat Angin Kanan
Berat Angin Kiri SAP -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 -27.41 -27.41 24.54 0 0 CREMONA -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 -27.41 -27.41 24.54 0 0
d.2. Gambar Cremona Akibat Berat Angin Kanan ( Terlampir ) Page | 24 24 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Berat Sendiri SAP 385.5 7 257.0 4 257.0 4 385.5 7 224.7 5 224.7 5 224.7 5 224.7 5 208.8 6 CREMO NA -385.57 -257.04 -257.04 -385.57 224.75 224.75 224.75 224.75 208.86 -91.31
Berat Plafond SAP 82.24 54.83 54.83 82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 89.1 CREMO NA -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 89.1 -27.41
Berat Angin Kanan SAP 68.25 55.73 10.26 10.26 96.83 96.83 -27.2 -27.2 21.24 46.66 CREMO NA -68.25 -55.73 10.26 10.26 -96.83 -96.83 -27.2 -27.2 21.24 46.66
Berat Angin Kiri SAP 82.24 54.83 54.83 82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 24.54 CREMO NA -82.24 -54.83 -54.83 -82.24 47.94 47.94 47.94 47.94 24.54 -27.41 KMBNS I 1 SAP 467.81 311.87 311.87 467.81 272.69 272.69 272.69 272.69 297.96 KMBNS I1 CREM 467.81 311.87 311.87 467.81 272.69 272.69 272.69 272.69 297.96 -
Berat Maximum KMBNS KMBNS I 2 I 2 SAP CREM 550.05 -366.7 -366.7 550.05 320.63 320.63 320.63 320.63 387.06 536.06 -367.6 301.61 457.55 175.86 175.86 245.49 245.49 319.2 -72.06
KMBNS I 3 SAP -618.3 422.43 356.44 539.79 223.8 223.8 293.43 293.43 343.74 -99.47
KMBNS I3 CREM -618.3 422.43 356.44 539.79 223.8 223.8 293.43 293.43 343.74 -99.47
-91.31 0 0
-72.8 0 0
-72.8 0 0
-27.41 0 0
Struktur Kayu 2 2011 e.1. Daftar Gaya Batang Maksimum Untuk Tiap Batang a. b. c. d.
3.6
Batang batang Diagonal (M): 218.93 kg (tekan) Batang batang Vertikal (T) : 287.06 kg (tarik)
a. Dimensi Batang Tarik a.1. Dimensi Batang-batang Bawah (B) Ketentuan : Kayu kelas II, Mutu A Pmaksimum = 320.63 kg
tr // = 85kg / cm 2
Syarat : F 32 cm2 b atau h 4 cm PKKI
tr // =
Coba dengan : b = 8 cm
Fn Fn Fn Fn
Fbr
Fbr = Fbr =
5 Fn 4 5 3.78 4
tr // =
tr // = 4.17 kg / cm 2 tr // = 85 kg / cm 2 ( ok )
a.2. Dimensi Batang Vertikal (T) gapit Ketentuan : Kayu kelas I, Mutu A Pmaksimum = 297.57 kg
tr // = 85kg / cm 2
Syarat : F 32 cm2 b atau h 4 cm PKKI
tr // =
Coba dengan : b = 4 cm
Fn Fn Fn Fn
Fbr
Fbr = Fbr =
5 Fn 4 5 4.55 4
tr // = 85kg / cm 2
lk = 1.7473 m = 174.73 cm b = 8 cm h = 12 cm F = b h = 8 12 = 96cm2
i min
= 0.289 b = 0.289. 8 = 2.312 lk 174.73 = = 75.58 = 2.03 ( dari Tabel PKKI ) imin 2.312 =
