Anda di halaman 1dari 111

BAB 1 APAKAH MANUSIA ITU?

Evita E. Singgih

1. PENDAHULUAN
Manusia adalah spesies tertinggi di bumi. Apa makna pernyataan ini? Jika manusia disebut sebagai spesies tertinggi, tentunya manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan spesiesspesies yang lebih rendah darinya. Pembahasan masalah ini biasanya akan membawa kita kepada pembahasan mengenai kemampuan berpikir dan bernalar yang pada manusia berkembang jauh melebihi kemampuan spesies lainnya. Manusia tidak hanya bergerak berdasarkan insting

semata, melainkan mampu menggunakan nalar dan kemampuan berpikirnya dalam menjalankan hidup serta memecahkan berbagai masalah hidupnya sehingga kualitas hidup manusia melampaui kualitas hidup spesies-spesies lainnya. Von Uexkll ( dalam Cassirer, 1944) membahas bagaimana manusia di samping

mengikuti hukum-hukum biologis seperti organisme lainnya, juga mampu melakukan penyesuaian diri yang lebih tinggi kualitasnya. Ikan, misalnya, sebagai makhluk air hanya bisa hidup di air. Manusia, walaupun tidak termasuk makhluk air, bisa hidup di air maupun di luar angkasa dalam waktu yang cukup panjang dengan bantuan peralatan-peralatan yang dibuatnya untuk beradaptasi dengan lingkungannya (seperti kapal selam dan alat-alat menyelam lainnya maupun perlengkapan untuk bernapas di luar angkasa). Kecenderungan ini juga diungkapkan oleh Benjamin Franklin; Man is a tool making animal (Manusia adalah hewan pembuat alat). Manusia membuat berbagai alat untuk memudahkan hidupnya (Cassirer, 1944). Bagaimana manusia bisa membuat berbagai macam alat dan apakah hewan tidak membuat alat? Bukankah lebah juga membuat rumah 1

yang cukup rumit? Begitu juga berang-berang dan burung walet. Di Merauke, banyak dijumpai rumah semut yang tingginya bisa mencapai lebih dari 3 meter, sangat kokoh, indah seperti pohon, dan mengagumkan. Memang hewan-hewan tersebut dapat membuat rumah yang cukup unik dan terkadang sangat cantik, namun semua dibuat berdasarkan insting, dan rumah itu tak pernah berubah dari masa ke masa. Tidak demikian halnya dengan rumah manusia. Berbagai bentuk dan model rumah dibuat untuk berbagai alasan pula. Manusia tidak membuat rumah hanya berdasarkan insting tetapi juga dengan menggunakan nalar, pikiran, minat, dan motivasi. Gazzaniga (2008), dalam bukunya Human, the science behind what makes us unique, mengungkapkan tubuh manusia memang terbuat dari bahan kimiawi yang sama dengan hewanhewan lain penghuni bumi, manusia juga memiliki banyak reaksi fisiologis yang sama dengan hewan-hewan tersebut. Namun bagaimanapun manusia sangat berbeda dari hewan lainnya. Gazzaniga (2008), selanjutnya dengan tegas menekankan perbedaan utama manusia

dibandingkan dengan hewan lain adalah pada otaknya. Otak manusia memungkinkan manusia untuk berpikir kompleks dan melakukan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking). Otak manusia, menurut MacLean (1990), merupakan hasil evolusi paling mutakhir dari otak

makhluk lainnya. Dari generasi ke generasi otak manusia terus melalui proses evolusi sehingga diperoleh kemampuan otak seperti yang ada sekarang ini. Evolusi kemampuan ingatan, kesadaran diri, menciptakan, dan menggunakan alat (tools), membantu manusia melakukan introspeksi dan mengarahkan perkembangan dirinya sendiri. Membahas semua kemampuan itu berarti membahas otak, semacam CPU yang build-in dalam kepala. Dengan memahami berbagai sifat dan cara kerja otak diharapkan kita mampu memanfaatkannya secara lebih optimal. Bila kita mengenal komputer sebagai pengganti mesin ketik, maka komputer yang canggih itu hanya akan menjadi mesin ketik belaka. Sebaliknya, bila kita memahami berbagai kemampuan komputer maka kita juga menghayati manfaat lebih dari komputer (menulis, mengolah data, menggambar, berinternet), dan menggunakannya

berdasarkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan kita (mempromosikan tulisan, menganalisis hasil penelitian, membuat galeri seni virtual, mengeksplorasi berbagai potensi interaksi global. Kita menghayati komputer selayaknya --mesin yang menakjubkan yang bisa bisa membantu melipatgandakan pengalaman kita berkarya.

Berkaitan dengan pembahasan di atas, dalam buku ini akan dibahas konsep tiga serangkai otak dari MacLean yang relatif cukup mudah dipahami. Diharapkan dengan memahami konsep tiga serangkai otak ini mahasiswa dapat menggunakan otaknya seoptimal mungkin.

2.Tiga Serangkai Otak (The Triune Brain)


Menurut MacLean, seorang neurolog mantan direktur dari Laboratory of the Brain and Behavior pada United StatesNational Institute of Mental Health, otak berbagai spesies mengalami sebuah evolusi panjang. Otak manusia merupakan hasil evolusi terakhir yang paling canggih. Berdasarkan peneilitan yang panjang, MacLean (1990)

mengajukan sebuah konsep yang diberi nama The Triune Brain (Tiga Serangkai Otak). Teorinya ini mulai dikembangkan pada tahun 1954 dan terus berkembang berdasarkan berbagai penelitian sampai akhir hayatnya. Menurut MacLean (1990), otak berevolusi dalam tiga periode besar dan evolusi ini

membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling tua dikenal sebagai R-complex, lapisan kedua disebut Limbic System, dan yang terakhir Neocortex. Masing-masing lapisan memiliki karakter dan fungsi yang berbeda-beda namun saling berhubungan dan bekerjasama dalam menentukan perilaku yang akan ditampilkan oleh individu.

.2.1 R-complex R-complex meliputi bagian atas batang otak dan cerebellum merupakan otak yang tertua. Pada reptilia otak inilah yang paling dominan. Oleh karena itu, otak ini juga disebut sebagai Otak Reptil. Lapisan Otak Reptil ini yang bertanggungjawab pada pola perilaku bawaan yang penting untuk kelangsungan hidup diri maupun spesies. Fungsinya antara lain adalah mengendalikan semua gerakan involunter dari jantung, peredaran darah, reproduksi dan sebagainya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup makhluk tersebut maupun 3

spesiesnya. Kerusakan pada bagian otak ini bisa berakibat fatal. Kalau dulu untuk menetapkan apakah seseorang masih hidup atau sudah meninggal dunia biasa ditentukan dari apakah jantungnya masih bekerja atau tidak, saat ini ditentukan oleh batang otaknya masih berfungsi atau tidak. Otak Reptil juga bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting bagi pertahanan diri. Reaksi yang paling sering muncul untuk mempertahankan hidup adalah tempur atau kabur (fight or flight). Perhatikan bagaimana seekor ular saat mempersepsikan ada ancaman bagi hidupnya, reaksi yang biasa muncul adalah menegakkan kepala siap untuk mematok (fight) atau lari sipat kuping (flight). Perilaku makan dan reproduksi yang terkait dalam kelangsungan hidup diri dan spesies, juga termasuk reaksi dari otak reptil. Saat individu dikendalikan oleh Otak Reptilnya, ia pun biasa bertindak secara refleks untuk mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara cermat apa yang akan dilakukannya. Ini biasa terjadi saat mereka berada dalam keadaan darurat, bahaya, dan terdesak.

2.2. Limbic System Setelah Otak Reptil, bagian berikutnya yang berkembang dalam evolusi otak adalah Otak Paleomammalia. Otak ini terdiri dari sistem limbik yang terkait dengan batang otak. Bagian otak ini berkembang pada awal masa evolusi mamalia. Oleh karena itu, MacLean menyebutnya sebagai Otak Mamalia. Sistem limbik memegang peranan penting dalam emosi serta motivasi. Otak ini juga bertanggungjawab atas pemelajaran dan memori. Dua struktur yang paling penting dalam sistem limbik adalah amygdala dan hippocampus.

2.2.1 Amygdala Amygdala, yang berbentuk biji almond, membantu organisme untuk mengenali apakah sesuatu atau situasi yang dihadapinya itu berbahaya atau tidak, apakah sesuatu itu penting bagi kelangsungan hidup atau tidak, misalnya apakah makanan ini boleh dimakan, apakah orang ini tepat untuk dijadikan pasangan, apakah situasi ini bahaya bagi kita. Pada manusia amygdala

membantu untuk memahami ekspresi dari orang yang dihadapinya. Kerusakan pada amygdala akan membuat individu tidak mampu berempati dengan orang lain. Karena dalam berfungsi amygdala banyak dipengaruhi oleh persepsi, maka amygdala bisa keliru apabila organisme bisa menangkap tanda-tanda yang keliru dalam memperseps, dan ini dapat menyebabkannya mereka menampilkan perilaku yang tidak sesuai (King, 2011). Bila amygdala rusak, akibatnya adalah ketidakmampuan individu dalam menangkap emosi yang signifikan dari setiap peristiwa. Kondisi ini kadang-kadang disebut sebagai buta afektif (Goleman, 1996). Orang yang mengalami kerusakan pada amygdala atau yang dicabut amygdalanya akan sulit membaca ekspresi orang lain maupun mengenali bahasa tubuh. Tentunya kesulitannya ini bisa membawa akibat dalam hubungan antar manusia. Sulit baginya untuk memahami ekspresi dan bahasa tubuh dari orang yang dihadapinya. Kemampuan membaca ekspresi pembicaralah yang dapat membantu kita memahami maksud dari apa yang disampaikan oleh pembicara sebenarnya, apakah ia bersungguh-sungguh atau sedang bercanda atau bahkan sedang menyindir kita. Bahkan dalam bukunya Emotional Intelligence, why it matters more than IQ, Daniel Goleman (1996) menceriterakan bagaimana seorang pemuda yang diangkat amygdalanya (untuk mengendalikan kejang-kejang yang dialaminya) walaupun masih memiliki kemampuan berbicara, menjadi sama sekali tidak tertarik pada orang lain, lebih suka memisahkan diri dari orang lain.

2.2.2 Hippocampus Hippocampus memiliki peran khusus dalam ingatan (Bethus, Tse, & Morris dalam King, 2011). Walaupun ingatan tidak tersimpan dalam sistem limbik, hippocampus berperan penting dalam

mengintegrasikan berbagai rangsangan yang terkait serta membantu dalam membangun ingatan jangka panjang. Selain itu, hippocampus dan daerah sekitarnya berperan penting dalam membentuk ingatan mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali saja. Sangat penting peranannya dalam hidup terutama dalam belajar. Apa yang telah dipelajari dan diingat oleh individu inilah nantinya 5

yang akan turut mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi segala sesuatu, sehingga merangsang amygdala memberi signal pada individu. Bila otak reptil mengeluarkan perilaku refleks yang kaku dan tidak berubah dari saat ke saat, otak mamalia ini menghasilkan perilaku yang lebih luwes dan mengintegrasikan pesan dari dalam maupun dari luar tubuh. Oleh karena itu perilaku yang ditampilkan bisa beraneka ragam, tergantung sistem limbik ini berkolaborasi dengan siapa. Otak Reptilkah atau dengan Neocortex yang canggih. 2.3 Neocortex Periode evolusi terakhir dari otak menghasilkan neocortex atau otak neomamalian. Neocortex adalah lapisan teratas yang mengelilingi otak mamalia, dan hanya dimiliki oleh jenis mamalia. Reptil dan burung tidak memiliki bagian otak ini. Walaupun neocortex juga dimiliki mamalia lain selain manusia, pada manusia perbandingan ukuran neocortex dari keseluruhan otak adalah yang terbesar. Pada manusia neocortex mencakup 80% dari otak bila dibandingkan dengan pada mamalia lain yang umumnya hanya mencakup 30 sampai 40% dari keseluruhan otaknya (King, 2011).

Perbedaan luasnya neocortex ini mempengaruhi banyaknya syaraf dan kompleksitas hubungan antar syaraf yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dari makhluk-makhluk tersebut. Berbeda dengan amygdala yang bekerja dengan sistem intuitif yang primitif, neocortex bekerja dengan sistem analitis yang lebih canggih. Sebagai hasil evolusi otak yang paling akhir, neocortex mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar, pembicaraan, dan berbagai tipe kecerdasan lainnya. Oleh karena itu bagian ini sering desibut sebagai otak berpikir. Saat menjumpai masalah rumit yang perlu dipecahkan dengan pemikiran tingkat tinggi, neocortexlah yang paling cocok berfungsi. Besarnya neocortex pada manusia membuat manusia mampu berpikir abstrak, transendens, tidak terbatas pada hal-hal yang sedang dialami saat ini 6

saja. Salah satu kelebihan dari kemampuan berpikir ini membuat manusia dapat melakukan introspeksi untuk mengenali dirinya serta membuat perencanaan untuk mengembangkannya, sedangkan gajah misalnya, mungkin tidak pernah sadar bahwa dia adalah seekor gajah, apalagi memikirkan cara untuk menjadi gajah unggul. Ketiga otak ini (triune brain) tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut MacLean, ketiganya bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Tentunya diharapkan Otak Reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya menjaga kelangsungan hidup, dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh, atau menggerakkan usus-usus dan seluruh alat pencernaan lainnya untuk mencerna makanan yang kita makan. Namun dalam menghadapi masalah pelik, kita tentu mengharapkan neocortex yang akan memimpin, memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan awal, Otak Reptil berfungsi dalam mekanisme penyelamatan hidup (survival). Perilaku yang muncul sebagai reaksi dari otak reptil ini muncul sebagai refleks-refleks pertahanan diri. Pertahanan diri tanpa pikir panjang yang paling sering muncul dalam perilaku adalah tempur (fight) atau kabur (flight). Perilaku yang merupakan reaksi dari otak reptil yang berupa reflekreflek instinktif dan tanpa dipikirkan masak-masak ini juga sering kali muncul pada manusia. Reaksi ini bisa sangat membantu dalam keadaan darurat, namun bisa pula justru mencelakai. Kita ambil contoh seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati yang bertubuh tegap. Bisa saja tanpa berpikir si ibu melawan (fight) perampok tadi padahal ia tidak membawa senjata dan juga tidak memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu tadi memang bisa membantu, karena bisa saja perampok terkejut lalu melarikan diri (dalam hal ini sang perampok yang menunjukkan mekanisme pertahanan kabur atau flight), namun bisa juga membahayakan dirinya karena bisa jadi tenaga dan kemampuan bertempur perampok itu lebih unggul ketimbang ibu tadi. Pernahkah Anda mengalami keadaan seperti ini? Biasanya reaksi Otak Reptil ini tidak disadari, baru setelah keadaan reda (bila masih selamat) individu menyadari betapa konyol tindakannya tadi yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya. Ini terjadi karena apa yang seharusnya dilakukan oleh neocortex diambil alih oleh otak reptil. 7

Yang perlu diketahui adalah neocortex hanya bisa betul-betul berfungsi bila sistem limbik berada dalam keadaan emosi terkendali. Sebab saat amygdala menemukan situasi yang dipersepsi sebagai bahaya dan sistem limbik tak dapat membuat organisme menjadi lebih nyaman, maka yang lebih sering berperan adalah otak reptil dengan refleks-refleks pertahanan diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan sebenarnya dan tindakan apa yang sebaiknya diambil. Padahal bila sistem limbik bisa menenangkan dan membuat individu merasa nyaman, maka neocortex bisa berperan dengan segala kecanggihannya untuk memikirkan apa yang baiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, sistem limbiklah yang akan menetapkan pintu mana yang akan dibuka. Pintu ke arah otak reptil atau neocortex. Sebagaimana dinyatakan MacLean, tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Dengan adanya neocortex yang sangat besar pada manusia, yang membuatnya mampu berpikir tingkat tinggi, diharapkan manusia lebih banyak menggunakan kemampuannya berpikir tingkat tingginya dan tidak sering dikendalikan oleh otak reptilnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem limbik untuk membuat organsime nyaman, dan perlu untuk menjaga agar kesalahan amygdala dalam menilai situasi bisa segera disadari dengan mengaktifkan neocortex dalam menilai dan menyadarkan sistem limbik bahwa ada cara yang lebih tepat untuk mengendalikan keadaan. Manusia berbeda dengan hewan lainnya, tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan insting, langsung bereaksi begitu mendapat rangsangan. Manusia mampu menunda reaksinya, mengambil waktu untuk member kesempatan bagi neocortex berpikir dan menganalisis situasi. Memang mula-mula penundaan ini membuat reaksi manusia acap terkesan lamban, namun dengan latihan menganalisis dan berpikir kritis, lama kelamaan reaksi menjadi lebih cepat. Yang penting adalah kesadaran akan pentingnya menunda reaksi demi menganalisis situasi dengan lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri adalah dengan menghirup napas panjang beberapa kali, minum air putih, lalu menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis situasi. Makin sering kita menggunakan kemampuan analisis kita, semakin cepat kita mampu menganalisis lingkungan dan situasi yang kita hadapi.

3. Perbedaan Individual
Setiap manusia adalah unik. Tidak ada orang yang benar-benar sama, sepasang kembar sekali pun. Perbedaan-perbedaan membawa pada keaneka ragaman cara dalam memandang sesuatu, dalam bertindak pada berbagai situasi, dalam menentukan sasaran, dalam menilai dan lain sebagainya. Adanya keanekaragaman manusia ini membawa dinamika kehidupan, Perbedaan individual dalam kelompok dapat membawa pada sinergi yang kaya, namun bisa juga menimbulkan konflik yang menguras tenaga. Selaku manusia, kita memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan manusia-manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok ini manusia saling berinteraksi dan interaksi ini akan menjadi lebih efektif bila kita memahami diri kita sendiri dan orang yang kita hadapi. Memahami diri adalah memahami ciri-ciri kepribadian yang akan mempengaruhi sikap, kecenderungan, dan perilaku kita. Di samping itu, memahami diri akan membantu kita dalam menangani maupun mengembangkan diri sehingga tercapai peningkatan kualitas kemanusiaan kita, yaitu kepemimpinan, motivasi, empati, dan lain sebagainya. Ada berbagai teori kepribadian yang berusaha membantu kita memahami keanekaragaman individu. Salah satunya adalah teori kepribadian Myers-Briggs. Teori kepribadian Myers-Brigs merupakan hasil pemikiran sepasang psikolog, ibu dan anak, yaitu Katherine Briggs dan Isabella Myers Briggs. Mereka mengembangkan sebuah Model yang disebut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yang dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Carl Jung. MBTI hasil kembangan mereka telah membantu menjelaskan teori tipe psikologi dari Jung sehingga lebih mudah dipahami dan bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Melalui penelitian yang panjang serta penyempurnaan berkala, Myers dan Briggs membangun sebuah instrument tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) yang mengukur tipe psikologi seseorang. MBTI ini mengidentifikasi dan mengkategorisasi kecenderungan perilaku individu dalam empat demensi, yaitu 1. (E) Ekstraversion / Introversion (I) 2. (S) Sensing / Intuition (N) 3. (T) Thinking / Feeling (F) 4. (J) Judging / Perceiving (P) 9

Keempat demensi ini masing-masing merupakan suatu kontinum. Jadi seorang individu tidak disebut ekstravert atau introvert, melainkan kecenderungan lebih ekstravert, sangat ekstravert atau sangat introvert. Berdasarkan skala empat demensi ini ini mereka mengelompokkan enambelas tipe kepribadian, dan setiap orang masuk dalam salah satu kategori tersebut. Ini bukan berarti bahwa setiap orang itu tidak unik. Setiap manusia itu tetap saja unik mengingat mereka memiliki orangtua, gen, pengalaman, minat dan lain-lain yang berbeda satu dari lainnya. Namun, mereka juga memiliki sejumlah besar persamaan, dan menemukan tipe kepribadian bisa membantu menemukan, meramalkan perilaku yang akan ditampilkan dalam situasi tertentu, dan mempelajari bagaimana memanfaatkan kesamaan ini. Salah satu cara untuk mengetahui tipe kepribadian seseorang adalah menjalani test MBTI atau mengisi inventori MBTI, kemudian meminta seorang profesional terlatih untuk menginterpretasikannya. Sebetulnya, apabila kita telah memahami ciri-ciri dari masing-masing tipe kepribadian, kita bisa mencoba menemukan tipe kepribadian kita melalui introspeksi diri serta membandingkan ciri-ciri kita, yang ditemukan melalui introsteksi diri tersebut dengan ciriciri dari keempat dimensi Tipe Kepribadian MBTI ini, kemudian memikirkan mana yang paling mirip dengan Anda (Tieger dan Barron-Tieger, 2001). Mempelajari tipe kepribadian ini juga dapat membantu kita memahami orang lain, terutama orang yang berhubungan dan bekerjasama dengan kita. Memahami orang-orang disekitar dan yang bekerjasama dengan kita akan membantu melancarkan hubungan dan kerjasama tersebut.

3.1 Empat Dimensi Tipe Kepribadian Sistem Tipe dari pengukuran ini didasarkan atas empat aspek dasar dari kepribadian manusia Berdasarkan empat dimensi tipe kepribadian MBTI yang telah disebutkan sebelum ini. Keempat dimensi ini tidak merupakan sesuatu yang mutlak (yang ini atau yang itu), melainkan mengestimasikan suatu titik dalam sebuah garis kontinum. (E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I) (S) Sensors _______________________I___________________ Intuitives(N) (T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F) (J) Judgers _____________________I___________________ Perceivers(P)

10

Misalnya seberapa individu lebih ekstravert daripada introvert. Oleh karena itu sebaiknya fokus dalam mempelajari dan menganalisis tipe kepribadian kita maupun orang lain, hendaknya jangan hanya melihat pada satu tipe secara terisolasi, seperti hanya mempelajari tipe extravert saja, melainkan pelajari juga lawannya (introvert). Dengan cara ini dapat ditentukan titik secara relatif lebih tepat, misalnya ada lebih banyak ciri tipe extravert yang cocok dengan saya, namun ada beberapa ciri dari introvert yang juga saya miliki, maka saya cenderung extravert dan posisi dalam skala mgkin:

(E) Extraverts _________X__________I___________________ Introverts (I) atau (E) Extraverts ______________X_____I___________________ Introverts (I)

3.1.1 (E) Extraversion/Introversion (I) Dimensi pertama ini membahas mengenai bagaimana individu berinteraksi dengan dunia dan darimana asal energy yang dimilikinya. Seorang dengan tipe Extravert lebih tertarik dengan objek di luar dirinya. Umumnya mereka senang bergaul, bekerja dalam kelompok, dan berada dalam keramaian. Adanya orang-orang lain memberi semangat bagi dirinya, seperti energi yang

membuatnya bersemangat dan bergairah. Ini bukan berarti mereka tidak dapat bekerja sendiri. Mereka bisa saja terampil bekerja sendiri, namun bila mereka harus bekerja sendirian untuk jangka yang panjang, energinya mudah terkuras. Untuk menambah semangat maka orang-orang ekstravert sebaiknya menyediakan waktu untuk berkumpul dengan orang lain, karena dengan energi yang cukup, hasil kerjanya bisa lebih optimal. Sebaliknya, seorang yang introvert lebih tertarik melakukan kegiatankegiatannya sendiri dalam ketenangan. Tetapi sebagaimana orang ekstravert mampu bekerja sendiri, maka orang-orang introvert walaupun lebih suka sendiri, bisa saja mempunyai kemampuan kerjasama yang baik. Namun, jika terlalu lama berada diantara orang banyak membuat energinya terkuras dan mereka merasa lelah. Untuk 11

mengisi ulang energinya, seperti men-charge batere, mereka perlu meluangkan cukup waktu untuk aktivitas sendirian, seperti mendengarkan music sendirian, membaca buku, ataupun bermain-main dengan gagasannya sendiri. Orang yang cenderung ekstraversi disebut extravert dan dalam MBTI dicantumkan insial E sedangkan yang cenderung introversi disebut introvert dengan inisial I. Beberapa Ciri Extravert dan Introvert Extraverts Semangat dengan kehadiran orang lain Senang menjadi pusat perhatian Bertindak, lalu (atau sambil) berpikir Cenderung berpikir dengan bersuara Introverts Semangat dengan menghabiskan waktu sendiri Menghindar dari pusat perhatian Berpikir, baru bertindak Berpikir dalam kepala

Mudah dibaca dan mudah ditebak; membagi Lebih pribadi, lebih suka membagi informasi pribadi informasi pribadi dengan bebas Lebih banyak bicara daripada mendengarkan Berkomunikasi dengan antusias kepada orang tertentu saja Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara Antusias disimpan hanya bagi dirinya sendiri

Memberi respons dengan cepat; menyukai pacu Memberi respons setelah berpikir panjang; lebih suka pembicaraan yang cepat pacu pembicaraan yang lambat

Lebih menyukai pembicaraan yang luas daripada Lebih menyukai pembicaraan yang mendalam mendalam daripada yang meluas

Dengan melihat ciri-ciri orang extravert maupun introvert, kita bisa mengenali kecenderungan yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita cenderung lebih ekstravert atau introvert. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah E atau I dalam tanda kurung di bawah ini.

(E) Exstraverts ____________________I___________________ Introverts (I)

12

3. 1.2 (S) Sensing/Intuition (N) Dimensi ini membicarakan mengenai jenis informasi yang mudah ditangkap oleh seseorang. Ada orang yang lebih mudah menangkap informasi melalui panca inderanya, ada yang lebih tertarik pada arti, hubungan-hubungan, dan kemungkinan berdasarkan fakta, ketimbang fakta-faktanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan kedua pendekatan ini terhadap informasi. Akan tetapi setiap orang cenderung lebih memilih, lebih mudah atau lebih merasa nyaman menggunakan yang satu daripada yang lain, secara alamiah lebih mudah menggunakan yang satu daripadan lainnya, dan lebih sering benar saat menggunakan satu pendekatan daripada yang lain. Seorang yang lebih mudah menangkap informasi melalui pancaindera biasanya cukup cermat dengan fakta-fakta, namun harus berusaha keras saat menggunakan mencari makna di belakang fakta tersebut. Sebaliknya seorang intuitif cepat menangkap makna dari sebuah fakta, namun harus hati-hati saat menangkap fakta dengan inderanya, karena kurang jeli dan kadang-kadang keliru. Kerjasama antar keduanya sebenarnya adalah yang terbaik, walaupun ada hal-hal yang lebih mudah dipelajari dengan menggunakan indera dan yang lain lebih mudah dipelajari melalui intuisi. Orang-orang yang memiliki kecenderungan sensing disebut sensors dan dalam MBTI ditulis dengan inisial S, dan yang intuisi disebut intuitives dengan inisial N (huruf kedua dari intuitif karena inisial I sudah mewakili Introvert). Beberapa Ciri sensor dan intuitiive Sensors Percaya pada apa yang pasti dan konkret Intuitives Percaya pada inspirasi dan inference

Menyukai ide baru hanya bila bisa digunakan dengan Menyukai ide baru dan konsep-konsep praktis Menghargai realisme dan akal sehat Menghargai imajinasi dan inovasi Senang menggunakan dan mengasah keterampilan Senang mempelajari keterampilan baru; cepat bosan yang sudah dimiliki setelah menguasi sebuah keterampilan Cenderung spesifik dan harafiah; memberikan Cenderung general dan figuratif; senang deskripsi detail menggunakan perumpamaan dan peribahasa Mengajukan informasi dengan cara step-by-step Berorientasi pada masa kini Mengajukan informasi secara umum dan garis besar Berorientasi pada masa depan 13

Dengan melihat ciri-ciri dari sensor maupun intuitives, kita bisa mengenali kecenderungan yang ada pada diri kita, kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita. Apakah kita cenderung lebih sensor atau intuitif. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah S atau N dalam tanda kurung di bawah ini. (S) Sensors ____________________I___________________ Intuitives(N)

3.1.3 (T) Thinking / Feeling (F) Dimensi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Individu yang memiliki kecenderungan thinking biasa disebut Thinkers, mereka biasa berpikir panjang sebelum mengambil keputusan. Benar salahnya, baik buruknya, aturan-aturannya, semua dianalisis dengan cermat. Setelah pasti, baru menetapkan keputusannya. Ini berbeda dengan mereka yang memiliki kecenderungan Feeling. Individu yang cenderung feeling disebut Feelers, dan mereka sangat peka terhadap perasaan orang lain. Sebuah keputusan diambil setelah memperhitungkan dampaknya bagi orang lain dan mengikuti suara hatinya. Oleh karena itu Feelers bisa menerima kekecualian perlakuan, berbeda dari Thinkers yang bersikukuh dengan satu hukum atau aturan berlaku bagi semua. Beberapa Ciri Thinker dan Feeler Thinker Feeler Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah mundur; Saat akan memutuskan sesuatu, melangkah ke depan; memikirkan dampak dari keputusan tersebut menggunakan analisis objektif terhadap situasi bagi orang lain Menghargai logika, hukum dan keadilan; satu standar Menghargai empati dan harmoni; bisa menerima berlaku bagi semua kekecualian dari suatu peraturan, tergantung situasi Suka menyenangkan hati orang lain, mudah Mudah menangkap kesalahan dan cenderung kritis menghargai orang lain Bisa tampak tidak berperasaan, tidak peka dan tidak Bisa kelihatan terlalu emosional, tidak logis, dan peduli lemah Menganggap lebih penting kebenaran daripada Menganggap cara menyampaikan sesuatu sama memikirkan cara menyampaikannya pentingnya dengan kebenaran itu sendiri Menganggap perasaan itu sahih, masuk akal Menganggap perasaan hanya sahih bila logis ataupun tidak Dimotivasi oleh keinginan berprestasi dan berhasil Dimotivasi oleh keinginan untuk dihargai 14

Dengan melihat ciri-ciri orang tipe Thinker maupun Feeler ini, kita bisa mengenali kecenderungan yang ada pada diri kita (kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita). Apakah kita cenderung lebih Thinker atau Feeler. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah T atau F dalam tanda kurung di bawah ini. (T) Thinkers ____________________I___________________ Feelers(F)

3.1. 4 (J) Judging / Perceiving (P) Dimensi keempat ini membahas mengenai gaya hidup. Ada orang yang lebih suka hidup dengan cara yang teratur, ada pula yang lebih spontan. Orang yang termasuk judging disebut judger. Mereka cenderung hidup secara teratur dan lebih suka bila kehidupannya terstruktur dengan jelas. Mereka senang mengambil keputusan. Judgers mencari keteraturan dan senang mengendalikan hidupnya, sedangkan mereka yang memiliki kecenderungan perceiving, yang biasa disebut perceivers lebih suka hidup secara spontan dan lebih menyukai kehidupan yang luwes. Mereka menyukai berbagai kemungkinan, dan lebih suka mencari apa makna dari kehidupan daripada mengendalikannya. Beberapa Ciri Judger dan Perceiver Judgers Paling bahagia bila keputusan sudah dibuat Memiliki etika kerja: kerja dulu, bermain kemudian (itupun kalau sempat) Perceiver Paling senang meninggalkan pilihan terbuka Memiliki etika bermain: nikmati hidup sekarang, menyelesaikan tugas nanti (itupun kalau masih ada waktu) Mengganti-ganti sasaran bila mendapat informasi baru Suka beradaptasi pada situasi baru, bertindak sambil mempelajari situasi Lebih berorientasi pada proses (penekanan pada bagaimana menyelesaika tugas) Mendapatkan kepuasan dari memulai proyek

Menetapkan sasaran dan berusaha untuk mencapainya Lebih suka mengetahui apa yang akan dihadapinya terlebih dahulu baru bertindak Lebih berorientasi pada produk (penekanan pada penyelesaian tugas) Mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan proyek Melihat waktu sebagai sumberdaya yang pasti dan Melihat waktu sebagai sumberdaya yang bisa diperbaharui dan melihat tenggang waktu sebagai serius menanggapi tenggang waktu elastik (bisa jam karet)

15

Dengan melihat ciri-ciri

dari Judgers maupun Perceivers, kita bisa mengenali

kecenderungan yang ada pada diri kita. Kita bisa mengira-ngira tipe kepribadian kita, apakah kita cenderung lebih Judger atau Perceiver. Berilah tanda X pada skala di bawah ini, dan lingkarilah J atau P dalam tanda kurung di bawah ini.

