Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI INDUSTRI


VISKOSITAS




Oleh:
Nama : Fredy Agil Raynaldo
NPM : 240110090018
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 28 Maret 2011
Asisten : Adhi Purnama











LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas dan berbeda antara
satu zat cair dengan zat cair yang lain. Minyak sebagai salah satu contoh zat
cair dapat kita lihat lebih kental daripada air. Kekentalan atau viskositas dapat
dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang
lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental diperlukan gaya untuk menggeser
satu bagian fluida terhadap yang lain.
Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut
seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida
baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan yang disebabkan karena
partikel di dalamnya saling menumbuk. Untuk dapat mengetahui sifat
kekentalan secara kuantitatif (dengan angka), maka perlu diketahui terlebih
dahulu bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental
dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter.

1.2 Tujuan
- Mempelajari viskositas dalam unit operasi industri hasil pertanian
- Mengukur viskositas beberapa bahan hasil pertanian
- Mengetahui perbedaan viskositas pada beberapa zat cair
- Menentukan tipe bahan berdasarkan viskositasnya
- Membandingkan nilai viskositas pada setiap bahan (hasil pertanian)







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Fluida dan Viscositas
Fluida (zat alir) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan
gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan
dinamis. Di dalam fluida yang tidak diidealisir terdapat aktivitas molekuler
antara bagian-bagian lapisannya. Salah satu akibat dari adanya aktivitas ini
adalah timbulnya gesekan internal antara bagian-bagian tersebut, yang dapat
digambarkan sebagai gaya luncur diantara lapisan-lapisan fluida tadi. Hal ini
dapat dilihat dari perbedaan kecepatan bergerak lapisan-lapisan fluida
tersebut. Bila pengamatan dilakukan terhadap aliran fluida makin mengecil
ditempat-tempat yang jaraknya terhadap dinding pipa semakin kecil, dan
praktis tidak bergerak pada tempat di dinding pipa. Sedangkan kecepatan
terbesar terdapat ditengah-tengah pipa aliran.
Viscositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan
kecilnya tahanan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai
viscositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan
yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viscositas yang
lebih besar.

Gaya Kecepatan v cm/detik
F dyne

L cm


Gambar diatas merupakan 2 lapisan fluida sejajar dengan masing-
masing mempunyai luas A cm
2
dan jarak kedua lapisan L cm. Bila lapisan
atas bergerak sejajar dengan lapisan bawah pada kecepatan v cm/detik relatif
terhadap lapisan bawah, supaya fluida tetap mempunyai kecepatan v cm/detik
maka harus bekerja suatu gaya sebesar F dyne. Dari hasil eksperimen
A cm
2
A cm
2
didapatkan bahwa gaya F berbanding lurus dengan kecepatan v, luas A dan
berbanding terbalik dengan jarak L. Persamaannya :
L
A V
F
. . q
=
; q = Tetapan viscositas (
ik cm
gr
det .
)
A V
L F
.
.
= q

Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang
disebut kekentalan atau viscositas (viscosity). Oleh karena itu, viscositas
berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini
dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut.
Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Viscositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks
hambatan alir cairan. Beberapa zat cair dan gas mempunyai sifat daya tahan
terhadap aliran ini, dinyatakan dengan Koefisien Viscositas ().
Viscositas ialah besarnya gaya tiap cm
2
yang diperlukan supaya
terdapat perbedaan kecepatan sebesar 1 cm tiap detik untuk 2 lapisan zat cair
yang parallel dengan jarak 1 cm. Viscositas dapat dihitung dengan rumus
Poiseville.
LV
R
4
8
T P
=
t
q

R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
T = Waktu alir (detik)
P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (
2
cm
dyne )
V = Volume zat cair (liter)
L = Panjang pipa (cm)
q = Koefisien Viscositas (centipoise)
Makin besar kekentalannya, makin sukar zat cair itu mengalir dan
bila makin encer makin mudah mengalir.
Q =
q
1
; Q = Fluiditas
Fluiditas yaitu kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Dari rumus
diatas dapat dilihat bahwa Fluiditas berbanding terbalik dengan kekentalan
(Koefisien Viscositas).

