Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN Penyakit Akibat Kerja Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan saat ini, dilakukan melalui

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan telah mampu menghasilkan peluang kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan berhasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja, keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(MSDs).Keluhan ini dirasakan pada bagian- bagian otot skeletal yaitu meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah, apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs)atau cedera pada sistem musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tersebut diawali dengan postur kerja yang kurang ergonomis, oleh karena itu perlu dianalisa tingkat beban musculoskeletal disorders (MSDs) yang diakibatkan postur kerja yang ada pada saat ini khususnya pada anggota badan bagian atas. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment(REBA), yang merupakan suatu metode penelitian dengan menginvestigasi gangguan pada anggota tubuh bagian atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, batang tubuh dan ditambah dengan penganalisaan terhadap keseimbangan kaki dan massa beban kerja yang ditanggung.

Postur terbaik pada saat bekerja adalah dengan menjaga tubuh tetap pada dalam posisi netral, yaitu; tulang belakang berada pada posisi alami, membentuk huruf S, siku berada dekat dengan tubuh dan bahu dalam keadaan rileks, serta pergelangan tangan dalam posisi netral. Penerapan postur kerja yang tidak tepat akan mengakibatkan timbulnya masalah atau kerugian yang dapat berupa cidera dan gangguan otot rangka/Musculoskeletal Disorders (MSDs). Keluhan MSDs adalah keluhan otot rangka yang dirasakan apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam kurun waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otot, saraf, tendon, persendian, kartilago, dan discus intervetebralis. Para pakar fisiologi kerja juga mengemukakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah (sikap statis dalam waktu lama, gerakan memutar dan menunduk yang berulang), bekerja dengan menggunakan kekuatan yang berlebihan, gerakan yang berulang (repetitive), pengangkatan secara manual, bekerja dengan gerakan yang cepat, getaran pada seluruh tubuh, dan lain sebagainya merupakan pemicu terjadinya ganguan MSDs. MSDs tidak hanya disebabkan oleh beratnya beban, tetapi juga disebabkan oleh durasi pekerjaan yang lama.

WORK-RELATED MUSCULOSKELETAL DISORDER National Institute for Occuoational Safety and Health mengeluarkan buku yang berisi tinjauan kritis mengenai fakta epidemiologis untuk Work Related Musculoskeletal Disorder (WMSD) pada leher, ekstremiti atas tulang belakang. Secara Istilah Musculoskeletal Disorders (MSDs) itu sendiri merujuk kepada kondisi yang melibatkan saraf, tendon, otot dan struktur penyokong tubuh. WMSD atau cedera otot akibat bekerja merupakan suatu istilah yang ditujukan pada gangguan terhadap jaringan tubuh atau kondisi yang disebut diatas, yang diakibatkan oleh aktivitas atau paparan terkait pekerjaan. Sebagai contoh adalah postur dan gerakan tubuh yang buruk, berulang, dipaksakan (overuse) dan terakumulasi. Selain faktor diatas, WMSD dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti vibrasi, suhu rendah dan lain-lain.

Istilah WMSD biasa digunakan oleh pakar ergonomi untuk gangguan yang diakibatkan oleh karakteristik pekerjaan yang buruk, sedangkan Cummulative Trauma Disorder (CTD) merupakan istilah yang digunakan dilakangan medis bila gangguan jaringan otot (Musculoskeletal Disorder) telah menjadi penyakit. Pengetahuan tentang potensi WMSD diperlukan untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman dan tetap sehat bagi penggunanya. Dibawah ini adalah macam-macam karakterisitk dari cedera otot akibat bekerja : Proses mekanik dan fisiologis. Berhubungan dengan intensitas kerja dan durasi pekerjaan. Akibat akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Proses pemulihan memakan waktu yang lama. Lokasi gejala sulit diidentifikasi dan tidak spesifik. Jarang dilaporkan. Disebabkan oleh faktor yang beragam (multifaktor). Secara umum, analisis terhadap pekerjan (task analysis) dan pengamatan terhadap gejala lampau lebih berarti dibandingkan pengamatan secara fisik, hal ini disebabkan karena cedera otot akibat bekerja merupakan akumulasi dari berbagai mikrotrauma yang disebabkan pemaksaan posisi tubuh yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hubungan antara paparan yang berupa faktor kerja fisik dengan perkembangan penyakit tertentu dapat dipengaruhi juga oleh faktor psikososial. Oleh karena itu dalam menyelidiki faktor resiko yang menjadi penyebab munculnya MSD, faktor ini juga mendapat perhatian.