(J) Judgers ____________________I___________________ Perceivers(P)

3. 2 Temperamen

Setelah mengetahui keempat dasar kecenderungan, dapat ditemukan temperamen dari setiap individu. Temperamen ddapat dijelaskan sebagai sebuah pola dariperilaku karakteristik yang merefleksikan kecenderungan-kecenderungan alamiah dari individu (Baron, 1998). Temperamen akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia, apa nilai dan keyakinannya, bagaimana pikiran, tindakan dan perasaannya. Individu-individu dengan temperamen yang sama memiliki nilai utama yang sama, dan mereka memiliki banyak karakteristik yang sama. Karena temperamen merupakan bawaan, bukan dipelajari, maka tindakan dan perilaku konsisten sudah tampak sejak individu masih sangat muda.

Dengan menetapkan mana ciri dominan dari masing-masing dimensi, akan didapatkan tipe temperamen dari individu, Ada 16 kombinasi, yaitu

ESTJ ISTJ

ESFJ ISFJ

ESTP ISTP ESFP ISFP ENFJ INFJ ENFP INFP

ENTJ INTJ ENTP INTP

Keenambelas tipe ini memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, namun berdasarkan penelitian bertahun-tahun pada berbagai budaya, David Keirsey (Tieger dan Barron-Tieger, 2001) berhasil mengelompokkan tipe-tipe dari Myers-Briggs ke dalam empat temperamen yang berbeda.

16

Temperamen adalah gaya berperilaku, cara dan karakteristik yang ditampilkan oleh individu dalam merespon (King, 2011). Temperamen dapat juga diartikan sebagai sifat kepribadian yang dapat diamati. Berdasarkan model MBTI, David Keirsey membagi empat kelompok temperamen dan dalam tiap temperamen terdapat empat tipe yang berbeda, namun keempatnya memiliki beberapa persamaan. Penting diingat bahwa keempat temperamen ini tidak sekedar merupakan penggabungan dari masing-masing karakteristik MBTI, tetapi merupakan hasil interaksi dari dua dimensi dasar dari perilaku manusia: komunikasi, perilaku, kata-kata dan niat, atau tegasnya, apa yang dikatakan individu dan apa yang dilakukannya. Keempat Temperamen tersebut diberikan nama yang disarikan dari kesamaannya. Penamaan keempat kelompok berdasarkan temperamen adalah sebagaimana disebutkan berikuti ini.

Guardians/Tradisionalists (SJ): Artisans/Experiencers (SP): Idealists (NF): Rationals/Conceptualizers (NT):

ESTJ ISTJ

ESFJ ISFJ

ESTP ISTP ESFP ISFP ENFJ INFJ ENFP INFP

ENTJ INTJ ENTP INTP

17

3. 2.1 Pembimbing/Tradisionalis (Sensing Judgers)

ESTJ ISTJ ESFJ ISFJ Kaum Sensors percaya pada fakta, data yang telah terbukti, pengalaman masa lalu, serta informasi yang ditangkap oleh pancainderanya; sedangkan Judgers menyukai struktur serta keteraturan, dan ini akan mempengaruhinya saat mengambil keputusannya. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan Sensing Judger, sebuah tipe pribadi yang menapak bumi dan tegas, yang disebut sebagai Pembimbing/Tradisionalis. Motto dari tipe Pembimbing/Tradisionalis adalah Cepat tidur, bangun pagi. Tipe ini adalah orang-orang yang paling tradisional dari empat kelompok temperamen Keirsey. Mereka sangat

menghargai hukum dan keteraturan, jaminan, sopan santun, aturan, serta mudah menyesuaikan diri. Mereka didorong oleh motivasi untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pembimbing/Tradisionalis

menghormati otoritas, hirarki, dan garis komando, serta memiliki nilai-nilai yang konservatif. Mereka terikat pada rasa tanggungjawab dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar. Ini membuat mereka menjadi orang-orang yang dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan tentu saja, orang yang bertanggungjawab. Walaupun sama-sama tergolong pada temperamen Pembimbing/Tradisionalis, kelompok Thinking (STJ) maupun Feeling (SFJ), sangat berbeda. Mereka yang ESFJ dan ISFJ, dalam ciri Pembimbing/Tradisionalis, tidak sekuat ciri ESTJ dan ISTJ. Bagi ESFJ dan ISFJ hubungan dengan orang lain dan kriteria orientasi pada manusia dalam pengambilan keputusan sangatlah penting. Jadi, walaupun biasanya kaum Pembimbing/Tradisionalis (tak peduli apapun gaya hidupnya, J atau P) paling senang bekerja di tempat yang struktur dan ekspektasinya jelas. Mereka yang tergolong Feeling akan berusaha membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang memungkinkan mereka membantu orang lain secara nyata.

18

Kekuatan dan kelemahan Pembimbing/Tradisionalis membutuhkan perasaan menyatu dengan kelompok, dan melakukan yang benar. Mereka menghargai stabilitas, keteraturan, kooperasi, konsistensi, dan kesahihan, serta cenderung serius dan merupakan pekerja keras. Pembimbing/Tradisionalis selalu menuntut baik dirinya, maupun orang lain untuk selalu fokus pada pekerjaan dan bekerja sebaik-baiknya.

Kekuatan Pembimbing/Tradisionalis adalah orang-orang yang praktis dan terorganisasi, teliti serta sistematis. Mereka sangat memperhatikan peraturan, kebijakan, kontrak, ritual, maupun jadwal. Mereka sangat hebat dalam memandu, memonitor, dan menjalankan aturan.

Pembimbing/Tradisionalis

senang bekerja dengan fakta-fakta yang telah terbukti dan

menggunakannya untuk mengarahkan diri pada sasaran organisasi di mana mereka menjadi anggotanya. Mereka sangat bangga bahwa mereka selalu bekerja dengan baik. Mereka juga pandai melihat apa yang harus diperhatikan dan menyelesaikan tugas dengan sumberdaya seefisien mungkin. Begitu mereka komit, Pembimbing/Tradisionalis selalu melaksanakannya dengan teliti. Dalam keadaan terbaiknya, mereka adalah orang-orang yang solid, bisa dipercaya dan diandalkan.

Kemungkinan kelemahan Pembimbing/Tradisionalis tidak tertarik pada teori atau hal-hal yang abstrak, dan kurang memperhatikan masa depan dibandingkan masa kini. Perencanaan jangka panjang bukanlah kekuatannya. Pembimbing/Tradisionalis kadang-kadang terlalu cepat dalam mengambil keputusan. Mereka juga cenderung melihat hitam putih, sulit melihat area abu-abu. Ada risiko mereka sulit menghadapi perubahan dan lambat dalam menyesuaikan diri, cenderung enggan mencobakan pendekatan baru yang berbeda, apalagi yang belum teruji. Kemungkinan besar mereka akan minta bukti bahwa solusi baru itu bisa jalan, sebelum mereka bisa mempertimbangkan untuk menggunakannya. Kelemahan utama Pembimbing/Tradisionalis adalah mereka sering kurang luwes, cenderung dogmatis, dan kurang imajinatif. Contoh tokoh dengan temperamen ini adalah Mother Theresa, Jenderal Washington, Marie Muhammad, Ir. Ciputra.

19

3.2.2 Artis/Experiencers (Sensing, Perceivers)

ESTP ISTP ESFP ISFP Sensors berkonsentrasi pada apa yang dilihat, didengar, diraba, dicium dan dikecap dan percaya pada apa yang dapat diukur serta dicatat. Perceivers terbuka pada berbagai kemungkinan dan suka hidup secara luwes. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan Sensing Perceiver, sebuah tipe individu yang responsive dan spontan, yang disebut temperamen

Artis/Experiencers. Mottonya adalah Makan, minum, dan brgembiralah! Ini adalah suatu tipe yang paling avonturir. Mereka hidup untuk bertindak, mengikuti kata hati, dan demi masa ini. Fokusnya adalah pada situasi sesaat dan kemampuan untuk menetapkan apa yang harus dilakukan sekarang. Karena Artis/Experiencers menghargai

kebebasan dan spontanitas, mereka jarang menyukai aktivitas atau situasi yang terlalu terstruktur atau terlalu banyak aturan. Mereka cenderung senang menyerempet bahaya (risk-taker), mudah

menuesuaikan diri, easy-going, dan pragmatis. Mereka mengagumi pertunjukan keterampilan di segala bidang atau disiplin. Banyak (tapi tidak semua) Artis/Experiencers adalah orang-orang yang senang hidup di ujung tanduk. Artis/Experiencers membutuhkan aktivitas dan kebebasan untuk bertindak sesuai kata hatinya. Dalam bekerja, mereka fokus pada apa yang akan diselesaikan saat ini, mereka menghargai perbuatan heroik dan tindakan akhli dan senang menghadapi tantangan-tantangan. Seperti Pembimbing/Tradisionalis, Artis/Experiencers juga ada dua macam, yaitu STP dan SFP. SFP tidak sepenuhnya sesuai dengan gambaran temperamen Artis/Experiencers yang penuh dengan kebebasan, Experiencer yang SFP terutama ingin berespons pada kebutuhan orang lain dan ingin hasil kerjanya bisa membawa perubahan segera pada orang lain.

Kekuatan Artis/Experiencers bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi dan tangkas mengangkap kesempatan. Mereka sangat unggul dalam mengenali masalah praktis dan melakukan pendekatan pada masalah ini secara luwes, berani, dan banyak akal. Mereka tidak takut mengambil risiko 20

ataupun berimprovisasi bilamana perlu. Artis/Experiencers senang melakukan perubahan demi kebutuhan atau krisis mendesak. Namun seperti Pembimbing/Tradisionalis, Artis/Experiencers juga lebih suka menghadapi fakta dan masalah nyata daripada teori atau gagasan. Artis/Experiencers merupakan pengamat yang tajam bagi perilaku manusia dan merupakan negosiator-negosiator yang hebat. Mereka sangat efisien serta dalam menggunakan perhitungan ekonomi untuk mencapai sasarannya. Banyak Artis/Experiencers, walaupun tidak semua, sangat terampil menggunakan alat dan instrumen segala alat yang bisa dimanipulasi secara fisik dan membutuhkan ketepatan. Dalam keadaan terbaiknya mereka bisa banyak akal, mengasyikan, dan menyenangkan.

Kemungkinan kelemahan Artis/Experiencers sering sulit ditebak oleh orang lain, dan kadang-kadang tidak berpikir secara cermat sebelum bertindak. Mereka tidak suka teori, hal-hal abstrak, maupun konsep, dan mengalami kesulitan dalam melihat hubungan maupun pola dari sebuah peristiwa. Artis/Experiencers cenderung kehilangan antusiasmenya begitu fase krisis dari situasi telah berlalu. Dan karena mereka menyukai pilihan-pilihan yang terbuka, mereka tidak selalu mengikuti aturan yang baku dan terkadang mengindari komitmen dan rencana. Keadaan terburuknya adalah mereka bisa kurang bertanggungjawab, kurang bisa diandalkan, kekanakkanakan, dan impulsif. Contoh tokoh dengan temperamen ini adalah Ernest Hemmingway, Barbara Streissant, Gus Dur.

3.2.3 Idealis (Intuitive Feelers) ENFJ INFJ ENFP INFP Kaum Intuitif adalah orang-orang yang tertarik pada arti, hubungan dan kemungkinankemungkinan, dan Feelers cenderung membuat keputusan

berdasarkan nilai pribadi. Bila digabung, kedua preferensi ini menghasilkan Intuitive Feeler, tipe yang peduli akan tumbuh kembang orang lain dan memahami dirinya maupun orang lain. Mereka biasa disebut sebagai Idealis. Mottonya Jujurlah pada diri sendiri. Idealis adalah tipe yang paling filosofis spiritual. Seolah-olah mereka terus-menerus dalam pencarian arti 21

kehidupan.

Mereka sangat menghargai kejujuran dan integritas pada orang maupun suatu

hubungan, dan cenderung mengidealkan orang lain. Idealis fokus pada potensi manusia dan seringkali berbakat dalam membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang, suatu tugas yang dapat memuaskannya. Sering kali tipe Idealis ini merupakan komunikator ulung dan bisa

dianggap katalisator bagi perubahan yang positif. Idealis senang menggunakan kemampuan alami mereka untuk memahami dan menghubungkan mereka dengan orang lain. Secara alami mereka mampu berempati dan fokus pada kebutuhan orang lain.

Kekuatan Idealis tahu bagaimana mengeluarkan potensi terbaik orang dan memahami cara memotivasi orang lain untuk bekerja sebaik-baiknya. Mereka ahli dalam menyelesaikan konflik dengan orang lain serta membangun tim yang bisa bekerjasama dengan efektif, dan pandai membuat orang percaya diri. Idealis pandai dalam mengidentifikasi solusi kreatif bagi berbagai masalah. Mereka berkomunikasi dengan baik, secara lisan maupun tulisan dan bisa membangkitkan gairah orang terhadap gagasan maupun tindakannya. Idealis umumnya adalah orang yang karismatik, mau menerima gagasan baru dan bisa menerima orang lain apa adanya.

Kemungkinan kelemahan Idealis memiliki kecenderungan mengambil keputusan berdasarkan perasaannya dan mudah larut pada masalah orang lain sehingga membuatnya kewalahan. Mereka juga kadang-kadang jadi terlalu idealisti sehingga terkesan kurang praktis. Walaupun mereka memiliki kemampuan untuk mencela dirinya sendiri, Idealis kurang mampu mendisiplin ataupun mengkritik orang lain. Kadang-kadang mereka akan mengorbankan pendapatnya demi hubungan harmoni, kelemahan terbesar adalah mereka bisa angin-anginan, tidak bisa diterka dan terlalu emosional. Contoh tokoh dengan temperamen ini adalah Mahatma Gandhi, Putri Diana, Romo Magnis.

3.2.4 Rasional/Konseptualis (Intuitive Thinkers) ENTJ INTJ ENTP INTP Intuitive cenderung mencari arti dari segala sesuatu dan fokus pada implikasinya, sedangkan Thinkers mengambil keputusan secara impersonal dan logis. Bila disatukan, kedua preferensi ini

22

menghasilkan Intuitive Thinker, sebuah tipe yang intelektual dan kompeten, yang disebut Rasional/Konseptualis. Motto kaum Conceptualizer adalah Unggullah dalam segala sesuatu. Mereka adalah yang paling mandiri dari keempat temperamen Keirsey, didorong oleh keinginan mendapatkan pengetahuan dan menetapkan standar yang tinggi sekali bagi dirinya maupun orang lain. Secara alami Rasional/Konseptualis penuh rasa ingin tahu. Mereka biasanya dapat melihat berbagai segi mengenai suatu argument atau isu. Rasional/Konseptualis unggul dalam melihat berbagai kemungkinan, memahami kompleksitas, serta merancang solusi pada masalah riil maupun hipotetis. Peranannya sering menjadi arsitek perubahan.

Kekuatan dan kelemahan Rasional/Konseptualis senang menggunakan kemampuannya untuk melihat kemungkinankemungkinan dan menganalisisnya secara logis untuk mendapatkan pemecahannya. Mereka berminat untuk terus-menerus mendapatkan pengetahuan, baik demi pengetahuan itu sendiri maupun untuk alasan stratejik.

Kekuatan Rasional/Konseptualis memiliki visi dan bisa menjadi innovator yang hebat. Mereka bisa melihat berbagai kemungkinan maupun gambaran besar dari situasi, serta mudah mengkonseptualisasi dan merancang perubahan-perubahan yang perlu di lingkungannya. Mereka unggul dalam membuat strategi, rencana, dan membangun sistem untuk mencapai sasaran, dan menikmati prosesnya. Rasional/Konseptualis sangat mudah dalam memahami gagasan yang kompleks dan teoretikal serta pandai dalam mendeduksi prinsip-prinsip atau kecenderungan-kecenderungan. Mereka senang akan tantangan dan menuntut dirinya sendiri maupun orang lain untuk mencapai standar yang tinggi, dan biasanya mampu menerima kritikan yang konstruktif tanpa merasa diserang secara pribadi. Dalam keadaannya yang terbaik Rasional/Konseptualis percaya diri, tangkas, dan imajinatif. itu penuh

23

Kemungkinan kelemahan Kadang-kadang Rasional/Konseptualis bisa terlalu rumit untuk dipahami oleh orang lain. Mereka juga memiliki kecenderungan yang untuk mengabaikan detail-detail yang penting. Mereka bisa menjadi sangat skeptis dan sering menantang aturan-aturan, asumsi, atau adat istiadat yang berlaku. Rasional/Konseptualis juga kadang-kadang mengalami masalah dengan otoritas dan bisa tampil sebagai elitis. Mereka sering kali mengalami kesulitan melihat dampak tindakannya pada orang lain. Mereka bisa tidak menganggap penting hubungan yang harmoni, maupun pentingnya perasaan. Mereka juga sangat kompetitif dan kadang-kadang tidak peduli dengan suatu tugas bila mereka tidak merasa bisa unggul di sana. Yang paling parah, Rasional/Konseptualis bisa arogan, menarik diri, dan asyik dalam dunianya sendiri. Dalam bekerjasama Rasional/Konseptualis membutuhkan banyak kebebasan, keaneka-ragaman, banyak rangsangan intelektual, dan kesempatan untuk menghasilkan gagasan, dan harus melihat bahwa pekerjaannya menantang. Contoh dari tokoh-tokoh dengan temperamen Rasional/Konseptualis adalah Einstein, Thatcher, Bung Hatta.| Memahami segala segi dari manusia; kemampuannya, faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya, termasuk tipe kepribadiannya, bisa membantu individu dalam memahami dan merencanakan pengembangan dirinya. Di samping itu, pengetahuan tersebut dapat membantu individu dalam menjalin hubungan antar manusia yang harmonis dan efektif karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kecenderungan kuat untuk hidup bersama orang lain. Tanpa kehidupan sosial, tampaknya sulit mengharapkan individu dapat berkembang sepenuhnya, sehingga ada ungkapan Manusia hanya bisa menjadi manusia bila ia hidup bersama manusia lain Pada awal abad 19 di daerah pegunungan di Perancis ditemukan seorang anak yang dibesarkan oleh serigala. Anak ini kemudian terkenal sebagai Anak laki-laki dari Avignon (Le Garon dAvignon), yang kemudian diberi nama Victor. Oleh JeanMarcGaspard Itard, Victor dicoba dididik dan dimanusiakan namun berbeda dengan cerita dalam The Jungle Book dari Rudyard Kipling, kisah nyata ini tidak semanis dongengnya. Sampai akhir hayatnya yang singkat, Victor tidak berhasil untuk diajarkan bahasa manusia. Di samping kisah Anak Laki-laki dari Avignon ini, di India juga pernah ditemukan dua orang anak perempuan yang dipelihara oleh serigala. 24

Setelah induk serigalanya ditembak, kedua anak ini dimasukkan ke rumah piatu di bawah pengawasan pendeta Joseph Singh. Seperti Victor, kedua anak ini pun tidak berhasil dilatih untuk berperilaku (berjalan, bicara) seperti manusia. Sampai akhir hayatnya anak-anak malang ini tetap lebih mirip serigala dari pada manusia. Memang manusia bisa hidup sendiri saat keadaan memaksa, seperti yang terjadi pada beberapa orang, misalnya mereka yang terdampar atau karena alasan lainnya. Seperti yang terjadi pada Nakamura, seorang perajurit Jepang, asli Taiwan, pada perang dunia kedua. Pada tahun 1975 Nakamura ditemukan di pulau Morotai. Ia mengira perang dunia kedua masih berlangsung. Oleh karena itu ia bersembunyi dan hidup seorang diri. Ia membuat sebuah gubuk sederhana untuk tempat tinggal dan bercocok tanam di ladang untuk kelangsungan hidupnya. Puluhan tahun ia tinggal sendiri sampai ditemukan oleh penduduk Morotai. Begitu ditemukan dan tahu bahwa perang dunia sudah usai, ia langsung minta dipulangkan ke negara kelahirannya: Taiwan, agar bisa berkumpul dengan keluarga dan lingkungan sosialnya. Demikianlah manusia, bilamana mungkin, pasti mereka berusaha hidup dalam sebuah lingkungan sosial.

Daftar Kepustakaan
Baron, Renee. (1998). What type am I? discover who you really are. New York: Penguin Books. Gazzaniga, Michael S. 20 Human, the science behind what makes us unique. HarperCollins ebooks. Rakic, Pasko T. (1999). Medicine in the Twenty-First Century, Annals of the New York Academy of Sciences 882. Cassirer, Ernest. (1944). An essay on man. Peoples, David A. (1992). Presentations Plus, 2nd edition. John Wiley and Sons Inc. Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little Brown Company. Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage Learning. MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New York: Springer. King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07122154-2

25

BAB II INDIVIDU DAN KELOMPOK


Miranda Diponegoro Z

Sebagai mahluk sosial, individu memiliki kebutuhan yang kuat untuk hidup bersama dalam kelompok dan melalui hidup berkelompok individu dapat mengembangkan kemanusiaannya.. Dengan demikian secara umum tidak ada individu yang tidak ingin hidup bersama orang lain. Individu yang ada di dalam kelompok, melakukan interaksi di antara mereka dan melalui interaksinya itu disepakati aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur kehidupan berkelompok.

1.Tahap perkembangan kelompok


Saat kita berbicara tentang kelompok, kita tidak akan terlepas membahas mengenai bagaimana sebuah kelompok terbentuk dan berkembang. Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd dan Beth Scheider, 2009) kelompok tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan, mulai dari tahap forming (pembentukan), strorming (goncangan), norming (pembentukan norma), performing (melakukan atau melaksanakan), adjourning (penangguhan). Setiap tahap memiliki karakteristik pembeda dan menyajikan tantangan khusus bagi anggota dan pemimpin kelompok. lihat gambar II.1. Gambar: II.1. Tahap perkembangan Kelompok (Tuckman, 2009)

1.1 Tahap Pertama: Pembentukan (Forming)

26

Umumnya kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pada tahap ini, awalnya anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, dan bahkan jika mereka lakukan sesuatu, muncul perasaan ketidakpastian karena anggota kelompok belum memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain dan menetapkan tujuan kelompok. Pada tahap pembentukan, anggota kelompok akan terlibat dalam kegiatan, seperti mendefinisikan tugas awal, membahas bagaimana pembagian tugas, memahami ruang lingkup tuga, tujuan tugas, dan belajar tentang sumber daya (waktu, peralatan, personil) yang tersedia untuk kelompok bekerja menyelesaikan tugas. Pada tahap ini, beberapa anggota melakukan uji peran kepemimpinan, menemukan kesamaan kepribadian dan perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal, namun kemajuan relatif sedikit. Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peran anggota kelompok di tahap pertama adalah untuk mendorong kelompok untuk memantapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan beberapa norma awal untuk bekerja sama. 1.2 Tahap Kedua: Goncangan (Storming) Pada tahap ini, di antara anggota kelompok timbul beberapa perbedaan seperti arah,

kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan, dan persepsi tentang kualitas yang diharapkan dan produk akhir. Sama halnya dengan hubungan antar manusia lainnya, konflik tidak dapat dihindari. Saat konflik pertama di antara anggota kelompok muncul, beberapa atau semua anggota mulai merasa kurang antusias terhadap kelompok dan bahkan mungkin saja meragukan kelompok akan mencapai tujuannya secara bersama-sama. Pada tahap ini kemungkinan akan terjadi perebutan kepemimpinan ("cara saya adalah yang terbaik"), kekuatan ("jika Anda tidak setuju kami akan meninggalkan Anda di belakang"), dan peran ("yang ditunjuk kepala Anda?"). Di samping itu, muncul perasaan-perasaan tertentu seperti resistensi terhadap tugas atau pendekatan yang dilandasi oleh kebencian, perbedaan beban kerja, kemarahan tentang peran dan tanggung jawab, dan perubahan sikap terhadap kelompok atau anggota kelompok dan kekhawatiran. Biasanya dalam tahap goncangan, kelompok dalam kondisi konflik dan kacau, karena belum ditetapkannya cara untuk berkomunikasi tentang perbedaan-perbedaan ini. Pada tahap ini, peran anggota kelompok atau pemimpin adalah untuk menahan diri dari mengambil sisi, mendorong kelompok untuk mengembangkan saluran komunikasi, dan 27

membantu anggota kelompok lain agar terpusat pada tugas dan bukan pada perbedaan pribadi. Selain itu juga mempromosikan lingkungan komunikasi yang terbuka untuk memastikan bahwa konflik yang tak terhindarkan adalah sehat , efektivitas komunikasi ditingkatkan, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas kelompok. Perlu diingat bahwa tingkat ketegangan yang tepat dapat memotivasi kelompok, akan tetapi tingkat ketegangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi produktivitas kelompok. Sebuah kelompok yang tidak dapat belajar bagaimana menangani konflik tidak pernah dapat mencapai tujuannya. 1.3 Tahap Ketiga: Membangun Norma (Norming) Pada tahap ini, para anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang dapat diterima dan dalam bekerja sama mereka belajar untuk menggabungkan metode dan prosedur baru yang telah disepakati sebelumnya. Pada tahap membangun norma (norming), anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang konstruktif, mereka merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok kerja dan memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan akan berhasil. Pada tahap ini, anggota berusaha untuk mencapai keselarasan dengan menghindari konflik yang tidak perlu, bertindak lebih ramah terhadap sesama anggota kelompok, saling percaya satu sama lain, dan mengembangkan rasa kesatuan kelompok ("bersama-sama, kita mampu memecahkan masalah ini"). Norma tidak harus sama untuk setiap keputusan atau kebijakan. Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, berperan mendorong anggota kelompok untuk mengambil tanggung jawab lebih, bekerja sama menciptakan cara yang dapat diterima untuk memecahkan masalah, menetapkan tujuan yang menantang, dan mengambil tanggung jawab pribadi untuk keberhasilan kelompok. Peran utama ada pada pemimpin kelompok. Jangan mengharapkan orang lain untuk "melakukan seperti yang Anda katakan, tapi tidak seperti yang Anda lakukan." Jika Anda terlihat bertengkar dengan rekan-rekan dan diam-diam merencanakan langkah politik, anggota kelompok cenderung meniru perilaku normatif dan ada kemungkinan mundur ke tahap goncangan.

