Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Enzim alakaline phosphate, ALT,AST,GGT, dan 5,2-nukleotidase sangat membantu dalam menduga status fungsi

dan inflamasi hati. Karena hati merupakan tempat metabolism karbohidrat, protein dan lipid, dan juga sintesis dari berbagai protein, konjugasi bilirubin, dan detoksifikasi obat dan zat lainnya, keadaan hati dapat diduga melalui pengukuran bilirubin total dan direct, protein total dan albumin, kolesterol dan trigliserida, dan urea dan ammonia. Peningkatan kadar enzim dan bilirubin serta penurunan kadar protein dapat menunjukkan adanya penyakit hati. (1) Analisis enzim digunakan untuk membantu dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Secara khusus, enzim yang disintesis dalam organel seluler melaksanakan fungsi mereka dalam sel dan dilepaskan ke cairan tubuh ketika selsel menjadi sakit. Dengan demikian, peningkatan aktivitas enzim jika dibandingkan dengan berbagai referensi dapat menunjukkan perubahan patologis dalam beberapa jenis sel dan jaringan. Tingkat aktivitas enzim dalam cairan tubuh dapat mencerminkan kebocoran dari sel karena cedera selular, atau perubahan tingkat produksi enzim atau induksi enzim yang sebenarnya karena metabolisme atau tingkat genetik atau proliferasi neoplasma. Dalam kasus terakhir, peningkatan enzim kegiatan dapat digunakan sebagai penanda tumor. Salah satu aspek dari aktivitas enzim yang harus diperhatikan adalah kerangka waktu relatif yang muncul aktivitas enzim dalam darah plasma dan berapa lama waktu yang tetap dalam hubungan dengan gangguan ini. Sebagai contoh, beberapa enzim yang ditemukan dalam plasma karena terjadi kematian jaringan atau peradangan meningkat sangat lambat sehingga tidak berguna untuk deteksi dini atau pengobatan penyakit. Enzim lain menurun dengan cepat beredar karena inaktivasi atau metabolisme. Kegunaan klinis aktivitas enzim dalam hubungan dengan jaringan tertentu tanda-tanda patologi klinis dan ditingkatkan ketika aktivitas enzim cepat naik setelah timbulnya gangguan dan tetap tinggi untuk jangka waktu yang memadai, terutama ketika tanda-tanda klinis dan gejala lain tidak cukup untuk memberikan diagnosis.(1) Kerusakan jaringan dapat melepaskan berbagai jenis enzim berdasarkan lokasi mereka. Misalnya, radang ringan hati reversibel meningkatkan permeabilitas dari membran sel dan melepaskan enzim sitoplasma seperti laktat dehidrogenase (LD), alkalin fosfatase (ALP), ALT, dan AST, sedangkan kematian sel (nekrosis) akan melepaskan sumber mitochrondrial dari ALT dan AST. Distribusi enzim ini dalam tipe tertentu dari jaringan hati bervariasi. ALP dan GGT lebih terkonsentrasi di saluran empedu atau jaringan dari saluran-saluran kecil (canaliculi), sedangkan AST, ALT, dan LD banyak terkandung dalam