ETIOLOGI 1. Faktor Pribadi (Personal factors) Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadiya musculoskeletal disorder. 2. Faktor Pekerjaan (Work factors) Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Pada situasi kerja di industri akan sangat sulit menggeneralisasi terjadinya WMSD bila memakai acuan faktor pribadi. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja . Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh : Repetisi : pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Hal ini bisa terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerjaan harus terusmenerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Pekerjaan statis (Static exertions) : pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Pekerjaan berat (Forceful exertions) : beban yang berat atau tahanan dari benda kerja yang dihadapi pekerja dapat menyebabkan terjadinya cedera pada otot akibat bekerja. Stress mekanik (Mechanical stresses) : terjadinya kontak dari anggota badan dengan objek pekerjaan. Postur tubuh : posisi dari operator yang memerlukan energi berlebih sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan atau persendian, dalam analisisnya postur kerja yang menjadi objek pengmatan adalah postur leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, punggung dan kaki. Getaran (vibrasi) : timbulnya getaran-getaran di area kerja yang mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja.

Temperatur ekstrim : temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensor tubuh, aliran darah, kekuatan otot dan keseimbangan. Sedangkan temperatur yang panas atau lebih tinggi dari suhu normal dapat menyebabkan pekerja merasa lelah.

PENYAKIT DAN FAKTOR RISIKONYA Studi akhir-akhir ini mengindikasi pengarahan tenaga repetitif dari tangan menyebabakan cumulative trauma pada pergelangan. Berikut ini beberapa cedera yang banyak menjadi perhatian antara lain adalah sebagai berikut : 1. Tendinitis, dimana tendon fleksor dan ekstensor jari dan/atau sinovia di sekelilingnya menjadi bengkak dan sangat sakit jika digerakkan. 2. Gaglionic cysts, yang berkembang sebagai benjolan yang membengkak dan seringkali sangat sakit pada tendon baik pada pergelangan atau artikulasi tulang lainnya yang berbatasan dengan jari. 3. Carpal Tunnel Syndrome (CTS), dimana saraf median tertekan saat melewati carpal tunnel pada dasar telapak tangan dan pergelangan, berujung pada pembengkakan dan mati rasa, sakit, kulit kering dan berkurangnya kemapuan otot pada daerah ditribusi saraf yang bersangkutan. Jenis cedera tersebut diatas sering berkembang pelan-pelan sehingga tidak

dilaporkan sebagai cedera yang ditimbulkan oleh pekerjaan pada berbagai status. Diakui oleh para spesialis medis pada ortopedi dan kesehatan kerja, bahwa bagaimanapun, penggunaan tangan yang abnormal mempercepat cedera ini dan beberapa mempercayai bahwa pola spesifik dari aktivitas manual adalah faktor utama penyebab cedera. Low-back region Penyakit yang sering terjadi pada low-back region yaitu low-back pain. Gejala low-back pain berupa sakit pinggang atau nyeri punggung. Faktor risiko di tempat kerja:

Beban kerja fisik yang berat, seperti terlalu sering mengangkat atau mengangkut, menarik, dan mendorong benda berat.

Posisi tubuh yang terlalu lama membungkuk ataupun posisi tubuh lainnya yang tidak wajar,

Terlalu lama mengendarai kendaraan bermotor. Faktor psikososial di tempat kerja, seperti pekerjaan yang monoton, bekerja di bawah tekanan, atau kurangnya dukungan sosial antar pekerja dan atasan.

Usia Jenis kelamin Intervertebral Discs Penyakit yang sering terjadi diantaranya:

Skoliosis: adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti huruf S, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak.

Spondylolisthesis: terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra.

Ruptur: karena pecahnya anulus posterior akibat aktifitas fisik yang berlebihan. Spinal stenosis: adalah penyempitan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan tekanan pada serabut saraf spinal. Faktor risiko:

Beban/tekanan: posisi saat duduk dapat menekan tulang belakang 5 kali lebih besar daripada saat berbaring.