28

1.4 Tahap Keempat: Melakukan atau Melaksanakan (Performing) Pada tahap Melakukan atau Melaksanakan (Performing), status keanggotaan anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian anggota kelompok lebih pada ganjaran. Anggota kelompok sangat termotivasi untuk menyelesaikan tugas mereka dan pusat perhatian lebih pada tujuan kelompok daripada kepentingan individu. Melalui bekerja bersama-sama, anggota kelompok telah mengembangkan wawasan ke dalam kekuatan dan kelemahan satu sama lain, merasa puas dengan kemajuan kelompok, dan percaya kelompok akan berhasil mencapai atau bahkan melebihi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan kelompok; kemampuan berkomunikasi dan memberikan umpan balik satu sama lain ditingkatkan; kemampuan antisipasi, mencegah, atau bekerja melalui masalah-masalah kelompok dikembangkan, dan sebagai hasilnya, keterikatan antar anggota kelompok juga berkembang. Peran anggota dan pemimpin kelompok pada tahap ini adalah untuk mendorong anggota untuk memberikan dukungan dan berfungsi sebagai sumber daya satu sama lain. Anggota dan pemimpin kelompok juga berperan agar kelompok melanjutkan kemajuan yang sudah dicapai dan mempertahankan kohesi dan moral, dan memandu agar tetap sukses. 1.5 Tahap kelima: Penangguhan (Adjourning) Setelah berhasil menyelesaikan tugas atau tujuan, kelompok dapat bubar secara permanen atau beristirahat sementara. Beberapa kelompok mungkin mendapatkan anggota baru atau menerima tujuan baru. Pada tahap Penangguhan, anggota akan merasa kecewa jika pengalaman itu positif, atau rasa terima kasih jika pengalaman itu negatif. Tugas pada tahap ini adalah untuk mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian menindaklanjuti tugas-tugasnya. Sebagai anggota atau pemimpin kelompok, peranan pada tahap akhir ini adalah mendorong anggota kelompok untuk mendiskusikan proyek atau tugas, dengan membahas pelajaran yang dapat diperoleh dari hasil pekerjaan mereka dan menyampaikan kepada kelompok baru cara pemecahan masalah apabila berhadapan dengan masalah yang serupa. Tahap ini juga bermanfaat sebagai upaya mengakui kelompok. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk pengakuan publik (uraian atas prestasi kelompok dalam newsletter bulanan), hadiah (imbalan organisasi berupa persentase dari pendapatan tabungan diwujudkan sebagai hasil dari kerja kelompok), atau 29

manfaat lainnya (seperti mengajak kelompok untuk makan siang di luar kampus). Dengan memberikan dorongan dan mengakui prestasi, kerja keras, dan upaya, berarti membantu untuk melanjutkan momentum dan membangun motivasi. Tentu saja, pekerjaan yang sedang berlangsung mungkin tidak secara fisik berhenti bekerja atau istirahat. Pekerjaan mungkin tetap berlangsung terus dengan tujuan baru sekalipun proyek tertentu selesai. Dalam hal ini, bukan menangguhkan, anggota kelompok dapat memilih untuk berdiskusi di taman atau kantin, mengevaluasi proses mereka dan melakukan upaya komunikasi untuk memastikan mereka untuk menjaga alur kerja dan bekerja seproduktif mungkin. Adalah sehat bagi kelompok-kelompok untuk bergerak melalui beberapa atau semua tahap ini karena mereka berkembang menjadi sebuah kelompok kerja. Tidak semua kelompok berkembang melalui semua tahap, dan beberapa berkembang melalui langkah yang berbeda. Sebagai contoh, jika anggota kelompok yang sudah saling kenal sebelumnya dan memiliki nilainilai dan tujuan yang sama-serta ketat tenggat waktu, mereka mungkin dapat bergerak segera ke tahap penetapan norma (norming). Dalam kasus lain, di mana anggota kelompok belum saling mengenal dengan baik, akan memakan waktu lebih lama untuk mencapai tahap penetapan norma (norming), karena dibutuhkan waktu untuk saling mengenal dengan baik hingga terbentuk kelompok kerja yang efektif. Beberapa orang mungkin terjebak dalam salah satu tahapan dan bubar sebelum maju ke tahap berikutnya tampil di tingkat lebih rendah daripada apa yang mungkin. Sebuah kelompok terjebak dalam tahap goncangan tetapi menghadapi tenggat waktu dekat harus terus melakukan. Dalam hal ini ada kemungkinan anggota kelompok akan menderita karena ketidakmampuan untuk berfungsi secara kohesif. Dalam beberapa kasus ekstrim, kelompok akan mengalami disfungsi dan akan memerlukan intervensi dari luar untuk menyelesaikan tugasnya. Sebagaimana halnya dengan hubungan, kelompok juga memiliki siklus perkembangan. Memahami ini sebelumnya dapat membantu anggota dan pemimpin kelompok mengembangkan strategi untuk membantu kelompoknya berkembang menjadi sebuah kelompok efektif pada setiap langkah dari perjalanannya.

2. Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Kelompok formal ialah: kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan diantara anggotanya. Kelompok informal ialah: kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. 30

Hal yang menarik perhatian banyak ilmuan sosial ialah adanya kaitan antara kelompok formal dan kelompok informal. Setelah seseorang menjadi anggota organisasi formal seperti sekolah,universitas, atau perusahaan biasanya ia mulai menjalin hubungan persahabatan dengan anggota lain dalam organisasi formal tersebut sehingga tampak dalam organisasi formal akan terbentuk kelompok informal. Gejala yang telah di amati para ilmuan sosial ialah bahwa dalam organisasi formal sering terbentuk kelompok informal yang nilai dan normanya dapat searah, berbeda atau bertentangan dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam organisasi formal. Apabila kelompok persahabatan memiliki nilai dan norma yang searah dengan tujuan kelompok formal, belajar bersama untuk mendapatkan nilai A, tujuan belajar akan mendukung tujuan perguruan tinggi sebagai kelompok/organisasi formal. Bila di kalangan siswa dan mahasiswa tujuan kesetiakawanan bertentangan dengan aturan organisasi, seperti melakukan pelangaran disiplin dalam melengkapi daftar hadir, tentunya akan mempersulit tercapainya tujuan institusi pendidikan sebagai organisasi formal.

3. Tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya


Berdasarkan efektivitasnya, Johnson dan Johnson (2006) membedakan empat macam kelompok yaitu kelompok pseudo (pseudogroups), tradisional (traditional groups), efektif (effective groups) dan kinerja tinggi (high-performance groups).

31

3.1 Kelompok Pseudo


Kelompok pseudo adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja bersama namun sebenarnya tidak berminat untuk melaksanakannya. Mereka percaya bahwa mereka akan dievaluasi dalam peringkat, mulai dari yang kinerjanya tertinggi sampai yang paling rendah. Walaupun anggota kelompok saling berbicara, sebenarnya mereka saling bersaing. Mereka menganggap satu sama lain sebagai saingan yang harus dikalahkan atau dihambat, dan harus saling menghalangi kinerja satu sama lain, mereka saling menyembunyikan informasi, berusaha menyesatkan dan membuat yang lain bingung, tidak percaya satu dengan yang lain. Akibatnya individu jadi lebih produktif bila bekerja sendiri dan hasil kerja kelompok jadi lebih buruk daripada bila mereka bekerja sendiri-sendiri. Kelompok macam ini tidak akan mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan kelompoknya. Contoh dari Kelompok Pseudo adalah kelompok para salesman yang anggotanya saling bersaing untuk jadi salesman terbaik dan melakukan penjualan terbanyak.

3.2 Kelompok Tradisional


Kelompok Tradisional adalah kelompok yang anggotanya mendapat tugas untuk bekerja sama dan bisa menerima bahwa mereka harus bekerja sama. Anggota kelompok percaya bahwa mereka akan dinilai sebagai individu, bukan sebagai anggota kelompok. Tugas-tugas sangat terstruktur sehingga kecil sekali kerjasama yang dituntut. Anggota kelompok berinteraksi terutama untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Mereka berusaha mendapatkan informasi dari yang lain tapi tidak bermotivasi untuk membagi informasi pada anggota yang lain yang lain. Anggota kelompok bertanggung jawab atas pekerjaannya masingmasing tapi bukan sebagai tim. Beberapa anggota kelompok akan bermalas-malasan dan berusaha nbng pada anggota yang lebih serius. Anggota yang lebih serius akan merasa dieksploitasi lalu akan mengurangi kerjanya. Akibatnya adalah,bagi beberapa anggota hasil kerjasama itu akan lebih baik dari pada bila mereka bekerja sendiri-sendiri, namun hasil kerja anggota yang lebih serius akan lebih baik hasilnya kalau bekerja sendiri dibandingkan bila mereka bekerja dalam kelompok. Kelompok Tradisionasl banyak ditemui pada kelas-kelas dimana kelompok ditetapkan oleh guru atau dosennya.

32

3.3Kelompok Efektif
Kelompok Efektif bukan sekedar jumlah dari bagian-bagiannya. Kelompok Efektif adalah kelompok yang anggota-anggotanya komit untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya maupun keberhasilan anggota-anggota yang lain. Beberapa karakteristik dari Kelompok Efektif adalah saling ketergantungan yang positif (positive interdependence), yang menyatukan para anggota kelompok untuk mencapai sasaran operasional yang jelas, komunikasi-dua-arah, kepemimpinan didistribusikan (mimpin secara bergantian), dan kekuasaan berdasarkan keahlian. Sebagai tambahan, kelompok yang efektif ini menampilkan proses pengambilan keputusan yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk saling mempertanyakan informasi dan penalarannya dan mengatasi konflik secara konstruktif. Anggota Kelompok Efektif saling mengandalkan tanggungjawab satu sama lain dalam menjalankan bagian tugasnya, membantu keberhasilan satu sama lain, memiliki keterampilan berkelompok, dan kerjasama yang efektif.

3.4 Kelompok Kinerja-Tinggi


Kelompok Kinerja-Tinggi memenuhi seluruh kriteria dari kelompok yang efektif, bedanya dari kelompok efektif adalah pada tingkat komitmen anggota-anggotanya satu sama lain maupun komitmen pada keberhasilan kelompok. Kelompok ini memiliki tingkat komitmen yang lebih tinggi, tidak hanya kepercayaan, respek satu sama lain, mereka sangat peduli pada anggotaanggota timnya, termasuk pada pengembangan pribadi setiap anggota kelompok. Selalu siap untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan. Sayangnya jarang sekali ada kelompok yang mencvapai tingkat perkembangan ini, menjadi Kelompok Kinerja Tinggi.

4.

Peran persepsi dalam hubungan antar pribadi

Persepsi adalah sebuah proses mengorganisasi dan menginterpretasikan informasi sehingga menjadi berarti (King, 2011). Dengan demikian dalam mempersepsi, individu mengorganisasi dan menginterpretasikan apa yang ditangkap oleh inderanya. Persepsi bisa tidak sesuai dari realitas, namun persepsinya sangat penting karena perilaku individu biasanya didasari oleh persepsinya, bukan oleh realitas itu sendiri. Contohnya, walaupun seorang seorang ibu telah berlaku adil, tapi bila salah seorang anaknya merasa tidak diperlakukan secara adil, maka anak

33

tersebut akan berpendapat, bersikap maupun memilih tindakan sesuai dengan persepsinya itu ; ia dianak tirikan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi persepsi, yang membentuk dan kadang mendistorsi persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik dari individu yang mempersepsi (perceiver) seperti sikap, motif, minat, pengalaman masa lalu serta ekspektasinya. Misalnya 2. Karakteristik dari target, misalnya menarik atau tidak, gerakan, suara, ukuran dan lain sebagainya. 3. Situasi adalah konteks dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi persepsi. Perhatikan gambar di sebelah ini. Gambar apakah ini? Apakah yang pertama anda lihat adalah gambar seorang gadis atau seorang nenek? Apakah Anda dapat melihat baik gambar gadis maupun gambar nenek? Sebuash pedoman untuk melihat kedua duanya, sebagai patokan bisa dilihat dagu sang gadis adalah hidung sang nenek. Bagaimana? Berhasilkah Anda melihat dua figure tersebut? Biasanya apa yang pertamakali terlihat tergantung pada minat dari individu atau apa yang lebih familiar baginya.

Dalam menilai orang lain seringkali kita menggunakan jalan pintas. Walaupun seringkali jalan pintas membantu mempercepat individu menyimpulkan apa yang dipersepsi, cara ini bisa menyesatkan. Oleh karena itu, mempelajari jalan pintas bisa membantu dalam mengenali saat terjadi dan menghindari distorsi dalam persepsi. Jalan pintas yang sering diambil ini adalah sebagai berikut: 1. Persepsi yang selektif individu menginterpretasi apa yang dilihatnya secara selektif berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikapnya namun membusang bagian informasi yang dirasakan mengancam atau dianggap tidak relevan. Seperti menggunakan filter, menyaring hanya apa yang sesuai dengan harapannya.

34

2. Proyeksi mengatribusikan sikap, karakteristik atau keterbatasannya sendiri pada orang lain. Orang yang curang atau berbohong bisa berasumsi semua orang juga curang dan berbohong. 3. Setreotipi menilai seseorang atau kelompok berdasarkan penilaian umum; orang Jawa halus, anak bungsu manja, orang tua kolot. 4. Halo Effect perasaan positif mengenai sebuah karakteristik pada individu mempengaruhi penilaiannya mengenai karakteristik yang lain. Misalnya menilai seseorang yang kelihatannya perlente sebagai intelek atau terpelajar.

Karena persepsi sangat mempengaruhi keyakinan individu akan apa yang dihadapinya, maka persepsi juga akan mempengaruhi bagaimana orang berkomunikasi satu sama lainnya.

5. Peran Komunikasi Dalam Hubungan Antar pribadi


Sebagai mahluk sosial, individu harus berhubungan satu sama lainnya. Untuk itu individuindividu saling mengirim dan menerima pesan yang bermakna dari satu sama lain.

5.1 Pentingnya komunikasi Mempelajari komunikasi sangat penting karena komunikasi merupakan pusat kehidupan kita sebagai manusia. Komunikasi yang efektif dapat membantu kita memecahkan masalah dalam kehidupan profesional kita dan meningkatkan hubungan dalam kehidupan pribadi kita. Para ahli komunikasi percaya bahwa komunikasi yang buruk adalah akar dari banyak masalah dan bahwa komunikasi yang efektif adalah salah satu solusi untuk masalah ini (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Komunikasi ada di mana-mana. Kita tidak dapat menghindari komunikasi, dan kita akan terlibat dalam komunikasi hampir setiap menit setiap hari dalam hidup kita. Komunikasi memainkan peran utama dalam hampir setiap aspek kehidupan. Terlepas dari kepentingan dan tujuannya, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan meningkatkan dan memperkaya hidup kita. Belajar bagaimana berkomunikasi sama pentingnya dengan belajar tentang komunikasi. Mempelajari komunikasi secara komprehensif memberikan setidaknya tujuh keuntungan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011): 35

a. Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri sendiri. Komunikasi adalah "penting untuk perkembangan seluruh pribadi" (Morreale, Obsborn, & Pearson, 2000, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Sebagian dari pengetahuan kita berasal dari pengalaman komunikasi. Seperti kita terlibat dalam pikiran (komunikasi intrapersonal) dan dalam interaksi dengan orang lain yang signifikan (komunikasi interpersonal), kita belajar tentang diri kita sendiri. Orang yang naif tentang proses komunikasi dan pengembangan kesadaran diri, konsep diri, dan selfefficacy mungkin tidak melihat diri mereka secara akurat atau mungkin tidak menyadari pengembangan dirinya. Mengetahui bagaimana komunikasi mempengaruhi persepsidiri dapat menyebabkan kesadaran yang lebih besar dan penghargaan diri (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).

b. Belajar keterampilan komunikasi dapat meningkatkan cara kita memandang diri sendiri dengan cara kedua. Ketika kita belajar bagaimana melakukan komunikasi secara efektif dalam berbagai situasi dari hubungan interpersonal rasa percaya diri kita akan meningkat. Dalam sebuah penelitian berdasarkan tanggapan dari 344 mahasiswa di sebuah universitas publik yang besar, mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan komunikasi dirasakan kompetensi komunikasi mereka menjadi lebih besar dalam kelas, di tempat kerja, dan dalam pengaturan sosial. Paling dramatis adalah perbaikan persepsi, mereka merasa percaya diri tentang diri sendiri, merasa nyaman dengan persepsi orang lain terhadap diri mereka, daya nalarnya dengan orang lain, dan menggunakan bahasa secara tepat (Ford & Wolvin, 1993). Singkatnya, keberhasilan kita dalam berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial dan prestasi kita dalam pengaturan profesional akan menimbulkan perasaan yang lebih positif tentang diri kita sendiri.

c.

Mempelajari komunikasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antar manusia. Belajar komunikasi termasuk belajar tentang bagaimana orang berhubungan satu sama lain dan tentang apa jenis komunikasi yang sesuai untuk situasi tertentu. Kebanyakan orang menghargai hubungan antar manusia dan menemukan kenyamanan 36

dalam persahabatan, hubungan keluarga, dan hubungan masyarakat. Dalam hubungan ini kita belajar tentang kepercayaan, keakraban, dan hubungan timbal balik (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011).

Hubungan antar manusia melayani berbagai fungsi. Melalui hubungan antar manusia terpenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia, antara lain: kebutuhan akan kasih sayang, dalam arti seseorang dapat menerima dan memberikan kehangatan dan keramahan; kebutuhan inklusi, dalam arti seseorang dapat mengalami perasaan bahwa kita saling memiliki dan mampu menunjukkan perasaan terhadap orang lain sesuai dengan pesan yang mereka miliki; kebutuhan akan kesenangan, dalam arti berbagi kebahagiaan dan menyenangkan); kebutuhan untuk melarikan diri, dalam arti membolehkan seseorang untuk mengalihkan diri; dan kebutuhan akan kontrol, dalam arti memberikan kebebasan untuk mengelola kehidupannya sendiri dan mempengaruhi orang lain) (Rubin, Perse, & Barbato, 1988).

Kita belajar tentang kompleksitas hubungan antar

manusia sebagai juga kita

mempelajari komunikasi. Kita belajar, pertama, bahwa orang lain dalam hubungan yang sangat berbeda satu sama lain. Kita belajar bahwa mereka dapat menerima atau meremehkan kita. Kita belajar bahwa mereka dapat berperilaku seolah-olah mereka lebih unggul atau lebih rendah dari kita. Kita juga belajar bahwa diantara mereka ada yang mungkin didekati atau sangat formal. Pastinya orang-orang dipertukarkan satu sama lain. Hubungan antar manusia tidak bersifat netral. Kita juga belajar bahwa peran kita dalam interaksi dengan orang lain dapat membantu atau berbahaya. Melalui komunikasi dapat berbagi informasi pribadi yang membangun kepercayaan dan raport. Informasi pribadi yang sama dapat digunakan untuk menghina atau mempermalukan orang lain. Sementara beberapa hubungan meningkatkan dukungan sosial, yang lain penuh dengan penipuan dan konflik. Kita belajar bahwa setiap orang dalam hubungan antar manusia ikut membangun realitas hubungan yang terjadi. Keluarga, misalnya, adanya kesempatan suka bercerita pengalaman mereka yang buruk ketika berlibur, ketika melakukan perjalanan 37 tidak dapat

keberbagai tempat, atau ketika beberapa kejadian khusus yang positif atau negatif terjadi. Dengan adanya kesempatan saling bercerita akan membangun pola hubungan tertentu. Pola hubungan yang terjadi mungkin positif apabila sebagai anggota keluarga menekankan perasaan mereka rasa memiliki dan identitas mereka sebagai anggota keluarga. Di lain pihak, cerita yang disampaikan oleh anggota keluarga mungkin saja akan membentuk pola hubungan yang sangat negatif sebagai orang menipu orang lain dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menutupi tindakan kriminal seperti penggunaan narkoba, pelecehan anak, atau pembunuhan. Tentunya demikian pula hubungan antar manusia yang terjadi didunia kampus, antar pengajar, antar mahasiswa, dan antara pengajar dan mahasiswa masing-masing memiliki andil yang besar dalam membangun pola hubungan yang akan terbentuk. Hubungan antar manusia kompleks. Melalui studi komunikasi, akan memperjelas variabel yang terlibat dalam hubungan antar manusia, petunjuk verbal dan nonverbal yang diberikan, pengaruh waktu, sifat hubungan, dan tujuan manusianya. Dengan demikian dengan pemahaman tentang proses komunikasi akan jauh lebih siap untuk terlibat dalam hubungan antar manusia. Orang yang memiliki keterampilan komunikasi juga mengalami kepuasan relasional lebih besar (Egeci & Gencoz, 2006). Jika kitamenerima pendidikan dalam keterampilan komunikasi, lebih mungkin untuk melaporkan kepuasan hubungan yang lebih besar daripada mereka yang tidak menerima pendidikan tersebut (Ireland, Sanders, &

Markie-Dodds, 2003). Hubungan antara keterampilan komunikasi dan kepuasan hidup yang kuat. Koneksi berlaku dalam konteks kesehatan (Dutta-Bergman, 2005), termasuk situasi di mana anggota keluarga yang mengalami penyakit yang mengancam jiwa (Manne dkk, 2006).

d. Mempelajari komunikasi dapat mengajarkan seseorang akan pentingnya keterampilan


hidup. Mempelajari komunikasi berarti pula belajar keterampilan penting lainnya yang akan digunakan dalam menjalankan kehidupannya, seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, resolusi konflik, membangun tim, melek media, dan berbicara di depan orang banyak. (Allen, Berkowitz, Hunt, dan Louden, 1999)

38

e. Mempelajari komunikasi dapat membantu kita menggunakan kebebasan konstitusional


karena kita memahami bagaimana berkomunikasi secara efektif. Beberapa negara memiliki hak untuk mengajak warganya untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka, namun kebebasan berbicara adalah penting untuk suatu bentuk pemerintahan yang demokratis. Menjadi warga negara berlatih dalam suatu masyarakat demokratis berarti mengetahui tentang isu-isu saat ini dan mampu berbicara tentang mereka dalam percakapan, presentasi, dan melalui media massa, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menelaah secara kritis pesan yang disampaikan orang lain.

Pemahaman kita tentang komunikasi membentuk kehidupan politik kita pula. Komunikasi massa dan teknologi komunikasi secara tajam telah mengubah proses politik. Hari ini orang lebih banyak memiliki kesempatan untuk menerima informasi daripada sebelumnya. Melalui media massa, orang-orang di lokasi terpencil serta informasi seperti ini di pusat-pusat kota besar. Masalah mendesak dapat perhatian segera.

Dengan menguasai keterampilan komunikasi, memiliki kesempatan untuk menjadi anggota yang berfungsi penuh dari masyarakat demokratis. Namun juga memiliki beban tambahan agar memiliki pemahaman tentang media dan teknologi informasi lainnya. Mempelajari komunikasi akan membantu kita belajar bagaimana berbicara secara efektif, menganalisisargumen, mensintesis sejumlah besar informasi, dan kritis mengkonsumsi informasi dari berbagai sumber. Masa depan masyarakat kita tergantung pada penguasaan tersebut.

f.

Mempelajari komunikasi dapat membantu kita sukses secara profesional. Sebuah iklan lowongan pekerjaan di koran akan memberikan pemahaman langsung tentang pentingnya meningkatkan pengetahuan dan praktek komunikasi. Di bawah ini akan ditunjukkan beberapa iklan lowongan kerja dari koran atau internet seperti ini:

1) "Kami membutuhkan orang yang berorientasi pada hasil, secara profesional


berpengalaman, mampu melakukan komunikasi dengan baik dan inovator" membaca satu iklan untuk seorang manajer pemasaran. 39

2) Berikutnya satu untuk seorang analis pemasaran, berbunyi, "Anda harus kreatif,
ingin tahu, dan seorang komunikator yang baik, baik secara tertulis dan lisan."

3) Sebuah iklan untuk spesialis trainer hendaknya memiliki " keterampilan presentasi
yang baik, keterampilan komunikasi verbal dan tertulis, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan semua tingkat dalam organisasi. Sebagai orang yang berpendidikan dalam komunikasi, kita akan lebih mudah

mendapatkan pekerjaan yang lebih diinginkan (Bardwell, 1997; Cockrum, 1994: Peterson, 1997: Ugbah & Evuleocha, 1992 dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Banyak profesi yang keberhasilannya ditentukan oleh keterampilan

komunikasi. Profesional di bidang-bidang seperti akuntansi, audit, perbankan, konseling, teknik, higiene industri, ilmu informasi, humas, dan penjualan semua ditulis tentang pentingnya kemampuan komunikasi lisan (Hanzevack & McKean, 1991; Horton & Brown, 1990; LaBar , 1994; Messmer, 1997; Nisberg, 1996; Ridley, 1996; Simkin, 1996, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). Akhir-akhir ini, profesional di bidang industri komputer (Coopersmith, 2006; Glen, 2006), genetika dan ilmu pengetahuan (Bubela, 2006), pertanian dan peternakan (Harper, 2006), pendidikan (Lavin Colky & Young, 2006), dan kebidanan (Nicholls & Webb, 2006) telah menekankan pentingnya keterampilan komunikasi bagi karyawannyal. Berbagai karir ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi yang penting di seluruh jajarannya. Menurut banyak ahli yang dikutip oleh Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011) salah satu satu yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan keterampilan komunikasi yaitu dalam kontak pertama dengan orang lain. Dengan mempelajari komunikasi, keterampilan wawancara Anda akan ditingkatkan. Lebih lanjut, personil pewawancara mencatat bahwa keterampilan komunikasi lisan, secara umum, secara signifikan mempengaruhi keputusan diterima atau tidaknya seorang calon karyawan (Peterson, 1997). Salah satu survei menunjukkan bahwa personil manajer yang efektif diidentifikasi berbicara dan mendengarkan sebagai faktor paling penting dalam mempekerjakan orang (Curtis, Winsor, & Stephens, 1989). Dalam survei lain, pengusaha mengidentifikasi keterampilan yang paling penting bagi lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan komunikasi lisan, kemampuan interpersonal, kerjasama, dan kemampuan analitis (Collins & Oberman, 1994). 40

Keterampilan komunikasi penting tidak hanya di awal karir Anda, tetapi sepanjang rentang kehidupan kerja. Dauphinais (1997) mengamati bahwa kemampuan komunikasi dapat meningkatkan mobilitas dalam karir seseorang. Eksekutif bisnis mencatat pentingnya kompetensi komunikasi (Argenti & Forman, 1998; Reinsch & Shelby, 1996). Akhirnya, keterampilan komunikasi adalah salah satu prioritas utama bagi pekerja. g. Mempelajari komunikasi dapat membantu Anda mengendalikan dunia yang semakin beragam. Ketika kita berjalan-jalan di mal, uang deposito di bank, pergi ke bioskop, atau bekerja di pekerjaan Anda, kemungkinan besar bahwa sekitar satu dari setiap lima orang yang datang ke konter akan berbicara dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Belajar bagaimana komunikasi di dunia sekarang ini, apakah bahasa Inggris adalah bahasa pertama atau tidak, memerlukan pemahaman tentang komunikasi dan budaya dan bagaimana dua konsep terkait.

5.2 Pengertian komunikasi Setelah memahami tentang pentingnya komunikasi, selanjutnya perlu dipelajari secara tepat pengertian tentang komunikasi. Komunikasi adalah konsep yang tidak mudah untuk sampai pada definisi yang tepat dan memuaskan untuk sebagian besar dari mereka yang menganggap dirinya ahli komunikasi. Namun sebagian besar ahli memiliki pandangan yang sama, bahwa komunikasi adalah begitu dalam berakar pada perilaku manusia dan struktur masyarakat yang sulit untuk memikirkan kegiatan sosial atau perilaku yang tidak ada komunikasi.

Komunikasi berasal dari kata Latin communicare, yang berarti "untuk membuat umum" atau "untuk berbagi". Sedangkan menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna. Komunikasi dianggap suatu proses karena kegiatan, pertukaran, atau satu set perilaku-bukan produk yang tidak berubah. David Berlo, 1960, dalam Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), seorang pionir dalam bidang komunikasi, mungkin memberikan pernyataan paling jelas tentang komunikasi sebagai suatu proses. Jika kita menerima konsep proses, kita melihat peristiwa dan hubungan yang dinamis, berkelanjutan, terus berubah, terus menerus. Ketika kita label sesuatu

41

sebagai suatu proses, berarti komunikasi sebagai proses tidak memiliki awal, akhir, urutan tetap kejadian. Gambaran tiga orang mahasiswa yang sedang melakukan pertemuan di selasar antara kelas dan saling berbicara dengan bertukar beberapa kalimat. Kejadian ini tidak dimulai dan berakhir dengan kata-kata pertama dan kalimat terakhir yang diutarakan ketiga mahasiswa tersebut walaupun mereka semua berhenti untuk saling berbicara satu sama lain. Ada kemungkinan hubungan mereka dimulai sebelum pertemuan ini, karena mereka semua tampaknya memiliki pemahaman umum apa yang dikatakan, Ada kemungkinan mereka berbagi pengalaman yang sama membentuk persepsi mereka. Kemungkinan lain, bahwa pertemuan singkat ini tidak berakhir ketika ketiga mahasiswa itu pergi dengan cara mereka, melainkan bahwa mereka berpikir tentang konservasi mereka di kemudian hari atau yang mengarah ke pertemuan lain akhir minggu ini. Dengan kata lain, sebuah kejadian tidak dapat menangkap semua yang terjadi selama komunikasi, sebuah proses yang dimulai sebelum kata-kata mulai dan berakhir lama setelah akhir kata.