2.2 Sifat dan Jenis Fluida
Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir dan bentuknya
selalu berubah dengan perubahan volume. Yang termasuk dalam kategori
fluida adalah zat cair dan gas.
Fluida mempunyai kerapatan yang memiliki nilai tertentu pada
temperatur dan tekanan tertentu. Nilai kerapatannya tergantung pada
temperatur dan tekanan, apabila temperatur dan tekanan suatu fluida berubah
maka kerapatannya akan berubah.
Kerapatan pada zat cair tidak akan terpengaruh oleh perubahan
temperatur dan tekanan, hal ini dinamakan fluida tidak mampu mampat
(incompresible) sedangkan gas sangat dipengaruh oleh perubahan temperatur
dan tekanan dan dikenal juga sebagai fluida mampu mampat (compresible).
Jadi berdasarkan kerapatannya maka fluida dapat dibedakan sebagai
berikut :
1. Fluida tidak mampu mampat (incompresible)
2. Fluida mampu mampat (compresible)
Dan berdasarkan mekanika fluida, fluida dapat dibedakan menjadi 2
jenis:
1. Fluida tidak bergerak / dalam keadaan diam (statika fluida)
2. Fluida bergerak / dalam keadaan bergerak (dinamika fluida)

2.3 Aplikasi Viscositas
Viscositas digunakan dalam dunia industri sebagai alat untuk
mengukur kekentalan dari suatu zat yang akan diuji baik berupa cairan
maupun gas.
2.4 Macam-Macam Viscositas
Alat yang dipakai untuk menentukan Viscositas dinamakan
Viscometer. Ada beberapa jenis Viscometer, diantaranya :
a. Viscometer Ostwald
Cara penggunaannya :
Jika air dipakai sebagai pembanding, mula-mula
air dimasukkan melaui tabung A kemudian
dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai
batas A kemudian dilepaskan dan siapkan
stopwatch sebagai pengukur waktu.
Umpamanya waktu yang diperlukan air untuk
bergerak dari permukaan A sampai B sama
dengan t
1
, setelah itu percobaan diganti dengan
zat cair lain dengan cara yang sama seperti
disamping.
Gambar Viscometer Ostwald
Umpamanya diperlukan t
2
dengan menggunakan rumus Poiseville
karena V, L dan R sama maka didapat persamaan
2 2
1 1

q
q
T
T
=
2
1

1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair yang dicari
Pada Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya
yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang dibutuhkan
oleh cairan untuk melalui batas A dan B dapat diukur menggunakan
stopwatch.

b. Viscometer Lehman
Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir
cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik
dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan
pembanding yang digunakan adalah air. Persamaannya adalah sebagai
berikut :
Tair
Tcairan
= q


c. Viscometer Bola Jatuh Stokes
Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja
tiga macam gaya, yaitu :
- Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan
benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.
- Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). Arah gaya ini
keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda itu.
- Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti
yang dinyatakan oleh persamaan :
V k Fg . =

Fg = Gaya gesek
k = Konstanta
v = Kecepatan benda (
ik
m
det
)
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin
besar, tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila
kecepatan benda jatuh makin besar. Benda yang bentuknya tidak beraturan
dan rumit serta besar akan menghasilkan harga k yang besar.
Fluida yang viscositasnya besar akan menghasilkan harga k yang
besar pula. Untuk benda yang berbentuk bola dengan jari-jari R dan fluida
dengan viscositas
q
besarnya k dapat dinyatakan sebagai berikut ;
R k . . . 6 q t =

Hubungan ini diberikan oleh Stokes dan berlaku untuk aliran fluida
yang laminer. Jika kedua rumus digabungkan, maka akan diperoleh gaya
gesek ;
V R Fg . . . . 6 q t =