Merokok

Terpapar dengan vibrasi/getaran pada level tinggi, yaitu 5 10 Hz (biasanya dihasilkan dari kendaraan). Neck Penyakit yang sering muncul diantaranya:

Tension neck: terjadi karena pemusatan tekanan leher pada otot trapezeus Acute torticollis: adalah salah satu bentuk dari nyeri akut dan kaku leher Acute disorder: terjadi karena hilangnya resistensi vertebra torakalis terhadap tekanan ringan

Choronic disorder: karena adanya penyempitan diskus vertebralis Traumatic disorder: dapat disebabkan karena kecelakaan Faktor risiko di tempat kerja:

Sering terjadi pada pekerja VDU (Visual Display Unit), penjahit, tukang perbaikan alat elektronik, dokter gigi, pekerja di pertambangan batu bara

Pekerjaan entri data, mengetik, menggergaji (manufaktur), pemasangan lampu, rolling film

Pekerjaan-pekerjaan di atas menyebabkan leher berada pada satu posisi yang sama dalam waktu yang lam sehingga otot leher megalami kelelahan.
o o

Pekerjaan dengan gerakan berulang pada tangan. Terpajan oleh vibrasi: penggunaan mesin bor atau mesin lainnya yang mengeluarkan vibrasi.

Pengorganisasian kerja: durasi pekrjaan yang lama (over time), waktu istirahat (jeda) yang singkat.

Faktor psikologi dan sosial: stres, kurangnya kontrol terhadap organisasi kerja, kurangnya relasi antara managemen dan sesama pekerja, pekerjaan yang menuntut keakuratan dan kecepatan kerja.

4. Elbow Penyakit yang sering terjadi:

Epicondylitis: adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang.

Olecranon Bursitis: merupakan perdangan yang terjadi di olecranon bursa (kantong cairan dibagian dorsal siku), karena trauma berulang kali dan infeksi.

Osteoarthrosis: kerusakan kartilago di siku, jarang terjadi pada orang usia 60 tahun kebawah. Faktor risiko:

Pekerjaan yang menggunakan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan penuh tenaga (hand-intensive tasks).

Penggunaan peralatan tangan atau pekerjaan manual yang berat secara intensif, misalnya di pertambangan dan konstruksi

Vibrasi Trauma Shoulder Penyakit yang sering terjadi di tempat kerja:

Rotator cuff disorder and biceps tendinitis: dimana terjadi peradangan pada tendon dan membran sinovial

Shoulder joint and acromioclavicular joint osteoarthritis: adalah penurunan komponen kartilago dan tulang pada penghubung dan intevertebral discs.

Faktor risiko:

Pekerjaan yang sering mengangkat/menaikkan tangan dengan durasi yang panjang, misalnya pada industri otomotif.

Menggerakkan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan sepenuh tenaga, misalnya pada penjahit.

Mengangkat benda berat dan menggunakan peralatan yang berat disertai vibrasi pada lengan, misalnya pada pekerja kontruksi.

Melakukan gerakan flexi dan abduksi secara berulang, misalnya pada pelukis, tukang kayu, dan atlet.

PENGENDALIAN a.Pertahankan sendi bahu dalam posisi yang cukup rendah Abduksi lengan atas di sendi bahu tanpa penyokong dalam waktu yang cukup lama akan me ngakibatkan rasa cepat lelah. Misalnya; bekerja di atas meja kerja yang terlalu tinggi mengakibatkan abduksi lengan atas di sendi bahu, sehingga pergerakan tangan dalam bidang horizontal di sendi pergelangan tangan akan membutuhkan usaha tambahan dalam bentuk ayunan di sendi bahu; bekerja dengan alat bantu genggam yang lurus pada meja kerja yang horisontal, misalnya bekerja dengan alat bantu genggam solder atau las yang lurus di atas meja kerja, dengan cara membengkokkan ujung solder/las kira-kira 90o maka sendi siku dapat di letakkan sejajar dengan meja kerja dan bahu dapat diturunkan. b. Alat bantu genggam harus terpegang cukup kuat Alat bantu genggam yang berat akan membuat cepat lelah dan dapat terlepas waktu digunakan. Dengan mendesain alur-alur pada pegangan alat bantu genggam, dan menyesuaikan diameter pegangan dengan ukuran tangan pekerja , atau menambah

pegangan untuk tangan yang lain sebagai stabilisator, maka alat bantu genggam dapat dipegang kuat-kuat.