5.3 Komponen Komunikasi Bagaimana komunikasi dalam tindakan benar-benar bekerja ditentukan oleh komponen yang ada. Komponen komunikasi terdiri atas orang-orang, pesan, kode, saluran, umpan balik, encoding dan decoding, dan kebisingan (Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter, 2011). a. Orang Orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi memiliki dua peran, baik sebagai sumber dan penerima pesan. Sebagai sumber yang menyampaikan pesan, dan penerima adalah sasaran pesan. Karakteristik individu, termasuk ras, jenis kelamin, usia, budaya, nilai, dan sikap, mempengaruhi cara orang mengirim dan menerima pesan. b. Pesan Pesan adalah bentuk verbal dan non verbal ide, pikiran, atau perasaan bahwa satu orang (sumber) ingin berkomunikasi dengan orang lain atau sekelompok orang (penerima). Pesan adalah isi dari interaksi. Pesan berisi simbol-simbol yang digunakan untuk berkomunikasi yang dapat berupa ide-ide, ekspresi wajah, gerakan tubuh, gerakan, kontak fisik, nada suara, dan kode nonverbal lainnya. Ada pesan yang relatif pendek dan mudah untuk dipahami atau panjang dan rumit. 42

c. Saluran atau Media Saluran atau Media adalah sarana penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan. Sebuah pesan bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang ke orang lain, dengan melakukan perjalanan melalui media, atau saluran. Airwaves, gelombang suara, kabel tembaga twinted, serat kaca, dan kabel semua saluran komunikasi. Airwaves dan kabel adalah dua dari berbagai saluran melalui mana kita menerima pesan televisi. Pesan radio bergerak melalui gelombang suara. Komputer gambar (dan suara, jika ada) perjalanan melalui cahaya dan gelombang suara. Dalam komunikasi orang ke orang, pengiriman pesan melalui saluran gelombang suara dan gelombang cahaya yang memungkinkan penerima untuk melihat dan mendengar apa yang disampaikan sumber. d. Umpan balik Umpan balik adalah respon penerima baik verbal dan nonverbal untuk pesan yang disampaikan sumber. Idealnya, penerima menanggapi pesan-pesan yang disampaikan sumber atau pengirim dengan memberikan umpan balik sehingga sumber mengetahui pesan diterima sebagaimana dimaksud. Umpan balik adalah bagian dari setiap situasi komunikasi. Bahkan tidak ada tanggapan, atau diam, adalah umpan balik, seperti perilaku gelisah dan bingung terlihat dari mahasiswa di ruang kuliah. Misalkan pada waktu mahasiswa ingin mencari kamar kecil yang belum pernah tahu sebelumnya. e. Kode Sebuah kode adalah susunan sistematis simbol yang digunakan untuk membuat makna dalam pikiran orang lain atau orang-orang. Sebuah komputer membawa pesan melalui kode pada kabel atau kawat serat; ketika berkomunikasi dengan orang lain menggunakan kode yang disebut "bahasa". Kata, frasa, dan kalimat menjadi "simbol" yang digunakan untuk membangun gambaran, pikiran, dan ide-ide dalam pikiran orang lain. Jika seseorang membelalakan matanya merupakan tanda marah bagi orang lain. Kode verbal dan nonverbal adalah dua jenis kode yang digunakan dalam komunikasi. Kode verbal terdiri dari simbol dan pengaturan tata bahasa mereka. Semua bahasa adalah kode. Kode nonverbal terdiri dari semua simbol yang bukan kata-kata, termasuk gerakan tubuh, penggunaan ruang dan waktu, pakaian dan ornamen lainnya, dan suara selain kata-kata. 43

f.

Encoding dan Decoding

Komunikasi melibatkan penggunaan kode, proses komunikasi dapat dilihat sebagai salah satu encoding dan decoding. Encoding didefinisikan sebagai proses menerjemahkan ide atau pemikiran ke kode. Decoding adalah proses untuk menempatkan berarti bahwa ide atau pemikiran. Misalnya, kita tertarik untuk membeli baju untuk kekasih yang berulang tahun. Kita mencoba untuk menggambarkan baju yang cocok untuk kekasih kita itu, yang dapat membantu kita ketika akan membelinya. Kita mencoba memvisualisasikan baju dengana warna hitam, desain sederhana, dan berupa celana panjang yang disukai oleh kekasih kita itu. Menempatkan visi ini menjadi kata-kata dan memberitahu kepada kekasih tersebutlah yang disebut sebagai encoding. Setelah mendengarkan apa yang disampaikan, kekasih kita akan membayangkan seperti apa baju yang akan kita hadiahkan, yang disebut sebagai decoding. Tapi baju apa konkritnya yang akan hadiahkan belum tentu sesuai dengan apa yang dibayangkan oleh kekasih kita. Seperti yang Anda lihat, kesalahpahaman sering terjadi karena keterbatasan bahasa dan ketidakcukupan deskripsi. Meskipun demikian, encoding dan decoding sangat penting dalam berbagi pikiran, gagasan, dan perasaan dengan orang lain. g. Kebisingan Dalam proses komunikasi, kebisingan adalah setiap gangguan pada proses encoding dan decoding yang mengurangi kejelasan pesan. Kebisingan dapat fisik, seperti suara keras, mengganggu pemandangan, seperti sepotong makanan di antara gigi depan seseorang, atau perilaku yang tidak biasa, seperti seseorang berdiri terlalu dekat untuk kenyamanan. Kebisingan dapat berupa mental, psikologis, atau semantik, seperti lamunan tentang orang yang dicintai, khawatir tentang suatu kejadian, sakit kepala, atau ketidakpastian tentang apa kata orang lain maksud.

5.4 Jenis Komunikasi


Ada berbagai jenis komunikasi tetapi mereka dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis dasar komunikasi. Keempat jenis komunikasi adalah sebagai berikut:

44

5.4.1 Komunikasi Verbal Komunikasi verbal meliputi suara, kata, bahasa dan berbicara. Bahasa dikatakan berasal dari suara dan gerak tubuh. Ada banyak bahasa yang diucapkan di dunia. Dasar-dasar pembentukan bahasa adalah: gender, kelas, profesi, wilayah geografis, kelompok umur dan elemen sosial lainnya. Berbicara adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dan diklasifikasikan menjadi dua yaitu jenis. interpersonal komunikasi dan berbicara di depan umum.

5.4.2 . Komunikasi Non-Verbal Komunikasi non-verbal melibatkan cara-cara fisik dari komunikasi, seperti, nada, sentuhan, suara, dan gerak tubuh. Komunikasi non-verbal dapat pula berupa gerakan kreatif dan estetika termasuk menyanyi, bermain musik, menari dan memahat. Simbol dan bahasa isyarat juga termasuk dalam komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh adalah cara non-verbal komunikasi. postur tubuh dan kontak fisik menyampaikan banyak informasi. postur tubuh banyak hal ketika Anda berkomunikasi secara lisan kepada seseorang. Contoh lain dari komunikasi nonverbal adalah kontak fisik, seperti, berjabat tangan, mendorong, menepuk-nepuk dan menyentuh mengungkapkan rasa keakraban. Ekspresi wajah, perilaku, dan kontak mata adalah cara-cara komunikasi yang berbeda. Membaca ekspresi wajah dapat membantu Anda mengetahui seseorang yang lebih baik.

5.4.2 Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis berupa tulisan kata-kata yang ingin disampaikan pada waktu berkomunikasi. Komunikasi tertulis yang baik sangat penting untuk tujuan pendidikan dan bisnis. Komunikasi tertulis dapat dipraktekkan dalam berbagai bahasa. E-mail, laporan, artikel dan memo adalah beberapa cara menggunakan komunikasi tertulis dalam pendidikan dan bisnis. Komunikasi tertulis dapat diedit dan diubah berkali-kali sebelum dikomunikasikan kepada pihak kedua kepada siapa komunikasi dimaksudkan. Ini adalah salah satu keuntungan utama menggunakan tulisan sebagai sarana utama komunikasi dalam kegiatan usaha. komunikasi tertulis yang digunakan tidak hanya dalam pendidikan dan bisnis saja, tapi juga untuk tujuan komunikasi informal. Mobile SMS adalah contoh komunikasi tertulis informal.

45

5.4.3 Komunikasi visual Komunikasi visual adalah tampilan visual dari informasi, seperti, topografi, fotografi, tanda, simbol dan desain. Televisi dan video klip adalah bentuk elektronik komunikasi visual. Jenis komunikasi yang meningkat dari hari ke hari dapat membantu kejelasan dan menghilangkan ambiguitas dalam komunikasi.

5.5 Tingkat Komunikasi


Komunikasi terjadi dalam konteks suatu keadaan atau situasi. Komunikasi dapat terjadi antara dua teman, di antara beberapa kenalan bisnis dalam suatu kelompok kecil, dan antara dosen dan mahasiswanya di dalam kelas. Pada banyak perguruan tinggi dan universitas, program komunikasi terjadi dalam konteks: komunikasi interpersonal, wawancara, komunikasi dalam suatu kelompok kecil, berbicara di depan banyak orang (public speaking), dan komunikasi massa. Jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi mempengaruhi jenis komunikasi yang terjadi. Kita dapat berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, atau dengan banyak orang lain. Perbedaan antara situasi ini mempengaruhi pilihan kita dari kode yang paling tepat verbal dan non verbal.

5.5.1 Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal-adalah komunikasi yang menggunakan bahasa atau pemikiran internal sebagai kommunikator. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan individu sekaligus menjadi pengirim dan penerima pesan, memberikan umpan balik kepada dirinya sendiri dalam proses internal yang sedang berlangsung. Komunikasi intrapersonal dapat mencakup: Bermimpi Melakukan introspeksi diri Berbicara dengan suara keras (berbicara kepada diri sendiri), membaca keras, mengulangi apa yang didengar, kegiatan tambahan dari berbicara dan mendengar apa yang

dipikirkan, membaca atau mendengar yang dapat meningkatkan konsentrasi dan retensi. Hal ini dianggap normal, dan berbeda dari orang yang satu dengan orang lainnya. Menulis (dengan tangan, atau dengan pengolah kata, dll) hasil pikiran atau pengamatan: kegiatan tambahan, di atas berpikir, menulis dan membaca kembali lagi yang dapat 46

meningkatkan pemahaman diri ("Bagaimana saya tahu apa yang saya maksud sampai aku lihat apa yang saya katakan ") dan konsentrasi. Kegiatan ini dapat membantu dalam memetakan pikiran seseorang, di samping menghasilkan catatan yang dapat digunakan kemudian hari. Menyalin teks untuk membantu menghafal juga masuk dalam kategori ini. Melakukan sesuatu sambil berpikir: aktivitas tambahan, di atas pemikiran, dari gerakan tubuh, suatu cara yang dapat meningkatkan konsentrasi, membantu dalam pemecahan masalah, dan membantu memori. Mengambil keputusan, misalnya menafsirkan peta, teks, tanda, dan simbol. Menginterpretasikan komunikasi non-verbal, misalnya gerakan dan kontak mata. Komunikasi antara bagian tubuh; misalnya "Perut saya memberitahu saya sudah waktunya untuk makan siang." merenungkan alternatif dalam pikiran.

Komunikasi intrapersonal juga mencakup kegiatan seperti pemecahan masalah internal, menyelesaikan konflik internal, perencanaan untuk masa depan, dan mengevaluasi diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

5.5.2 Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh para ahli komunikasi dalam berbagai cara, meskipun definisi paling banyak: melibatkan peserta yang saling bergantung satu sama lain dan menuntut keterampilan berbicara dan mendengar. Saluran komunikasi yang dipilih adalah medium untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Saluran komunikasi dapat dikategorikan ke dalam dua kategori utama: saluran komunikasi langsung dan tidak langsung. Saluran langsung adalah mereka yang jelas dan dapat dengan mudah dikenali oleh penerima. Mereka juga berada di bawah kontrol langsung dari pengirim. Dalam kategori ini adalah saluran verbal dan non-verbal komunikasi. saluran komunikasi verbal adalah mereka yang menggunakan kata-kata dalam beberapa cara, seperti komunikasi tertulis atau komunikasi lisan. saluran komunikasi non-verbal adalah mereka yang tidak memerlukan kata-kata, seperti ekspresi wajah terbuka tertentu, gerakan tubuh terkontrol (seperti yang dibuat oleh polisi lalu lintas untuk mengendalikan lalu lintas di persimpangan), warna (merah untuk bahaya, berarti hijau pergi dll), 47

suara (sirene, alarm dll). Saluran tidak langsung adalah saluran yang biasanya diakui secara sadar oleh penerima, dan bukan di bawah kontrol langsung dari pengirim. Ini termasuk gerakan atau bahasa tubuh, yang mencerminkan emosi batin dan motivasi daripada pesan yang disampaikan sebenarnya. Ini juga mencakup hal jelas, seperti "firasat", "firasat" atau "pertanda". Menurut Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011), diad dan komunikasi kelompok kecil adalah dua himpunan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi diad hanya melibatkan dua orang, seperti wawancara dengan seorang atasan atau seorang guru, pembicaraan dengan orang tua, pasangan, atau anak, dan interaksi dengan orang yang belum dikenal sebelumnya, kenalan, dan teman-teman. Komunikasi kelompok kecil adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam sebuah kelompok kecil orang (Brilhart & Galanes, 1998). Komunikasi dalam kelompok kecil, terjadi dalam keluarga, kelompok kerja, kelompok pendukung, kelompok agama, dan kelompok belajar. Komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses seperti menjadi orang tua, hubungan yang akrab, manajemen, penjualan, konseling, pendidikan, mentoring, dan manajemen konflik.

5.5.3 Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok mengacu pada sifat dari komunikasi yang terjadi dalam kelompok antara 3 sampai 12 orang. Komunikasi kelompok kecil umumnya terjadi dalam konteks yang menggambungkan interaksi komunikasi interpersonal dengan pengelompokan sosial.

5.5.4 Komunikasi Publik Komunikasi publik adalah proses menggunakan pesan untuk menghasilkan makna dalam situasi di mana satu sumber mengirimkan pesan ke banyak penerima, yang disertai komunikasi nonverbal, dan kadang-kadang dengan mengajukanpertanyaan dan jawaban atau umpan balik. Dalam komunikasi publik sumber menyesuaikan pesan ke penerima pesan dalam upaya untuk mencapai pemahaman maksimum. Adakalanya hampir semua penerima atau audiens memahami pesan pembicara; kali lain banyak penerima pesan atau audiens gagal untuk memahami. Komunikasi publik, atau berbicara di depan umum dan pesan dikemas dalam struktur perencanaan yang bentuknya formal. Komunikasi publik paling sering digunakan untuk tujuan menginformasikan atau membujuk, tetapi juga dapat pula untuk tujuan menghibur, memperkenalkan suatu produk, mengumumkan suatu informasi atau keputusan, dan ungkapan 48

selamat datang. Bentuk komunikasi public antara lain: kuliah di dalam ruangan kelas, seminar atau ceramah di ruang aula atau auditorium, dan ibadah. Komunikasi publik juga dilakukan ketika seorang politisi mencoba untuk meyakinkan para calon pemilih melalui kegiatan kampanye, atau ketika memperkenalkan pembicara tamu untuk khalayak dengan jumlah yang besar. Rumah pruduksi menggunakannya untuk mempromosikan film mereka. Tidak ada kebijakan atau produk bisa berhasil tanpa pesan cerdasyang ditargetkan untuk khalayak yang tepat dengan cara yang kreatif dan inovatif. 5.5.5 Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan untuk menghasilkan makna, antara sumber dan sejumlah besar penerima yang melibatkan beberapa sistem transmisi (mediator). Ketika kita menonton acara TV favorit, sinyal akan diperoleh dari sebuah studio siaran melalui satelit atau sistem kabel dan kemudian dari sistem akan sampai ke TV kita: Mediatornya adalah saluran, metode distribusi. Jenis komunikasi ini disebut "massa" karena pesan tersebut masuk ke koran dan majalah pembaca, pemirsa TV, dan pendengar radio. Komunikasi massa sering diajarkan pada sebuah perguruan tinggi, yang mengajarkan komunikasi radio dan televisi, atau jurnalisme. Orang yang mempelajari komunikasi massa mungkin tertarik dalam proses melalui saluran atau media apa komunikasi ditransmisikan. Atau, mereka mungkin tertarik dalam efek media pada masyarakat dan srudi persuasi atau bagaimana opini publik diciptakan dan diubah. Komunikasi massa telah mengalami peningkatan peminat karena kesempatan untuk melakukan komunikasi di Internet semakin diperluas. Saat ini banyak mahasiswa yang tertarik pada konvergensi media atau cara penyiaran, penerbitan, dan komunikasi digital sekarang berkumpul, dan dalam beberapa kasus membentuk suatu wadah tersendiri. 5.5.6 Komunikasi Melalui Komputer Secara khusus Pearson, Nelson, Titsworth, dan Harter (2011) mengemukakan komunikasi lain: Komunikasi Melalui Komputer, meliputi komunikasi manusia dan berbagi informasi melalui jaringan komputer. Komunikasi Melalui Komputer ini membutuhkan keaksaraan digital, yaitu kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia melalui komputer. Pesan e-mail, tulisan diskusi kelompok, catatan newsgroup, pesan instan, pesan teks, dan twitters berfungsi sebagai pesan manusia yang secara terus menerus melayani 49

sebagai sumber atau penerima dari pesan-pesan. Dengan cara yang sama, konvergensi media telah menjadi jalan penting dari penelitian tentang komunikasi massa, konvergensi teknologi telah menggelitik minat para sarjana dan praktisi. Konvergensi teknologi memfokuskan diri pada sistem teknologi, termasuk suara, data, dan video. Pertimbangkan berbagai perangkat elektronik digunakan saat ini dan apa yang mungkin telah digunakan lima tahun yang lalu untuk mendapatkan beberapa pemahaman tentang seberapa cepat perubahan ini terjadi.

5.6 Hambatan dalam Komunikasi


Banyak orang menganggap berkomunikasi itu mudah. Anggapan ini muncul setelah banyak yang sudah kita lakukan sepanjang hidup kita. Ada beberapa kebenaran dalam pandangan sederhana. Akan tetapi apabila kita telusuri lebih jauh lagi ternyata tidak selalu komunikasi berhasil dengan efektif. Ada beberapa kemungkinan yang membuat komunikasi dirasakan rumit, sulit, dan menimbulkan frustrasi . Berikut adalah tujuh hambatan yang dapat membuat proses komunikasi tidak berjalan efektif.

5.6.1 Hambatan Fisik. Hambatan fisik di lingkungan kampus meliputi: Ditandai wilayah, semacam ekslusivitas di mana orang asing tidak diperbolehkan Pintu ruangan dosen tertutup, ada layar penghalang, wilayah yang terpisah untuk orang yang berbeda status Wilayah kerja besar atau bekerja dalam satu unit yang secara fisik terpisah dari orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor paling penting dalam membangun tim kohesif adalah kedekatan. Selama orang masih memiliki ruang pribadi yang mereka dapat memanggil mereka sendiri, kedekatan kepada orang lain bantu komunikasi karena itu membantu kita mengenal satu sama lain.

5.6.2 Hambatan persepsi. Masalah dengan berkomunikasi dengan orang lain adalah bahwa kita semua melihat dunia adakalanya berbeda. Pikiran, asumsi dan persepsi kita akan membentuk realitas kita sendiri. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah merasa takut apabila diminta untuk 50

datang ke ruang dosen, berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Penyebab utamanya adalah persepsi diminta untuk ke ruang dosen bagi mahasiswa yang kurang percaya diri adalah ada teguran atau sudah melakukan suatu kesalahan, dilain pihak mahasiswa yang percaya diri dapat saja menganggap akan memperoleh kesempatan baik. Lebih jauh mengenai persepsi telah dibahas dalam topic persepsi.

5.6.3 Hambatan emosional. Salah satu hambatan utama untuk membuka dan komunikasi bebas adalah hambatan emosional. Hal ini terutama terdiri dari ketakutan, ketidakpercayaan dan kecurigaan. Akar dari ketidakpercayaan emosional kita terhadap orang lain terletak pada masa kecil kita dan masa kanak-kanak ketika kita diajarkan untuk berhati-hati apa yang kita katakan kepada orang lain. "Pikiran Anda P dan Q"; "Jangan bicara sampai kau berbicara dengan"; "Anak-anak harus dilihat dan tidak mendengar". Akibatnya banyak orang menahan diri dari mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mereka merasa rentan. Sementara beberapa orang mungkin bijak dalam hubungan tertentu, ketakutan yang berlebihan dari apa yang orang lain mungkin menganggap kami bisa mencapait perkembangan sebagai komunikator yang efektif dan mampu untuk membentuk hubungan yang bermakna.

5.6.4 Hambatan budaya. Ketika kita bergabung dalam kelompok dan ingin tetap di dalamnya, cepat atau lambat kita perlu mengadopsi pola perilaku kelompok. Kelompok bermanfaat bagi penguatan perilaku tersebut melalui tindakan pengakuan, persetujuan dan inklusi. Dalam kelompok yang senang menerima anggotanya, dan anggota kelompok tersebut dengan senang hati akan menyesuaikan diri, terjadi mutualitas kepentingan dan tingkat kepuasan menang-menang. Namun demikian, apabila terdapat hambatan untuk menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok, tidak terjadi komunikasi yang baik.

5.6.5 Hambatan Bahasa. Bahasa yang menggambarkan apa yang kita ingin katakan dalam dapat menjadi sumber hambatan komunikasi kita dengan orang lain yang tidak akrab dengan ekspresi kita dan jargon.

51

6 Kepemimpinan dan Kelompok

"Kepemimpinan sehalus melodi Mozart. Musik ada dan tiada. Musik tertulis di halaman, tapi itu tidak akan berarti apa-apa apabila tidak ditampilkan dan didengar. Banyak tidaknya efek tergantung pada pelaku dan pendengarnya. Pemimpin terbaik, seperti musik terbaik, menginspirasi kita untuk melihat kemungkinan-kemungkinan baru. " M.Kur (1997: p. 271)

Para pemimpin kelompok atau organisasi menghadapi tantangan serupa. Sementara mereka tidak perlu membawa pasukan mereka ke medan perang, pemimpin organisasi harus memahami lingkungan di mana mereka beroperasi, menetapkan tujuan dan sasaran, dan memotivasi karyawan mereka untuk mencapai keunggulan untuk "pertempuran" di pasar global. Selain itu para pemimpin harus memimpin "pasukan" dengan cara yang memungkinkan mereka tidak hanya untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan, tetapi juga untuk berpartisipasi dalam sehari-hari keputusan yang mempengaruhi mereka. Anggota kelompok atau organisasi berharap untuk memainkan peran yang lebih berarti dalam kegiatan kelompok atau organisasi daripada di masa lalu, menterjemahkan perintah dan pendekatan kontrol untuk kepemimpinan tidak akan banyak manfaatnya.

6.1 Apa itu Kepemimpinan? a. Suatu proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu dan kelompok menuju pencapaian tujuan tertentu b. c. Berbagi visi dan pengikut yang terlibat dalam visi itu. Kemampuan untuk menggerakkan organisasi ke arah tingkat kinerja yang lebih tinggi dengan mengubah visi menjadi tindakan yang signifikan. d. Merupakan suatu hubungan. Kepemimpinan hanya ada kalau ada pengikut, dan efektivitas hubungan langsungnya bervariasi hingga pada tingkat kepercayaan dalam hubungan tersebut. Sementara itu beberapa orang mungkin lebih atau kurang percaya daripada yang lain, dan kepercayaan ada (dan berkembang) dalam hubungan tersebut. 52

e.

Dapat diamati, dipelajari, seperangkat praktek dan keterampilan yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. "Siapa pun yang ingin menjadi pemimpin dapat meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan, praktek, dan umpan balik."

f.

Sebuah integrasi teori, proses, dan kesadaran bahwa apa yang efektif dalam satu situasi mungkin tidak efektif di negara lain. Kepemimpinan yang efektif membutuhkan kemampuan untuk menilai situasi (dan orang yang terlibat), membandingkannya dengan pengalaman sebelumnya dan praktek, dan mengembangkan pendekatan yang akan fit tapi tetap cukup fleksibel untuk menyesuaikan dengan situasi yang membutuhkan. Pemimpin yang efektif juga mengambil waktu untuk merenungkan tindakan dan perilaku mereka untuk menilai secara objektif apa yang berhasil dan apa yang tidak. Singkatnya, pemimpin yang efektif adalah belajar terus menerus.

6.2 Karakteristik Kepemimpinan yang Efektif

Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin besar. Bahkan beberapa yang awalnya sederhana, seperti Abraham Lincoln dan Jenderal Sudirman, telah naik ke posisi kepemimpinan dan mempengaruhi banyak orang dan bahkan bangsa. Anda mungkin berpikir. "Tapi aku hanya seorang mahasiswa," atau "Saya tidak pintar atau Orang tua saya tergolong tidak mampu. Tidak ada cetakan tunggal untuk menjadi pemimpin besar. Mereka ada yang perempuan

(misalnya Sri Mulyani) dan laki-laki, tua dan muda, berbadan sehat dan fisik ditantang, dan datang dari semua bangsa dan latar belakang sosial ekonomi. Jadi, apa yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin besar? Menurut Kouzes dan Posner (1993), para pemimpin yang efektif ditandai oleh kemampuan mereka untuk

53

6.2.1 Tertantang pada proses. Hendaknya seorang pemimpin merasa tertantang untuk melakukan suatu usaha untuk membawa anggota kelompok mencapai suatu tujuan sekalipun dihadapkan pada berbagai kesulitan. Organisasi dan kelompok adalah tempat terjadinya konflik yang tak terhindarkan dan juga konflik eksternal. Ketegangan yang terjadi dapat meningkatkan produktivitas. Pemimpin perlu menyoroti bahwa jika anggota tidak bekerja untuk meningkatkan keahlian mereka, mereka kehilangan keahlian mereka. Keahlian adalah proses, bukan produk akhir. Setiap orang atau organisasi terus berubah. Jika keahlian tidak tumbuh, maka menurun. Saat seseorang percaya dia adalah seorang ahli dan berhenti mencoba untuk belajar lebih banyak, maka ia akan kehilangan keahlian mereka. Pemimpin harus memimpin anggota terhadap agar keahlian mereka ditingkatkan. Dan tantangan yang paling jelas dan langsung ke langkah kompetitif dan individualistis tradisional adalah adopsi dari tim koperasi dalam organisasi. Dalam rangka meningkatkan penyesuaian psikologis dan harga diri anggautanya, organisasi perlu diubah menjadi jaringan saling koperatif.

6.2.2 Menginspirasi visi bersama secara jelas. Tanggung jawab kepemimpinan kedua adalah untuk menciptakan visi bersama dari apa yang tim atau organisasi harus dan bisa, misi yang jelas bahwa semua anggota berkomitmen untuk mencapai, dan satu set tujuan sebagai upaya-upaya membimbing anggota-anggota '. Untuk melakukannya seorang pemimpin harus: 1) Memiliki visi / impian yang dapat dicapai organisasi. 2) Mengkomunikasikan visi itu dengan komitmen dan antusiasme. 3) Membuat visi bersama diadopsi anggota staf sebagai milik mereka. 4) Membuat visi yang rasional dan prosedur pelaksanaan disusun berdasarkan kesepakatan bersama.

54

Daripada mendikte arah, pemimpin yang efektif akan mengakui nilai-nilai, keyakinan, dan emosi anggota kelompok, dan memotivasi mereka untuk menyelaraskan diri dengan misi yang

mencerminkan kebaikan yang lebih besar. Pemimpin hendaknya antusias dan sering berkomunikasi tentang impian tim dan organisasi serta menjadi tempat di mana anggota kelompok saling berbagi, membantu, mendorong, dan mendukung usaha satu sama lain untuk mencapai dan berhasil. Bekerja sama untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat dilakukan dan menciptakan kepedulian serta berkomitmen yang

mendorong anggota maju dalam pencarian bersama mereka untuk mencapai prestasi yang unggul. Praktek-praktek baru harus didukung didasari oleh pengetahuan tentang penelitian yang relevan dan teori. Seseorang tanpa pengikut bukan pemimpin, dan orang tidak akan menjadi pengikut sampai mereka menerima visi sebagai milik mereka.

6.2.3 Memungkinkan orang lain untuk bertindak. Pemimpin yang efektif akan berbagi informasi dan kekuasaan dengan cara berkolaborasi dan memberdayakan mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan koperatif. Anggota kelompok perlu tahu di mana mereka cocok dan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam rangka memberikan kontribusi dalam cara yang berarti. Dengan mendengarkan dan mendukung semua anggota kelompok akan menciptakan suasana saling percaya dan menghormati untuk mengembangkan potensi mereka. 6.2.4 Model bagaimana berjalan. Seorang pemimpin adalah bagian dari dan tidak terlepas dari kelompok. Dengan kata lain, kekuatan seorang pemimpin ada tidak begitu banyak karena peran mereka itu sendiri, tetapi karena diberikan oleh para pengikutnya. Dengan demikian agar efektif, pemimpin harus berjalan sesuai pembicaraan dengan menunjukkan perilaku yang mereka harapkan dari orang lain dan memastikan konsisten antara kata dan perbuatan mereka. Misalnya, ketua kelas yang mengharapkan ketua kelompok untuk memberdayakan anggota kelompok, harus melakukan hal yang sama dengan berbagi kekuasaan, menerima kesalahan, dan melibatkan ketua kelompok dalam keputusan-keputusan. Demikian pula, para pemimpin yang mengharapkan ketekunan dan dedikasi tidak boleh menyerah, bahkan di tengah-tengah kesulitan. 55

6.2.5 Mendorong berfungsinya jantung. Pemimpin hendaknya mampu menemukan cara untuk menghargai anggota dan kelompok untuk mencapai kemajuan dan sukses menuju tujuan bersama. Pemimpin yang efektif akan memberikan pelatihan, umpan balik, dan pengakuan pada anggotanya untuk menunjukkan penghargaan atas upaya mereka. Seperti yang dapat kita pelajari dari karakteristik ini, bahwa mereka tanpa posisi kepemimpinan formal dapat berhasil memimpin orang lain. Kepemimpinan dapat dipelajari, misalnya melalui suatu pelatihan atau memanfaatkan peluang untuk menjadi seorang pemimpin.

