Anda di halaman 1dari 13

RESUME KASUS 1 MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh: Indri Andini Maskadi 220110080114

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TAHUN 2011

PENGKAJIAN KOMUNITAS
1. PENGERTIAN Pengkajian keperawatan komunitas adalah suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. 2. TUJUAN Tujuannya adalah mengidentifikasi faktor negatif dan positif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakathingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi untuk promosi kesehatan. 3. METODE DAN PENDEKATAN Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data di komunitas adalah Windshield Survey. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi berbagai dimensi dari komunitas, lingkungan, serta gaya hidup masyarakat. Beberapa aspek yang dikaji adalah sebagai berikut: I. INTI KOMUNITAS 1. Sejarah: Apa yang Anda dapat dari pengamatan sementara di wilayah tersebut? Tanyakan mengenai sejarah wilayah tersebut kepada tetua atau tokoh masyarakat. 2. Demografik: Tipe orang apa yang Anda jumpai? Termasuk data mengenai usia kelamin dan piramida penduduk. 3. Etnisitas: Identifikasi berbagai suku atau etnis yang Anda jumpai. 4. Nilai dan Keyakinan: Apakah disana terdapat rumah ibadah? Apakah tempat tersebut terlihat homogen? Identifikasi nilai dan keyakinan dalam masyarakat. II. SUBSISTEM 1. Lingkungan fisik: Keadaan lingkungan atau geografis, batas wilayah, peta wilayah, iklim, dan kondisi perumahan. 2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial: Unit pelayanan kesehatan yang tersedia baik modern maupun tradisional, tenaga kesehatan, home care, tempat pelayanan sosial, serta kesehatan jiwa komunitas. 3. Ekonomi: Status ekonomi masyarakat, industri yang ada, kegiatan yang menunjang OBSERVASI DATA

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

roda perekonomian, serta jumlah pengangguran. Keamanan dan transportasi: Bagaimana masyarakat bepergian? Apa jenis transportasi umum dan pribadi yang digunakan? Aapa jenis pelayanan perlindungan yang tersedia (contoh: pemadam kebakaran, polisi, sanitasi)? Apakah kualitas udara termonitor? Apa jenis kejahatan pada umumnya? Apakah masyarakat merasa aman? Pemerintah dan Politik: Apakah ada tanda dari aktivitas politik (contoh: poster, pertemuan)? Apa partai yang mendominasi? Apa hak komunitas dalam pemerintahan (contoh: pemilihan bupati, anggota DPRD)? Apakah masyarakat terlibat dalam membuat keputusan di pemerintah setempat? Komunikasi: Identifikasi berbagai jenis komunikasi yang digunakan oleh masyarakat termasuk komunikasi melalui media cetak dan elektronik. Pendidikan: Identifikasi berbagai jenis institusi pendidikan yang ada serta ketersediaan program UKS. Rekreasi: Di mana anak-anak bermain? Apa bentuk umum dari rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas dari rekreasi yang Anda temukan? III. PERSEPSI Penduduk: Bagaimana pendapat masyarakat tentang komunitasnya? Apa yang mereka identifikasi senagai kekuatan? Masalah? Persepsi Anda: Pernyataan umum mengenai kesehatan komunitas. Apa kekuatannya? Apa masalah aktual atau potensialyang bisa Anda identifikasi?

PHBS
1. PENGERTIAN PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. 2. PELAKSANAAN PHBS. Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan nya PHBS di kelompokkan menjadi lima tatanan yaitu : a. PHBS di Rumah Tangga. PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Memberi ASI ekslusif Menimbang balita setiap bulan Menggunakan air bersih Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Menggunakan jamban sehat Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di dalam rumah b. PHBS di Sekolah PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu : Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Olahraga yang teratur dan terukur Memberantas jentik nyamuk Tidak merokok di sekolah Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan Membuang sampah pada tempatnya c. PHBS di Institusi Kesehatan PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan yaitu :

Menggunakan air bersih Menggunakan Jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di institusi kesehatan Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk d. PHBS di Tempat Kerja PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain : Tidak merokok di tempat kerja. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja. Menggunakan air bersih. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar. Membuang sampah pada tempatnya. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan e. PHBS di Tempat Tempat Umum PHBS di Tempat - tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat - tempa t umu m agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat - tempat Umum Sehat. Tempat - tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat - Tempat Umum yaitu : Menggunakan air bersih. Menggunakan jamban. Membuang sampah pada tempatnya. Tidak merokok di tempat umum. Tidak meludah sembarangan. Memberantas jentik nyamuk

