Anda di halaman 1dari 4

Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron

store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, sehingga pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang.Hal ini menyebabkan suplai oksigen ke jaringan tubuh menjadi berkurang sehingga menyebabkan hipoksia jaringan. Gejala anemia pada umumnya lemah, letih, lesu, pucat. Namun, pada anemia defisiensi besi mempunyai gambaran khas yang membedakan dengan anemia hipokromik mikrositik yang lain yaitu TIBC (Total Iron Binding Capacity) yang meningkat,feritin turun serta cadangan besi yang sangat rendah. Angka prevalensi anemia defisiensi besi adalah yang tertinggi antara anemia yang lain yang mencapai 25%,yang dapat disebabkan oleh asupan yang kurang, kehilangan zat besi maupun malabsorbsi.Mengingat tingkat prevalensi yang begitu tinggi, diperlukan suatu pembahasan yang lebih mendalam mengenai anemia defisiensi besi agar dapat mencegah atau menanganinya, karena tiap jenis anemia memiliki cara penanganan yang berbeda sesuai dengan penyebab masing-masing. Sehingga pemahaman terhadap jenis-jenis anemia, terutama anemia defisiensi besi akan sangat membantu menyelesaikan permasalahan ini. Sehingga diharapkan dapat dengan ini, dapat memahami lebih lanjut mengenai etiologi, patofisiologi, diagnosis, dan pada akhirnya dapat diterapkan dalam penatalaksanaan terhadap penderita anemia defisiensi besi. Rumusan Masalah Bagaimana faal pembentukan hemoglobin? Bagaimana klasifikasi anemia? Apa pengertian dan penyebab dari anemia defisiensi besi? Apa gejala yang ditimbulkan dan bagaimana patofisiologinya? Apa saja pemeriksaan fisik dan laboratorium yang diperlukan? Apa dasar yang dipakai dalam penegakan diagnosisnya? Bagaimana penatalaksanaan? Adakah hubungan antara anemia defisiensi besi dengan hernia ingunalis lateralis reponibilis pada skenario?

a. b. c. d. e. f. g. h.

TINJAUAN PUSTAKA
a. Pembentukan Hemoglobin Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit dalam menjalankan fungsinya sebagai pengangkut O2 dan CO2. Komponen pembentuk hemoglobin yaitu melalui tahap: 2 suksinil ko-A + 2 glisin pirol 4 pirol protoporfirin IX protoporfirin IX + Fe2+ Heme Heme + Polipeptida rantai hemoglobin 2 rantai + 2 rantai lain Hemoglobin 5 Demikian bisa dilihat bahwa dalam pembentukan satu molekul heme diperlukan satu molekul besi (Fe2+) sehingga peran zat besi dalam pembentukan hemoglobin memegang peranan yang cukup penting, sehingga kekurangan zat besi akan mengakibatkan berkurangnya produksi heme yang akan mengakibatkan berkurangnya roduksi hemoglobin yang akhirnya terjadi penurunan produksi eritrosit.

b. Klasifikasi Anemia Anemia berdasarkan penyebabnya secara garis besar dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Anemia Pasca perdarahan. Anemia ini disebabkan akibat perdarahan yang parah, sehingga tubuh kehilangan banyak sel darah, sehingga terjadi anemia. 2. Anemia Hemolitik. Anemia ini terjadi akibat hemolisis eritrosit yang berlebihan yang masih dibagi lagi karena faktor intra sel, misalnya Thalasemia, dan Hemoglobinopati yang berlebihan. Serta karena faktor ekstra sel. Misal infeksi, intoksikasi, Auto Imun. 3. Anemia defisiensi. Yaitu yang disebabkan oleh kurangnya faktor nutrisi yang diperlukan dalam pembentukan maupun pematangan eritrosit, yaitu Zat Besi, Vitamin B 12, serta asam folat. (Anemia Defisiensi Besi termasuk jenis ini) 4. Anemia Aplastik. Anemia ini disebabkan berhentinya produksi sel darah oleh sumsum tulang.2, 6, 7 c. Pengertian Anemia defisiensi Besi Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, sehingga pembentukan hemoglobin (Hb) berkurang. Anemia ini ditandai dengan rendahnya zat besi maupun cadangan besi yang ada dalam tubuh baik dalam bentuk Serum Iron, transferin, feritin, maupun hemosiderin 6. d. Penyebab Anemia Defisiensi Besi Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. 1.Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari : a.Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang. b.Salan genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia. c.Salura kemih : hematuria d.Saluran napas : hemoptoe. 2.Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging). 3.Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan. 4.Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik 4. e. Gejala Anemia Defisiensi Besi Pada umumnya, ditemukan gejala-gejala anemia secara umum, yaitu - Lemah - Letih - Lesu - Cepat lelah - Pucat - kadang didapatkan Ekstrimitas dingin 6 Gejala lain yang khas untuk anemia defisiensi besi yaitu ditemukannya: - Koilinika (kuku jari tangan berbentuk seperti sendok) - Athropi papila lidah, sehingga lidah nampak mengkilap. - Susah konsentrasi - Stomachitis angularis.

- Glositis (iritasi lidah), keilosis (bibir pecah-pecah), disfagia (nyeri menelan) Pemeriksaan fisik diatas dapat digunakan sebagai dasar dalam mendiagnosa anemia defisiensi besi, terutama pada gejala fisik khas pada Anemia defisiensi besi. f. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi Terjadinya anemia defisiensi besi, bisa dibagi dalam 3 tahapan, hingga yang terakhir, dinyatakan sebagai ADB. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya: 1. Iron Depleted atau Storage Iron deficiency Tahap ini dengan kadar feritin serum yang rendah, serta absorbsi besi non heme yang meningkat. Pada tahap ini belum terjadi gangguan produksi eritrosit. 2. Iron Deficiency Erithropoetin Ditandai dengan kurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis sehingga menimbulkan gangguan bentuk pada eritrosit, namun anemia belum tampak. 3. Iron deficiency Anemia Pada tahap ini, suplai besi tidak mencukupi eritropoesis dan nilai besi serum yang turun, serta nilai TIBC yang meningkat. Anemia sudah jelas terlihat serta gambaran eritrositnya tampak hipokromik mikrositik karena Hb yang sedikit yang disebabkan jumlah besi yang rendah 2, 4, 7. g. Pemeriksaan Diagnosis ditegakkan setelah melalui beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pada penderita Anemia defisiensi besi akan diadapatkan hal-hal sebagai berikut: - Tanda-tanda anemia secara umum, yaitu lemah, letih, lesu, pucat, mudah lelah, susah untuk berkonsentrasi, dan mudah mengantuk. - Koilinika (kuku jari tangan berbentuk seperti sendok), tanda ini sangat khas dan sering ditemukan pada kasus anemia defisiensi besi, meski tidak seluruhnya. - Athropi papila lidah, sehingga lidah nampak mengkilap. - Stomachitis angularis. - Glositis (iritasi lidah), keilosis (bibir pecah-pecah), disfagia (nyeri menelan) Sedangkan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain: - Pemeriksaan Hematokrit, didapatkan jumlah yang jauh dari normal (45%) - Pemeriksaan Hb dan Indeks eritrosit, didapatkan kadar Hb yang rendah, < 10 gr%, serta morfologi eritrosit Hipokromik Mikrositik, dengan indeks eritrosit semua di bawah normal. MCV < 70 fl, MCHC <27, MCH <32 - Kadar Serum Iron < 50 mg/dl, TIBC (total iron binding capacity) >350 mg/dl, saturasi transferin <15% dan Protoporfirin bebas meningkat - Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan Hiperplasia eritroid, dan cadangan besi yang rendah, dan sideroblast negatif. 2,

h. Penegakan Diagnosis Penegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diteliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Diagnosis ditegakkan setelah

didapatkan hasil positif pada pemeriksaan yang perlu dilakukan seperti yang telah dikemukakan diatas, meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Jika sebagian besar dari indikator yang ada hasilnya positif, dapat disimpulkan pasien menderita Anemia defisiensi besi. Selain itu, penegakan diagnosis dapat diperkuat dengan ditemukannya: 1. Adanya riwayat perdarahan kronpatkanis atau terbukti adanya sumber perdarahan. 2. Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast-) 3. Adanya respons yang baik terhadap pemberian Fe.1,2 i. Penatalaksanaan 1. Kausatif, terapi diberikan sesuai dengan penyebab terjadinya, misal perdarahan, nutrisi, dsb. 2. Transfusi PRC (packed Red Cell) merupakan terapi yang utama. 3. Pemberian preparat Fe : a. Fero sulfat 3*325 mg per oral dalam keadaan perut kosong b. Fero glukonat 3*200 mg peroral setelah makan. Bila terjadi intoleransi diberikan secara parenteral dengan dosis 250mg / 3mg per kg BB c. Iron Dextran dengan IM mula-mula 50mg sebagai percobaan, jika tidak ada hipersensitivitas dalam 3-5 menit diberikan 250mg.. 4. Suportif Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).2,4 j. Hubungan antara Anemia Defisiensi Besi dengan Hernia inguinalis lateralis Hampir tidak ada hubungan antara ADB dengan hernia inguinalis lateralis, karena hernia terjadi gangguan fungsi pada selaput yang membungkus organ yang berada dalam perut, sehingga tidak ada gangguan pada penyerapan besi meski selaput peritoneum dalam rongga perut mengalami defek namun tidak mempengaruhi kerja dari usus dalam penyerapan nutrisi-nutrisi, terutama zat besi.5

Anda mungkin juga menyukai