Bagaimana jika Anda Tidak Ingin Menjadi Pemimpin? 1) Sesering mungkin tidak hadir pada pertemuan kelompok. 2) Jika hadir di pertemuan, tidak memberikan kontribusi apa-apa. 3) Jika Anda berpartisipasi, banyak di awal diskusi. Menunjukkan pengetahuan tentang segala sesuatu, termasuk kosa kata, kata-kata besar dan jargon teknis. 4) Menunjukkan bahwa hanya mau melakukan yang dianggap harus dilakukan dan tidak lebih. 5) Selama pertemuan membaca koran atau merajut.

7. Membangun kelompok yang efektif


Untuk bisa menjadi efektif, sebuah kelompok harus melakukan tiga hal: mencapai sasaran, mempertahankan hubungan yang baik antar anggota kelompok; dan menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah dari lingkungannya.

Johnson dan Johnson (2008) mengajukan tujuh pedoman untuk membangun kelompok yang efektif. 1. Tetapkan sasaran kelompok yang jelas, operasional dan relevan sehingga menciptakan saling ketergantungan yang positif dan membangkitkan komitment yang tinggi dari setiap anggotanya. Kelompok terbentuk karena alasan: orang-orang ingin mencapai sasaran yang tak dapat dicapainya sendiri. Dalam kelompok yang efektif, sasaran harus dinyatakan dengan jelas sehingga setiap anggota memahami hakikat dari sasaran tersebut. 56

Sasaran harus operasional sehingga anggota kelompok memahami bagaimana cara mencapainya. Sasaran juga harus relevan bagi kebutuhan dari anggota sehingga mereka akan komit untuk mencapainya. Akhirnya, sasaran kelompok marus menciptakan saling ketergantungan yang positif pada anggotanya. 2. Bangun komunikasi-dua-arah yang efektif dalam kelompok dimana setiap anggota dapat mengkomunikasikan gagasan dan perasaannya secara tepat dan jelas. Komunikasi merupakan dasar dari interaksi manusia serta berfungsinya kelompok. Ini sangat penting saat sekelompok orang mengusahakan pencapaian sebuah tujuan bersama. Anggota kelompok harus mengirimkan dan menerima pesan secara efektif agar bisa saling bertukar informasi dan mengirimkan makna dengan tepat. Komunikasi yang efektif juga dapat mengurangi salah pengertian dan perpecahan antar anggota kelompoknya. 3. Pastikan bahwa setiap anggota berkesempatan untuk menjadi pemimpin dan berpartisipasi. Semua anggota kelompok bertanggungjawab untuk menyediakan kepemimpinan. Partisipasi setara dan kepemimpinan memastikan bahwa semua anggota berinvestasi dalam kerja kelpompok, komit untuk menerapkan keputusan kelompok, dan puas dengan keanggotaannya. Dengan berbagi kepemimpinan dan berpartisipasi, memungkinkan kelompok, sebagai suatu kesatuan, menggunakan sumberdaya dari setiap individu, sehingga dapat meningkatkan kekompakan kelompok. 4. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. 5. Pastikan bahwa kekuasaan dibagi di antara anggota kelompok dan bahwa pola pengaruh bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari kelompok. Dalam kelompok yang efektif 57

kekuatan didasarkan pada keakhlian, kemampuan, dan akses pada informasi, bukan pada otoritas ataupun karakter kepribadian. Perebutan kekuasaan di antara anggota kelompok bisa mengalihkan kelompok dari tujuan dan sasarannya, dan akhirnya akan membuat kelompok menjadi tidak berguna. Untuk mencegahnya, setiap anggota kelompok hendaknya memiliki sebagian kekuatan pengaruh pada beberapa bagian dari kerja kelompok. Dengan berkembangnya kelompok dan ditetapkannya sasaran baru,distribusi kekuasaan juga harus berkembang. Untuk itu, anggota kelompok harus membentuk koalisi untuk membantu memenuhi sasaran pribadi anggota atas dasar saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. 6. Sesuaikan prosedur pengambilan keputusan dengan situasinya. Kelompok bisa mengambil keputusan dalam berbagai cara, namun harus ada keseimbangan antara waktu dan sumberdaya yang dimiliki kelompok dengan metode pengambilan keputusan yang dipilih. Misalnya kelompok hukum untuk memutuskan hukuman mati memerlukan keputusan bulat, sedangkan kelompok arisan yang akan memutuskan kapan untuk mengadakan pertemuan berikutnya mungkin tidak. Cara yang paling efektif dalam membuat keputusan adalah berdasarkan Konsensus. Konsensus akan mendorong distribusi partisipasi, pemerataan kekuasaan, kontroversi yang konstruktif, persatuan, keterlibatan, dan komitmen. 7. Melibatkan kontroversi yang konstruktif melalui ketidaksetujuan dan tantangan terhadap kesimpulan dan penalaran satu sama lain, sehingga akan meningkatkan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang kreatif. Untuk membuat keputusan yang efektif, anggota kelompok harus manyajikan alasan terbaik bagi program yang pilihannya serta menganalisis berbagai pilihan lainnya secara kritis. Kontroversi akan gagasan-gagasan dan kesimpulan-kesimpulan bermanfaat bagi kelompok, karena akan meningkatkan pelibatan diri dalam kerja kelompok, kualitas dan kreativitas dalam pengambilan keputusan, serta komitmen untuk melaksanakan keputusan kelompok. Kontroversi juga membantu memastikan pendapat minoristas dan pendapat yang bertentangan

mendapatkan kesempatan untuk didiskusikan dan dipertimbangkan secara serius. 8. Hadapi dan pecahkan konflik secara konstrutktif. Konflik kepentingan bisa terjadi akibat kebutuhan dan tujuan yang tidak selaras, langkanya sumberdaya maupun adanya persaingan. 58

Dalam menangani konflik ini, ada dua kepentingan yang menjadi pertimbangan, tujuan atau sasaran kelompok atau hubungan antar anggota kelompok.Lima strategi dasar bisa digunakan untuk mengangani konflik kepentingan adalah:

Burung hantu (kolaborasi); Strategi burung hantu sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Bila baik tujuan maupun hubungan dianggap sama-sama pentingnya, untuk

menyelesaikan konflik individu akan

memilih pemecahan

masalah negosiasi. Solusi yang dicari dipastikan bahwa ia maupun anggota kelompok lainnya sepenuhnya dapat mencapai tujuannya dan menyelesaikan setiap ketegangan dan perasaan negatif antara mereka yang terlibat konflik. Strategi ini memerlukan langkah yang berisiko, seperti ketika

mengungkapkan suatu pandangan mungkin saja akan mendapat bantahan yang cukup keras. Boneka beruang (akomodasi). Dalam strategi boneka beruang hubungan dianggap sangat penting, sedangkan tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung menggunakan strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan

59

orang lain, cenderung lebih mempertahankan kualitas hubungan dan cenderung akan mengorbankan tujuannya sendiri. Cara ini dapat saja dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila kualitas hubungan tidak dijaga akan lebih berdampak buruk. Hiu (konfrontasi). Strategi Hiu menganggap hubungan tidak penting sedangkan tujuannya sangat penting, oleh karena itu individu ini akan mencoba untuk mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk menyerah sehingga ia dapat

mencapai tujuannya. Hiu berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memaksa atau membujuk yang lain hingga berhasil. Strategi penyelesaian konflik yang dilakukan dengan gaya hiu yaitu dengan memenangkan, melalui ancaman, agresi fisik dan verbal, hukuman-hukuman, atau tindakan-tindakan lain yang merugikan orang lain sekalipun akan berdampak terganggu atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang terlibat konflik dengannya itu. Rubah (kompromi). Rubah menganggap tujuan dan

hubungan dengan anggota kelompok lainnya sama-sama cukup penting. Ketika baik tujuan dan hubungan dianggap sama pentingnya, dan tampaknya bahwa dirinya dan anggota kelompok lain yang terlibat konflik dengan dirinya tidak mungkin memperoleh sepenuhnya apa yang diinginkan, dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, orang dengan gaya rubah merasa perlu untuk menyerahkan sebagian dari tujuannya dan sedikit mengorbankan hubungannya kepada anggota kelompok lainnya yang terlibat konflik dengan dirinya . Dengan kompromi, kedua belah pihak bertemu di tengah sehingga masing-masing mendapat setengah, atau dengan cara membalik koin untuk menentukan penyelesaian konfliknya. Kompromi sering digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya. Yang perlu diingat asdalah strategi ini hanya menghasilkan penyelesaian sementara, masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Kura-kura (menghindar). Seperti kura-kura apabila merasa terancam, akan menarik diri ke dalam

cangkangnya, demikian pula orang dengan gaya kura-kura 60

apabila terlibat konflik dengan orang lain cenderung menarik diri menghindari konflik. Ia tidak mementingkan hubungannya dengan orang lain dan tujuannya tidak akan tercapai. Ketika tujuan tersebut adalah tidak penting dan Anda tidak perlu menjaga hubungan dengan orang lain, gaya kura-kura ini dapat dipilih. Atau kadang-kadang untuk sementara waktu menghindar atau menarik diri dari konflik sampai keadaan emosi masing-masing yang terlibat sudah lebih stabil dan sudah berhasil mengendalikan perasaannya. Anggota kelompok yang efektif akan menghadapi konflik dan terlibat dalam mengatasi konflik tersebut dengan cara negosiasi integratif. Jika negosiasi gagal, mediasi dapat terjadi. Apabila konflik berhasil diselesaikan secara konstruktif, efektivitas kelompok akan meningkat. Oleh karena itu konflik merupakan aspek penting dan sangat diperlukan guna meningkatkan efektivitas kelompok.

Daftar Pustaka
Ford, Wendy S. Zabava, and Andrew D. Wolvin (1993). "The Differential Impact of a Basic Communication Course on Perceived Communication Competencies in Class, Work, and Social Contexts." Communication Education, 42(3), 215-23. [EJ 463 803]

Gazzaniga, Michael S. 2008. Human, the science behind what make us unique. HarperCollons e-books

Janasz Suzanne C., Karen O. Dowd, dan Beth Z. Schneider. 2009. Interpersonal Skills in Organizations. Third Edition. McGraw-Hill International Edition Co., New York. Johnson David W. & Frank P. Johnson. 2006. Joining Together. Group Theory and Group Skills. Ninth Edition. Pearson Education, Inc., Boston. King, Laura A. 2011. The science of Psychology. New York: MacGraw-Hill. ISBN: 978-0-07122154-2 Kouzes J.M. dan B.Z. Posner. 1993. Credibility: How leaders Gain and Lose It. Why People Demand It. Jossey-Bass. San Francisco. MacLean, Paul D. 1990 The Triune Brain in Evolution: Role of Paleocerebral Functions, New York: Springer. 61

Morreale, S.P., Osborn, M.M., & Pearson, J.C. (2000). Why communication is important: A rationale for the centrality of the study of communication. Journal of the Association for Communication Administration, 29, 1-25. M.Kur. Leaders Everywhere! Can a Broad Spectrum of Leadership Behaviours Permeate an Entire Organization? Leadership and Organization Development Journal 18 (1997). Robbins, Stephens. P. 2003. Organizational Behaviour 9th ed. San Diego State University Prentice Hall International, Inc. Rubin, R.B., Perse, E.M., & Barbato, C.A., 1988. Conceptualization and measurement of interpersonal communication motives. Human Communication Research.

Tieger, Paul D. & Barbara Barron-Tieger. 2001. Do what you are, thierd ed. Boston: Little Brown Company. Weiten, W. et al.2009. Psychology applied to modern life.Belmont: Wadsworths Cengage Learning.

_____________http://www.buzzle.com/articles/four-types-of-communication.html, diunduh 26 Juni 2011

62

BAB III MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN


Rosa Diniari

Bab III ini merupakan bagian dari buku ajar yang berjudul Manusia, Kelompok, dan Masyarakat. Peran individu dalam masyarakat atau peran masyarakat terhadap individu menjadi penting untuk dibahas mengingat salah satu sasaran pembelajaran dalam pembinaan karakter di MPKT adalah Mahasiswa mampu membedakan/menggambarkan mengenai keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat, yang diharapkan pada gilirannya mahasiswa akan dapat hidup, berperan-serta dan diterima sesuai dengan harapan masyarakat together). Dalam bab ini aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena masyarakatlah yang menghasilkan kebudayaan. Tanpa masyarakat, kebudayaan tidak akan terbentuk. Kebudayaan memang milik masyarakat, bukan milik individu. Oleh karena itu aspek masyarakat dan kebudayaan dibahas dalam satu kesatuan. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang anggotanya saling berhubungan satu sama lain. Kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang terorganisasi yang menjadi pegangan bagi masyarakat tertentu.1 Masyarakat yang hidup berdampingan dapat memiliki kebudayaan yang mirip, tapi bisa juga berbeda. Misalnya, masyarakat etnis Sunda dan etnis Baduy, ke dua etnik ini hidup berdampingan memiliki bahasa, kepercayaan dan symbol yang mirip. Disisi lain. etnis Sunda dan etnis Betawi memiliki bahasa, kepercayaan, simbol dan kebudayaan yang berbeda, walaupun tinggal berdekatan secara geografis. (The Four Pillars Of Education, learn to live

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1984. Sociology, ed kelapan. Michigan: McGraw-Hill. Terjemahan dalam bahasa Indonesia, Sosiologi. Diterjemahkan oleh Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Penerbt Erlangga. 1993.Halaman 59.

63

1. Pengertian Masyarakat dan Kebudayaan


Kata society berasal dari bahasa Latin societas diartikan sebagai hubungan persahabatan antara satu dengan lainnya. Societas merupakan turunan dari kata socius yang berarti teman atau kerabat, erat kaitannya dengan kata sosial. Dalam bahasa Arab, masyarakat disebut musyarak yang artinya adalah suatu jaringan berbentuk hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Jadi, masyarakat mengacu pada sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Kata kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi. Secara harfiah budi atau akal diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris adalah culture berasal dari bahasa Yunani culere, yang berarti mengerjakan tanah. Jadi, dari kedua asal kata kebudayaan tersebut dapat dikatakan bahwa untuk melakukan tindakan dan berperilaku, manusia akan menggunakan akalnya. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski berpendapat bahwa kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, karena segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, yang disebut dengan istilah Cultural-Determinism. 2 Determinisme budaya adalah suatu keyakinan bahwa budaya menentukan perilaku individunya. Hal ini mendukung teori bahwa pengaruh lingkungan lebih dominan dibandingkan dengan warisan biologis/genetika. Perilaku individu merupakan perwujudan warisan biologis, namun di lain sisi lingkungan budaya dan masyarakat juga ikut menentukan. Mana yang lebih menentukan antara keduanya? Paham Cultural-Determinism mengatakan bahwa lingkungan budayalah yang lebih banyak berperan. Seseorang yang dilahirkan dari keluarga Tapanuli pada dasarnya memiliki logat tegas dan karakter yang keras.3 Kemudian anak Tapanuli itu dibesarkan dalam lingkungan keluarga jawa di kota Solo. Hasilnya akan terbentuk perilaku halus, lembut yang sudah menjadi stereotip orang Jawa pada umumnya.

Melville J. Herskovits dan Bronislaw dalam Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
3

Ini merupakan stereotipe yang umum.

64

Dalam kasus ini budaya Solo lingkupan tempat ia dibesarkan akan lebih besar pengaruhnya dalam menentukan perilakunya. Menurut William Kornblum 4 istilah masyarakat mengacu pada populasi orang (mahluk sosial lainnya) yang diselenggarakan dengan besama-sama untuk menjalankan fungsi utama kehidupan, termasuk reproduksi, nafkah, tempat berlindung, dan pertahanan. Fokus dari masyarakat lebih pada adanya hubungan timbal balik antara anggota populasi. Ralph Linton berpendapat mengenai masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir. Kesamaan pemikiran, perasaan, sistem dan aturan yang sama mendasari interaksi di antara mereka. Masyarakat merupakan kelompok yang terdiri dari individu-individu yang tinggal dalam wilayah geografis tertentu yang terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling membutuhkan dan saling tergantung satu sama lain. Definisi Kornblum ini lebih menekankan pada adanya beberapa persamaan dalam kehidupan bersama yang terorganisasi, sedangkan definisi Ralph Linton lebih menekankan pada kehidupan dan tempat tinggal dalam suatu wilayah geografis yang sama. Kebudayaan menurut William H. Haviland, 5 adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua masyarakat. Kupper menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok. Dari definisi-definisi mengenai kebudayaan, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dalam bentuk: 1) kebudayaan nonmateri seperti ideologi, religi, gagasan, tindakan, seperangkat peraturan, norma, moral, hukum, adat istiadat, pengetahuan, kepercayaan, kesenian. 2) kebudayaan materi yaitu teknologi dan berbagai benda seni (artefak) 3) secara keseluruhan merupakan pedoman yang mengarahkan para anggotanya dalam bersikap dan berperilaku serta merupakan ciri khas suatu masyarakat.
4

Kornblum, Sociology In A Changing World . Rinehart and winston. Page 59

William A. Haviland,Harald E. L. Prins,Dana Walrath,Bunny McBride. 2008. Cultural Anthropology: The Human Challenge. Belmont: Thomson Wardworth, halaman 324.

65

1.1 Hubungan Individu dan Masyarakat Individu merupakan bagian terkecil yang membentuk masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok sosial yang terdiri dari individu-individu, tinggal dalam wilayah geografis tertentu, terorganisasi secara sistemik, satu dengan yang lain saling membutuhkan. Mereka hidup dalam keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, mereka tergabung membentuk kelompok dan masyarakat. Keluarga dalam hal ini merupakan unit masyarakat terkecil karena anggotanya terdiri dari sejumlah kecil individu. Sekalipun disebutkan bahwa setiap individu memiliki ciriciri yang berbeda satu dengan lainnya, atau unik, tetapi individu tersebut akan memiliki ciriciri/karakteristik dan perilaku yang sama dengan kelompok dimana dirinya menjadi anggota. Dalam keluarga, anak-anak memiliki kesamaan secara biologis karena mereka berasal dari keturunan yang sama, seperti warna kulit, bentuk mata, cara berbicara, dll. Persamaan secara psikologis dan sosiologis terbentuk karena mereka diasuh, dibesarkan, dan disosialisasikan bersama-sama dalam keluarga.

1.2 Berbagai Pandangan Mengenai Individu dan Masyarakat Hubungan antara individu dan masyarakat menarik untuk dibahas karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Mana yang lebih penting? Manusia atau masyarakat? Apakah manusia dan masyarakat sama pentingnya? Topik itu merupakan bahan diskusi yang menarik untuk dibahas. Ada tiga pendapat yang menyatakan hal tersebut.

1.2.1 Pentingnya Masyarakat bagi Individu Keberadaan masyarakat sudah lebih awal dahulu sebelum individu. Oleh karena itu, masyarakat tumbuh bebas, berdiri sendiri dibawah hukum alam dan tidak berada dalam tanggung jawab individu yang menjadi anggotanya. Berarti masyarakat tidak terikat pada keberadaan individu. Pandangan ini lebih menekankan bahwa masyarakat lebih penting daripada individu. Menurut pandangan kolektif,6 masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme, kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat.

Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud

66

Individu tidak memiliki kebebasan dalam menentukan arah pertumbuhan masyarakat. Masyarakat mengatur secara individu untuk kepentingan kolektif. Individu dalam perkembangannya ditentukan oleh masyarakat. Pada dasarnya setiap individu lahir dan berkembang dalam masyarakat. Individu dilahirkan dalam kondisi yang lemah, tergantung kepada orang lain, dan yang paling dekat adalah dengan keluarganya. Masyarakat mempengaruhi individu dalam membentuk perilakunya melalui sebuah proses yang disebut sosialisasi. Dari mahluk biologis yang perilakunya digerakkan oleh naluri semata menjadi mahluk sosial yang dapat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sosialisasi merupakan proses belajar yang dialami oleh individu mengenai aturan-aturan yang terdapat dalam masyarakat, agar ia dapat hidup dan menyesuaikan diri dalam masyarakat. Proses ini disebutkan oleh Peter Berger sebagaimana sebuah proses memasukkan masyarakat ke dalam diri individu. Sosialisasi tidak hanya pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi berlangsung terus dalam perkembangannya menuju dewasa, menjadi tua. Seorang individu terus memerlukan orang lain dalam berinteraksi dan membangun perilakunya agar supaya ia dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat. Dalam menyesuaikan diri dalam kelangsungan hidupnya, manusia saling membutuhkan sesamanya. Hal ini disebabkan karena kepentingan, keinginan, cita-cita masyarakat, berada diatas kepentingan, keinginan, cita-cita individu. 1.2.2 Arti Penting Individu bagi Masyarakat Berbeda dengan pandangan Peter L. Berger mengenai aspek masyarakat lebih penting daripada individu, Talcott Parsons melihat arti penting individu dalam membentuk masyarakat. Keberadaan individu merupakan komponen lebih penting dibandingkan masyarakat, karena individulah dalam kumpulan-kumpulannya yang membentuk masyarakat. Karakter individu menentukan corak karakter masyarakatnya. Sifat-sifat individu sebagai anggota masyarakat merepresentasikan corak masyarakat tersebut. Misalnya individu yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik, begitupula sebaliknya. Setiap individu dalam masyarakat menentukan karakter masyarakat tertentu, misalnya berpotensi korup, banyak melakukan kekerasan, atau masyarakat yang memiliki tingkat integritas pada bangsa dan memiliki tingkat keimanan yang baik.7 Contoh: Individu yang memiliki moral yang baik akan membawa masyarakatnya ke arah yang baik, walaupun ada juga individu yang bermental buruk,

(http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011).

67

tidak berarti kontribusinya akan melahirnya masyarakat yang buruk, bahkan ini merupakan pemicu perubahan ke arah masyarakat yang lebih baik. Menurut paham individualistik 8 , setiap individu dapat saja menumbuhkan sifat-sifat individualistik, dalam hubungannya dengan masyarakat, yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai individu. Individualisme merupakan paham yang menyatakan kepentingan dan kebutuhan individu lebih penting daripada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu menentukan masyarakat seperti apa yang diinginkan dan sesuai dengan tujuannya. Paham individualisme juga disebut atomistik 9 merujuk pada hubungan antara individu seperti halnya hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Atom merupakan unsur terkecil yang tidak dapat dibagi lagi. Atomistik tersebut di atas merupakan analogi sosiologi. Parsons melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial terdiri dari perilaku-perilaku individu yang beragam ketika berinteraksi secara tetap (ajeg) dengan individu lainnya dalam lingkungan fisik tertentu. 1.2.3 Individu dan Masyarakat Sama Pentingnya. Hubungan antara individu dan masyarakat dikonsepsikan oleh Herbert Spencer dalam Margaret H Poloma (1979)10. Masyarakat sebagai struktur sosial maupun individu sebagai mahluk biologis sama-sama mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan individu sebagai mahluk biologis seiring dengan pertumbuhan struktur sosial. Semakin besar dan kompleks struktur sosial, semakin banyak dan rumit pula bagian-bagian organ tubuhya. Demikian pula halnya dengan sistem organ biologis individu yang tumbuh kembang menjadi semakin dewasa, sehingga bagian yang tumbuh di dalam organ biologis dan sosial masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Misalnya, ginjal memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dengan paru-paru; demikian juga halnya dengan keluarga sebagai bagian dari struktur sosial memiliki fungsi yang berbeda sistem pendidikan, sistem politik dan ekonomi. Di antara masing-masing organ tubuh terjadi keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain sehingga masalah dari organ tertentu akan mmpengaruhi organ yang lain.

8 9

Peter Jarvis dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning In The Sosial Context. London: Taylor & Francis, 1987. K. Bertens. 1999. Sejarah Fislasafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Poloma, Margaret M. Contemporary Sociological Theory. Macmillan Publishing ... 1991.

10

68

Dalam masyarakat sebagai sistem sosial, perubahan sistem ekonomi dalam masyarakat akan mempengaruhi pada sistem politik, pendidikan, keluarga dan lainnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan sebagai organisme hidup yang alamiah. Gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam, yang mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian dari sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem sosial yang lebih luas. Dari berbagai definisi yang dirumuskan oleh beberapa tokoh, disimpulkan oleh W.F.Connell (1972) 11 bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan menyosialisasikan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.

2. Individu dan Kebudayaan


Sebagai makhluk budaya, individu diartikan sebagai makhluk yang memiliki pikiran atau akal

budi (Pusat Bahasa Diknas, 2001: 169). Makhluk budaya mempunyai tingkatan lebih tinggi karena
selain mempunyai ciri-ciri sebagaimana makhluk hidup yang disebutkan di atas, juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya yang didapatkan mel alui proses belajar secar terusmenerus.

Dengan menggunakan buddhinya, manusia mengembangkan kebudayaan, baik kebudayaan materi, maupun kebudayaan nonmateri. Kebudayaan diciptakan karena berfungsi untuk melindungi diri terhadap alam mengatur dan hubungan antar manusia. Ada dua bentuk kebudayaan. Kebudayaan nonmaterial dalam bentuk gagasan/idea, dongeng, lukisan, legenda
11

Wuradji MS.1988. Pendidikan Dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan : sebuah pendekatan sosio-antropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud

69

rakyat, dan lagu atau tarian tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, sedang kebudayaan material adalah semua ciptaan yang dapat diamati dengan pancaindera, dihasilkan oleh individu dan masyarakat dalam bentuk nyata/konkret. Teknologi atau kebudayaan kebendaan berupa senjata, rumah, televisi, pesawat terbang, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. makanan dan minuman, perhiasan, temuanhasil penggalian arkeologi merupakan hasil kebudayaan material. Hasil-hasil kebudayaan ini berguna untuk melindungi individu dan masyarakat terhadap lingkungannya seperti bencana alam dan lingkungan sosial sebut saja peperangan. Manfaat dari kebudayaan yang diciptakan oleh manusia untuk membuat kehidupan menjadi efisien dan efektif. Memasak nasi menggunakan mesin penanak nasi (hasil kebudayaan materi), membuat pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer (hasil kebudayaan materi) membuat pekerjaan

manusia lebih sistematis, memasarkan produk-produk melakui internet (hasil kebudayaan nonmateri) lebih efektif. Secara keseluruhan fungsi dari kebudayaan adalah sebagai pedoman bagi manusia dalam bertingkah laku. Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa nilai merupakan salah satu elemen kebudayaan. Bagaimana individu dan masyarakat berorientasi pada nilai budaya nya sangat berbeda di setiap masyarakat. Sistem nilai budaya dalam masyarakat berkaitan dengan lima masalah pokok kehidupan manusia berlaku universal, seperti Hakikat hidup manusia (MH), Hakikat karya manusia (MK), Hakikat waktu manusia (MW), Hakikat alam manusia (MA), Hakikat hubungan manusia (MM). Untuk memudahkan memahami sistem nilai budaya ini, kita dapat mempelajari secara terinci kerangka Kluckhohn12 . a. Hakikat hidup manusia (MH) Setiap kebudayaan memiliki persepsi terhadap hakikat hidup yang berbeda, ada yang menerima (nrimo), pasrah, menganggap hidup ini untuk mati, ada juga yang menganggap hidup ini sangat tergantung pada nasib, ditentukan oleh yang Kuasa dan prihatin. Masyarakat lain menyambut hidup sebagai sebuah kebahagiaan, hidup sebagai suatu hal yang baik, harus diisi dan ditentukan oleh upaya manusia sendiri. b. Hakikat karya manusia (MK)

12

Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

70

Hakikat terhadap karya manusia dalam setiap kebudayaan berbeda-beda, ada yang beranggapan bahwa karya untuk hidup mencari makan, ada masyarakat yang memandang karya untuk mendapatkan kedudukan, harta dan kehormatan. Masyarakat industri, menganggap karya merupakan kepuasan untuk hasil kerja dan untuk meningkatkan hasil karya berikutnya. c. Hakikat waktu manusia (MW) Hakikat untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lalu, ada pula yang berpandangan untuk masa lalu yang jaya dan masa kini, dan ada juga yang berorientasi pada masa depan. d. Hakikat alam manusia (MA) Ada kebudayaan yang menganggap manusia pada masyarakat industri mengeksploitasi alam, memanfaatkan alam semaksimal mungkin, dan menundukkan demi kepentingannya.

Kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus harmonis dan selaras dengan alam. Dalam masyarakat agraria, manusia biasanya menyerah, bahkan tunduk kepada alam. e. Hakikat hubungan manusia (MM) Hubungan manusia dengan manusia, diatur secara horizontal juga secara vertikal. Pada masyarakat pertanian tradisional, hubungan mengacu pada para sesepuh atau penghormatan oleh yang muda kepada yang lebih tua. Pada masyarakat industri, hubungan berorientasi kepada tokoh-tokoh yang lebih berprestasi, lebih kompeten, mandiri, dan individualistis. Sistem nilai budaya merupakan abstraksi dari adat-istiadat dari yang merupakan konsepkonsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat. Lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya ini sangat berharga dan paling penting dalam hidup sehingga berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan warga masyarakat.