RUMAH SEHAT
1. PENGERTIAN Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial. (Krieger and Higgins, 2002). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. 2. KRITERIA RUMAH SEHAT a. Menurut Winslow dan APHA. Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. b. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999. Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut: Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi; Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam; Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan; Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Komponen dan penataan ruangan Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan; Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir; Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap Pencahayaan Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. Kualitas udara Suhu udara nyaman, antara 18 30 oC; Kelembaban udara, antara 40 70 %; Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam; Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni; Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam; Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik. Ventilasi Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai. Vektor penyakit Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. Penyediaan air Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. Pembuangan Limbah Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

c. Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997. Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah: Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah; Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai; Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya;

Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

POSYANDU
1. PENGERTIAN Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. 2. TUJUAN Tujuannya adalah mempercepat penurunan angkaka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, mempercepat NKKBS, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan, dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat. 3. SASARAN Sasaran posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, serta wanita usia subur. 4. KEGIATAN Tujuh Kegiatan Posyandu (Sapta krida Posyandu) adalah: a. Kesehatan ibu dan anak. b. Keluarga berencana. c. Imunisasi. d. Peningkatan gizi. e. Penanggulangan diare. f. Sanitasi dasar. g. Penyediaan obat esensial. 5. PEMBENTUKAN Posyandu dibentuk dari pos-pos, seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, keluarga berencana desa, dan pos kesehatan. 6. PERSYARATAN PEMBENTUKAN Penduduk RW dengan kriteria paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri atas 120 KK, disesuaikan kemampuan bidan, jarak antar rumah warga tidak terlalu jauh. 7. ALASAN PENDIRIAN a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan, khususnya dalam pencegahan penyakit dan pelayanan KB. b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat.

8. PENYELENGGARA a. Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan puskesmas. b. Pengelolanya adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat, dan kader kesehatan. 9. LOKASI DAN LETAK Lokasi posyandu hendaknya di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat, yang ditentukan oleh masyarakat sendiri. 10. PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJALANKAN a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita. b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. c. Pemberian alat kontrasepsi KB. d. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare. e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. f. Pertolongan pertama pada kecelakaan. 11. POSYANDU BALITA a. Tugas kader pada saat persiapan buka posyandu: Menyiapkan alat dan bahan. Mengundang dan menggerakan masyarakat. Menghubungi pokja posyandu. Melaksanakan pembagian tugas. b. Tugas kader pad hari buka posyandu. Meja 1: Pendaftaran bayi/balita, ibu hamil, menyusui, dan pasangan usia subur. Pencatatan, menulis nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS serta menuliskan nama ibu hamil pada formulis atau register ibu hamil. Meja II: Penimbangan balita, ibu hamil, dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS. Meja III: Pengisian KMS kemudian memindahkan catatan hasil penimbangan dari secarik kertas ke dalam KMS. Meja IV: Diketahui BB anak naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, dan PUS yang belum mengikuti KB. Penyuluhan kesehatan. Pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulang, dan kondom. Memberikan rujukan bila balita BBnya di BGM pada KMS, 2 kali pemeriksaan BBnya tidak naik, terlihat sakit. Ibu hamil atau menyusui keadaannya kurus, pucat, bengkak, atau gondokan serta orang sakit. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu seperti pemberian pil tambah darah, vitamin A, dan oralit.

Meja V: Meja V merupakan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan. Pemberian imunisasi, pil Fe, vit A, dan obat-obatan lainnya. Pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Pemeriksaan kesehatan IUD dan suntikan c. Tugas kader setelah hari buka posyandu. Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register. Mengevaluasi hasil kesgiatan dan merencanakan kegiatan hari posyandu pada bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok. Kegiatan kunjungan rumah. 12. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN 1. Perumusan masalah a. Survei mawas diri. b. Penyajian hasil survei (loka karya mini). 2. Perencanaan pemecahan masalah a. Kaderisasi sebagai pelaksana posyandu. b. Pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu. c. Menyusun rencana kegiatan posyandu. 3. Pelaksanaan kegiatan a. Kegiatan di posyandu sekali sebulan atau lebih. b. Pengumpulan dana sehat. c. Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu. 4. Evaluasi. a. Evaluasi hasil kegiatan yang sedang berjalan. b. Evaluasi hasil kegiatan sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. 5. Kesimpulan a. Posyandu merupakan kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk pos timbangan, PMT, pos kesehatan, dll. b. Peranan lintas sektoral dan lints program berpengaruh dalam keberhasilan posyandu. c. Peningkatan peran serta aktif masyarakat. d. Alih teknologi dan swakelola masyarakat. 13. PELAKSANAAN Pelaksanaan ditinjau dari segi petugas posyandu adalah a. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan pembinaan PKMD. b. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas, loka karya mini. c. Pelaksanaan melalui sistem lima meja dan alih teknologi. Pelaksanaan dari segi masyarakat adalah a. Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan dengan adanya kader kesehatan. b. Perencanaan melalui musyawarah masyarakat desa. c. Pelaksanaannya melalui sistem lima meja.