struktural (parenkim) sel hati. Berbagai bentuk enyzmes, yang disebut isoenzim, didistribusikan di berbagai jaringan jenis. Sebagai contoh, ALP ditemukan di jaringan hepatobiliary tetapi juga ditemukan di semua sitoplasmik membran semua sel tubuh, terutama di osteoblas (boneforming sel), mukosa usus, plasenta, dan tubulus ginjal.(1) Jenis-jenis tes menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati meliputi : 1. ALP (Alkaline Phosphatase) Enzim ini paling sering diukur untuk mengetahui obstruksi empedu. Kadar ALP tinggi terdapat dalam sel-sel yang cepat membelah atau aktif secara metabolis. Sel ini mencakup epitel saluran empedu dan hati, osteoblas yang sedang meletakkan tulang baru, granulosit dalam darah, epitel usus, tubulus proksimal ginjal, plasenta, dan kelenjar mamaria fase laktasi. Kadar ALP dapat meningkat pada saat pembentukan tulang dan kehamilan serta gangguan usus dan ginjal (jarang) (2) Tujuan dilakukannya tes ini untuk mendeteksi penyakit hepatobilier seperti kolestasis / obstruksi, tumor, batu atau abses, penyakit tulang dengan aktivitas osteoblastik atau respon terapi vitamin D pada riketsia dan proses keganasan ( metastasis ke hati ). Kadar normal ALP adalah 30-110 U/L. (3) Interpretasi nilai: >5x pada obstruksi bilier total, peny.paget, metastase tulang dan hiperparatiroid 3-5x pada obstruksi bilier akut, sirosis aktif, mononukleosis, hep virus sebelum meninggi, osteomalasia, riketsia <3x pada hepatitis kronis, kehamilan awal, penyembuhan fraktur, anak masa pertumbuhan, vit D dosis tinggi, peny. Jantung kongestif. Menurun pada hipofosfatemia, protein & Mg defisiensi, kretinism, retardasi perumbuhan, akondroplasia 2. GGT ( Gamma Glutamyltransferase) Enzim GGT terdapat pada jaringan hepatobilier, ginjal pankreas, prostat, otak dan hati. Fungsi enzim ini ialah mengkatalisis pemindahan gugus gammaglutamil dari suatu peptida yang mengandung gugus tersebut, misalnya glutation, ke peptida lain atau ke asam amino. GGT serum sangat bermanfaat sebagai penanda patologi hati, seperti ikterus obstruktif, metastatis kanker ke hati, atau kolestasis intrahepatik. Karena spesifitasnya untuk hati, maka GGT dapat digunakan untuk menentukan apakah peningkatan fosfatase alkali serum berasal dari hati atau tulang. Pemeriksaan GGT serum lebih tepat untuk mengetahui proses penyembuhan hepatitis virus karena pada hepatitis virus, GGT lebih cepat

meninggi daripada enzim-enzim lainnya dan selama stadium penyembuhan kadar GGT masih terus tinggi. Aktivitas GGT dalam serum juga dapat meningkat oleh zat-zat yang dapat merusak jaringan hati seperti karbontetraklorida, etanol, streptokinase dan chlorpromazin. Azathioprin dan Ifosfamid juga dapat menyebabkan peninggian GGT dalam serum. Hal yang sama berlaku pula untuk preparat-preparat estrogen. Penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan peninggian aktivitas GGT dalam serum adalah penyakit-penyakit pankreas dan jantung. (4) Nilai rujukan normal GGT pada wanita adalah 6-25 U/L dan pada pria 835 U/L.(3) Interpretasi nilai: Meninggi sekali pada keganasan/metastase di hati, obstruksi bilier Meninggi pada penyakit hati akut, hepatitis,sirosis Meninggi sedikit pada penyakit pankreas,penyakit ginjal, metastase prostat, post operasi, tumor otak, alkoholisme 3. SGOT (Serum Glutamik Oksoloasetat Transaminase) (5) SGOT biasa juga disebut AST (Aspartate Amino Transferase) merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati. Nilai normal pada pria s.d 37 U/L dan pada wanita s.d 31U/L. SGOT normalnya ditemukan dalam suatu keanekaragaman dari jaringan termasuk hati, jantung, otot, ginjal, dan otak. Ia dilepaskan kedalam serum ketika satu saja dari jaringan-jaringan ini rusak. Contohnya, tingkatnya didalam serum naik dengan serangan-serangan jantung dan dengan kelainan-kelainan otot. Ia oleh karenanya bukan suatu indikator yang sangat spesifik dari luka hati. Nilai normal SGOT adalah 6-30 U/L. Interpretasi: kadar meninggi (3) 20x pada hepatitis akut, trauma otot, post operasi, kerusakan hati ok obat 10-20 x pada infark miokard akut mononukleosis infeksiosa, sirosis ok alkohol 5-10x pada dermatomyositis, sirosis hepatik kronik 2-5 x pada anemia hemolitik, metastase Ca hepatis, pankreatitis akut, perlemakan hati. 4. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transferase ) (5) Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah

menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati. Enzim ini terdapat pada sel hati, cairan tubuh, jantung, ginjal dan muskuloskeletal. Nilai normal pada pria s.d 42 U/L dan pada wanita s.d 32 U/L SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT (ALT) adalah enzim yang dipakai oleh hati dalam pekerjaannya. Biasanya enzim ini ditahan dalam hati, tetapi bila hati menjadi rusak karena hepatitis, semakin banyak enzim ini dapat masuk ke aliran darah. Tingkat enzim ini dalam darah dapat diukur, dan tingkatnya menunjukkan tingkat kerusakan pada hati. Nilai normal SGPT adalah 7-32 U/L. Interpretasi: kadar meninggi 20-50x pada hepatitis virus atau ok obat 10- <20x pada hepatitis kronis, mononukleosis, kolestasis/kolesistitis, penyembuhan hepatitis <10x pada sirosis hepatik akut, hepatitis ok Alkohol 1-2x pada infark miokard akut & kongesti hepatik 5. Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase. Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah. Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun,

transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek. Nilai Rujukan DEWASA : total : 0.1 1.2 mg/dl, direk : 0.1 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 1.0 mg/dl ANAK : total : 0.2 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. BAYI BARU LAHIR : total : 1 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa. Masalah Klinis Bilirubin Total, Direk PENINGKATAN KADAR : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K. PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi. Bilirubin indirek PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk) PENURUNAN KADAR : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk) 6. Protein Mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak. Albumin merupakan protein plasma yang ditemukan tinggi pada proses kehamilan dan menjelang kematian. Albumin adalah hasil sintesis oleh hati. Pada sindrom hepatic sintesis albumin dapat menjadi 3 kali lipat, bahkan bertambah menjadi 80% pada tekanan plasma koloid. Konsentrasi albumin dapat menjadi tinggi pada venous statis dam dehidrasi. Penurunan konsentrasi albumin ditemukan dalam berbagai kondisi seperti artefaktual, fisiologis, patilogis, peningkatan distribusi, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan kehilangan dan peningkatan katabolisme. Penurunan kadar albumin sebanding dengan tingkat inflamasi dan luka. Pada

penyakit hepatic seperti sirosis, albumin yang disintesis rendah. Pada sindrom hepatic dapat ,menimbulkan hipoalbuminemia. Pengukuran albumin dilakukan dengan prinsip yaitu bromkresol hijau dengan albumin dalam buffer sitrat membentuk warna kompleks. Absorbansi warna kompleks ini sebanding dengan konsentrasi albumin dalam sampel. Nilai rujukan: Prot.total : 6.6 8.0 g/dl (100%) Albumin : 3.3 5.0 g/dl (58-74%) Interpretasi : a. Meninggi Prot.total : inflamasi kronik, atritis, dehisdrasi, DM, asidosis multipelmieloma, makroglobulin, leukemia monositik Albumin : myeloma, dehidrasi Globulin: penyakit kolagen, hodgkin, multipelmieloma, TB, penyakit autoimun, DM, inflamasi akut, nefrosis b. Menurun Prot.total : gangguan hati, malabsorpsi, malnutrisi, nefrosis, toksemia gravidarum, luka bakar, DM, glomerulonefritis, syok. Albumin : penyakit kolagen, diare kronik, malnutrisi, hipertiroid, penyakit ginjal, hati, darah dan keganasan, AIDS, malnutrisi Globulin: gangguan koagulasi, infeksi,malnutrisi,penyakit hati & ginjal

Anda mungkin juga menyukai