3. Masyarakat sebagai Tatanan/Struktur Sosial dan sebagai Sistem Sosial


3.1 Masyarakat sebagai struktur sosial. Struktur secara harfiah diartikan sebagai susunan atau tatanan. Struktur dapat berbentuk susunan fisik dari benda-benda mati, seperti struktur kamar tidur yang terdiri dari meja, kursi, lemari baju, tempat 71

tidur, dll. Selain itu dapat pula berwujud susunan sosial yang terdiri dari kumpulan individu berada dalam kelompok-kelompok sosial, misalnya struktur keluarga yang terdiri ayah, ibu, anak-anak, nenek, kakek, paman, dll. Tatanan yang terdiri dari individu dalam kelompok-kelompok yang berinteraksi secara teratur dan berpola dikenal dengan istilah struktur sosial. Dengan demikian struktur masyarakat berupa susunan berbagai kelompok-kelompok, institusi sosial dalam masyarakat yang saling tergantung, saling terkait dan berhubungan secara teratur. Secara konseptual, struktur sosial menekankan pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antar kelompok dalam masyarakat (Kornblum). Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah hubungan-hubungan di antara kelompok pegawai perusahaan swasta, kelompok pegawai negeri sipil, kelompok tentara, kelompok guru, dan kelompok siswa, kelompok pedagang, kelompok penjual, kelompok pembeli, dll. Ada dua konsep penting yang terkait dengan struktur sosial, yaitu status dan peran 13. 3.1.1. Status Status atau kedudukan adalah pencerminan hak dan kewajiban dalam tingkah laku manusia. Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah seperti yang tersebut di bawah ini. a. Ascribed status yaitu status yang diberikan kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antarindividu yang dibawa sejak lahir; misalnya status sebagai laki-laki dan perempuan, status kebangsawanan, status sosial dengan etnis sunda, batak, jawa yang sudah inherent. b. Achieved status yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang harus diraih melalui usaha pribadi dan persaingan; misalnya status sebagai mahasiswa berprestasi, sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dll. 3.1.2 Peran/role

Peran/role merupakan aspek yang dinamis dari suatu status atau kedudukan. Jika seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, ia telah menjalankan peranannya. Peran/role adalah tingkah laku yang diharapkan dari peran, misalnya peran

13

Ralph Linton:1968. The Study of Man: An Introduction. New York: Appleton-Century.

72

mahasiswa: belajar dengan baik, menaati aturan akademik, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Status sebagai ibu memiliki peran memasak, bekerja, kegiatan sosial, dll. Konflik peran timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau lebih yang dimilikinya. Umumnya konflik timbul karena peranan-peranan itu saling bertentangan. Contohnya seorang ibu berstatus guru dan di kelasnya ada anaknya sebagai murid. Dalam peranannya sebagai guru, ia menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dikelas termasuk anaknya. Melatih siswa menjadi mandiri, jujur dalam mengerjakan tugas, dlsb. Ketika di rumah, peran sebagai ibu menyediakan keperluan anaknya, termasuk diantaranya mengajarkan dan membantu membuat tugas untuk anaknya. Peran yang berbeda ketika di kelas melatih kemadirian anak, tapi di rumah perannya membantu membuat tugas anaknya. Disini tampak ada konflik peran antar di kelas dan di rumah. 3.2 Masyarakat sebagai sistem sosial. Sistem merupakan suatu kumpulan unsur terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung, saling mempengaruhi, saling terikat, berkerjasama melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efesien. Tubuh manusia sebagai mahluk biologis, merupakan suatu sistem, yang terdiri atas organ-organ tubuh meliputi jantung, paru-paru, otak, mata, lambung, limpa, pankreas, ginjal, hati, usus, kulit, saluran urin, tulang yang masing-masing menjalankan fungsinya. Walaupun masing-masing organ tubuh menjalan fungsinya yang berbeda, ada keterkaitan dan pengaruh bahkan tergantung satu dengan lainnya. Satu organ tubuh mengalami kerusakan akan mengganggu organ tubuh lainnya. Contoh, dilihat dari strukturnya mulut, lambung, usus, anus merupakan bagian-bagian dari struktur anatomi tubuh khususnya untuk pencernaan yang terdapat di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan makanan14 ada di sepanjang saluran pencernaan, dari mulut ketika makanan masuk kemudian ke lambung dimana makanan dihancurkan. Organ usus menyerap sari makanan yang ada, akhirnya anus mengeluarkan sisa makanan.. Dilihat dari sistemnya, ke empat organ tadi merupakan sistem pencernaan yang masing-masing berfungsi sendiri, tetapi ada hubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Satu bagian yang akan mempengaruhi keseluruhan sistem.
14

Christine Taylor-Butler. The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education - Scholastic Inc.

73

Katakanlah kalau kita sakit gigi, masalah dimulut membuat tidak nafsu makan, sehingga, mengganggu lambung, dst. Talcott Parsons menganalogikan sistem organ tubuh dengan sistem yang ada dalam masyarakat sebagai sistem sosial, dimana kehidupan sosial berlangsung. Sistem sosial dilihat sebagai suatu keseluruhan terdiri dari bagian-bagian yang saling terikat dalam suatu pola keteraturan tertentu (struktur sosial) masing-masing bagian memiliki fungsi yang khas untuk menunjang keberlangsungan hidup (survival) dari sistem itu. Institusi keluarga sebagai bagian dari sistem sosial memiliki fungsi yang berbeda dengan institusi pendidikan, politik dan ekonomi. Di antara masing-masing institusi ada keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain sehingga masalah yang muncul dari salah satu institusi sosial tertentu akan mempengaruhi institusi yang lain. Arus globalisasi menuntut kebijakan politik dan ekonomi untuk membuka peluang dalam memasuki pasar bebas. Berarti lapangan kerja memerlukan tenaga terampil, yang mampu bersaing baik pada tingkat regional, nasional maupun internasional. Institusi pendidikan berbenah diri untuk menghasilkan lulusan untuk memenuhi permintaan dunia kerja. Di samping itu, tenaga kerja perempuan lebih banyak memenuhi pasar kerja, berdampak posisi tawar perempuan lebih baik terhadap laki-laki dalam keluarga. Secara umum dapat dilihat bahwa angka perceraian meningkat dan terjadi disorganisasi keluarga. Saling mempengaruhi dan keterkaitan dalam masyarakat merefleksikan bahwa sisitem sosial bekerja. Perubahan sistem ekonomi akan mempengaruhi pada sistem ketenagakerjaan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dianalogikan sebagai organisme hidup yang alamiah dimana gejala sosial dijelaskan berdasarkan hukum alam, yang mengatur perkembangan fisik dan sosial manusia. Di samping itu individu sebagai bagian dari sistem mempunyai peranan yang cukup berarti bagi masyarakat yang merupakan sistem sosial yang lebih luas.

4. Bentuk-bentuk Masyarakat
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan dimulai dari masa lampau dan terus berlangsung sampai saat sekarang ini dan terdapat berbagai bentuk masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan 74

yang terjadi secara global. Tetapi, ada pula masyarakat yang berkembang dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri. Perbedaan bentuk masyarakat tergantung pada kriteria apa yang digunakan. Berdasarkan kriteria geografis, masyarakat dibedakan menjadi masyarakat desa dan kota. Berdasarkan kriteria interaksi dan solidaritas masyarakat, dibagai ke dalam masyarakat yang terikat oleh solidaritas mekanis dan masyarakat yang terikat pada solidaritas organis (Emile Durkheim). Dilihat dari tingkat rasionalitas masyarakat, Max Weber membagi masyarakat tradisional dan masyarakat rasional. Perbedaan masyarakat yang akan diuraikan berikut ini mengacu pada gagasan Gerhard lenski15, dibedakan berdasarkan teknologi yang digunakan, dibagi atas lima macam.

4.1 Masyarakat berburu dan pengumpul makanan. Masyarakat ini berburu binantang dan mengumpulkan tanaman untuk dikonsumsi dengan menggunakan perkakas yang sederhana. Mereka tidak menanam atau berternak, Ketika tanaman dan binatang mulai habis, mereka berpindah ke tempat yang baru. Berpindah-pindah ke tempat perburuan disebut nomadik. Mereka berada dalam kelompok yang kecil, belum ada pembagian kerja yang rumit, hanya membagi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin: laki-laki berburu binatang dan perempuan mengumpulkan sayuran untuk dikonsumsi. 4.2 Masyarakat penggembala dan hortikulura Masyarakat yang tadinya berburu hewan mulai memelihara dan berternak hewan yang diperlukan, sehingga disebut masyarakat pastoral. Para perempuan yang mengumpulkan sayuran mulai bercocok tanam tumbuhan-tumbuhan yang diperlukan, dengan menggunakan peralatan tangan yang sederhana. Ini disebut masyarakat hortikultur. Pada masyarakat ini, apa yang mereka tanam dan ternak sudah dapat dipanen dan kadang-kadang ada kelebihan/surplus. Di masa ini, populasinya pun berkembang menjadi ratusan. Sudah tampak ada pembagian kerja yang lebih jelas. 4.3 Masyarakat agraria Masyarakat agraria berkembang menjadi suatu pekerjaan yang lebih terdifrensiasi, tetapi lebih jelas pembagian kerjanya, karena ada beberapa pekerjaan yang berbeda. Di lahan pertanian misalnya,
15

dari

persemaian,

pengolahan

lahan,

penanaman,

pemupukan,

penyiangan,

Macionis, Introduction to Sociology (13th edition). Pearson New Jersey. 2010

75

pengendalian, pemberantasan hama dan penyakit serta panen, beberapa jenis pekerjaan mulai menggunakan tenaga hewan atau sumber tenaga air/uap. Teknologi yang digunakan adalah bajak, tenaga manusia dan tenaga hewan. Mulai terjadi segregasi/pemisahan pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki, seperti pesemaian, penanaman, panen dikerjakan oleh perempuan, selebihnya dikerjakan oleh petani laki-laki (Aida Vitayala, 2004). Walau terjadi pemisahan pekerjaan, keutuhan keluarga tetap terjaga, keluarga menjalani fungsi produksi dan konsumsi sekaligus yang sering disebut petani subsisten, bagi mereka yang memiliki surplus/kelebihan panen dapat memasarkan hasil pertaniannya. 4.4 Masyarakat Industri Pada masyarakat ini, memproduksi barang dengan menggunakan sumber energi berubah dengan penggunaan mesin-mesin besar. Pada tahap ini masyarakat mulai berubah dengan cepat. Pekerjaan berpindah dari rumah ke pabrik, demikian pula dengan perempuan yang biasanya mengerjakan pekerjaan di rumah tangga, kini bekerja di pabrik karena mendapatkan imbalan dalam bentuk uang. Dengan demikian, pertumbuhan pabrik mengikis nilai-nilai tradisional, kepercayaan, dan adat istiadat. Kemakmuran dan standar kehidupan masyarakat meningkat. Industrialisasi menyediakan banyak kenyamanan dengan dikembangkannya media transportasi dan komunikasi yang canggih. Pendidikan dan kesehatan menjadi kebutuhan yang penting. Spesialisasi pekerjaan meningkatkan tumbuh dengan pesat pendidikan keterampilan karena kebutuhan pasar. Keluarga yang tradisional kehilangan arti pentingnya dan muncul dalam berbagai bentuk. Pada tahap awal industrialisasi, standar hidup kebanyakan orang meningkat, sementara kemiskinan terus menjadi masalah serius sehingga kesenjangan sosial ikut naik. Tuntutan partisipasi politik juga meningkat. 4.5 Masyarakat Pascaindustri Masyarakat pascaindustri menekankan pada teknologi yang mampu mendukung ekonomi berbasis informasi. Pada tahap ini, terjadi perpindahan dari produksi industri yang selama ini menggunakan mesin-mesin besar menjadi pekerjaan yang lebih efisien dengan penggunaan komputer dan teknologi untuk memproses pengolahan informasi yang relevan. Jumlah populasi menjadi semakin meningkat, dan pembagian pekerjaan pun semakin kompleks. Jaringan

76

informasi dunia penghubung masyarakat dapat memunculkan masyarakat dan kebudayaan global.

5. Masyarakat Desa dan Kota


Dilihat dari batas-batas geografinya masyarakat dibedakan menurut masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Berbicara tentang desa dan kota ada perbedaannya dilihat dari dimensi ruang, fisik, dan ekologi. Desa memiliki ruang kerja lebih terbuka dibandingkan kota. Musim dan cuaca di desa sangat menentukan kegiatan masyarakatnya, sedangkan kehidupan di kota hampir tidak dipengaruhi oleh keadaan alam. Antara rumah dan tempat kerja di desa jaraknya berdekatan, sedang di kota jauh sehingga membutuhkan transportasi. Jarak rumah-rumah di desa cenderung berdekatan dalam jumlah kecil, sedang di kota bervariasi dalam kluster menurut kelas sosialnya. Rumah-rumah berhimpitan terdapat pada daerah padat penduduk, yang berasal dari kelas bawah, rumah besar-besar dengan jarak yang tidak mengganggu privasi penghuninya, berada di daerah elit. Perbedaan desa dan kota secara fisik akan mempengaruhi aspek sosial budaya dari masyarakat pedesaan dan perkotaan. Dari apek satuan produksi, masyarakat di desa cenderung homogen dalam hal mata pencaharian dan keahliannya. Masyarakat kota lebih heterogen dalam bidang-bidang pekerjaan dan sangat spesifik. Dari segi satuan sosialnya, interaksi sosial masyarakat di desa terjalin kuat, hidup bertetangga merupakan hidup keseharian, begitu keluar rumah tegur sapa dengan tetangga sudah menjadi kebiasaan. Hubungan antar tetangga seperti layaknya saudara, karena mereka sering saling membantu. ini disebabkan karena masyarakat pedesaan masih menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, adat dan budaya yang berlaku. Dalam masyarakat kota interaksi sosial yang terjalin tampak kurang kuat karena daya saing yang tinggi di perkotaan membuat masyarakat cenderung individualis. Hubungan tetangga pada kelas menengah dan atas tampak ketika penghuninya hanya keluar rumah saat akan kerja, berkunjung ke tetangga jarang dilakukan, kalau ada pada saat tertetnu seperti arisan, 17 Agustusan, dan hari raya keagamaan. Demikian pula dengan kontrol sosial pada masyarakat pedesan masih terikat pada adat dan tradisi, pada masyarakat kota pengendalian sosial sudah menggunakan hukum-hukum formal, sekalipun masalah ketetanggaan, diseleaikan secara hukum. Sifat masyarakat desa

77

terbiasa dengan gotong royong, di kota masyarakat hanya bergotong royong pada saat-saat tertentu.. Mobilitas sosial masyarakat desa lebih stabil daripada masyarakat di kota. Masyarakat desa cenderung resisten terhadap inovasi, perubahan, karena mereka masih berpegang pada adat istiadat dan tradisi nenek moyang, sedang pada masyarakat kota lebih dinamis, dan mudah menerima perubahan dan pembaharuan karena kebutuhan hidup mereka.

6. Hubungan Masyarakat dengan Kebudayaan


Berdasarkan hal yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa manusia dan masyarakat, demikian pula sebaliknya. Masyarakat dan kebudayaan apabila tidak berkembang akan mengalami kepunahan. Manusia dan masyarakatlah yang mampu menghasilkan serta mengembangkan kebudayaan, maka manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang utuh. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Culture, "that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society"16 Karena kebudayaan adalah cara berpikir, cara-cara bertindak dan benda-benda material yang berasal dari cara hidup manusia, maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah pandangan hidup/the way of life 17. 6.1 Elemen Kebudayaan Kebudayaan memiliki beberapa elemen yang disosialisasikan kepada anggota masyarakat agar supaya dapat beradaptasi dalam masyarakat. Menurut Macionis elemen-elemen kebudayaan tersebut adalah18 yang tersebut dan diuraikan di bawah ini.

16 17

Tylor, Edward B. 1924. Primitive Culture. 2 vols. 7th ed. New York: Brentano's. Ibid. Macionis 18 Ibid

78

6.1.1 Simbol Simbol didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaknai tertentu diakui oleh orang-orang yang memiliki kebudayaan sama. Simbol digunakan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pemaknaan terhadap simbol-simbol yang sama akan bervariasi pada setiap masyarakat dan waktu yang berbeda. Simbol dalam kehidupan sehari-hari salah satu diantaranya digunakan oleh seseorang sebagai bahasa non verbal atau gerak tubuh yang mengandung isyarat. Secara umum, menggelengkan kepala berarti tidak setuju, sedang menganggukan kepala ke atas dan ke bawah diartikan setuju. Sebalikannya di India, menggelengkan kepala ke kiri dan kekanan menandakan setuju dan anggukan kepala ke atas dan ke bawah menandakan tidak setuju. Berarti masyarakat dan budaya India memiliki pemaknaan berbeda terhadap simbol gerak tubuh yang sama. Perbedaan makna dari simbol yang sama dapat menghambat komunikasi. Bahu jalan/trotoir secara normatif di simbolkan sebagai tempat pejalan kaki yang aman, bagi pedagang kaki lima simbol wilayah ini dimaknai sebagai lahan untuk meletakkan lapaknya berdagang, agar supaya mudah terjangkau pembeli. Pemaknaan terhadap simbol yang sama bisa saja berbeda dari kelompok masyarakat yang berbeda. Masih banyak orang tua yang enggan mengangkat menantu laki-laki apabila ia berambut panjang. Di sekolah Pangudi Luhur, ada tradisi bagi siswa yang berprestasi diperkenankan memelihara rambut panjang, tapi kalau nilainya turun pada semester berikutnya ia harus memotong rambutnya. Pemberian makna terhadap simbol laki-laki rambut panjang berbeda dalam kesempatan dan konteks yang berbeda. Jadi simbol dibuat oleh kebudayaan. 6.1.2 Bahasa Hewan memiliki kemampuan menggunakan simbol untuk berkomunikasi, manusia dapat membuat dan mengembangkan sistem yang rumit dari simbol menjadi bahasa sebagai alat komunikasi. Perangkat dari kayu berkaki empat berfungsi untuk diduduki dibahasakan sebagai kursi. Perangkat terbuat dari besi, ada roda empat untuk berjalan, ada kemudi, kaca untuk melihat ke depan (sistem yang rumit) merupakan simbol yang dibahasakan mobil. Bahasa merupakan elemen kebudayaan yang sangat penting karena bahasa sebagai alat untuk

berkomunikasi yang berperan dalam mentransmisikan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam sejarah manusia transmisi budaya terjadi melalui tradisi bahasa lisan. Tesis Sapir-Whorf menyatakan bahwa orang melihat dunia melalui lensa budaya bahasa. 79

6.1.3 Nilai Nilai adalah penghargaan yang berlaku dalam masyarakat mengenai sesuatu yang dianggap benar dan salah, baik dan buruk, serta mengarahkan perilaku seseorang dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Nilai mempunyai peranan penting karena berfungsi sebagai panduan bagi manusia dan masyarakat dalam berperilaku. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat biasanya bersumber dari nilai budaya bangsa, seperti nilai kejujuran, kesetaraan, kepedulian, kebebasan, saling menghargai, saling mencintai, gotong royong dan tolong menolong di antara sesama manusia. Nilai sosial memiliki karakteristik sebagai berikut. Lahir dari pengalaman masyarakat dan merupakan gambaran/ciri masyarakat tsb; misalnya, nilai gotong royong lahir dari budaya dan masyarakat Indonesia. Bersifat subyektif, melibatkan emosi dan perasaan. Nilai gotong royong menjadi identitas bangsa Indonesia dan ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia. Interpretasi nilai berbeda beda, tergantung pada konteks masyarakat/kelompok yang berbeda. Masing-masing kelompok dalam masyarakat memberikan interpretasi yang berbeda pada nilai gotong royong. Dalam memperingati acara 17 Agustus, warga setiap kelurahan melakukan gotong royong membersihkan lingkungan pemukiman mereka. Berbeda dikalangan remaja, nilai gotong royong digunakan untuk membela, melindungi sesama temannya yang jelas jelas berbuat kesalahan, atau bahkan gotong royong dalam mengerjakan soal ulangan. Diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat Indonesia sangat menghargai nilai gotong royong. Setiap anggota masyarakat mempertahankan dan mentaati nilai-nilai gotong royong tersebut dan disosialisasikan pada generasi baru. 6.1.4 Norma Norma yang ada dalam masyarakat merupakan aturan/kaidah yang mengatur tata kelakuan masyarakat, untuk mencapai nilai tertentu. Norma memiliki kekuatan yang mengikat masyarakat dalam tingkat yang berbeda. Berdasarkan kekuatan mengikat dari yang lemah ke yang kuat, norma digolongkan ke dalam lima bentuk.

80

a. Cara(usage), adalah suatu perbuatan antar individu dalam hubungan bermasyarakat. Contoh, menggunakan pakaian yang sopan dan pantas untuk kuliah. Apabila mahasiswa menggunakan sandal jepit saat kuliah, pelanggaran terhadap cara(usage) penampilannya tidak mendapat hukuman yang berat. Pengajar mungkin hanya menatapkan matanya berulang-ulang pada sandal jepitnya sampai yang bersangkutan merasa risih, dan temantemannya hanya memberikan sindiran. b.Kebiasaan (folkways), merupakan perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan dianggap sebagai hal yang lazim dalam masyarakat. Kebiasaan (folkways) memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar dibanding cara (usage). Sudah menjadi kebiasaan, bila seseorang terkena penyakit campak dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan dan istirahat di rumah. Tapi apabila tidak ke dokter dan tetap beraktivitas, lingkungannya akan merasa sulit untuk menerimanya bahkan meminta temannya untuk pulang karena takut tertular penyakit yang dideritanya. Sanksi sosial yang diterimanya adalah tersisih dari kontak sosial lingkungannya. c. Tata kelakuan (mores), adalah norma yang lebih menekankan pada larangan, yang bertujuan agar supaya anggota masyarakat menaati tata kelakuan (mores). Tata kelakuan (mores) dapat memaksa atau juga melarang dilakukan perbuatan tertentu. Misalnya, tata kelakuan (mores) melarang perkawinan dengan sesama jenis kelamin/ homoseksual, sedang tata kelakuan (mores) yang memaksa adalah perkawinan seharusnya terjadi diantara laki-laki dan perempuan (heteroseksual). Pelanggaran terhadap tata kelakuan (mores), tergantung pada masyarakatnya. Pada masyarakat yang lebih individual, sanksi yang berlaku hanya dalam bentuk gunjingan, tetapi pada masyarakat yang agak tradisional sanksi yang diberikan berupa pengucilan. d. Adat kebiasaan (custom) terbentuk dari tata kelakuan yang lebih kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Pada masyarakat Tapanuli, perkawinan yang diperbolehkan adalah yang disebut pariban, anak perempuan dari seorang ibu menikah dengan anak laki-laki dari pamannya (kakak atau adik laki-laki dari ibu tersebut). Mereka yang melanggar atau tidak mau dengan perjodohan yang sudah menjadi tradisi, paling sedikit harus dari marga yang berbeda, akan menerima sanksi adat, atau menikah dengan cara mangalua/kawin lari. 81

e. Hukum (laws) yaitu norma hukum yang diumumkan secara tertulis dan tegas untuk mengatur tertib masyarakat. Hukum berfungsi untuk memperkuat tata kelakuan (mores), cenderung menggunakan alat paksa yang keras berupa sanksi. Bagi mereka yang melanggar hukum akan dikenakan hukuman penjara atau tindakan lainnya yang sudah diatur secara tertulis. Hukum yang mengatur pengemudi kendaraan bermotor dalam berlalu lintas, secara tegas akan menjatuhkan tilang pada pelanggaran ramburambu lalu lintas. Lebih jelas lagi, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur ketentuan pidana bagi mereka yang dapat dikenakan pidana beserta denda yang harus ditanggung oleh penyalahguna narkotika. Pelaku perbuatan pidana narkotika dikenakan sanksi hukum secara tegas.
Masyarakat dan kebudayaan dalam kesehariannya merupakan satu kesatuan yang tidak tampak pemisahan, walaupun dalam tataran konsep, pembahasan keduanya dapat dipisahkan. Manusia dalam hubungannya dengan masyarakat dapat dikatakan sebagai mahluk sosial dan dalam hubungannya dengan kebudayaan dikatakan sebagai mahluk budaya karena memiliki pikiran atau

akal budi (buddayah).


6.2 Dinamika Antar Kelompok dalam Masyarakat

Masyarakat terdiri dari kelompok kelompok sosial. Kelompok tersebut bervariasi, ada kelompok berdasarkan agama, berdasarkan etnis, ras, usia, gender, kelompok kepentingan, kelompok minoritas dan mayoritas. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat dirasakan belum cukup dengan mempelajari keragaman bentuk-bentuk kelompok saja, tetapi juga perlu dinamika kelompok kelompok tersebut dalam bentuk interaksi dan relasinya yang disebut proses sosial. Proses sosial dapat menggambarkan interaksi yang terjadi secara berulang antar kelompok sosial, sehingga terbentuk pola-pola interaksi. Dalam proses sosial, interaksi sosial antar kelompok ini dibagi ke dalam dua bentuk19: Asosiatif, yaitu proses yang terjadi antar kelompok bergerak ke arah integrasi dan disosiatif, adalah proses yang terjadi antar kelompok kearah disintegrasi. sering disebut proses oposisi. Bentuk proses asosiatif adalah kooperasi/kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi.

19

Soeryono soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana.

82

1) Kooperasi/kerjasama adalah hubungan timbal balik antara orang perorang atau kelompok untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama. Menurut Charles Horton Cooley20: Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna. Kerjasama dalam suatu masyarakat merupakan hal yang lazim, seperti sudah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa setiap manusia membutuhkan hidup berkelompok, punya tujuan dan kepentingan bersama untuk mempertahankan kehidupannhya. Contoh dari kerja sama adalah koperasi yang dibentuk berdasarkan kerukunan dan gotong royong, memiliki tujuan dan kepentingan bersama diantara anggotanya. Usaha bersama (joint venture) atau kerjasama berbasis ekonomi seperti penanaman modal dari beberapa orang dengan pembagian keuntungan yang dibagi menurut perjanjian. 2) Akomodasi Akomodasi dapat dilihat dari dua hal yang berbeda: Akomodasi sebagai sebuah situasi, ada interaksi yang seimbang diantara individu/kelompok dan saling menyesuaikan diri berdasarkan nilai dan norma kelompok. Kehidupan yang harmonis dalam sebuah kelompok yang dipersatukan karena adanya persamaan dalam tujuan hidup dan cara menjacai tujuan. Hampir tidak ada perbedaan pendapat dalam pandangan hidup mereka. Masyarakat

tradisional dipedesaan yang hidup sangat sederhana seperti Baduy dalam , cara berpakaian warna putih-putih bagi kaum laki laki. Mereka berjalan kaki kemana pun tujuannya, karena menurut adat istiadat warga Baduy tidak diperbolehkan menggunakan angkutan kendaraan. Ini semua dipatuhi oleh warga Baduy. Akomodasi sebagai proses, merupakan usaha diantara individu/kelompok dalam membangun kesepakatan yang diterima bersama, sekalipun terdapat berbeda bahkan bertentangan pendapat. Dalam kehidupan sehari-hari, ditempat pekerjaan, di sekolah,
20

Ibid

83

siswa tetap berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya, walaupun di antara mereka ada perbedaan agama. Mereka hidup berdampingan secara rukun dan damai. 3) Asimilasi Adalah proses pembauran kebudayaan atau kelompok-kelompok yang saling berhubungan, kemudian melahirkan kebudayaan baru yang merupakan perpaduan dari beberapa kebudayaan, diakui dan dimiliki bersama. Kebudayaan asli mulai memudar. Di

Indonesia, interaksi antara orang Cina dengan masyarakat pribumi sudah berlangsung sejak awal abad pertama Masehi. Orang Tionghoa membawa kebudayaan mereka, hidup membaur dan melebur dengan unsur budaya lainnya bahkan mengawini perempuan Jawa atau Melayu yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Mata pencaharian yang merupakan ke khasan orang Tionghoa bergerak dalam bidang ekonomi sebagai pedagang. Asimilasi kebudayaan Cina dan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia berlangsung dengan lancar. Bakmi dan Bakso terbuat dari daging babi yang merupakan kuliner khas cina, kini diakui dan dimiliki sebagai kuliner masyarakat Indonesia dari desa sampai kota, sebagai bakmi dan bakso yang terbuat dari daging sapi, ayam dan ikan. Mie juga sudah dimodifikasi menjadi mie instan bermerek Indomie. Baju Kokoh adalah baju yang menjadi khas baju laki-laki Tionghoa, dengan leher kura-kura (turtle neck). Setelah melampaui masa panjang baju kokoh ini diadopsi oleh kaum muslimin sebagai kemeja yang digunakan untuk kemesjid, mengaji, dan kegiatan-kegiatan lain, dimana baju kokoh ini menjadi pencitraan umat islam. 4) Akulturasi; proses sosial yang terjadi ketika suatu kebudayaan kelompok tertentu

dengan kebudayaan asing yang berbeda berinteraksi dalam waktu cepat ataupun lama, yang akhirnya unsur-unsur budaya asing tersebut diterima tanpa menghilangkan kekhasan kepribadian budaya sendiri. Banyak orang hidup dalam kebudayaan modern tapi tidak dapat meninggalkan budaya tradisional. Misalnya dalam perayaan perkawinan anak seseorang yang berasal dari kelas atas diselenggarakan di tempat mewah, sajian dengan beragam pilihan, mengundang tamu dari kelas atas, menengah dan bawah tak terhitung jumlahnya, design dan gaya modern, sampai menghabiskan biaya yang sangat besar. Mereka tetap tidak lupa menyelenggarakan tradisi budaya mereka, seperti uruta-urutan dari malam pelepasan masa lajang yang sering disebut malam midodareni. Setelah upacara secara agama, dilanjutkan dengan berbagai upacara adat kebudayaan masing-masing 84

pengantin, injak telur, saling suap makanan, yang dimaknai tertentu oleh budayanya. Barongsai yang dulu merupakan simbol identitas kebudayaan Cina yang terbatas ada di kleteng dan pecinan, kini diterima oleh masyarakat sebagai hiburan di pusat pusat perbelanjaan terutama saat imlek. Jelas disini akulturasi terjadi antara kebudayaan cina dan islam. Mempertahankan budaya tradisional dalam kehidupan modern lainnya juga banyak dialami oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Jemaat HKBP (Huriah Kristen Batak Protestan) adalah hasil persinggungan antara agama Kristen yang dianut oleh etnis Batak. Dilihat sejarahnya21, tahun 1824 para Missionaris pertama ke Tanah Batak yaitu Tuan Burton dan tuan Ward dari Inggris. Setelah melampaui masa yang cukup lama, akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1861 lahirlah HKBP, dengan Alkitab berbahasa Batak yang diterjemahkan oleh Van Der Tuuk dari Amsterdam dan dilengkapi dengan Kamus Batak-Belanda. Contoh ini merupakan refleksi telah berlangsunya akulturasi dalam waktu yang cukup lama antara budaya Batak dengan agama Kristen. Seperti telah disebutkan di atas, dinamikan antarkelompok masyarakat ditandai oleh terjadinya proses asosiatif dan disosiatif. Proses disosiatif iniselalu dijumpai dalam masyarakat apa pun. Bentuknya juga bervariasi antara lain kompetisi, kontravensi dan konflik. 1) Kompetisi adalah usaha untuk mengapai tujuan tertentu, tanpa merugikan pihak lain. Kompetisi dapat dilakukan secara bersaing tapi tidak harus konflik. Kompetisi dapat dilakukan secara individu dan kelompok, dengan menonjolkan sisi postif yakni kelebihan masing-masing kelompok, bukan keburukan diantara mereka. Persaingan pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, dapat disebut kompetisi. Ada tujuan yang akan dicapai, yakni 22: (1) memberikan penghargaan kepada mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi; memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler sebagai wahana mensinergikan hard skills dan soft skills mahasiswa.; (3) mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan iklim kehidupan kampus yang dapat
21 22

SEJARAH HKBP, diunduh dari http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00).

Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik. 2009

85

memfasilitasi mahasiswa mencapai prestasi yang membanggakan secara berkesinambungan. Dalam kompetisi ini ada sejumlah syarat yang harus dipatuhi oleh calon mapres, ada komponen penilaiannya seperti IP Kumulatif penampilan individu, dsb, ada prosedur pemilihan Mahasiswa Berprestasi dari tingkat tingkat program studi, tingkat universitas, sampai tingkat nasional, yang kemudian menetapkan juara I, II, dan III. Seleksi ini betul-betul obyektif, berpegang pada panduan yang sudah disusun dan sesuai dengan prosedur. Bagi yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menang, diharapkan tetap menerima dengan legowo, dan bagi yang menang tidaklah mengumbar keburukan yang lain. Contoh kompetisi lainnya adalah pemilihan Indonesia idol, disaat akhir dimana juri akan menentukan siapa pemenangnya, para kontestan selalu digambarkan sebagai sahabat yang tak akan terpisahkan, bergandengan tangan seerat mungkin, sependeritaan. Ketika dinyatakan seorang sebagai pemenang, sang juara memeluk semua teman teman yang tersisih, dan melantunkan lagu perpisahan. Gambaran ini mencerminkan sebuah kompetisi yang sehat. 2) Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang bentuknya berada diantara persaingan dengan konflik. Sebab munculnya kontravensi adalah (1) adanya perasaan tidak puas, kecewa, ragu dan benci dari dua pihak; (2) perasaan-perasaan tersebut dari masingmasing pihak saling dipendam. Kita dapat megatakan kontravensi ini adalah perang dingin, karena konflik yang terjadi adalah konflik laten. Pihak tertentu hampir tidak mengetahui perasaan-perasan yang ada pada pihak lawan. Kalaupun ada serangan tidak dalam bentuk fisik, tapi lebih pada serangan secara psikologis. Saat ini sering muncul teror, fitnah, pernyataan ketidakpuasann pada seseorang atau kelompok melalui (short messages services) SMS, email, facebook dan twitter. Ini merupakan contoh dari kontravensi. 3) Konflik adalah salah satu bentuk proses disosiatif. Benturan dua kelompok atau lebih terjadi disebabkan adanya perbedaan. Konflik tidak selalu bersifat negatif, teori konflik menganggap bahwa konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu diperlukan dalam masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Coser 23 mengenai fungsi konflik, .social conflict may contribute to the maintenance, adjustment or adaptationof social
23

Coser, Lewis A .1956 . The functions of sosial conflict. Cambridge, UK: The Free Press. Halaman 154.

86

relationships and social structures. Konflik dalam tingkat dan bentuk tertentu diperlukan dalam masyarakat karena konflik akan menghasilkan perubahan yang kemudian menjadikan masyarakat lebih dinamis. Masalah keadilan gender merupakan masalah yang belum terselesaikan. Keadilan dan kepekaan gender menjadi arus utama (mainstreaming) dalam program-program pemerintah di segala aspek kehidupan. Pemerhati gender melalui usulan di media massa, ingin sekali melakukan perubahan pelayanan publik dibidang transportasi. Ada konflik nilai dalam hal gender, karena pemerintah dan masyarakat memiliki pandangan yang berbeda, sehingga gerakan-gerakan sosial yang dilakukan oleh pemerhati gender ini mampu mengubah kebijakan dalam transportasi. Supaya penumpang perempuan tidak terkena pelecehan seksual dari penumpang laki-laki, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menyediakan gerbong khusus wanita untuk kereta api. Demikian pula pada antrean penumpang trans Jakarta mulai dipisahkan jalur laki-laki dan jalur perempuan. Upaya pemerhati gender ini merupakan konflik yang memperjuangkan perbedaan pendapat menjadi persamaan pendapat. Konflik yang ada di sini berhasil mengubah kebijakan yang bermanfaat bagi kaum perempuan. Yang menjadi pemicu konflik adalah perbedaan dan keragaman. Konflik bisa berbentuk konflik horizontal dan konflik vertikal. Konflik horizontal biasanya disebabkan adanya perbedaan agama, ras, etnis, sedangkan konflik vertikal disebabkan adanya perebutan sumberdaya sehingga muncul politik, ekonomi, antar kelas, konflik internasional24 Konflik dapat dibedakan pada tataran konflik itu berada. Perbedaan pandangan, nilai, prinsip masuk dalam konflik nilai. Misalnya dalam seminar atau Focus Group Discussin (FGD) ada diskusi tentang banyak wacana tentang satu konsep, misalnya kemiskinan. Peserta yang berasal dari berbagai disiplin ilmu akan melihat konsep kemiskinan dari sudut pandangnya masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Diskusi ini akan menghasilkan wacana mengenai kemiskinan. Ada konflik dalam diskusi ini, tapi hanya pada tataran perbedaan pendapat.

24

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto . 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

87

Perebutan sumberdaya yang dibutuhkan disebut dengan konflik kepentingan. Persaingan dalam memperebutkan kedudukan sebagai anggota DPR, lurah, camat, bupati, gubernur, sering muncul konflik-konflik yang disebut konflik kepentingan (conflict of interest) karena ada yang diharapkan dari kedudukan tersebut, yakni sumberdaya, kekuasaan, dan kewenangan. Konflik berikutnya adalah menggunakan kekerasan nonfisik, seperti pelecehan, buli, dan kekerasan fisik, pukulan, tinju yang menimbulkan korban cedera bahkan sampai meninggal. Biasanya konflik kekerasan berada pada skala luas, misalnya konflik etnis, konflik antar agama, konflik politik, tawuran remaja, tawuran antar kampung yang sedang marak terjadi di Jakarta. Konflik yang terjadi bisa dimulai dari konflik nilai, misalnya dalam keluarga diantara anggotanya berbeda paham tentang pembagian harta warisan. Mula-mula mereka hanya cekcok mulut, kemudian berkembang menjadi konflik kepentingan. Anggotanya menyatakan siapa paling berhak untuk mendapatkan bagian terbesar karena ada kebutuhan dan tanggung jawab sebagai anak tertua. Akhirnya konflik berubah menjadi kekerasan fisik, mereka saling pukul sehingga cedera. Konflik kekerasan terjadi karena adanya beda pandangan, misalnya dalam hal agama dan etnis seperti di Poso. Konflik separatis juga dimulai dengan perbedaan nilai, terutama ketidakadilan dari pemerintah pusat terhadap daerah. Konflik kepentingan pusat yang ditolak oleh daerah, akhirnya menjadi konflik kekerasan. Mereka melakukan penolakan kunjungan pejabat pusat ke daerah dengan poster atau lemparan telur, dll.

7. Kepemimpinan dalam Masyarakat


Masyarakat dan kepemimpinan merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan, sebab secara normatif pemimpin diharapkan dapat mengatasi masalah yang muncul dalam masyarakat. Secara sosiologis, masyarakat memerlukan seorang pemimpin karena berfungsi atau berperan untuk menguasai, mengatur dan mengawasi agar tujuan masyarakat tercapai. Kata pemimpin dan kepemimpinan sering disamakan dalam penggunaannya, padahal secara konsep keduanya berbeda. Pemimpin (leader) adalah orang yang dengan kekuasaannya mempengaruhi pengikut dan mengarahkan tindakannya untuk mencapai tujuan bersama. 88

Pemimpin, pengikut, dan tujuan adalah tiga kata yang mendukung dan sama-sama diperlukan untuk kepemimpinan 25 . Kepemimpinan (leadership) adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.26 Secara singkat bisa dibedakan antara pemimpin adalah orang yang memimpin masyarakat/organisasi, sedangkan kepemimpinan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin tersebut seperti inisiatif, kreativitas, enerjik, intelegensi,

kepercayaaan pada diri sendiri, kedewasaan dalam menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin dalam masyarakat/organisasi ada yang sifatnya sebagai pemimpin formal dan ada yang sebagai pemimpin informal. Pemimpinan formal memiliki otoritas kewenangan yang legal atau kekuatan hukum yang kuat, diangkat melalui menkanisme pengangkatan yang resmi dan formal seperti, gubernur, bupati, camat, ketua organisasi, dst. Pemimpin informal menurut Kartini Kartono27 adalah: .. orang yang tidak mendapatkan pengangkatan sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Pemimpinan informal di dalam masyarakat bukan diperoleh melalui pengangkatan yang formal dan resmi. Seseorang dijadikan pemimpin oleh masyarakat karena keunggulan yang dimilikinya dalam bentuk kekayaan, pengetahuan, pengalaman atau kekuatan. Contoh pemimpin informal dalam masyarakat adalah tokoh masyarakat, ulama, posisi ayah dalam keluarga; dapat juga ketua preman pasar tradisional yang memiliki kekuasaan di wilayahnya. Pemimpin formal dan informal dilihat dari kekuatan hukum dan formalitasnya jelas berbeda, namun tidak berarti yang formal memiliki kepemimpinan lebih baik dibandingankan dengan kepemimpinan informal, atau pun pemimpin formal lebih ditaati oleh masyarakat dibandingkan dengan pemimpin informal.

25 26

Wills Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center.

George R. Terry,yang dikutip oleh Sutarto. 1998. Dasar Organisasi. Yogyakarta: Penerbit: Gadjah Mada University Press.
27

Kartono, Kartini, , 2002. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta ; Grafindo Persada:

89

Kepemimpinan bukanlah merupakan hal yang baru, namun merupakan warisan kebudayaan bangsa Hastha Brata 28 , yang diidentikkan dengan sifat-sifat alam. Berikut ini disajikan 8 watak yang harus dimiliki seorang pemimpin yang kemudian dimaknai dengan sifat alam, yaitu: 1. Berwatak matahari, artinya memberi semangat, memberi kehidupan, dan memberi kekuatan bagi yang dipimpinnya. 2. Mempunyai watak bulan, dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan. 3. Memiliki watak bintang, dapat menjadi pedoman. 4. Berwatak angin, dapat melakukan tindakan secara teliti dan cermat. 5. Berwatak mendung, artinya bahwa pemimpin harus berwibawa, setiap tindakannya harus bermanfaat. 6. Pemimpin harus berwatak api, yaitu bertindak adil, mempunyai prinsip, tegas, tanpa pandang bulu. 7. Harus berwatak samudera, yaitu mempunyai pandangan luas, berisi, dan rata. 8. Pemimpin harus memiliki watak bumi, yaitu budinya sentosa dan suci.29 Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan dalam tiga prinsip kepemimpinan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tut wuri handayan, yang mengandung makna: "seorang pemimpin harus berada di depan yang dipimpinnya untuk menjadi teladan, di tengahtengah untuk membangun semangat (kemauan), dan mengikuti dari belakang untuk member kekuatan (daya)."30 Seorang pemimpin harus dapat memberikan motivasi dan keyakinan pada orang yang dipimpinnya, sehingga orang/pengikut yang dipimpin akan merasakan efektif, bermanfaat dan menerima kepemimpinannya. Membicarakan kepemimpinan tidaklah dapat terlepas dari pembahasan mengenai kekuasaan (power) dan wewenang (authority), karena kedua unsur ini melekat pada diri seorang pemimpin dalam menjalankan peranannya. Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang
28

Dalam budaya jawa ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi. http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.
29 30

Ramayana Kakawin (cerita berbentuk puisi dalam bahasa Jawa Kuno dari abad-10. Pidato Ki Hadjar Dewantara dihadapan anak-anak didiknya dan para pengasuh di Perguruan Taman Siswa yang dibangunnya pada masa penjajahan Belanda. "Kata-kata itu dikutip oleh Ki Hadjar dari Drs. Raden Mas Sostrokartono (saudara kandung Raden Adjeng Kartini) .

90

untuk mempengaruhi pihak lain agar supaya mengikuti keinginan pemimpin yang memegang kekuasaan. Kata kunci yang penting dari kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi. Besarnya kekuasaan tergantung pada relasinya dengan pihak yang dipengaruhi, rela atau dalam keadaan terpaksa mereka menerima pengaruh tersebut. 31 Seorang kiai pemilik pesantren

dipercaya oleh santri dan masyarakat umum sebagai jamaah, memiliki kekuasaan yang berasal dari Tuhan. Karena kepercayaan tersebut, kiai dan pesantren dianggap dengan mudah dapat mempengaruhi para santri dan jamaahnya, dan peranannya penting dalam proses pendidikan dan perubahan dalam masyarakat. Contoh lain kekuasaan yang dirasakan sebagai paksaan atau kekerasan adalah premanisme dimana laki-laki dengan penampilan tidak rapih meminta sesuatu yang berharga dengan menodongkan senjata tajamnya pada wanita yang sedang memarkir motornya di depan pasar. Menggunakan kekuasaan dengan cara kekerasan tanpa memiliki wewenang apapun mungkin saja terjadi. Contoh lain mengenai kekuasaan dengan manipulasi, terjadi ketika beberapa laki-laki berdasi di mall memasarkan produk tertentu secara manipulative dengan pemberian hadiah yang menarik. Jadi, kekuasaan diikuti oleh pengikutnya bukan saja karena suka rela, tetapi bisa juga berupa paksaan, kekerasan atau manipulasi. Kewenangan (authority) adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan/legitimasi dari masyarakat. 32 Seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan akan lebih efektif bila memiliki kewenangan. Namun, tidak selalu kekuasaan dan wewenang sekaligus berada pada tangan pemimpin. Pemimpin informal memiliki kekuasaan tetapi jarang dari mereka yang punya wewenang karena jabatannya. Tidak jarang pemimpin formal memiliki kewenangan tetapi miskin kekuasaan untuk sampai dipatuhi oleh bawahannya, sehingga tampak tidak berwibawa. Ada tiga bentuk wewenang yang berbeda dikemukakan oleh Max Weber: 1) Wewenang Kharismatik, yaitu wewenang yang didasarkan pada kelebihan pribadi dalam bentuk penampilan seorang tokoh yang memiliki kharisma/kelebihan, kemampuan khusus yang memberi daya pesona kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengakuinya sebagai pemimpin kharismatik. Wewenang ini tidak didasari aspek legal, namun cenderung memiliki

31

Sunarto, Kamanto. 2000. Halaman 76. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dan Soeryono Soekanto. Halaman 293. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
32

Ibid. Soeryono Soekanto, 294.

91

sifat irrasional.Wewenang kharismatik tidak mudah hilang sekalipun pemimpin yang memegang wewenang ini meninggal dunia. Begitu kuat kharismanya sampai pengikutnya mengkultuskan pemimpinnya. Mahatma Gandhi seorang tokoh kharismatik dunia yang berjasa pada perjuangan hak-hak asasi manusia dan anti kekerasan. Ia dianggap Mahatma (Jiwa yang agung) oleh rakyat India. Penampilan Gandhi amatlah sederhana namun pemikiran dan perjuangannya berdampak besar bagi kemerdekaan India serta menginspirasi pejuang-pejuang anti kekerasan di berbagai belahan dunia. Ketika Gandhi ditahan, tuntutan rakyat untuk membebaskannya makin besar sampai jongkok dan tidak mau bangun meski dipukuli polisi, sampai akhirnya Gandhi dibebaskan. Pemerintah sangat khawatir karena jika ia meninggal, maka akan terjadi revolusi di India. 2) Wewenang Tradisional, yaitu wewenang yang didasarkan pada ikatan primordial,

keluargaan, kesukuan, kedaerahan, adat, dan agama. Penampilan pimpinan yang memiliki wewenang tradisional memiliki wewenang lebih tinggi dari kemampuan pribadinya. Wewenang tradisional bisa berubah dan hilang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pada masa sebelum tahun 1997, kepala desa di Indonesia merupakan pemimpin desa dengan wewenang tradisional, yang jabatannya diperoleh secara turun temurun dari keluarga kakek dan ayahnya. Kepala desa diangkat berdasarkan penurunan jabatan dari pimipinan sebelumnya ke pimpinan yang sudah ditentukan yang keduanya memiliki garis keturunan. Dalam sistem kerajaan, jabatan raja juga diturunkan dari orang tua ke anaknya, dalam kepemimpinannya menggunakan wewenang tradisional. 3) Wewenang Legal Rasional, yaitu wewenang yang didasarkan pada kemapuan dan kecakapan yang dimiliki seseorang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Pemimpin dengan wewenang legal rasional dipilih dan diangkat berdasarkan aturan-aturan hukum, menjalankan kepemimpinannya menurut birokrasi. Wewenang yang digunakannya akan hilang bersamaan dengan berakhirnya masa kepemimpinannya. Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono diangkat melalui pemilihan umum dan pengangkatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 92

Kekuasaan dan kewenangannya legal, diakui melalui pemilihan yang rasional. Demikian pula Ketua dan Wakil Badan Eksekutif Mahasiswa UI, diangkat melalui prosedur Tata Tertib Badan Perwakilan Mahasiswa Bab VI pasal 42 sampai 50 yang memuat syarat-syarat calon ketua dan wakil ketua BEM, pemilihan ketua dan wakil BEM, kepengurusan, masa jabatan, hak dan kewajiban. Ketiga bentuk kewenangan ini berbeda dalam tingkat legitimasinya dan kondisi pribadi

pemimpin. Ketiga bentuk kewenangan ini bisa saja sekaligus melekat pada diri seorang pemimpin. Bung Karno, dapat dikatakan karismatik karena penguasaan yang dimilikinya bukan hanya sebagai negarawan, tapi juga sebagai teknokrat dan

budayawan yang memiliki wawasan luas, sehingga dikagumi dan dihargai bukan pada tingkat nasional, melainkan juga pada tingkat dunia. Membawa bangsanya merdeka dari penjajahan, berdiri diatas kaki bangsa sendiri, tidak mau bersekutu dengan kapitalis. Rasa nasionalisme yang tinggi, mempersatukan keragaman suku bangsa dan agama di Indonesia merupakan kepemimpinan tradisional yang melekat pada dirinya. Sebagai presiden RI pertama, Bung Karno juga pemimpin dengan kewenangan legal rasional, karena dipilih dan diangkat menurut aturan negara secara rasional. Dengan demikian, kepemimpinan, kekuasaan dan kewenangan dalam masyarakat memiliki bentuk, sifat dan ciri yang berbeda. Asas dan nilai-nilai kepemimpinan bukan merupakan hal yang baru tapi sudah ada sejak manusia hidup berkelompok dan sifatnya universal. Ada hal-hal yang mempersatukan masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh berbagai tokoh sosiologi. Kumpulan masyarakat yang ingin bersatu menjadi sebuah bangsa. Sebuah bangsa (nation) terbentuk dari adanya sense of belonging terhadap suatu warisan budaya dan sejarah yang sama dan keinginan untuk hidup bersama dalam suatu kesatuan politik (negara). Ben Anderson menyebutnya sebagai imagined community. Ketika bangsa memerlukan wilayah, disebutlah sebagai Negara (state) yang merupakan suatu satuan politis yang mengandung tiga unsur dasar, yaitu pemerintah yang berdaulat, rakyat dan wilayah (Republik Indonesia memiliki tiga syarat tersebut).

93

Daftar Kepustakaan
_____. 2009. Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Akademik. _______Pedoman Umum Pemilihan Mahasiswa Berprestasi, 2009. Jakarta: Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Direktorat Akademik. Coser, Lewis A .1956 . The Functions of Sosial Conflict. Cambridge, UK: The Free Press. Herkovits, Melville J., 1948. Man and His Work. New York: Alfred A.Knopft J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto (ed). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (edisi 2). Jakarta: Kencana. Jarvis , Peter dikutip oleh Wuradji dari Adult Learning in the Sosial Context. 1987. London: Taylor & Francis. Horton, Paul B. & Chester L. Hunt, 1984. Sociology, edisi kelapan. Michigan McGraw-Hill. Kartono, Kartini, 2002.Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Grafindo Persada. Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kornblum, Sociology in a Changing World . Rinehart and winston. Linton , Ralph.1968. The Study of Man: an Introduction. New York: Appleton-Century. Macionis. 2010. Introduction to Sociology (13th edition). New Jersey: Pearson Poloma, Margaret M. 1991. Contemporary Sociological Theory. Michigan: Macmillan Publishing. Soekanto.,Soeryono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar (Edisi 4). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Soeratman, Darsiti . 1989. Ki Hajar Dewantara. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi 2. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suwito Santoso. Ramayana Kakawin Volume 1. New Delhi, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, International Academy of Indian Culture Taylor-Butler.Christine . The Digestive System. 2008. Canada : Weldon Owen Education Scholastic Inc. Wills,Garry. 1996. Certain Trumpets: the Nature of Leadership. New York:Touchstone Rockefeller Center. Wuradji MS.1988. Pendidikan dan Masyarakat. Sosiologi Pendidikan: sebuah pendekatan sosioantropologis. Jakarta: Ditjen Dikti Dedikbud 94

(http://darahmerdeka.wordpress.com/2008/10/12/individu-dan-masyarakat/) jam 11.00 tanggal 1 Agustus 2011). http://hkbpcinere.tripod.com/sejarah.html, 22 gustus 2011, pukul 20.00). http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00. http://1.bp.blogspot.com/-d9ols74Bn-c/TdqB6E2IU1I/05clM7AFdTU/s1600/ mahatmagandhi.jpg http://www.google.co.id/search?tbm=isch&hl=id&source=hp&biw=1259&bih=579&q=bung+ka rno+pidato&gbv=2&aq=2&aqi=g10&aql=&oq=bung+karno (diunduh tanggal 8 agustus 2011 jam 7.00) http://sepuh.blogspot.com/2011/02/hasta-brata.html. diunduh tanggal 8 Agustus 2011 pukul 16.00.

95

BAB IV Ilustrasi Kehidupan Manusia dari Sudut Pandang Ekonomi


Pius Nugraha

1. PENDAHULUAN
Bumi kita ini ditinggali oleh berbagai makhluk hidup, diantaranya manusia, tumbuhan dan binatang. Setiap makhluk hidup dikaruniai oleh Tuhan YME naluri untuk bertahan hidup agar menjaga eksistensi dan keberlangsungannya di dunia ini. Manusia sebagai makhluk hidup juga akan selalu berusaha menjaga keberadaannya, baik untuk dirinya sendiri, untuk kelompoknya maupun masyarakatnya. Naluri bertahan dan menjaga keberadaannya ini dilakukan secara perorangan, kelompok, dan masyarakat. Melakukan kegiatan ekonomi yang merupakan perwujudan dari perilaku

ekonomi baik oleh perorangan, kelompok, maupun masyarakat merupakan salah satu upaya mendasar manusia untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya. Selain kegiatan ekonomi, manusia juga

melakukan aktifitas sosial, budaya, politik, dan lainnya untuk bertahan hidup. Pada bagian ini akan diuraikan perilaku ekonomi yang terwujud dalam bentuk berbagai kegiatan ekonomi.

2. Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi manusia yang mendasar untuk bertahan hidup dan menjaga eksistensinya adalah aktifitas mengkonsumsi. Kegiatan konsumsi pada hakekatnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan primer (makan-minum, pakaian, dan perumahan), kebutuhan sekunder (kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya), dan kebutuhan tersier (hiburan, 96

kenyamanan, piknik, dan sebagainya). Selain kebutuhan-kebutuhan fisik (phisiology needs) ini, manusia juga membutuhkan hal-hal yang bersifat non-materi, seperti kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan untuk disayang dan dicintai (love and belonging needs), kebutuhan untuk diakui dan direspeki (self esteem needs), serta kebutuhan untuk pencapaian suatu prestasi (self actualization needs) 33 . Bahkan manusia secara fitrahnya, sebagai makhluk ber-Tuhan menginginkan pemenuhan kebutuhan spiritual 34 . Pemenuhan kebutuhan baik materi maupun non-materi ini diarahkan untuk tercapainya kesejahteraan bagi ketiga unsur manusia yaitu jiwa, jasmani, dan rohani (mind, body, and spirit). Agar bisa mengkonsumsi berbagai

pemenuhan kebutuhan di atas, manusia harus memproduksi. Manusia menghasilkan segala sesuatu demi untuk memenuhi

kebutuhannya. Dalam berproduksi, selain bertindak sebagai produsen, manusia

sekaligus merupakan faktor produksi. Dalam hal ini manusia terlibat langsung dalam pelaksanaan proses produksi dengan

menyumbangkan tenaga kerjanya (labor). Selain tenaga kerja, proses produksi juga membutuhkan faktor produksi lain seperti lahan (land), bahan baku (materials), modal baik fisik maupun finansial (physical and financial capitals), kewirausahawan (entrepreneurship), dan teknologi (technology). Dalam mengembangkan faktor produksi baik dalam dirinya (tenaga kerja) maupun di luar dirinya (faktor produksi selain tenaga kerja), manusia mengembangkan metoda berproduksi melalui pemanfaatan serta

pengkombinasian penggunaan faktor produksi tersebut. Dua kegiatan ekonomi yang mendasar ini, mengkonsumsi dan memproduksi dapat digambarkan secara sederhana dalam suatu diagram arus melingkar (circular flow). Dalam arus

33

Lihat piramida kebutuhan manusia dalam Abraham H. Maslow, A Theory of Human Motivation, Psychological Review 50(4) (1943): 370-96.
34

Beberapa ahli, misalnya Viktor Frankl dalam artikelnya Self-transcendence as a Human Phenomenon, Journal of Humanistic Psychology 6(2) (1966): 97-106 menambahkan satu lagi kebutuhan manusia yang disebut sebagai self-transcendence needs yang tak lain adalah kebutuhan manusia untuk ber-Tuhan.

97

melingkar ini di buat penyederhanaan bahwa hanya ada dua kelompok pelaku ekonomi yaitu rumah tangga dan perusahaan. Rumah tangga melakukan aktifitas mengkonsumsi dan menawarkan faktor produksi yang dimilikinya (tenaga kerja, modal, lahan, kewirausahaan, dan sebagainya). Perusahaan melakukan aktifitas memproduksi (barang atau jasa) dengan memanfaatkan berbagai faktor produksi yang tersedia. Diagram-1 menggambarkan dua kegiatan ekonomi (konsumsi dan produksi) dari dua kelompok pelaku ekonomi (rumah tangga dan perusahaan). Perlu diingat bahwa di dalam suatu masyarakat atau perekonomian yang sudah mengenal alat tukar (uang), selain arus fisik (barang, jasa, atau faktor produksi), dengan arah yang berlawanan ada juga arus uang dari rumah tangga ke perusahaan (imbalan barang/jasa yang dibeli rumah tangga untuk konsumsi) dan arus uang dari perusahaan ke rumah tangga (imbalan faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi). Sedangkan untuk masyarakat subsisten yang memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri, rumah tangga juga berfungsi sebagai perusahaan, jadi selain mengkonsumsi rumah tangga juga memproduksi. Tentu saja tidak ada arus uang untuk masyarakat yang memproduksi kebutuhan konsumsinya sendiri.

Faktor produksi (labor, land, capital, entrepreneurship)

Rumah Tangga

Perusahaan

Produksi (barang/jasa) Diagram-1. Arus Melingkar Kegiatan Ekonomi 98

Meskipun berbagai makhluk hidup selain manusia, baik tumbuhan maupun binatang, juga memproduksi dan mengkonsumsi namun kegiatan mereka sangat terbatas dan nyaris tidak berkembang sama sekali. Manusia dengan kemampuan inteligensianya mampu untuk mengembangkan kegiatan ekonomi, baik kegiatan mengkonsumsi maupun memproduksi, yaitu meliputi: (1) pengkombinasian faktor-faktor produksi yang semakin efisien; (2) pengelolaan proses produksi yang lebih efektif; (3) peningkatan hasil produksi melalui metoda yang semakin baik; (4) penyimpanan dan pengawetan kelebihan hasil produksi; (5) pendistribusian hasil produksi; (6) penghematan jumlah yang dikonsumsi; (7) pengkombinasian barang yang dikonsumsi agar lebih efisien untuk mencukupkan tingkat konsumsi tertentu; dan berbagai pengembangan kegiatan produksi maupun konsumsi lainnya. Pengembangan kegiatan produksi di atas menyebabkan beberapa ahli menganggap bahwa ada kegiatan ekonomi penting lainnya selain konsumsi dan produksi yaitu distribusi. Kegiatan ekonomi distribusi pada dasarnya adalah sebagai jembatan antara kegiatan produksi dengan kegiatan konsumsi. Selain fungsi penyimpanan dan pengawetan, fungsi distribusi yang juga sangat berkembang adalah pemasaran (marketing) yang meliputi strategi penentuan harga (pricing), penentuan lokasi (placing), pengemasan (packaging), dan promosi (promotion). Dalam teori dasar pemasaran empat strategi ini dikenal sebagai 4Ps strategy. Kelebihan lain manusia dibandingkan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di Bumi ini yang meliputi benda-benda di dalam bumi, di atas bumi, dan juga di udara, termasuk tumbuhan dan binatang. Tumbuhan dan binatang lebih banyak dimanfaatkan daripada memanfaatkan. Bahkan pada umumnya, berbagai barang maupun makhluk hidup selain manusia merupakan barang-barang yang dimanfaatkan oleh manusia untuk membantu keberlangsungan keberadaan manusia di atas bumi. Kemampuan memanfaatkan inilah yang merupakan perbedaan pokok antara manusia dengan berbagai makhluk hidup lain yang ada di atas bumi. Kemampuan manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam di Bumi ini merupakan pedang bermata dua yang kalau digunakan secara baik dapat mensejahterakan seluruh umat manusia secara adil dan berkelanjutan. Namun kalau pedang tersebut digunakan secara salah akan mengakibatkan pengurasan dan merusak sumberdaya alam sehingga tidak tersisa bagi generasi manusia di masa mendatang. Meminjam ucapan Mahatma Gandhi (1869-1948) yang terkenal, yang artinya, 99

Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia di Bumi, tetapi tidak cukup untuk memenuhi berbagai keserakahan manusia. Hal inilah yang perlu dipahami dan bahkan perlu direnungi. Kegiatan ekonomi pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang dan jasa yang disediakan baik oleh manusia itu sendiri maupun oleh alam. Dengan perkembangan waktu, kebutuhan manusia juga tumbuh baik dari segi kuantitas (semakin banyak) maupun kualitas (semakin baik). Perkembangan kebutuhan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya berbagai besaran-besaran demografi dan ekonomi seperti total populasi, jumlah penduduk usia muda, aktifitas komunikasi, aktifitas mobilitas penduduk, dan lain-lain. Selain pertumbuhanpertumbuhan tersebut, kebutuhan manusia juga dipengaruhi oleh hal-hal yang semestinya tidak terlalu diperlukan, sehingga menimbulkan pemborosan. Dalam skala dunia, perkembangan kebutuhan yang demikian ini membawa manusia mengalami kelangkaan. Dan yang paling berbahaya adalah kelangkaan akan pangan dan enerji. Disinilah perlunya pemahaman perilaku ekonomi dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan lainnya (sosial, budaya, hukum, politik, dan lingkungan alam) termasuk aspek spiritual. Seperti disebutkan di atas, ada kebutuhan spiritual dari manusia. Dengan spiritual yang baik dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan lainnya, diharapkan manusia dapat mengendalikan dirinya, terutama dalam memanfaatkan alam, tidak memboroskan apa yang disediakan oleh alam sehingga lebih dari cukup untuk semua dari waktu ke waktu. Dengan demikian upaya ekonomi yang sejatinya adalah untuk menjamin eksistensi dan keberlangsungan manusia dapat tercapai.

3. Hal-hal Yang Membahayakan Keberlangsungan Manusia:


Walaupun upaya manusia melalui kegiatan ekonomi sudah diarahkan untuk menjamin keberlangsungan keberadaan manusia yang berkelanjutan, namun ada beberapa hal yang bisa mengancam pencapaian tersebut yaitu: I. Alam: Alam sering berulah berupa gunung meletus, gempa bumi, dlsb. II. Ulah manusia sendiri: Inilah yang sebenarnya lebih berbahaya karena membahayakan kelangsungan keberadaan umat manusia.

100

Ancaman

terhadap

keberlangsungan

keberadaan manusia sebagai akibat ulah alam, sedikit demi sedikit mulai dapat diatasi atau paling tidak diantisipasi, meski tidak mungkin untuk dihilangkan sama sekali. Namun yang justru perlu diawasi perkembangannya adalah ulah manusia yang semakin lama semakin brutal. Apakah hal ini merupakan akibat dari kepentingan ekonomi? Kepentingan ekonomi pada dasarnya netral. Yang selalu menjadi masalah adalah kerakusan manusia dalam memanfaatkan keinginannya. Ekonomi memang menyediakan peralatan-peralatannya, seperti teknologi dan manajemen untuk meningkatkan produktivitas manusia, yang utamanya bertujuan meningkatkan kemakmuran manusia. Sayangnya peralatan ini rawan disalahgunakan. Perkembangan produktivitas sering berada di bawah keinginan manusia. Manusia memaksakan kehendaknya agar produksi berkembang lebih pesat daripada kemampuannya. Bahkan produksi dipaksa untuk berkembang melebihi kebutuhan manusia. Demikian pula, alam dipaksa untuk berkembang melebihi kemampuannya. Akibatnya terjadilah pengrusakan alam. Berangkat dari situasi inilah manusia semestinya bertindak dan berpikir dengan selalu didasarkan atas kekritisan, kreativitas dan inovatif. Selain itu sebaiknya dalam bertindak, terutama dalam memanfaatkan alam, manusia semestinya juga menunggu sampai mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Hal ini akan dengan mudah dilakukan bila manusia menyadari akan perlunya spiritualitas

4. Kritis
Manusia haruslah kritis dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Pandai menimbang baik buruknya tindakan yang akan dilakukan. Selalu mempertanyakan kebenaran dan akibat tindakan yang akan dilakukan. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai-nilai positif ataukah negatif. Apakah suatu tindakan akan menghasilkan nilai positif untuk jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang justru akan memberikan hasil negatif. Sesuatu yang baik, namun jika dilaksanakan tanpa sikap kritis, sangat sering justru menghasilkan akibat negatif dari sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil yang positif. 101

Penggunaan pupuk, pestisida, bibit unggul yang tidak dilandasi sikap kritis terhadap dampaknya, merupakan contoh yang sangat bagus, bahwa sesuatu yang diharapkan akan menghasilkan output yang baik, ternyata malah merugikan. - Penggunaan pupuk an-organik yang tidak tepat ternyata merusak struktur tanah. - Penggunaan pestisida ternyata membinasakan banyak hewan yang sebenarnya bermanfaat bagi pertanian dan penggunaan pestisida yang terus menerus malah mengakibatkan banyak hama menjadi tahan terhadap pestisida. - Penggunaan bibit unggul mengakibatkan terjadinya pergeseran penggunaan tenaga kerja dari tenaga kerja wanita ke tenaga kerja pria, sehingga banyak tenaga kerja wanita beralih profesi menjadi buruh di kota atau menjadi TKW di luar negeri. Sikap kritis juga perlu ada dalam berkonsumsi. Diperlukan tingkat pemikiran tertentu agar konsumsi bisa sehat dan tidak merusak lingkungan, serta bermanfaat bagi orang banyak. Selain banyaknya polusi yang berasal dari BBM, besarnya konsumsi hasil ternak ikut menyumbang terjadinya Global Warming. Oleh karena itu dorongan untuk berkonsumsi juga harus diarahkan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan.

5. Kreatif.
Di dalam menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tertentu manusia harus kreatif dalam menciptakan metode dan peluang-peluang, guna menunjang keberhasilan suatu tindakan. Misalnya dalam hal meningkatkan produktivitas, perlu ditemukan terobosan-terobosan baru, dengan tujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar bisa meningkat, bahkan meski menggunakan teknologi yang tersedia. Kreativitas dalam berkonsumsi bisa dilaksanakan dengan pengembangan sumber energi alternatif. Contohnya adalah pemanfaatan energi dari kotoran ternak, tenaga surya, dan lain-lainnya. Demikian pula dengan penggunaan pupuk kompos atau pupuk kandang, serta berusaha mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Hal ini selain akan menjaga peningkatan produktivitas sebagaimana yang diharapkan, juga akan membuat berkelanjutannya kesuburan tanah, serta memperbaiki kandungan nutrisi hasil produksi (organik). Dengan demikian, selain memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan, petani juga akan dapat meningkatkan pendapatannya

102

Inovatif
Sikap inovatif maksudnya adalah menemukan hal-hal yang baru sama sekali. Misalnya mengganti tanaman yang semula merupakan tanaman pangan seperti padi dan palawija, diganti dengan tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai lebih tinggi. Contoh-contoh di atas hanyalah beberapa dari banyak yang bisa dilakukan. Diperlukannya sikap kritis, kreatif serta inovatif ini dapat ditemukan di setiap kelompok orang, masyarakat, dan dimanapun. Juga di setiap bidang ekonomi dengan permasalahan masingmasing, baik dalam berproduksi maupun dalam berkonsumsi. Sikap kritis, kreatif dan inovatif juga perlu dikembangkan ketika seseorang bertindak baik sebagai faktor produksi maupun sebagai pelaksana manajemen. Sebagai faktor produksi dan manajerial misalnya, kritis, kreatif dan inovativ terjadi sebagaimana dalam sejarah dari berdirinya koperasi dan selama perjalanannya sampai saat ini. Koperasi merupakan contoh yang sangat baik, bagaimana dengan bekerja sama koperasi mampu meningkatkan manusia sebagai faktor produksi bahkan juga sebagai produsen dan konsumen. Koperasi juga membina para anggotanya menjadi manusia yang berdisiplin dalam menjaga lingkungan dan bertindak kritis. Bahkan koperasi telah memakmurkan anggotanya. Koperasi berkembang sedemikian sehingga memakmurkan anggotanya tanpa menimbulkan permasalahan

Individu.
Pada dasarnya secara individu, kekhawatiran manusia dalam menghadapi alam dan eksistensinya lebih besar daripada secara berkelompok. Oleh karena itu pada umumnya, secara individu manusia akan berusaha mempunyai kearifan yang lebih besar dalam mempertahankan eksistensi ras manusia. Secara individu manusia akan menjaga kelestarian alam dan mempertahankan haknya secara lebih langsung. Individu juga akan berproduksi secukupnya. Tidak berlebihan. Kekurangan bahan-bahan keperluan hidup yang mungkin terjadi juga tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya karena ia hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Dalam hal menghadapi kekurangan keperluan hidupnya, seorang individu juga akan merasa lebih mudah memenuhi kebutuhannya karena ia merasa hanya akan memenuhi kebutuhan untuk satu orang, yaitu dirinya sendiri. Namun demikian usaha untuk berproduksi juga sangat terbatas, karena hanya dilakukan sendiri. Baik tenaga maupun pikiran yang dapat dicurahkan dalam 103

usahanya berproduksi menjadi sangat terbatas. Sehingga hasil produksinya pun menjadi sangat terbatas pula. Orang yang bekerja secara individu hampir tidak mungkin atau kecil kemungkinanannya mengembangkan metode berproduksi atau mengembangkan kombinasi penggunaan faktor produksi. Individu umumnya cepat merasa puas dengan terpenuhinya kebutuhan yang minimal. Namun cerita di bawah ini memberikan ilustrasi yang sangat pas untuk menggambarkan perjuangan seorang anak manusia yang mempertahankan eksistensinya di alam bebas seorang diri.

Badar bukan sedari mula merupakan manusia yang hidup seorang diri. Ia berasal dari suatu masyarakat yang sudah berbudaya. Keinginannya untuk berlayar mengakibatkan ia meninggalkan

masyarakatnya. Maka diceritakan perahunya kandas dan ia terdampar di pantai sebuah pulau kosong. Ketika pagi-pagi sadar dari pingsannya ia menyadari bahwa barang yang ada padanya hanyalah pakaian yang dia kenakan dan sebuah pisau pemberian kakeknya ketika ia mulai dewasa dan yang tidak pernah meninggalkan pinggangnya. Ia merasa lapar, lalu tertatih-tatih berjalan menuju pedalaman pulau. Ia menemukan sebuah sungai yang airnya sangat jernih, minumlah ia sepuasnya dan kemudian mandi. Setelah segar ia mulai merasa hidup kembali. Tahu bahwa ia harus mendapatkan makanan maka iapun mulai melihat-lihat ke sekelilingnya. Di air sungai yang sangat jernih itu, ia melihat ikan-ikan yang cukup besar berenang kesana kemari. Dengan mempergunakan pisaunya, ia mulai membuat sebuah tombak dari sebuah ranting pohon yang diruncingkan ujungnya. Setelah selesai membuat tombak, iapun mulai berburu ikan. Hari itu ia mendapat 4 ekor ikan dan habis dimakannya. Keesokan harinya ia berburu lagi dan mendapatkan 4 ekor ikan yang habis untuk dikonsumsinya pada hari yang sama. Cerita berlanjut untuk beberapa hari ke depan. Sampai pada suatu hari ia berpikir, Kalau begini keadaannya, saya 104

tidak akan pernah berhasil keluar dari pulau ini. Hari-hariku habis untuk berburu ikan. Maka iapun menyadari bahwa ia harus bisa mendapatkan lebih banyak ikan. Tetapi bagaimana? Dengan tombaknya ia hanya mampu memperoleh 4 ekor ikan dalam sehari. Ia berpikir bahwa untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak ia harus mengganti peralatannya yang semula tombak menjadi jaring. Itu artinya ia harus membuat jaring. Tapi kapan? Waktunya dalam sehari sudah habis digunakan untuk menangkap ikan. Mulailah ia berhitung: Dengan mengurangi jumlah ikan yang dikonsumsi, ia akan bisa menyimpan ikan untuk dimakan pada hari berikutnya. Keesokan harinya ia menangkap ikan mendapatkan 4 ekor tetapi hanya dimakan 3 ekor saja maka ia mempunyai simpanan 1 ekor. Hari kedua ia menangkap 4 ekor ikan lagi sehingga ia mempunyai 5 ekor ikan dan hanya dimakan 3 ekor sehingga masih sisa 2 ekor. Begitu juga yang dilakukannya pada hari ke 3, sehingga sisa ikan pada hari itu menjadi 3 ekor. Pada hari ke 4, ia tidak menangkap ikan tetapi dengan makan 3 ekor ikan tersisa, hari itu bisa ia gunakan untuk memintal benang dari serat kulit kayu. Pada periode tiga hari mendatang ia melakukan hal yang sama dan pada hari keempat ia memintal benang lagi. Demikianlah ia melakukan untuk beberapa lama, hingga pada akhirnya ia merasa bahwa benang yang dimilikinya sudah cukup untuk membuat sebuah jala. Ia masih

melakukan hal yang sama pada hari pertama, kedua dan ketiga. Namun, yang dilakukan pada hari keempat adalah merajut sebuah jala. Kegiatan ini dilakukan beberapa waktu sehingga pada akhirnya jala selesai dirajut dan kini ia mempunyai sebuah jala untuk menangkap ikan. Dengan menggunakan jala itu, tangkapannya meningkat drastis. Sekarang ia mampu menangkap ikan dalam sehari sebanyak 10 ekor. Iapun 105

makan ikan sebanyak 5 ekor ikan sehari. Itupun masih berlebih. Maka banyak hal dapat dilakukannya yaitu: membangun pondok, belajar membuat api, menjelajahi hutan, mencoba berburu binatang hutan, mencari buah-buahan atau makanan lain di hutan, dan akhirnya mencoba bercocok tanam.

Cerita tentang si Badar di atas memberikan ilustrasi tentang konsumsi, saving (menabung), investasi, dan peningkatan aktivitas produksi yang kemudian semakin meningkatkan kehidupannya atau kesejahteraannya. Inilah cerita anak manusia yang hidup dalam kesendiriannya dan mencoba untuk mempertahankan hidup dan eksistensinya.

6. Kelompok
Ketika manusia mulai berkelompok, segala sesuatunya dilakukan bersama. Maka mulailah timbul rasa kekhawatiran terhadap ketiadaan kebutuhan pada suatu saat. Mereka melakukan upaya untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan penyimpanan. Simpanan ini terutama dilakukan untuk menghadapi masa paceklik. Terlebih-lebih juga disebabkan karena sangat sering dalam kelompok mereka ini terdapat anggota kelompok yang belum produktif seperti anak-anak dan para orang tua yang karena usia atau jabatannya menjadi tidak produktif. Dengan berkelompok-kelompok, kemampuan berproduksi menjadi lebih besar dan beragam daripada ketika dilakukan secara individu. Baik untuk berburu, bertani, maupun menangkap ikan yang dilakukan secara kelompok akan menghasilkan lebih banyak. Selain itu dengan berkelompok, semakin banyak profesi yang dapat di jalankan. Hingga profesi dukun yaitu pengobat, pelindung dari kuasa jahat, ataupun dukun-dukun yang lain yang lebih dikenal dengan pawang juga timbul disini. Situasi ini menimbulkan kesadaran bahwa besarnya kelompok berpengaruh langsung terhadap hasil yang akan mereka peroleh. Sehingga mereka mulai menyadari bahwa jumlah anak dalam suatu kelompok akan berpengaruh terhadap kemakmuran kelompok mereka. Semakin 106

banyak anak, akan semakin memungkinkan kelompok tersebut berkembang menjadi lebih makmur. Akan tetapi situasi ini juga membawa konsekwensi untuk menghidupi anak-anak mereka demi untuk kelangsungan produksi yang semakin besar. Dari sinilah tumbuh konsep investasi, yaitu menahan konsumsi sekarang demi untuk meningkatkan produksi di masa mendatang.

7. Masyarakat
Kelompok-kelompok manusia terus berkembang. Jumlah anggota masing-masing kelompok juga berkembang. Terjadi persaingan antar kelompok. Mereka bersaing

memperebutkan daerah atau bahkan kekayaan yang sudah dimiliki oleh kelompok lain. Disinilah mulai terlihat secara nyata tumbuhnya kerakusan. Maka dalam kelompok-kelompok tersebut timbullah kesadaran untuk mengembangkan tatanan. Dalam kelompok-kelompok, timbullah pembidangan kegiatan masyarakat. Bidang pertahanan, bidang ekonomi, bidang kesenian, bidang kesehatan dan lain sebagainya. Sebagai dampak berikutnya, timbullah persaingan untuk memperebutkan kekuasaan dan pemerintahan. Terbentuklah masyarakat. Tatanan pada masyarakat yang menimbulkan spesialisasi ini ternyata semakin berkembang kearah spesialisasi yang lebih rinci lagi. Tumbuhnya berbagai masyarakat ini sekaligus

menumbuhkan berbagai pemikiran-pemikiran. Di bidang sosial, agama, pertahanan, kebudayaan sudah lebih dahulu timbul. Dibidang ekonomi berbagai pemikiran juga sudah ada jauh jauh hari. Sampai kemudian Adam Smith pada tahun1776 dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (disingkat Wealth of Nations) menuliskan tentang dasar-dasar perdagangan

bebas. Ia merupakan pelopor perdagangan bebas yang sekaligus menjadi bibit dari ekonomi kapitalis. Mungkin ketika Adam Smith menuliskan pendapatnya ia benar, mengingat situasi pada waktu itu mendukungnya. Sebagai contoh, waktu itu produksi masih merupakan produksi rumahan. Belum ada yang disebut sebagai pabrik dan demikian juga belum ada yang disebut buruh. Sehingga kapitalisme dalam arti menghadapkan capital dengan buruh juga belum terjadi.

107

Namun dalam perkembangannya, kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan oleh Adam Smith melalui konsep invisible hands nya menjadi berantakan. Lahirnya konsep pabrik yang menimbulkan istilah buruh, memasukkan buruh ke dalam biaya, mengakibatkan buruh dihadapkan dengan kapital sebagai pilihan. Sebagai akibatnya dengan konsep kapitalisme (oleh tulisan Adam Smith) buruh adalah bagian dari biaya. Sehingga buruh merupakan bagian yang harus ditekan ketika perusahaan menghadapi perusahaan lain. Pergolakan atau lebih jelas lagi tekanan terhadap buruh inilah yang kemudian melahirkan Marxisme. Jadi invisible hands secara teori memang mengatur keseimbangan antara produksi dengan konsumsi namun sangat sering, pengaturan yang terjadi membawa akibat yang sangat luar biasa pahitnya bagi sebagian anggota masyarakat, dalam hal ini kaum buruh. Terjadi penjajahan atas manusia oleh kelompok manusia lain. Kelas buruh sangat dirugikan dan sangat menderita.

Melihat situasi ini, Karl Marx bereaksi. Ia menuliskan dalam bukunya Manifesto Komunis bahwa: Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas. Oleh karenanya Marx menuntut bahwa demi keadilan maka semua alat produksi harus dikuasai oleh negara. Secara teori ajaran ini tentu sangat baik. Di bawah kepemilikan alat-alat produksi oleh negara, hasil produksi akan dapat dibagikan secara optimal kepada para warga negaranya sehingga

kemakmuran akan optimal. Tetapi, pemikiran ini ternyata hanya terjadi di alam maya saja. Dalam prakteknya ternyata negaralah yang kemudian memegang peranan sebagai penjajah warganya. Tidak ada kebebasan berpikir apalagi kebebasan berproduksi. Jumlah serta jenis produksi ditentukan dan dikuasai oleh negara.

Pada bidang Ekonomi, spesialisasi dalam berproduksi menjadi semakin dalam. Namun demikian pengaturannya yang lengkap dan apik mengakibatkan produksi barang dan jasa berlimpah dan sangat berlebih untuk mencukupi kebutuhan anggota masyarakat yang berada di luar sektor produksi. Akan tetapi situasi spesialisasi ini juga tidak menjadikan buruh lebih baik. 108

Setiap buruh hanya menguasai bidang produksi tertentu. Bahkan pada suatu sistem produksi yang besar dan kompleks, setiap buruh hanya ahli di sebagian sistim produksi saja. Buruh tidak bisa berproduksi di luar bidangnya, dan ini menjadikan mereka rentan terhadap berbagai situasi. Hal ini terbukti ketika terjadi revolusi industri dimanan nilai buruh sangat merosot dibandingkan dengan nilai mesin. Mengapa demikian? Karena buruh tidak mempunyai alternatif untuk bekerja di bidang lain. Sampai akhirnya, melalui proses panjang dan melalui berbagai kegagalan, para buruh bisa melahirkan konsep

koperasi. Konsep ini bukan dilahirkan oleh seseorang yang pandai seperti halnya kapitalisme dan komunisme (Marxisme) namun langsung lahir dari rahim golongan yang mengalami kesulitan. Dan mereka berhasil menemukan jalan pemecahannya. Ternyata koperasi, apabila dijalankan sebagaimana cita-citanya yaitu memakmurkan anggotanya, dapat berkembang dan memberikan manfaat yang sangat significant terhadap anggotanya. Namun cita-cita koperasi yang dapat berhasil ini sangat membutuhkan dedikasi, keuletan serta ketelatenan baik dari para pengurus maupun anggotanya. Keadaan bahwa koperasi sudah membuktikan memberikan manfaat berupa kemakmuran bagi para anggotanya sudah banyak terjadi. Banyak koperasi yang bahkan turn-overnya lebih besar daripada multi national corporation Di Indonesia koperasi sudah dikenal pada akhir abad XIX. Jadi sebenarnya sudah cukup lama, karena tidak terpaut jauh (tidak sampai 20 tahun) dari dilahirkannya koperasi di negara asalnya Inggris. Namun demikian koperasi ternyata tidak dapat berkembang dengan baik di Indonesia. Padahal negara kita memiliki dasar yang sangat sesuai untuk berkembangnya koperasi yaitu Gotong Royong. Gotong Royong artinya bekerja sama, dan ide yang sama pula yang menjadi awal pemikiran koperasi (co-operative) di Inggris. Secara singkat, sejarah timbulnya pemikiran koperasi di Inggris diawali dengan siatuasi sebagaimana sudah dinyatakan diatas, sistim ekonomi kapitalis yang menghadapkan buruh dengan kapital. Ternyata kapital memang lebih unggul dibandingkan dengan buruh. Sebagai

109

akibatnya nilai buruh (upah) menurun drastis. Buruh juga terancam pemecatan. Sebagai akibatnya buruh berupaya untuk berkelakuan sebaik mungkin. Langkah pertama yang dilakukan adalah belanja bersama. Bukan berarti para buruh ramai ramai ke kota bersama-sama belanja. Tetapi secara begiliran orang berbelanja ke kota. Yang lain menitipkan belanjaannya kepada orang yang bertugas. Tindakan ini membawa akibat, - konduite buruh di mata majikan meningkat karena berkurangnya hari membolos, - sewa angkutan per satuan barang bawaan menjadi lebih murah, dan - para penjual di kota yang semula menghadapi banyak buruh sehingga bisa menahan harga, sekarang hanya menghadapi satu buruh sehingga para penjuallah yang kini bersaing untuk menjual barangnya kepada perwakilan buruh. Langkah kedua adalah mendirikan warung kebutuhan para buruh. Sehingga tempat belanja para buruh bisa didekatkan. Dalam perkembangannya, warung ini kemudian ditiru oleh kumpulankumpulan buruh. Bahkan warung-warung ini kemudian melakukan belanja bersama sehingga effisiensi yang luar biasa besarnya. Belanja kemudian dilakukan langsung ke pabrik pembuatnya. Langkah ketiga adalah dengan semakin besarnya kebutuhan untuk beberapa barang konsumsi seperti biskuit, sepatu, dan lain-lain, kelompok buruh ini kemudian mendirikan sendiri pabriknya. Inilah perkembangan koperasi di negara asalnya, Inggris. Bagi mereka koperasi adalah harapan dan media untuk mencapai kemakmuran. Oleh karenanya mereka bekerja keras di dalam koperasi mereka. Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia bukannya tidak mempunyai tokoh koperasi. Banyak tokoh koperasi di Indonesia. Yang paling menonjol adalah Bung Hatta. Beliau bahkan pernah mencita-citakan koperasi menjadi satu-satunya lembaga ekonomi yang terkuat di Indonesia. Hal ini beliau tuangkan dalam UUD45. Buah pikiran Bung Hatta, terlihat sebagaimana berikut ini: Sebagai suatu bangsa yang berpuluh puluh tahun berjoang menentang imperialisme dan kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi tentang dasar hidup kita. Kita ingin melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari kesengsaraan hidup. Ideal kita itu terpancang dalam Undang-Undang Dasar: Perekonomian

110

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas itu ialah koperasi. Suatu perekonomian nasional yang berdasar atas koperasi adalah ideal kita. Ini sebenarnya buah pikiran Bung Hatta sendiri sebagai salah seorang penyusun UndangUndang Dasar. Namun kerendahan hati beliau menuntut beliau untuk menyatakan bahwa hal tersebut memang sudah ada pada UUD45, tanpa menyebutkan siapa sebenarnya orang yang memasukkannya. Namun demikian dalam berkoperasi harus diakui masyarakat Indonesia, mempunyai kelemahan yang sangat jelas. Sebagian besar orang Indonesia sudah terkena penyakit instantisme. Maunya segalanya bisa dicapai dengan instan. Ini sangat bertentangan dengan karakter yang ingin dicapai melalui koperasi, pelan-pelan, bertahap namun pasti dan meyakinkan. Satu lagi karakter orang Indonesia yang melemahkan perkembangan koperasi di Indonesia adalah: banyak orang Indonesia yang beranggapan bahwa begitu masuk menjadi anggota sebuah koperasi, yang pertama-tama dicita-citakan adalah memperoleh fasilitas melalui koperasi tersebut, bukan justru kerja kerasnya.

Bahan Pustaka
Basri, Faisal dan Haris Munandar (2009). Lanskap ekonomi Indonesia:kajian dan renungan terhadap masalah-masalah struktural, transformasi baru, dan prospek perekonomian Indonesia, (Jakarta: Kencana). Hatta, Mohammad (1954). Beberapa Fasal Ekonomi, Djilid Pertama, Jalan Keekonomi dan Koperasi, (Djakarta: Perpustakaan Perguruan Kementrian PP&K). ______________ (1966). Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, (Jakarta: Penerbit Djambatan). Djojohadikusumo, Sumitro (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Pustaka LP3ES).

111

Anda mungkin juga menyukai