Anda di halaman 1dari 10

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena

tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.

Pengolahan air limbah dapat dibagi dalam 3 tingkatan: Pengolahan secara fisika. Penyaringan ( filtrasi)Bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihanlumpur dan pasir serta mengurangi kadar zat-zat organik yang ada dalam air.b. Sedimentasi (pengendapan)Pada prinsipnya benda yang berat akan mengendap terlebih dahulu. Setelahpengendapan, endapan dapat dipisahkan/dikeluarkan dari bak sedimentasi.c. Absorbsi (penyerapan) dan adsorpsi (pengikatan ion bebas)(2) Pengolahan secara kimiaa. KoagulasiKoagulasi merupakan proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Reaksi koagulasidapat berjalan dengan penambahan zat pereaksi (koagulan) sesuai dengan zat terlarut,antara lain kapur, tawas dan kaporit.

b. AerasiAerasi merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapan O2 dari udara padaair olahan yang akan diproses. Tujuannya agar O2 di udara dapat bereaksi dengankation dan menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapatmengendap.(3) Pengolahan secara biologiSenyawa-senyawa organic yang ada dalam air limbah dapat diurai dengan bahanpengurai bakteri atau memelihara tanaman yang dapat menurunkan populasi bakteri

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995). 2.1.1. Jenis dan Karakteristik Sampah 2.1.1.1. Jenis Sampah Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik b. Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya 2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas 3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995) 2.1.1.2. Karakteristik Sampah Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah, dikantor, industri. Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan. Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal dari perumahan. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk, kereta api. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan hasil bumi. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kalengkaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)

Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra, 2007). Sistem Pengelolaan Sampah Sistem Pengelolaan Persampahan terdiri dari : Peraturan/Hukum Kelembagaan dan Organisasi Teknik Operasional (Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan, Pengolahan, Pembuangan Akhir) Pembiayaan (Biaya Investasi, Operasi dan Pemeliharaan, Manajemen, Pengembangan, Penyuluhan dan pembinaan Masyarakat) Peran serta masyarakat Konsep-konsep dalam pengelolaan Persampahan: Minimasi limbah yang terbentuk, mengelola limbah yang terbentuk. Minimasi > Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Konsep Pengelolaan Sampah Terintegrasi: pemilahan dan penerapan teknik-teknik, teknologi, dan manajemen yang sesuai untuk mencapai sasaran dan tujuan ((Contoh SARBAGITA (Denpasar, Bandung, Gianyar, dan Tabanan) mempunyai program strategis : Penetapan TPA bersama Pembentukan wadah kerja sama dalam badan pengelolaan kebersihan Bali Bagian Selatan Pembentukan wadah pengawasan independen, Pembentukan perda pengelolaan sampah Bentuk institusi pengelolaan persampahan di Indonesia: Seleksi kebersihan di bawah satu dinas (umumnya Dinas PU) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di bawah satu dinas > bila dalam struktur organisasi belum ada seksi khusus di bawah dinas yang mengelola kebersihan Dinas Kebersihan PD Kebersihan > merupakan organisasi yang dibentuk bila permasalahan persampahan sudah cukup kompleks dan luas

Ada tiga hal yang menjadi permasalahan persampahan kota, yaitu: Source-sumber sampah Collection-pengumpulan sampah Disposal-pembuangan/penyingkiran sampah Mekanisme Pengelolaan Sampah Mekanisme pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan mengikuti Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan SK SNI T-13-1990-F yang meliputi:

Pewadahan sampah, yaitu cara penampungan sampah sementara disumbernya baik secara individual (penampungan disumber sampah) maupun komunal (penampungan sampah secara bersama-sama di suatu tempat) Pengumpulan sampah, yaitu proses penampungan sampah dengan cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke TPS atau langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan Pemindahan sampah, yaitu tahap pemindahan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke TPA Pengangkutan sampah, yaitu tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA Pengelolaan sampah, yaitu suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk sampah menjadi yang bermanfaat Pembuangan akhir, yaitu tempat untuk mengkarantina (menyingkirkan) sampah kota sehingga aman Perencanaan dalam Manajemen Persampahan Perencanaan dalam Manajemen Persampahan Yaitu proses dimana kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan manajemen persampahan di ukur dan dievaluasi dan beberapa alternatif dikembangkan Pertimbangan penting: Framework dalam Aktivitas Perencanaan Jangka waktu perencanaan Jangka pendek (5-7 tahun) Jangka panjang (di atas 5-7 tahun) Level perencanaan (lokal, regional, atau Nasional) Program dan rencana Sistem Pembuangan Sampah Padat 1. Open Dumps 2. Sanitary Landfill 3. Incineration (pembakaran sampah-sampah yang dapat terbakar dengan menggunakan temperatur yang sangat tinggi : mendekati 1000 derajat celcius) 4. On-site disposal 5. Pig feeding 6. Composting 7. Resource Recovery Systems 8. Traditional Rag-packing 9. Selective waste collection systems 10. Resource recovery plant (magnetic separator) PENGELOLAAN TPA Pengelolaan TPA untuk kawasan perkotaan pada umumnya menggunakan metode landfilling. Cara pengelolaan sampah ke dalam tanah/penimbunan landfilling terdiri dari dua tipe (Damanhuri, 1997:7-10), yaitu:

Open Dumping (tipe pembuangan terbuka), merupakan penggunaan tempat terendah atau terbuka sebagai tempat pembuangan sampah tanpa ditutup dan biasanya sekalikali dibakar ditempat. Sanitary Landfill (lahan urug penyehatan/LUP) adalah dimana sampah diisikan ke dalam area tertentu, dipadatkan dan ditutup dengan tanah setiap harinya sedemikian rupa sehingga tidak terlalu menimbulkan dampak negatif

Untuk mengurangi biaya operasi, sistem ini dapat dimodofikasi yang disebut dengan Controlled Landfill atau Lahan Urug Terkendali (LUT). Jenis operasional LUP dan LUT yang umum digunakan adalah: Medan Urug Terkendali (Area Controlled Landfill) Lereng Urug Terkendali (Ramp/Slope Controlled Landfill) Gali Urug Terkendali (Trench Controlled Landfill) Lembah Urug Terkendali (Canyon/Pit/Quarry Controlled Landfill) Metoda Sanitary Landfill memerlukan lahan dengan kriteria tertentu, yaitu: Apabila lahan berupa daerah rendah yang rata dan kering, tidak dapat digali parit-parit, digunakan Sanitary Landfill metode Area atau Ramp Apabila keadaan lahan tidak rata, dapat digunakan Sanitary Landfill metode Trench Lahan tertekan/rendah, seperti lembah SISTEM PENGELOLAAN KEBERSIHAN Sistem pengelolaan kebersihan berbasis kepada wilayah pemerintahan meliputi kegiatan pewadahan, pengumpulan, penyapuan, pemindahan, pengangkutan, dan pembuangan akhir. Sistem pengelolaan kebersihan yang diselenggarakan oleh PD kebersihan secara garis besar meliputi: 1. Sistem Pelayanan Langsung Yaitu pelayanan yang diselenggaran oleh PD kebersihan langsung kepada subyek yang dilayani, yaitu: Pelayanan pengelolaan kebersihan yang meliputi penyapuan, pengumpulan pengangkutan, dan pembuangan sampah Pelayanan pengelolaan kebersihan pasar Pelayanan pengumpilan, pengengkutan dan pembuangan sampah dari penghasil sampah komersial dan institusi 2. Sistem Pelayanan Tidak Langsung Yaitu pelayanan yang diselenggarakan oleh PD Kebersihan secara tidak langsung kepada subyek, yaitu dari TPS ke TPA PENGUMPULAN SAMPAH PERKOTAAN Pengumpulan dilkukan sebagai berikut (Damanhuri, 1997:20): Pola individual langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses Pola individual tidak langsung, yaitu cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber sampah di bawa ke lokasi pemindahan dengan menggunakan alat bantu Pola pengumpulan komunal langsung, yaitu cara pengumpulan sampah dari masingmasing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke TPA Pola pengumpulan komunal tidak langsung, yaitu cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal di bawa ke lokasi pemindahan dengan menggunakan gerobak untuk dibawa ke TPA