Alat ini terdiri dari sebuah tabung yang di bagian dinding luarnya
diselubungi dengan air agar suhu di dalamnya konstan. Digunakan untuk
menentukan Viscositas cairan yang kental tetapi yang tembus cahaya agar
dapat mengamati jatuhnya bola peluru sampai ke dasar tabung. Menurut
hokum Stokes :
( )
V
gR
9
2
1
2

q

=

q = Koefisien Viscositas (centipoise)
R = Jari-jari bola (cm)
= Massa jenis bola peluru

1
= Massa jenis zat cair
v = Kecepatan (
ik
m
det
)
g = Kecepatan gravitasi (
2
det ik
m
)
Hukum Stokes merupakan dasar viscositas bola jatuh. Viscositas
ini terdiri atas gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan
dimasukkan kedalam termostat.
Untuk mendapatkan viscositas cairan yang lebih teliti maka
diperlukan cairan pembanding. Sebagai bahan pembanding dipakai air.
Setelah tabung diisi air lalu bola peluru dilepaskan dari permukaan a
sampai dasar b dan waktu dicatat missal t
1
, kemudian percobaan diganti
dengan zat cair x umpamanya diperlukan waktu t
2
.
Dari kedua percobaan itu didapatkan persamaan ;
( )
( )
2 2
1 1
2
1


q
q

=
t
t

1
= Massa jenis air

2
= Massa jenis zat cair x



BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Viscometer
3.1.2 Bahan
- Saus Tomat (3 merek)
- Kecap (3 merek)

3.2 Prosedur Pengamatan
1. Peralatan viscometer dipasang dengan benar
2. Bahan disiapkan dan dimasukkan ke dalam gelas ukur
3. Suhu bahan diukur sebanyak 3 kali secara acak, kemudian rata-rata suhu
bahan dihitung
4. Stopwatch disiapkan
5. Spindel dimasukkan ke dalam bahan, kemudian dipasang ke dalam alat
6. Alat dinyalakan dan RPM nya dicatat dengan interval waktu
0,1,2,3,6,9,12,15,18,21 dan 24 detik
7. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk masing-masing bahan
8. Spindel diganti dengan yang lebih kecil jika RPM bahan lebih dari 100
9. Spindel diganti dengan yang lebih besar jika RPM bahan kurang dari 100
10. Hubungan antara shear rate dan shear stress dibuat dalam bentuk tabel
dan diplot pada kertas grafik
11. Grafik dibuat pada kertas yang sesuai untuk mendapatkan:
a. Consistency Index
b. Flow Behavior Index
c. Model matematik yang menggambarkan hubungan antara shear stress
dan shear rate
12. Tipe bahan ditentukan berdasarkan sifat viskositas saus tomat dan kecap
(shear tickening atau shear thinning)
13. Hasil nilai pada bahan dibandingkan, dan diberikan pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Nama Bahan Perlakuan Suhu (
0
C)
Viskositas
(Pa.s x 10
-3
)
1 Kecap Sedap
Dingin 11 9750
Sedang 26 4250
Panas 36 900
2 Kecap ABC
Dingin 6 8200
Sedang 27 3000
Panas 35,5 650
3 Kecap Bango
Dingin 4,5 9000
Sedang 28 1500
Panas 36,5 750
4 Sambal Asli
Dingin 7,5 33250
Sedang 27 26750
Panas 34,5 22850
5 Saus Tomat
Dingin 7 29050
Sedang 27 18750
Panas 36 13250

Grafik Perbandingan

y = -355x + 13605
R = 0.9994
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0 10 20 30 40
V
i
s
c
o
s
i
t
a
s

Suhu
Grafik Perbandingan Kecap Sedap
Grafik Perbandingan
Kecap Sedap
Linear (Grafik
Perbandingan Kecap
Sedap)





y = -254.35x + 9757.8
R = 0.9994
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0 10 20 30 40
V
i
s
c
o
s
i
t
a
s

Suhu
Grafik Perbandingan Kecap ABC
Grafik Perbandingan
Kecap ABC
Linear (Grafik
Perbandingan Kecap
ABC)
y = 12817e
-0.077x

R = 0.9998
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
0 10 20 30 40
V
i
s
c
o
s
i
t
a
s

Suhu
Grafik Perbandingan Kecap Bango
Grafik Perbandingan
Kecap Bango
Expon. (Grafik
Perbandingan Kecap
Bango)
y = -374.77x + 36236
R = 0.9884
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
0 10 20 30 40
V
i
s
c
o
s
i
t
a
s

Suhu
Drafik Perbandingan Sambal Asli
Drafik Perbandingan
Sambal Asli
Linear (Drafik
Perbandingan Sambal
Asli)


4.2 Pembahasan
Pada data yang diperoleh dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa
percobaan dilakukan dengan 3 analisis suhu, yaitu pada suhu rendah (dingin),
sedang (normal), dan suhu tinggi (panas). Pada masing-masing temperatur,
nilai viskositas yang dihasilkan berbeda-beda sehingga semua bahan yang
digunakan pada percobaan dapat diklasifikasikan ke dalam suatu jenis bahan,
shear thinning atau shear tickening.
Shear Thinning fluids merupakan sebutan untuk jenis fluida yang nilai
viskositasnya akan berkurang dengan meningkatnya laju geseran. Semakin
kuat fluida mengalami geseran, maka fluida tersebut semakin encer.
Kebanyakan suspensi koloid dan larutan polimer adalah fluida yang termasuk
golongan ini. Misalnya cat lateks tidak menetes dari kuas karena lajur
geserannya kecil dan viskositasnya yang besar. Namun, cat tersebut mengalir
dengan mulus pada dinding karena lapisan tipis cat antara dinding dengan
kuas mengakibatkan laju geseran yang besar (du/dy) dan nilai visktositas
yang kecil. Sedangkan Shear Thickening Fluid merupakan sebutan untuk jenis
fluida yang nilai viskositasnya meningkat dengan peningkatan laju geseran.
(Ridho Irwansyah, 2011).
Dari pengertian diatas dapat ditentukan jenis fluida untuk masing-
masing bahan yang digunakan.
y = -539.86x + 32947
R = 0.9982
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
0 10 20 30 40
V
i
s
c
o
s
i
t
a
s

Suhu
Grafik Perbandingan Saus Tomat
Grafik Perbandingan
Saus Tomat
Linear (Grafik
Perbandingan Saus
Tomat)
Pada semua percobaan, baik dengan menggunakan bahan berupa kecap
maupun saus, diperoleh hasil bahwa pada saat suhu bahan rendah, nilai
viskositasnya tinggi dan semakin tinggi suhunya nilai viskositas bahan
semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
bahan tersebut semakin encer dan dapat disimpulkan bahwa semua bahan
yang digunakan dalap praktikum termasuk ke dalam jenis bahan shear
thinning.
Adanya perubahan nilai viskositas akibat suhu ini kita kenal dengan
Indeks kekentalan/Indeks viskositas. Perubahan ini timbul akibat adanya
perubahan ikatan molekul yang menyusun fluida tersebut. Akibatnya, apabila
sebuah fluida (misalnya kecap/saus yang digunakan dalam praktikum)
dikenakan sebuah temperatur yang berbeda, maka kekentalannya akan
berubah.
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka
viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari
suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan meningkat
dengan makin tingginya temperatur. (Martin,1993). Hal ini terbukti pada data
yang diperoleh dari hasil praktikum dengan menggunakan cairan (fluida) yaitu
kecap dan saus. Akan tetapi, dari grafik yang diplot dari data hasil yang
diperoleh, dapat terlihat bahwa semua Flow Behavior Indeks (n / B pada
regresi) bernilai negatif. Oleh karena itu, maka analisis pengklasifikasian jenis
fluida pada praktikum ini tidak dengan menggunakan nilai n karena percobaan
yang dilakukan tidak berdasarkan analisis waktu melainkan lebih menekankan
pada pengaruh temperatur.

Anda mungkin juga menyukai