POSBINDU
1. PENGERTIAN Posbindu adalah kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu. Program ini berbeda dengan posyandu, karena posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki masa lansia. 2. TUJUAN Tujuannya adalah untuk mempersiapkan pada usia lanjut dalam memasuki usia lansianya agar tetap produktif, mandiri dan bisa berperan aktif. 3. SASARAN Program posbindu ini di peruntukan untuk usia 45 tahun ke atas dengan pembagian 45 tahun sampai 59 tahun adalah usia pra lansia, 60 sampai 70 tahun adalah usia lansia dan 70 tahun ke atas adalah lansia yang beresiko. 4. KEGIATAN Kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu diantaranya : a. Pendataan sasaran, yang dilaksanakan satu tahun sekali tiap bulan Januari. b. Pemeriksaan kesehatan, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut maka setiap satu bulan sekali diadakan pemeriksaan kesehatan meliputi: Pemeriksaan tekanan darah Penimbangan berat badan Pemberian obat-obatan bila diperlukan c. Penyuluhan, dilaksanakan setiap 1 bulan sekali. d. Olah raga/kesehatan jasmani, yang dilakukan di Posbindu yaitu senam Lansia, jalan kaki, senam dilaksnakan setiap satu minggu sekali. e. Pengajian, yang dilaksanakan setiap hari jumat. f. Keterampilan, untuk mengembangkan hoby dan bakat para usia lanjut jenis keterampilan yang dilaksanakan diantaranya memasak, payet baju, merenda dari benang wol. g. Rekreasi, untuk mengurangi kejenuhan dan membuat susana menyenangkan dilakukan rekreasi melalui rekreasi wisata alam yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. h. Bakti Sosial, kegiatan yang dilaksanakan diantaranya kerja bakti dilingkungan Posbindu setempat. i. Pemberian makanan tambahan, diberikan pada waktu pemeriksaan rutin j. Pemeriksaan HB, untuk mendeteksi penyakit anemia yang dilakukan 6 bulan sekali. k. Pembinaan pada keluaraga lansia, selain usia lanjut itu sendiri juga diadakan pembinaan pada keluarga yang mempunyai anggota lansia sebagai upaya keluarga untuk meningkatkan kemampuannya mengatasi masalah kesehatan lansia. l. Latihan Kesenian, sebagai media hiburan untuk para lansia.

DESA SIAGA
1. PENGERTIAN Desa siaga adalah upaya bersama masyarakat untuk mengatasi persoalan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. 2. TUJUAN a. Tujuan umum: Terwujudnya desa dengan masyarakat sehat, peduli, dan tanggap terhadap maslahmasalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) di desanya. b. Tujuan khusus: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnhya kesehatan dan melaksanakan PHBS. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa. 3. PROSES PEMBENTUKAN DESA SIAGA a. Persiapan di tingkat kabupaten. b. Sosialisasi di tingkat kecamatan. c. Tingkat desa: Pengorganisasian tim lintas lembaga di tingkat kabupaten: dinkes, BKKBCS, BPMD, BAPPEDA dan LSM. Pelatihan-pelatihan. Analisa masalah dengan metode PPA (Participatory Problem Analisys) Pengorganisasian masyarakat dalam jejaring (Pencatatan, darah, dana, transport, KB) Pertemuan rutin/bulanan desa siaga. 4. INDIKATOR KEBERHASILAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA a. Indikator masukan (input) Ada/ tidaknya forum masyarakat desa Ada/ tidaknya Poskesdes dan sarananya. Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) Ada/ tidaknya UKBM lain. b. Indikator proses (process) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa. Berfungsi/tidaknya poskesdes. Berfungsi/tidaknya sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratyan dan bencana. Berfungsinya surveilans. Ada/tidaknya kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS. c. Indikator keluaran (output): Cakupan pelayanan kesehetan poskesdes.

Cakupan pelayanan ukbm2 yang ada. Jumlah kasus kegawat daruratan dan kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan/diatasi Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan. Rumah untuk kadarzi dan PHBS. d. Indikator dampak (outcome): Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar). Jumlah yang menderita gangguan jiwa. Jumlah ibu yang melahirkan yang meninggal dunia. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia. Jumlah balita dengan gizi buruk.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=3049&catid=2&\ http://dinkesprovkepri.org/component/content/article/3-artikel-kesehatan/30-phbs http://p3b.bappenas.go.id/loknas_ruteng/docs/materi/12Desa%20Siaga%20%28Manggarai%29.pdf http://aseprahmat.wordpress.com/2009/07/04/77/

Anda mungkin juga menyukai