Pola penyapu jalan, yaitu proses pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan dengan menggunakan gerobak Pengelolaan Limbah di Kota Bandung Instalasi Pengolahan Air Limbah utama di Kota Bandung berada di Bojongsoang. Pemda Kota Bandung mewajibkan industri dan rumah sakit mempunyai IPAL masing-masing. IPAL Bojongsoang mempunyai luas 85 hektar dengan kapasitas pelayanan 400.000 kepala keluarga dan kapasitas maksimum 243.000 m3. IPAL ini dibangun untuk mengurangi tingkat pencemaran air sungai Citarum. Dengan adanya proses pengolahan limbah domestik rumah tangga, kualitas air buangan yang dibuang ke sungai Citarum tidak terlalu buruk.Sistem pengolahan limbah pada IPAL Bojonsoang menggunakan teknologi pengolahan konvensional yang meliputi pengolahan secara fisik dan biologi. Infrastruktur pengolahan limbah ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Bandung. Limbah yang diolah merupakan limbah yang berasal dari pemukiman dan pada tahun 2011 ini baru berhasil mengolah 59% dari limbah yang dihasilkan pemukiman di Kota Bandung. IPAL Bojongsoang baru bisa menangani air limbah dari wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Selain mengolah air limbah yang masuk langsung dari saluran perpipaan, IPAL Bojongsoang juga menerima air limbah dari tangki septik (septic tank) yang dikumpulkan oleh mobil-mobil pengumpul tinja. IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 meter kubik air limbah perhari namun air limbah eksisting yang diolah hanya 40.000 meter kubik

Permasalahan Penolahan Limbah Permasalahan yang sering dihadapi di IPAL Bojongsoang antara lain pencemaran limbah industri dan industri rumah tangga pada saluran air kotor, akumulasi logam berat pada lumpur, campur tangan masyarakat pada IPAL ( penanaman ikan pada kolam, pengambilan air kolam, dan kerusakan fasilitas instalasi ). Area pelayanan IPAL Bojongsoang tidak mencakup seluruh wilayah Kota Bandung dikarenakan jaringan pipa yang tidak memadai. Jaringan perpipaan di Bandung Barat dan Bandung Utara belum dihubungkan dengan jaringan perpipaan menuju IPAL ini sehingga penduduk Bandung Barat dan Bandung Utara kebanyakan langsung membuang air limbahnya ke Sungai Citepus. IPAL Bojongsoang hanya direncanakan untuk mengolah air limbah rumah tangga. Kenyataannya IPAL ini sering menerima air limbah yang berasal dari industri kecil dan industri rumah tangga yang tidak memiliki IPAL mandiri dan langsung membuang air limbahnya ke IPAL Bojongsoang. Selain itu, masyarakat sekitar juga sering merepotkan perawatan dan operasional IPAL Bojongsoang; misalnya dengan ikut mengambil air limbah dari kolam-kolam pengolahan untuk irigasi dan membudidayakan ikan di kolam-kolam yang terdapat pada IPAL Bojongsoang. Masyarakat sekitar tidak menyadari bahwa air limbah tersebut memiliki kandungan logam berat yang tinggi sehingga berbahaya bagi kesehatan. Permasalahan lainnya adalah kurangnya koordinasi antar Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam pengelolaan IPAL Bojongsoang terutama terkait dengan pengendalian tata guna lahan di sekitar area IPAL dan infrastruktur penunjang IPAL. Tata guna lahan di sekitar area

IPAL Bojongsoang berubah menjadi guna laha pemukiman sehingga menimbulkan permasalahan baru.