tk //
Syarat tk // = 11.4 kg/cm2 tk // = 85 kg/cm2 ....... OK!!! b.2. Dimensi Batang batang Diagonal (M) Ketentuan : Coba : Kayu kelas II, Mutu A Pmaksimum = 226.81 kg
tr // = 85kg / cm 2
lkmaks = 1.7473 m = 174.739 cm b = 8 cm Page | 45 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
= 0.289 b = 0.289.8 = 2.312 lk 174.73 = = 75.58 = 2.03 ( dari Tabel PKKI ) imin 2.312 =
tk //
b.3. Daftar Dimensi Batang No 1 2 3 4 5 Batang Atas Bawah Diagonal Vertikal Vertikal Tengah Dimensi (cm) 8/12 8/12 8/12 2 x 4/12 8/12
3.7
a. Sambungan Pada Titik Bahul A Dik : Kayu kelas II, mutu A Page | 46 46 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
tk // = tr // = 85 kg/cm2
tk = tr = 25 kg/cm2
S = P = 618.3 kg (tekan) = 54.345o
g .3K 618
A1
Dimensi batang A1 = B1 = 8/12 Kg 378.12 A Perhitungan Sambungan Pada Titik Buhul A Sambungan batang A1 terhadap batang B2, digunakan sambungan gigi tunggal bagi sudut Syarat : tv
1 h (karena sudutnya < 60o) 4 1 12 4
B1
tv
tv 3 cm
56
tk
tm tm lm
= 1 cm tv 4 cm .Oke =
lm = 4 cm 15 cm . Oke b. Dik Sambungan Pada Titik Bahul D : Kayu kelas II, mutu A
tk // = tr // = 100 kg/cm2
tk = tr = 25 kg/cm2
Page | 47 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
D
A1
8. g 3K
34 34
D1
T 1 387.93 Kg
Kg
Perhitungan Sambungan Pada Titik Buhul D Sambungan batang D1 terhadap batang A2, digunakan sambungan gigi tunggal bagi sudut Syarat : tv
1 h (karena sudutnya 60o) 6 1 12 6
tv
tv 2 cm
tk
tm tm
merupakan balok gapit, untuk menyambungnya digunakan paku (4 BWG 6) dengan, 5.15 mm = 0.515 cm dan kd = 150 kg/cm2 S = P = +387.06 kg (tarik) Maka dengan sambungan bertampang dua, gaya yang diperkenankan per paku ( S ), berdasarkan Syarat adalah:
S 1 = b. d.
kd
= 618 kg ; b 7d = 278.49 kg
( diambi lnilai S yang terkecil ) Yang digunakan S 2 = 278.49 kg Maka , n = S 387.06 = = 1.38 2 buah paku S2 278.49
c. Dik
Sambungan Pada Titik Bahul E : Kayu kelas II, mutu A S = P = +297.57 kg (tarik)
387.06 Kg
V1
320.63 Kg Dimensi
Perhitungan Sambungan Pada Titik Buhul C Sambungan batang T1 terhadap batang B1. Batang T1 merupakan balok gapit, untuk menyambungnya digunakan paku (4 BWG 6) dengan, 5.15 mm = 0.515 cm dan kd = 150 kg/cm2 S = P = +387.06 kg (tarik) Maka dengan sambungan bertampang dua, gaya yang diperkenankan per paku ( S ), berdasarkan Syarat adalah:
S 1 = b. d. kd S = 8. 0.515. 150 kg/cm2 S 2 = 7.d2.