c. Buat penangkal/kurungan pada alat bantu genggam yang bisa menjepit atau melukai kulit Gunting yang diberi bantalan pada kedua pegangannya dapat mencegah terjepitnya jarijari tangan. Gergaji listrik sebaiknya diberi tambahan kurungan pelindung untuk mencegah jari-jari tangan terpotong. d. Jangan membuat tombol /swit yang dioperasikan dengan satu atau beberapa ujung jari Melakukan penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari berulang-ulang untuk jangka yang lama akan mengakibatkan rasa lelah dan rasa kaku pada jari-jari tangan. Mendesain tombol/swit yang di genggam atau berbentuk tongkat lebih baik dari pada yang menggunakan cara penekanan dengan satu atau beberapa ujung jari. e. Optimalkan konfigurasi tulang belulang Keuntungan mekanis otot biceps brachii tergantung dari besarnya sudut fleksio di sendi siku. Otot ini selain sebagai otot fleksor, lebih berfungsi sebagai eksorator, karena berinsertio pada tuberositas radii. Seorang pekerja yang duduk terlalu jauh dari bangku kerjanya akan merasakan rasa nyeri di sekitar sendi siku pada waktu memutar obeng, karena pada saat meluruskan lengan bawah di sendi siku maka fungsi otot biceps sebagai exorotatr dikurangi, sedang otot tsb yang meregang akan menarik kepala radius kuat-kuat ke humerus, yang mengakibatkan terjadinya gesekan pada permukaan sendi. f. Kurangi gerak kepala yang berlebihan Objek yang terletak di luar lapangan penglihatan binokuler, mengakibatkan kepala harus banyak bergerak untuk mengatasi situasai tersebut . Dengan menata posisi pekerja yang tepat, atau menyesuaikan bangku kerja akan dapat mengatasi masalah ini. g. Kurangi kompresi pada jaringan tubuh Pegangan peralatan kerja yang kurang memadai dapat menekan arteria ulnaris yang terletak di pangkal pergelangan tangan yang menimbulkan rasa nyeri dan kesemutan di jarijari manis dan kelingking. Memodifikasi pegangan peralatan tersebut dengan

menambah penonjolan yang terletak diantara ibu jari dan telunjuk, maka beban utama tekanan akan berpindah ke tempat ini yang relatif bebas dari perjalanan pembuluh darah.

h. Jangan bekerja dengan posisi tangan yang dipaksakan, tetapi pertahankan dalam posisi yang lurus Posisi pergelangan tangan yang tidak lurus misalnya, deviasi ulnar, deviasi radial, dorsofleksio ataupun palmarfleksio akan mengakibatkan rasa cepat lelah dan gangguan kesehatan lainnya. Tendo-tendo fleksor jarijari tangan dan nervus medianus melintas melalui canalis carpal di pergelangan tangan, pada pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan peralatan yang dipegang dengan tangan bila pergelangan tangan dapat dipertahankan dalam posisi yang lurus segalanya akan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA 1. J.Jeyaratnam, David Koh, Textbook Of Occupational Medicine Practice. World Scientific. 1996. P.229-47 2. Fikry Effend. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal 1994. From :

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_136_kesehatan_kerja.pdf 3. Himawan Fathoni. Chapter I.pdf USU Repository 2010 From :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20007/5/Chapter%20I.pdf 4. Hendra. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Nov 2009. From : http://staff.ui.ac.id/internal/132255817/publikasi/Hendra_FKMUI.pdf 5. Harrianto. Aplikasi ergonomi bagi individu pekerja di tempat kerja 2003. From : http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/dr_Ridwan.pdf 6. Anggita Raresputi. SISTEM MUSKULOSKELETAL 2007. From :

http://dc93.4shared.com/doc/PNp5WkYQ/preview.html 7. noor Fitrihana. Upaya Mengurangi Resiko Muskuloskeletal 2008. From :

http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/30/upaya-mengurangi-resiko-muskuloskeletal/ 8. Pusat Unikom. Muskuloskeletal.http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/392/jbptunikomppgdl-arionitach-19578-3-bab2ti-a.doc

Anda mungkin juga menyukai