Alur pengelolaan sampah di Kota Bandung adalah sampah dari jalan, pasar, dan pemukiman dikumpulkan lalu melalui proses pewadahan. Setelah dikumpulkan dalam pewadahan, sampah diangkut ke TPS atau Tempat Pembuangan Sampah kemudian diangkut lagi ke TPA atau Tempat Pembuangan Akhir. Pengelolaan sampah yang dikumpulkan dari tempat public sampai pemukiman ke TPS merupakan tanggung jawab masyarakat dan selebihnya adalah tanggung jawab PD. Kebersihan. Proses pengambilan sampah di Bandung saat ini dilakukan dengan menggunakan cara pengambilan bak rute dan container. Cara pertama dikenal dengan nama pengumpulan sampah bak, dimana truk mendatangi beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) untuk dilakukan pemuatan sampah kedalam truk. Setelah penuh truk menuju tempat pembuangan akhir (TPA) untuk melakukan proses unloading. Selanjutnya jika waktu masih mencukupi truk kembali lagi ke TPS untuk melakukan proses loading. Cara kedua atau pengumpulan sampah dengan sistem kontainer besar dikenal dengan direct shipping. Truk dengan kontainer kosong menuju lokasi untuk menurunkan kontainer yang kosong dan mengambil kontainer yang sudah penuh untuk dibawa ke TPA. Jika waktu masih cukup truk kembali ke TPS lainnya untuk melakukan hal yangsama sampai waktunya selesai. Menurut informasi dari PD Kebersihan Kota Bandung, sampah kota yang diproduksi setiap harinya berasal dari sumber rumah tangga (60%), pasar (20%), rumah makan, restoran dan area lainnya (10%). Pada musim kemarau, jumlah produksi sampah di Kota Bandung berkisar antara 1.050 hingga 1.100 ton per hari. Sedangkan pada musim hujan, volumenya bisa meningkat menjadi 1.200 hingga 1.300 ton. Sekitar 6.500 ton sampah dibuang setiap hari, tetapi yang diolah hanya sekitar 5 persen sementara sekitar 20 persen sampah mengalir ke sungai atau laut dan

sisanya ke tempat pembuangan akhir (TPA). TPA di Kota Bandung sebagian besar menggunakan sistem open dumping yaitu sampah ditumpuk serta dipadatkan di tempat terbuka dan sesekali dibakar. Pada sebagian TPA seperti TPA Leuwigajah sistem pengolahan sampah menggunakan sistem sanitary landfill namun dalam pelaksanaan di lapangan pihak pengelola selalu kembali menggunakan sistem open dumping. Rumusan Masalah Permasalahan sampah yang muncul pada umumnya adalah sistem distribusi atau sistem TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sistem distribusi menyangkut masalah sarana transportasi pengangkut dan kendaraan yang mengangkut atau bongkar muat sampah dari rumah ke rumah, dari rumah ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan dari TPS ke TPA, karena kenyataan di lapangan tidak seperti yang diharapkan yaitu hanya 1-2 rit/ hari dikarenakan banyak kondisi truk dari PD. kebersihan yang sudah tidak layak jalan dan disamping itu jumlah truk sangat sedikt sehingga tidak mampu melayani pengangkutan samapah di Kota Bandung secara optimal. jumlah Sarana alat transportasi pengangkutan sampah yang dimiliki oleh PD. Kebersihan hanya sejumlah 103 truk dan yang melakukan operasi pengangkutan hanya 77 truk. PD. Kebersihan juga mengalami kekurangan dana operasional dalam pengelolaan sampa di Kota Bandung. Sistem di TPA menyangkut pengelolaan sampah yang berkaitan dengan kecepatan daya tampung Tempat Pembuangan Akhir terhadap pertambahan jumlah sampah setiap harinya. Sistem open dumping yang diadopsi oleh sebagian besar TPA di Bandung memerlukan lahan dalam jumlah besar sehingga semakin banyak volume sampah yang dihasilkan maka semakin besar pula lahan yang diperlukan untuk TPA. Sistem open dumpeming juga mengakibatkan terganggunya masyarakat sekitar TPA seperti terdapat pencemaran sumber air minum penduduk sekitar serta menjadi sumber penyebarab penyakit akibat lingkungan TPA yang tidak sehat. Analisis Masalah Infrastruktur penanganan sampah dan limbah di Kota Bandung sudah tersedia namun secara kuantitas dan kualitas tidak memadai. Infrastruktur pengolahan limbah hanya dapat mengolah limbah buangan rumah tangga saja tidak bisa mengolah limbah buangan industri dan rumah sakit. Untuk menanggulangin hal tersebut pemerintah daerah setempat mewajibkan industri dan fasilitas kesehatan untuk memiliki instalasi pengolahan limbah masing-masing. Terdapat penyelewengan terhadap peraturan kepemilikan IPAL tersebut sehingga masih banyak industri dan rumah sakit yang membuang limbanhnya langsung ke sungai dan menimbulkan pencemaran. Dalam hal ini pemerintah setempat tidak tegas dalam memberlakukan sanksi. Selain itu sebagian industri yang tidak memiliki IPAL membuang limbahnya langsung ke IPAL Bojonsoang yang menyebabkan IPAL Bojongsoang tidak dapat bekerja secara efisien. Pengelolaan IPAL Bojongsoang juga tidak dilakukan secara tertutup atau bebas dari interferensi masyarakat diakibatkan kurangnya SDM tenaga kerja untuk menjaga area IPAL Bojongsoang yang luasnya 85 hektar. Hal ini menyebabkan masyarakat sekitar dapat mengambil air limbah secara diamdiam untuk kepentingan irigasi sawah dan pembiakan ikan air tawar. Kasus ini membuktikan bahwa terjadi kebocoran dalam penanganan limbah pada IPAL Bojongsoang. Area Pelayanan IPAL Bojongsoang seharusnya mencakup seluruh wilayah Kota Bandung dan sekitarnya.namun hal itu tidak terwujud akibat terkendala tidak tersedianya pipa pembuangan air kotor pada wilayah Bandung Barat dan Bandung Utara sehingga IPAL Bojongsoang hanya dapat melayani 440.000 kepala keluarga saja. Saluran pembuangan limbah juga terputus di beberapa bagian dan

tidak semua bagian menggunakan sistem saluran tertutup. Seharusnya saluran sistem pembuangan air kotor saling terintegrasi satu sama lain dan menggunakan sistem saluran tertutup. Pengelolaan sampah di Kota Bandung masih menggunakan metode lama yang telah berkembang sejak tahun 1970-an yakni open dumping. Sistem open dumping merupakan sistem yang paling sederhana dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Kelemahan dari sistem ini adalah sampah dibiarkan secara terbuka sehingga dapat menjadi sarang penyakit dan mengganggu kenyamanan warga sekitar. Pada TPA dengan sistem sanitary landfill pengelolaan sampah tetap dilakukan dengan sistem open dumping dikarenakan sumber daya manusia yang tersedia kurang memahami pelaksanaan teknologi sanitary landfill.Teknologi open dumping dapat membahayakan masyarakat sekitar karena gas metana dari tumpukan sampah yang dipadatkan sewaktu-waktu dapat meledak seperti pada kasus TPA Leuwigajah. Selain itu volume sampah Kota Bandung sudah melebihi dari kapasitas TPA yang tersedia sehingga sampah yang tidak tertampung ditumpuk di pinggir jalan sehingga mengganggu kenyaman masyarakat. Kondisi Tempat Penampungan Sampah juga berupa bak penampungan yang tidak tertutup. Secara umum kualitas penampungan

Anda mungkin juga menyukai