kd
; b 7d = 618 kg ; b 7d = 278.49 kg
Struktur Kayu 2 2011 Yang digunakan S 2 = 278.49 kg Maka , n = S 387.06 = = 1.38 2 buah paku S2 278.49
d. Dik
tk // = tr // = 85 kg/cm2
tk = tr = 25 kg/cm2
// = 12 kg/cm2
C
A4
34 34
A5
618 .03 Kg
Kg 03 18. 6
T4 387.06 8/12 Dimensi batang A4 = A5 adalahKg dan batang T4 adalah 2 x 4/12 Perhitungan Sambungan Pada Titik Buhul M Sambungan batang A4 terhadap batang T4, digunakan sambungan gigi tunggal bagi sudut luar Koefisien kuda kuda 5/4 Syarat : tv tv
1 h 4
1 12 4
tv 3 cm
tk
= 6 cm 15 cm . Oke
tk // = tr // = 100 kg/cm2
tk = tr = 25 kg/cm2
S = P = +218.93 kg (tarik) = 54o
g 93K 18. 2
D3
387.06 Kg
218 .93
30
V4
Kg
B4
320.63 Kg
B5
Perhitungan Sambungan Pada Titik Buhul B Sambungan batang D1 terhadap batang T3, digunakan sambungan gigi tunggal bagi sudut Syarat : tv tv
1 h 4 1 12 4
tv 3 cm
tk
= tk // - ( tk // - tk ) sin 2 = 85 (85 25) sin = 57.76 kg/cm2 Page | 51 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
54 2
tm
tm = 1 cm tv 3 cm .OK !!! lm =
lm = 2 cm 15 cm . Oke
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis ungkapkan mengenai perencanaan dan perhitungan konstruksi kuda-kuda rangka kayu. Kesimpulan itu antara lain : Penentuan spesifikasi dan klasifikasi konstruksi sangat menentukan kemudahan perhitungan dan pengerjaan konstruksi. Memakai kayu dengan kelas dan mutu kayu tinggi akan mengurangi dimensi kayu yang dibutuhkan. Page | 52 52 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 Pada perhitungan balok gording, besarnya dimensi balok selain dipengaruhi
oleh gaya yang bekerja pada penampang juga dipengaruhi oleh jarak antar kuda-kuda pada konstruksi atap. Pada perhitungan pembebanan yang diakibatkan oleh angin, besar kecilnya kemiringan suatu atap akan menentukan besar kecilnya gaya angin yang diterima. Dengan kata lain semakin besar sudut kemiringan atap semakin besar pula gaya yang diterima oleh atap yang disebabkan oleh angin. Pada perhitungan gaya batang pada tiap batang kuda-kuda. Perhitungan gaya batang bisa dilaksanakan dengan cara manual (grafis dan analitis) ataupun dengan bantuan program. Kedua cara tersebut terdapat kelemahan sehingga perlu dikontrol antara satu ca dengan cara yang lainnya. Penentuan dimensi batang tekan harus diperhitungkan terhadap panjang batang yang diperhitungkan. Sedangkan untuk batang tarik hanya diperhitungkan terhadap gaya dan jumlah perlemahan yang disebabkan oleh jenis dan banyaknya alat sambung. Penentuan jarak dan letak alat sambung pada perhitunagn sambungan tidak boleh sembarangan, karena perletakkan yang salah akan mempengaruhi kekuatan sambungan.
4.2
SARAN
Untuk perbaikan tugas perencanaan ini dimasa yang akan datang, pada bagian ini penulis menyampaikan beberapa saran dan masukan, saran dan masukan itu antara lain : Memilih bahan untuk konstruksi kuda-kuda disarankan memakai mutu dan kelas yang baik, mudah didapat, mudah dalam perrencanaan, dan mudah dalam pelaksanaan.
Struktur Kayu 2 2011 Pada perhitungan dimensi gording, disarankan menghitung beberapa percobaan dimensi, dengan tujuan agar dimensi yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan. Penentuan gaya batang akan lebih mudah dan cepat dilaksanakan dengan bantuan program, selain itu faktor kesalahan pada perhitungan relatif kecil. Penentuan jenis sambungan dan jenis alat sambung disarankan kombinasi. Sehingga kita bisa menentukan jenis sambungan atau alat sambung yang tepat pada konstruksi kuda-kuda.
DAFTAR PUSTAKA
Danasasmita, Kosasih, E, Dr. Struktur Kayu 1, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Page | 54 54 Romli Azis 0900690
S1 Teknik Sipil
Struktur Kayu 2 2011 Danasasmita, Kosasih, E, Dr. Struktur Kayu 2, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, DPU. Frick, Heinz, Ilmu Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1977. Sutanto, Perhitungan Kuda-kuda Konstruksi Kayu, Yustadi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN