Anda di halaman 1dari 158

PENDAHULUAN Pembaharuan bidang pendidikan sudah lama digalakkan.

Pembaharuan itu seperti meliputi kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, strategi pembelajaran, dan sebagainya. Implikasi dari pembaharuan itu adalah bahwa ukuran keberhasilan proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan; tuntutan ketertiban kelas juga menjadi berubah. Guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode, keadaan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswamengerjakan tugas atau melakukan kegiatan belajar demi tercapainya tujuan belajar, bukanlah kelas yang baik, dan itu periu dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi/ketertiban kelas agar proses belajar lebih berkualitas, maka guru perlu mengetahui bagaimana memanajemeni kelas dalam proses pembelajaran. Setiap proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kelas tertentu pula. Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanajemeni kelas. Setiap kegiatan belajar mengajar mengisyaratkan tercapainya tujuan, baik tujuan instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak dapat dipungkiri keadaan di kelas sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru bertugas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi peserta didik, sehingga tumbuh iklim belajar yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Usaha preventif dan kuratif perlu dilaksanakan dalam upaya penciptaan kondisi kelas yang diharapkan. Usaha preventif yaitu tercipta dan dapat dipertahankannya kondisi kelas yang kondusif harus dirancang dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar hal-hal yang merugikan dapat dihindari. Sedangkan upaya kuratif yaitu upaya mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang disebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas.

Upaya guru menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila: Pertama, diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Kedua, diketahuinya masalah-masalah yang diperkirakan dan yang mungkin tumbuh yang dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasai berbagai pendekatan dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana satu pendekatan digunakan (M.Entang dan T. Raka loni, 1983 : 7). Pengajaran adalah serangkaian kegiatan yang bermaksud memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan pendidikan secara langsung. Manajemen adalah rangkaian kegiatan/tindakan yang dimaksud untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya pembelajaran. Maka, manajemen kelas merupakan persyaratan penting yang menentukan terciptanya pembelajaran yang efektif. ladi berdasar logika sederhana bahwa manajemen kelas, yang efektif adalah suatu segi penting dari proses belajar mengajar. Dikaitkan dengan misi dan tujuan mata kuliah MANAJEMEN KELAS, pembelajaran mata kuliah ini diarahkan pada: 1) pembentukan kemampuan memahami konsep, pendekatan, dan generalisasi yang diperlukan dalam memanajemeni kelas; kemampuan mengorganisasikan kondisi dan fasilitas kelas; pengembangan kemampuan menginventarisasi faktor-faktor yang menimbulkan gangguan disiplin kelas di sekolah dasar, dan penemuan alternatif pemecahannya; 2) memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk memperoleh pengalaman langsung dalam mengamati realisasi konsep manajemen kelas di sekolah dasar, dan mencoba mensimulasikan berbagai aspek manajemen kelas secara utuh maupun parsial. Bahan ajar ini akan memaparkan, melatihkan, dan menerapkan dalam kasuskasus mengenai hal-hal yang berkaitan dengan manajemen kelas. Pemahaman, pemilikan keterampilan, dan mengaplikasikannya dalam berbagai situasi, kemudian menganalisis dan merefleksinya segala hal yang berkaitan dengan manajemen kelas, diharapkan para mahasiswa calon guru akan dapat menciptakan kondisi kelas yang menguntungkan. Kondisi kelas yang menunjang merupakan prasyarat utama bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.

Segala sesuatu yang disajikan dalam bahan ajar ini akan sangat bermanfaat apabila para mahasiswa, para dosen, dan para penstudi lainnya menelaah secara eksama dan kritis, mendiskusikannya dalam kelompok, menjawab pettanyaan, dan berlatih sesuai dengan latihan yang tersedia pada setiap akhir bab dengan sungguh-sungguh.

BAB I PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS Latar Belakang Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman / sekalipun. Alasannya, sederhana karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti guru mampu menyampaikan bahan pelajaran/perkuliahan diserap oleh para peserta didik dengan baik. Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien, atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik. Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala kompo~ennya, metode dengan segala pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itll, selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, terus-menerus dan berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud diperlukan pemahaman akan halhal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas terlebih dahulu sebelum sampai kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi: mengajar dan manajemen kelas; pengertian manajemen kelas; aspek, fungsi, dan masalah manajemn kelas; serta pengaturan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas. Misalnya, ada dua kegiatan yang dila.kukan guru yaitu: kegiatan menelaah kebutuhan peserta didik (kegiatan mengajar) dan memberi ganjaran (kegiatan manajemen kelas); begitu juga dua masalah perilaku peserta didik yaitu: peserta

didik yang selalu mendebat (masalah individual) dan perilaku kelompok yang mereaksi negatif (masalah kelompok). Terhadap dua kegiatan guru dan dua perilaku peserta didik kadang-kadang tidak dibedakan, padahal keduanya jelas berbeda. Ketidak tahuan akan prinsip-prinsip manajemen seperti itu akan dapat dihindari bila dikuasai prinsipprinsipnya. Oleh karena itu, diharapkan para mahasiswa menyimak bab ini dengan baik dan sungguh-sungguh, mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, dan melaksanakan tugas yang ditugaskan. Kesemuanya itu dimaksudkan untuk dapat menguasai prinsipprinsip manajemen kelas, sehingga Anda dengan mudah dapat mempelajari bab-bab berikutnya dan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen kelas tersebut di lapangan kelak. Tujuan Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: a. membedakan pengertian mengajar dan memanajemeni kelas serta hubungan antara keduanya; b. membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas dari contohcontoh kasus yang disajikan: c. menyimpulkan pentingnya manajemen kelas bagi berhasilnya pembelajaran: d. mendefinisikan pengertian manajemen kelas berdasar konsepsi lama dan modern serta berdasar pandangan pendekatan operasional; e. menyimpulkan tujuan menajemen kelas, f. memahami fungsi manajemen kelas bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal; g. menjelaskan secara khusus fungsi tugas kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya dalam memanajemeni kelas, h. membedakan pengertian masalah individu clan masalah kelompok clalam manajemen kelas serta anggapan dasar yang mendasarinya; i. j. menjelaskan empat pola tingkah laku anak seusia SD apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi; menyimpulkan masalah kelompok yang mungkin muncul dalam manajemen kelas;.

k. memahami pentingnya organisasi sekolah dalam manajemen kelas; l. menunjukkan berbagai upaya guru yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai masalah manajemen kelas. m. menjelaskan syarat-syarat kelas yang nyaman dan menyenangkan, n. mengkaitkan keadaan kelas yang nyaman dan menyenangkan dengan terciptanya keadaan kelas yang optimal. 1. Mengajar dan Manajemen Kelas Kegiatan guru di dalam kelas meliputi dua hal pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan manajerial (Depdikbud, 1983:9; M. Entang dan T. Raka Joni, 1983). Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan peserta_ didik mencapai tujuantujuan pelajaran. Kegiatan mengajar antara lain seperti menelaah kebutuhan peserta didik, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan, mengajukan pertanyaan, menilai kemajuan siswa. Kegiatan manajerial kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Kegiatan manajerial antara lain seperti mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau tidak sesuai dengan tata tertib. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas. Banyak guru yang kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah manajemen kelas, sehingga pemecahannya pun menjadi kurang tepat. Masalah manajemen kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif, sedangkan masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan pembelajaran. Pak Kusno guru bidang studi PPKN, misalnya mengajar dengan menggunakan pendekatan strategi yang menarik, mengembangkan variasi metode, dan multi media agar siswa yang enggan mengambil bagian dalam diskusi kelompok tertarik, aktif, dan rajin. Pemecahan masalah yang dilakukan Pak Kusno sudah barang tentu tidak tepat, sebab membuat pelajaran lebih menarik adalah masalah pengajaran, sedangkan peserta didik enggan mengambil bagian di dalam kegiatan kelompok merupakan masalah manajemen kelas. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa penarikan diri peserta didik akan menghalangi tercapainya tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang dimaksud. Sebaliknya, hubunganantar pribadi (in-terpersonal) yang baik antaraguru dan siswa, antara siswa dan siswa (suatu petunjuk keberhasilan manajemen kelas) tidak dengan sendirinya menjamin proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Berkaitan dengan hal tersebut maka manajemen kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (M.Entang dan T. Raka Joni, 1983) . Walaupun istilah mengajar (teaching) dan pengajaran (instruction) senng digunakan searti, adalah sangat berguna apabila memandang mengajar sebagai sesuatu yang memiliki dua dimensi yang saling berhubungan: pengajaran dan manajemen. Pengaj;.:..ran dan manajemen dapat dibedakan, tetapi dalam pelaksanaan pembelajaran' keduanya sulit dipisahkan. Manajemen bermaksud menegakkan danmemelihara perilaku siswa menuju pembelajaran yang efektif dan efisien - memudahkan pencapaian tujuan manajerial. Pengajaran dan manajemen keduanya bertujuan menyiapkan atau memproses - yaitu memproses atau menyiapkan perilaku-perilaku guru yang diharapkan memberi kemudahan kepada pencapaian tujuan tertentu (Webe, 1993 : 1).

Pengajaran

Keberhasilan Siswa

Manajemen Gambar I : Keterkaitan antara manajemen dan keberhasilan siswa Di bawah ini, adalah gambaran proses pengajaran dan proses manajerial yang masing-masing meliputi empat proses. Proses Pengajaran a. Mengidentifikasi tujuan Proses Manajerial a. Menetapkan tujuan

penga]aran b. Mendiagnose keberhasilan slswa c. Merencanakan dan menerapkan aktivitas pengajaran d. Mengevaluasi keberhasilan slswa d. c. b.

manajerial Menganalisis kondisi yang ada Memilih dan menerap kan strategi manajerial Menilai efekti vitas manajerial

2. Pengertian dan Tujuan Manajemen Kelas Manajemen dari kata "management", diterjemahkan pula menjadi

pengelolaan,berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan, pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan {Depdikbud, 1989). Kelas (dalam arti umum) menunjuk kepada pengertian sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dad guru yang sama pula. Dengan demikian, maksud manajamen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat beberapa definisi tentang manajemen kelas berikut: a. Berdasar konsepsi lama dan modern Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas. Guru menurut konsepsi lama bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual (Lois V. Johnson dan Mary Bany, 1970). b. Berdasar pandangan pendekatan operasional tertentu (disarikan dari Wilford A. Weber, 1986): a. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan

ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disipltn (pendekatan qJ:ori ter). b. c. d. e. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan Slswa Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara Seperangkat kegiatan guru un'tuk menciptakan suasana kelas yang efektif ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (pendekatan permisif). mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (pendekatan buku masak). melalui perencanaan pembelaj aran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional). f. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan pengubahan perilaku). g. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio emosional). h. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial). Pengertian lain dari manajemenkelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif clan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan demikian manajemen kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Us.aha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar clan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).

Gambar 2 : Penyiapan siswa pada saat masuk kelas

Gambar 3 Ketua kelas menyiapkan para siswa masuk kelas

Gambar 4 : Berdoa sebelum memulai pelajaran' Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas setra perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas. d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:2).

3. Aspek, Furigsi, dan Masalah Manajemen Kelas Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan guru yang sudah tidak tepat lagi. Dewasa iniaktivitas guru yang terpenting adalah memanajemeni, mengorganisir, dan rnengkoordinasikan usaha at au aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mernanajemeni kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam rnernutuskan, rnemahami, mendiagnosis, dan kemarnpuan bertindak rnenuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspekaspek yang perlu diperhatikap dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif. dan kreatif (Lois V. Johnson dan Mary A. Bany, 1970). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspekaspek manajemen kelas, seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar adalah berikut ini: a. Mengecek kehadiran siswa, b. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut, c. Pendistribusian bahan dan alat, d. Mengurnpulkan inforrnasi did siswa, mencatat data pemeliharaan arsipl g. Menyampaikan materi pelajaran, h. Memberikan tugas/PR. Sementara itu hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan pertama dengan siswa di kelas adalah: a. Ketika bertemu dengan siswa, guru harus: 1) bersikap tenang dan percaya diri, 2) tidak menunjukkan rasa cemas, muka masam, atau sikap tidak simpatik. 3) memberikan salam lalu memperkenalkan diri, 4) memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.

b.

Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar:

c . Mengatur temp at duduk siswa secara tertib dan teratur.! d. e. f. Menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab. Membuat denah kelas (temp at duduk siswa). Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 13). Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, ke1ompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Di samping sifat kelas peranan dan motif individu dalam kelompok, sifat-sifat kelompok, penyesuaian yang terjadi dalam perilaku kolektif, dan pandangan guru dalam mengajar. Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi: 1) Membeli dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti: membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, mernbantu individu agar dapat bekerja sarna dengan kelompok atau kelas, rnembantu prosedur kerja, rnerubah kondisi kelas, 2) Memelihara agar tugastugas itu dapat berjalan lancar.

Gambar 5 : Memberi penjelasan dan membantu pembentukan kelompok Fungsi manajernen yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar adalah berikut ini. a. Perencanaan Perencanaan dapat dipandang sebagai suatu proses penentuan dan penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip dasar dan data at au informasi yang terkait serta menggunakan sumber-sumber daya lainnya (misal dana, sarana dan prasarana, prosedur, metode dan teknik) dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian produk perencanaan adalah rencana atau program yang berorientasi ke masa depan. Program seyogianya disusun secara lebih spesifik dan operasional. Rencana tersebut hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) Rencana harus jelas Kejelasan ini harus terlihat pada tujuan dan sasaran at au target yang hendak dicapai, jenis dan bentuk tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa pelaksananya, prosedur, metode dan teknik pelaksanaannya, bahan dan peralatan yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. 2) Rencana harus realistis

Hal ini mengandung arti bahwa a) Rumusan tujuan, target at au sasaran harus mengandung harapan-harapan yang memungkinkan dapat dicapai, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek kualitatifnya. Untuk itu harapan-harapan tersebut hams disusun berdasarkan kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya yang ada. b) Jenis dan bentuk kegiatannya hams relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hams dicapai. c) Prosedur, metode, dan teknik pelaksanaannya hams relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hendak dicapai serta hams memungkinkan kegiatankegiatan yang telah dipilih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. d) Sumber daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut hams memiliki kemampuan-kemampuan dan motivasi serta aspek-aspek pribadi lainnya yang menjamin atau memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. e) Rencana penggunaan sarana, prasarana, dan dana hams seSUaI dengan tujuan, target atau sasaran yang hendak dicapai serta memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan secara efektif dan efisien. f) Jadwal kegiatan pe1aksanaannya hams memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan. 3) Rencana hams terpadu a) Rencana hams memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non-insani sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sarna lain, berinteraksi dan bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya. b) Rencana harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritas. b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada

orang-orang yang memilki kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan bagi terciptanya kerjasama yang harmonisdan optimal ke arah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Pengorganisasian ini meliputi langkah-langkah antara lain: 1) Mengidentifikasi tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2) Mengkaji kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan merincinya menjadi sejumlah tugas dan menjabarkannya menjadi sejumlah kegiatan. 3) Menentukan personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatan. 4) Memberikan informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya, mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan guru atau pihak lain yang terkait. 5) Mengupayakan sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan tersebut. c. Menggerakkan Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruhpengaruh yang dapat menyebabkan guru' tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-sama dalam rangka tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Fungsi ini perIu dilakukan oleh seorang kepala sekolah, karena: l) 2) Adanya kenyataan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan, tugas atau Sesudah perencanaan "dan peng0rgaisasian di1akukan harus ditindaklanjutkan kegiatan apabila ia terdorong untuk mcmenuhi sesuatu kebutuhan. dengan pelaksanaan tugas.

Fungsi ini perIu dilakukan sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini ada beberapa teknik motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah, antara lain:

a) Pemberian pujian dan penghargaan, b) Pemberian kepercayaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, togas atau kegiatan, c) Pemberian peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif inovatif, d) Pemberian insentif atau imbalan, e) Menciptkan iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan, f) Memberikan teladan yang baik, g) Memberikan petunjuk atau nasihat, h) Memberikan teguran atau sanksi, i) Menyediakan peralatan dan bahan yang sesuai dengan tugas dan kegiatan serta sesuai dengan kondisi sekolah, j) Memberikan layanan yang layak untuk keperluan kenaikan pangkat atau promosi, dan sebagainya, k) Memberikan hasil pekerj aan atau kegiatan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan balik, l) Memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru. d. Memberikan arahan Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas. Fungsi ini berlaku sepanjang proses pelaksanaan program kegiatan. Pelaksanaan fungsi ini dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) 2) 3) 4)

Memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru. Memberikan penjelasan atau petunjuk secara garis besar tentang caracara melaksanakan tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap guru. Memberikan gambaran yang jelas tentang cara-cara kerja yang dapat menghindarkan guru dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan. Membangkitkan dan membina rasa tanggung j awab . moral pada diri setiap guru yang dipimpinnya atas keberhasilan pekerjaan, tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya.

5)

Memberikan perhatian, peringatan serta bimbingan pada saat-saat tertentu terutama ketika guru yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan atau masalah dalam pelaksanaan tugasnya.

e. Pengkoordinasian Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah untuk menyelaraskan gerak langk~h dan memelihara prinsip taat asas (konsistensi) pada setiap dan seluruh guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui pembinaan kerja sarna antar guru dan antara guru dengan pihak-pihak luar yang terkait. Di samping itu penyelarasan dan ketaatan pada asas diupayakan agar antar fungsi manajemen yang satu dengan yang lain seluruhnya berorientasi pada tercapainya tujuan dan sasaran' yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, dalam melaksanakan fungsi ini seorang kepala sekolah dapat menggunakan sekurang-kurangnya tiga pendekatan, yaitu : 1) Pengendalian yang bersifat pencegahan 2) Pengendalian langsung 3) Pengendalian yang bersifat perbaikan a. Pengendalian pencegahan dilaksanakan kepala sekolah dengan menitik beratkan pada (1) Melakukan perencanaan yang matang, (2) Pengorganisasian yang tepat, g. (3) Pemberian dorongan yang tepat, (4) Pemberian pengarahan yang jelas dan terarah, usaha-usaha:

(5) Menciptakan iklim kerja yang sejuk, (6) Pengkoordinasian yang tepat dan harmonis. b) Pengendalian langsung dapat dititik beratkan pada usaha-usaha kepala sekolah untuk: (1) Mengadakan pengamatan yang cermat dan terencana secara sistematis pada setiap tahap dalam proses pelaksanaan program, (2) Mengsupervisi pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh guru, (3) Memberikan memerlukannya, (4) Membina disiplin guru secara berkesinambungan. c) Pengendalian yang bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis. Dengan demikian perbaikan ini dilakukan setelah sesuatu tugas atau kegiatan selesai dilaksanakan. f. lnovasi Fungsi inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisikondisi yang memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guruguru perlu mencari at au menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan mampu memodifikasi hal-hal at au cara-cara baru yang lebih baik at au lebih efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di sekolah agar pembaharuan pendidikan dapat muncul dad warga sekolah. Sebab, hal ini akan menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah. Dalam melakukan fungsi ini kepala sekolah perlu memperhatikan halhal berikut ini: 1) Harus disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari yang lama, 2) Jika mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal at au cara baru, ia tidak perlu memandang rendah yang lama, 3) Jika menyangkut hal-hal yang amat pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan belajar-mengajar yang baru, dan sebagainya, maka upaya itu perlu dikonsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenang dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:1@)-18).Pt Mengacu pada konsep dan fungsi menajemen kelas maka dapat dikemukakan bantuan atau bimbingan segera kepada guru/personil yang

bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada tiga hal yaitu: pengaturan siswa, memelihara lancarnya penugasan, dan pengaturan fasilitas fisiko Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:12). Tindakan manajemen kelas yang dilakukan oleh seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi. Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar bahwa '~mua tingkah laku individu merupakan upaya meneapai tujuan tertentu yaitu pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok/masyarakat dan untuk meneapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui eara-eara yang wajar maka individu yang bersangkutan akan berusaha untuk meneapainya dengan eara-eara lain seperti bertindak dengan cara tidak baik atau a-sosial (Rudolf Dreikurs, 1968). Lebih lanjut Rudolf Dreikurs, lihat juga M. Entang dan T. Raka Joni 1983: 13; Ornstein, 1990:75) menyatakan bahwa akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan 'i:?' tersebut akan terjadi beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti: a.. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attention getting behaviors). Geja1a yang tampak dari tingkah 1aku ini adalah siswa membadut di kelas atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra. b. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Gejalanya adalah siswa selalu mendebat, kehilangan kendali emosional, marah-marah, menangis dan juga muneul tindakan pasif yaitu selalu lupa pada aturan-aturan penting dalam kelas. c. Tingkat laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Gejala yang muncul dari tingkah laku ini adalah tindakan menyakiti orang lain seperti mengatangatai, memukul, menggigit dan sebagainya. d. Peragaan ketidak mampuan (passive behaviors). Gejalanya adalah dalam bentuk sama sekali tidak menerima untuk mencoba melakukan apapun, karena beranggapan bahwa apapun yang dilakukan kegagalanlah yang dialaminya. Sebagai penduga Dreikurs Dan Cassel menyarankan adanya penyikapan terhadap tindakan para peserta didik adalah sebagai berikut : (1) jika guru merasa terganggu karena perilaku anak, barangkali tujuan anak adalah untuk mendapatkan perhatian, (2) jika guru

merasa dikalahkan at au terancam, barangkali tujuan anak adalah mengejar kekuasaan, (3) jika guru merasa disakiti, tujuan anak mungkin membalas dendam, dan (4) jika guru rnerasa tidak tertolong, tujuan anak rnungkin untuk rnenyatakan ketidak rnarnpuan. Dari empat cara/tindakan yang dilakukan individu tersebut mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak seusia sekolah yaitu: a. Pola aktif-konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, arnbisius untuk menjadi super star di kelasnya, dan mernpunyai daya usaha untuk membantu guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati. b. c. d. Pola aktif-destrukstif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan memberontak. Pola pasif-konstruktif yaitu pola yang menunjuk kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian. Pola pasif-destruktif yaitu pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan (sifat pemalas) dan keras kepala . Masalah berikutnya adalah masalah kelompok. Masalah ini merupakan masalah yang harus diperhatikan pula dalam manajemen kelas. Problem kelompok akan muneul yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok. Masalahmasalah kelompok. Masalahmasalah kelompok yang mungkin muneul dalam manajemen kelas adalah: a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dansebagainya. b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca perpustakaan, c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang, d. "Membombong" anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas, e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yangtengah digarap, f. Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair, g. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal,

guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya (Lois V. Johnson dan Mary A. Bany dalam M. Entang dan T. Taka Joni, 1983). Lebih lanjut Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas yang sekaligus sebagai variabelnya, yaitu: a. Kesatuan kelompok Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggotaanggotanya bertingkah laku. Kesatuan berkaitan dengan komunikasi, perubahan sikap dan pendapat, standar kelompok, dan tekanan terhadap perpecahan kelornpok at au ketidak satuan. Penggunaan dominasi yang kuat dapat meningkatkan kesatuan. Tetapi pemberian peraturan oleh guru dapat menirnbulkan kerusuhan. Kesatuan dapat dikembangkan dengan menolong siswa agar menyadari hubungan mereka satu sarna lain sebagai alat pernersatu. b. Interaksi dan komunikasi Interkasi terj adi dalam komunikasi, kalau beberapa orang/anggota mempunyai pendapat tertentu maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi membahas pendapat tersebut yang senng disertai d-engan emosi yang memperkuat interaksi. Akan tetapi tiap kelompok akan berusaha untuk mempertahankan interaksi kelompoknya. Hal ini perlu dibantu oleh guru supaya tugas-tugas belajar dapat berlangsung secara waj ar. Guru perlu mengetahui kebutuhan berkomunikasi siswasiswanya dan memberi kebebasan kepadanya untuk berbicara. Komunikasiverbal atau non verbal, bila tidak terselesaikan dapat membuat situasi rusak. Untuk membantu mereka, guru mengetahui latar belakang mereka. c. Struktur kelompok Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal. Beberapa individu yang mungkin merupakan struktur informal, bila selalu .ditempatkan pada posisi yang tinggi hat ini dapat merusak keakraban kelompok. Tempat anggota dalam kelompok perlu sekali diusahakan agar menarik baginya. Posisi di atas bila perlu bisa dibuat bergantiganti. d . Tujuan-tujuan kelompok Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan tujuan pendidikan, maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif dalam

menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, siswa akan bekerja dengan~ baik apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka. e. Kontrol Hukuman-hukuman yang diciptakan bersama bagi Slswa yang melanggar, mungkin dapat memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa anak tetap akan tidak dapat belajar dengan baik. Cara yang baik . adalah guru harus mendiagnosis kebutuhan dan kesukaran kelompok sebelum membantu mereka. Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas dari yang paling jelek ke paling baik ialah: 1) Hukuman atau ancaman 2) Pengubahan situasi atau siasat 3) Dominasi atau pengaruh 4) Koperasi atau partisipasi f. Iklim kelompok Iklim kelompok adalah hasi1.dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok atau produk semua kekuatan dalam kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh tingkat keakraban kelompok sebagai hasil dari aspek-aspek tersebut di atas. Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku anggota-anggotanya. Iklim kelompok merupakan hal yang penting dalam mengadakan perubahan dalam kelompok. Di samping masalah individu dan masalah kelompok, hal lain yang erat kaitannya dengan manajemen kelas adalah organisasi sekolah. Organisasi sekolah menentukan penempatan siswa, pemanfaatan kemampuan dan bakat guru-guru, dan pengelolaan fisiko Organisasi, prosedur, tujuan, dan fisik direncanakan bersama untuk menentukan perilaku siswa. Pengaruh organisasi sekolah dipandang menentukan di dalam pengarahan perilaku siswa. Namun siswa kebanyakan kurang menyadari pengaruh organisasi ini terhadap dirinya. Guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk cara pengelompokkan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan. Asumsi ini masuk akal sebab organisasi sosial sebagai sub sistem dan sistem sosial yang lebih luas termasuk sistem

persekolahan nasional. Norma-norma berkembang sebagai hasil proses interaksi dan penyesuaian terhadap tekanan-tekanan. Norma dalam kaitan ini adalah meliputi nilai-nilai, ide-ide, dan perasaan-perasaan. Norma menunjuk kepada kecendrungan kelompok untuk merespon terhadap situasi, perilaku atau informasi-. Norma menjadi fungsi umum yang mengikat anggota-anggota, orang tua atau siswa disatu sekolah sebagai suatu sistem. Struktur kerja dan antar hubungan personalia, staf sekolah juga berhubungan dengan norma yang berwujud aturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan. Nortpa-norma ini membantu mengintegrasikan kepala sekolah dengan bawahannya. Norma ini mencetuskan bentuk-bentuk perilaku yang cocok bagi personalia, termasuk perilaku para siswanya. Kebijakan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap, nilai, organisasi, tujuan, dan perilaku siswa dalam kelas. Peraturan merupakan , penerapan kebij akan. Peraturan -peraturan secara tertulis tidak mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda, lain halnya dengan peraturan tidak tertulis. Peraturan yang tidak tertulis akan membuat interpretasi yang berbeda-beda antara satu sekolah dengan sekolah lain atau antara guru dengan guru lain. Keadaan ini merupakan salah satu aspek organisasi sekolah yang kurang efektif dalam menunjang penciptaan suasana belajar. 4. Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. K~l~ adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat itu semuanya, kelas hendaknya dimanajemeni sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syar~t-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih, sehat, tidak lembab; (2} cukup cahaya yang meneranginya; (3) sirkulasi udara cukup; (4) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi; dan (5) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 17). Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan berikut ini. a) Tata ruang kelas Pada dasarnya sistem pembelajaran yang dianut di sekolah dasar sangat tergantung pada pendekatan atau metode yang digunakan) Menceramah, sistem yang digunakan adalah sistem klasikal; metode eksperimen, diskusi kelompok, maka sistem yang

digunakan adalah non-klasikal. Dalam penataan ruang keIas, lemari kelas dapat ditempat di samping papan tulis atau di samping mej a guru. Lemari kelas tambahan dapat diletakkan dibelakang kelas. Lemari tambahan tersebut akan lebih baik bila terbuat dari kaca, dan hal ini akan dipergunakan untuk menyimpan piagam, vandel, dan kepustakaan sekolah. b) Menata perabot kelas Perabot kelas adalah segaia sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas. Perabot kelas meliputi atau dapat berupa: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Papan tulis dan penghapusnya Meja, kursi guru Meja, kursi Slswa Almari kelas Jadwal pelajaran Papan absensi Daftar piket kelas Kalender pendidikan Gambar Presiden dan Wakil Presiden serta Iambang Garuda Pancasila

10) Tempat cuci tangan dan lap tangan 11) Tempat sampah 12) Sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam 13) Gambar-gambar Iain/alat peraga 14) Kapur/spidol. Papan tulis Papan tulis harus cukup besarnya dan 'permukaan dasarnya harus rata. Warna papan tulis yang mulai menipis atau belang hams segera dicat ulang. Warna dasar yang lazin digunakan adalah warna hitam. Namun akhir-akhir ini warna hijau banyak juga dipakai. Jika memungkinkan di sekolah dasar dapat juga menggunakan papan tulis putih (white board). Papan tulis harus ditempatkan di depan kelas dan cukup cahayanya. Penempatan papan tulis hendaknya diatur, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga siswa yang duduk dibagian belakang kelas dapat melihat/membaca tulisan paling bawah dengan

jelas. Papan tulis dapat juga ditempatkan agak tinggi, namun perlu ada tangga di bawahnya. Penempatan seperti itu terutama di kelas rendah. Meja, kursi guru Ukuran meja, kursi guru disesuaikan dengan standar yang lazim. Meja guru hendaknya berlaci dan ada kuncinya. Meja, kursi guru ditempatkan di depan sebelah kanan atau kiri meja para siswa. Penempatan ini dimaksudkan agar pandangan siswa ke papan tulis tidak terganggu. Meja, kursi guru dapat juga ditempatkan di pinggir kanan atau kiri tempat duduk para siswa, asal tetap tidak mengganggu pandangan siswa ke papan tulis. Meja, kursi Siswa Meja, kursi siswa ditata berbaris ke belakang, tiap meja kursi siswa diisi ditempati dua orang siswa. Kursi siswa harus cukup sesuai dengan jumlah siswa. Meja kursi siswa harus cukup besarnya untuk dua orang. Meja kursi siswa tingginya sesuai dengan ukuran badan siswa. Meja, kursi siswasiswa tersebut dilengkapi dengan tempat tas/buku. Penempatan meja, kursi siswa diatur sehingga siswa mudah untuk keluar masuk/bergerak di kelas itu. Almari kelas Almari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis, atau sebelah kiri/ kanan dinding, samping depan sebelah meja/kursi guru. Penempatan almari diatur agar guru mudah membuka dan menutup almari. Jadwal pelajaran Jadwal pelajaran ditempakan/ditempel pada temp at yang mudah dilihat. Daftar jadwal tersebut dapat dibuat dari kayu atau dari kertas' manila. Papan absensi Papanabsensi ditempatkan di depan sebelah papan tulis, atau dinding samping kanan/kiri kelas. Selain itu guru harus memiliki catatan daftar hadir siswa pada buku khusus, karena daftar absensi di papan absensi diganti setiap hari sesuai dengan keadaan. Daftar piket kelas Daftar piket siswa ditempatkan di samping papan absensi. Daftar ini memuat namanama para siswa yang bertugas menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan setiap harinya, seperti menyiapkan kapur tulis, membersihkan papan tulis. Kalender pendidikan

Kalender pendidikan ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat. Kalender ini memuat kegiatan pendidikan untuk satu tahun lamanya atau tergantung pada kebutuhan. Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang Garuda Pancasila. Semua gambar ini ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis. Lambang Garuda Pancasila ditempatkan lepih tinggi dari gambar Presiden dan Wakil Presiden. Gambar Presiden ditempatkan sebelah kanan lambang Garuda Pancasila dan Wakil Presiden sebelah kiri lambang Garuda Pancasila. Tempat cuci tangan dan lap tangan Tempat cuci tangandan lap tang an ditempatkan di depan kelas dekat pintu masuk. Tempat cuci tangan dapat dibuat secara perman en dapat juga secara tidak permanen. Tempat sampah Tempat sampah ditempatkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan. Tempat sampah dapat terbuat dad seng atau plastik. Sapu dan alat pembersih yang lain Sapu dan alat pembersih yang lain harus tersedia di kelas. Sapu dan alat pembersih itu diletakkan ditempat yang agak tersembunyi. Gambar-gambar alat peraga Penempatan dan pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan pelajaran yang sedang diajarkan. Gambar dan alatperaga tersebut dapat ditempelkan didinding kelas atau disimpan di almari tempat alat peraga. Gambar/alat peraga itu diantaranya gambar para pahlawan, peta, gambar-gambar untuk pelajaran matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Perabot dan alat perlengkapan kelasini harus selalu dijaga keutuhan dan kelengkapannya. Keutuhan tersebut merupakan tanggung jawab guru dan seluruh siswa. Kebersihan kelas harus tetap dipelihara. Pemeliharaan ini dilakukan oleh kelompok petugas piket, maupun oleh semua siswa pada kegiatan kerja bakti bersama yang dilakukan pada setiap hari Sabtu, atau setiap bulan, atau pada hari pertama masuk sekolah setalah libur sekolah.

Gambar 6

Penempatan papan tutis di ruang kelas dun posisi guru pada saar

memulai pelajaran

Gambar 7

Penempatan lemari di ruang kelas

Pertanyaan-pertanyaan 1. Jelaskan perbedaan antara mengajar dan manajemen kelas serta hubungan keduanya dalam suatu proses pembelajaran! 2. Kemukakan alasan-alasan mengapa manajemen kelas memiliki arti penting bagi pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal! 3. Buat dalam sebuah matriks pengertian manajemen kelas berdasar konsep lama dan baru, serta berdasar pada pandangan operasional! 4. Kemukakan kemungkinan empat tingkah laku anak dalam proses pembelajaran apabila kebutuhan individunya tidak terpenuhi ! 5. Hal-hal apa saja yang mungkin muncul akibat kebutuhan kelompok dalam pembelaj aran tidak terpenuhi! 6. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang mungkin terjadi di dalam kelas yang

masing-masing dapat digolongkan ke dalam masalah pengajaran atau masalah manajerial. Pertimbangkan, apakah masalah tersebut termasuk masalah pengajaran atau manajerial! Kemudian, jelaskan alasan Anda mengapa Anda menggolongkan masalah tersebut ke dalam salah satu kategori itu! a. Alex adalah seorang siswa kelas enam dengan kemampuan di bawah rata-rata. Kemajuan belajarnya sangat menyedihkan. Dalam membaca misalnya, ia ketinggalan dua tahun dari siswa di kelasnya, dan hamper satu tahun dari para siswa kelas dibawahnya. Ibu Mariana, gurunya, menggambarkan siswa ini sebagai kurang pandai di kelasnya. Disamping itu Alex rupanya terus-menerus berperilaku menyimpang. Alex tidak mau melaksanakan tugasnya dan sering sekali mengganggu siswa-siswa lain yang sedang mengerjakan tugasnya. Ibu Mariana merasa bahwa Alek dapat mengerjakan tugasnya seperti siswa-siswa lain, asalkan ia mau berbuat seperti teman-temannya. b. Meskipun telah delapan bulan pindah ke sekolah baru, Rita masih . merupakan "siswa baru" di kelasnya sebab ia belum juga menjacli anggota yang diterima oleh ternan-ternan sekelasnya. Ia tampaknya pemalu dan suka menyendiri. Guru Rita yaitu Pak Dahlan telah banyak berusaha agar Rita dapat diterima dan menerima teman-temannya. Misalnya, pak guru telah menempatkan Rita pada satu kelompok yang terdiri dad siswa-siswa perempuan yang peramah. Berikut ini disajikan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajeman kelas. Tugas Anda adalah menetapkan termasuk jenis masalah apakah tiap-tiap masalah berikut, apakah masalah perorangan atau masalah kelompok. kemudian tetapkan arah khusus dari tiap-tiap masalah itu menurut klasifikasi berikut! Masalah kelompok: - kekurang kompakan - kekurang peraturan - reaksi negatif terhadap sesama - Penerimaan tingkah laku menyimpang - gangguan atas kelancaran kegiatan kemampuan mengikuti Masalah perorangan: - mencari perhatian - mencari kekuasaan - menuntut balas - memperlihatkan ketidakmampuan kelompok

- ketiadaan semangat, tidak mau bckcrja, reaksi agrcsif - ketidak mampuan penyesuaian diri dengan lingkungan

a. Halim memperlihatkan kcmampuan mcngacaukan pelajaran matematika yang diberikan oleh 1bu Ayu. 1a tcrus menerus mengganggu 1bu Ayu dcngan kritik-kritikkannya. 1a membcla cliri atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang sclalu tidak dikerjakan itu. ia menolak mengerjakan apa yang ditugaskan itu kepadanya, me skip un telah ditegur. Ibu Ayu khawatir kalau-kalau ia tidak dapat mengendalikan diri, dankhawatir si Halim akan mengganggu situasi pembelajarannya. b. Kelas Pak Taher biasanya merupakan kelas yang baik dan bersemangat tinggi dalam belajar. Namun ketika Ibu Farida datang ke kelas itu sebagai guru penggal1ti, siswasiswa di kelas itu menolak melakukan kegiatan, dan kelas menjadi amat gaduh, meskipun Ibu Farida mengajar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh Pak Taher. c. Ibu Arnold merasakan bahwa Ramli sebagai Slswa yang amat mengganggu. Ada-ada saja tingkah lakllnya yang menyebabkan orang lain terganggu. Tingkah lakunya yang menyimpang itu pada umumnya belum keterlaluan, tetapi sudah agak menjengkelkan. Tugas Secara berkelompok (3-4) orang Anda berkunjung ke sebuah sekolah dasar. Kegiatan yang Anda lakukan ialah: a. Catat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bapak/lbu Guru di dalam kelas pada saat mengajar. b. Catat semua perilaku para siswa pada saat mengikuti pe1ajaran tersebut. c. Catat semua peralatan atau perlengkapan yang ada di sekolah itu. d. Dengan dipandu oleh dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan semua hasil pengamatan kepada para mahasiswa kelompok lain. e. Diskusikan dan analisis laporan tersebut sehingga jelas masalahnya (pengajaran, manajerial, individuall kelompok) dengan mengemukakan alas an dan arah khusus dari masing-masing masalah tersebut. Daftar Pustaka Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. ---- 1996. Pengelolaan Kelas. Seri Peningkatan Mutu 3. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. Johnson, Lois V. & Mary A. Bany. 1970. Classroom Management. London: The McMillan Company Collier Macmillan Limited. M. Entangdan T. Raka loni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Weber, Wilford A. 1986. Classroom Management. Massachusetts: De Heat and Company. ---- 1993. Effective Classroom Management. Houston: Departement of Curriculum and Instruction College of Education, University of Houston. Ornstein, Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper and Row Publisher Inc.

BAB II PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS Latar Belakang Guru adalah pekerja sosial, akan tetapi guru tidak dapat disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Gtlru perIu menyadari bahwa peranannya adalah sebagai manajerial aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas. Memanajemeni kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada keterampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan. Guru harus memiliki, memahami, dan terampil dalam menggunakan bermacammacam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang dianggapnya menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang~dihadapinya. Kemungkinan dari hasil diagnosis memutuskan menggunakan pendekatan A, tetapi setelah diterapkan ternyata gaga!. Kemudian situasi tersebut dianalisis kembali, akhirnya sampai pada kesimpulan guru harus menerapkan alternatif kedua, ketiga, at au kombinasi. Berikut ini adalah uraian ten tang macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas yang disarikan dari Wilford A. Weber (1986; 1996); M. Entang dan T. Raka Joni (1983), dan Depdikbud (1983). Boleh jadi dad macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas itu ada pendekatan yang sudah tidak tepat lagi. Oleh karena itu, uraian macam-macam pendekatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami kekuatan dan ke1emahan yang ada pada setiap pendekatan, sehingga guru tidak terjerumuske dalam penerapan pendekatan yang sudah tidak tepat itu.

Tujuan

Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: a. menjelaskan pengertian pendekatan: otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku, sosio-emosional, proses kelompok, eklektik, dan analitik pluralistik dalam manajemen kelas; b. menyimpulkan kekuatan dan kelemahan masing-masing pendekatan dalam

manajemen kelas; c. menyimpulkan persamaan dan perbedaan masing-masing pendekatan dalam manajemen kelas; d. e. f. mengemukakan bentuk-bentuk pendekatan intimidasi dalam manajemen kelas; menjelaskan lima strategi pendekatan instruksional dalam manajemen kelas; menyimpulkan alasan penerapan pendekatan eklektik atau pendekatan analitik pluralistik dalam manajemen kelas; g. memahami empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam manajemen kelas. 1. Pendekatan Otoriter Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didi k. Guru. bertanggung jawab mengendalikan perilaku peserta didik karena gurulah pali mengetahui dan berurusan dengan peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersifat mengintimi. Guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru. otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam memanajemeni kelas yaitu (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian dengan mendekati, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengucilan.

a)

Menciptakan dan menegakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariska

pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang. menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan. Maksud peraturan itu adalah menuntun dan membatasi perilaku peserta didik. Peraturan yang dirumuskan dengan jelas amatlah perlu agar peserta didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengetahui dan memahami peraturan yang menyatakan apa yang dibenarkan dan apa yang tidak dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui akibat pelanggaran atas peraturan itu.

b)

Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guru dalam

mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah difahami adalah. sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mematuhinya.

c)

Menggunakan teguran ramah adalah strategi memanajemeni kelas yang digunakan

guru memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai, yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Para penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran ramah adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dad perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran ramah dapat

dilakukan secara verbal maupun non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan menuduh.

d)

Menggunakan pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru bergerak

mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan. Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.

e)

Menggunakan pemisahan dan pengucilan (dan juga penskoran, penahanan) adalah

strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat. Strategi terse but cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.

2 .Pendekatan Inffmidasi Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan. Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.

Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran

keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi. Kemudian guru berteriak "berhenti" dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain. Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat banyak kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan peserta didik. 3. Pendekatan Permisif Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Thema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh. Pendekatan permisif sedikit penganj urnya. Pendekatan ini kurang menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem sosial yang memiliki pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini guru dan peserta didik menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam hak-hak orang lain. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang

murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta didik rnemperoleh kesempatan secara psikologis, memikul resiko yang aman, rnengatur kegiatan. sekilah sesuai cakupannya, mengembangkan kernampuan memimpin diri sendiri, disiplin sendiri; dan tanggung jawab sendiri. Dengan dernikian, guru harus dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, disisi lain tetap dapat rnengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab. 4. Pendekatan Buku Masak Pendekatan buku adalah pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar hal-hal yang harus dilakukan atau yang tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai tipe masalah manajemen kelas. Daftar tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus lakukan ini biasanya dapat diketemukan dalam artikel: Tiga puluh cara untuk rnemperbaiki perilaku peserta didik, misalnya. Karena daftar ini sering merupakan resep yang cepat dan rnudah, pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan "buku masak". Berikut ini adalah contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar buku masak. Selalulah menegur siswa secara empat mata Jangan sekali-kali meninggikan suara pacta saat/ waktu memperingatkan siswa Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan Slswa Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan Senantiasalah menyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum menjatuhkan hukuman Selalulah meyakinkan did bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang ada Tetaplah konsekuen dalam mengakkan peraturan.

Pendekatan buku masak tidak dijabarkan atas dasar konsep yang jelas, sehingga

tidak ditemukan prinsip-prinsip yang memungkinkan guru menerapkan seeara umum pada masalah-masalahlain. Pendekatan ini eenderung menumbuhkan sikap reaktif pada diri guru dalam memanajemeni kelas. Dengan kat a lain, guru biasal1ya memberikan reaksi terhadap masalah tertentu dan sering mcmpcrgunakan dalam jangka pendek. Kelemahan lain pcndekatan buku masak adalah apabila resep tertentu gagal mencapai tujuan, guru tidak dapat memilih alternatif lain, karena pendekatan ini bersifat mutlak. Guru yang bekerja dengan kerangka aeuan buku masak akan merugikan diri sendiri dan tidak mungkin menjadi manajer kelas yang efektif.

5. Pendekatan Instruksional Pendekatan instruksional adalah pendekatan yang mendasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan cermat akan mencegah timbulnya sebahagian besar masalah manajerial kelas. Pendekatan ini berpendapat bahwa manaj erial yang efektif adalah hasil perencanaan pengajaran yang bermutu. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik. Para penganjur pendekatan instruksional dalam manajemen kelas cenderung memandang perilaku instruksional guru mempunyai potensi mencapai dua tujuan utama manajemcn kelas. Tujuan itu adalah: 1) mencegah timbulnya masalah manajerial, dan 2) memecahkan masalah manajerial kelas. Cukup banyak contoh yang membuktikan banwa kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik .adalah merupakan faktor utama dalam pencegahan timbulnya masalah manajemen kelas. Sebaliknya banyak kenyataan yang mendukung pendirian bahwa kegialan belajarmengajar yang direncanakan dan dilaksanakan dengan tidak baik adalah penyebab utama timbulnya masalah manajemen kelas. Oleh karcna itu, para pengembang pendekatan instruksional menyaninkan guru dalam mengembangkan strategi menajemen kelas memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) menyampaikan kurikulum dan pelajaran yang menarik, relevan, dan sesuai, 2) menerapkan kcgiatan yang cfcktif, 3) mcnycdiakan daftar kegiatan rutin kelas, 4) memberikan pcngarahan yang jelas, 5) mcnggunakan dorongan yang bermakna, 6) memberikan bantuan mengatasi rintangan, 7) merencanakan perubahan

lingkungan, 8) mengatur kembali struktur situasi. Menyampaikan kurikulum, pelajaran yang manarik, relevan dan sesuai dengan secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang para peserta didik di dalam kelas. Di

samping itu penelitian-penelitian menemukan bukti-bukti bahwa kunci keberhasilan manajemen kelas ialah kemampuan guru mempersiaplbn dan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. Hal itu akan mencegah perhatian yang kurang, kebosanan, dan perilaku menyimpang. Guru yang berhasil ialah guru yang rnenyajikan pelajaran yang disiapkan dengan baik, yang berlangsung dengan lancar, dan dengan tempo yang baik, tepat dan jelas arahnya, memberikan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik. Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah peserta didik melalaikan tugasnya. Kegiatan guru yang meloncat-loncat (mendesak, tergantung, terputus, berubah arah), bertele-tele, dan terpisah-pisah adalah kegiatan-kegiatan yang tidak efektif, dan akan mengundang perilaku peserta didik untuk menyimpang. Menetapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu difahami dan dilakukan peserta didik, Informasi kegiatan ini disampaikan guru pada awal pertemuan dengan para peserta didik di kelas. Penjelasan secukupnya mengenai harapan guru yang berkaitan dengan kegiatan rutin kelas merupakan langkah yang menentukan efektivitas manajemen kelas dan pengembangkan kelas yang produktif. Proses ini membatasi kemungkinan timbulnya masalah manajemen kelas seminimal mungkin.

Gambar 8 " Guru mengingatkan kembali fugas rutin sehari-hari para Slswa Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengkomunikasikan harapanharapan yang diinginkan guru, lnstruksi yang jelas, sederhana, ringkas, tepat pada sasaran, sistematis akan membantu efektivitas manajemen kelas, sehingga masalah-masalah menyimpang yang disebabkan oleh pengarahan yang buruk dapat dihindari, Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses dimana guru berusaha menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku pesert didik yang menunjukkan tanda-tanda kobosanan dan keresahan. Kegiatannya misalnya, guru dapat mendekati peserta didik, memeriksa pekerjaannya memberikan penghargaan pada usahanya, dan memberikan saran-saran. perbaikan lebih lanjut. Dengan cara ini guru membantu peserta didik meneruskan aktivitasnya dan mencegah timbulnya perilaku menyimpang. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu peserta didik menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya. Proses bantuannya dilaksanakan sebelum situasi berkembang hingga tidak dapat dikuasai. Bantuan mengatasi rintangan ini adalah cara yang sangat bermanfaat untuk mencegah perilaku mengganggu.

Merencanakan perubahan lingkungan adalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan menghadapi perubahan-perubahan situasi. Misalnya, peserta didik harus disiapkan atas kemungkinan guru tidak dapat hadir selama beberapa hari dan akan digantikan oleh guru lain. Perencanaan yang disiapkan sebe1umnya akan membantu peserta didik memahami hal itu dan akan berperilaku sesuai dengan yang direncanakan

guru. Dengan demikian, timbulnya masalah manajemen kelas dapat dicegah secara dini. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas adalah proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan dan tertib. Kegiatan ini dimaksudkan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan perilaku menyimpang, dan dirancang dengan baik. Merencanakan dan mengubah lingkungan kelas diperlukan untuk mencegah atau mengurangi jenis-jenis perilaku tertentu yang tidak diinginkan. Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang lain atau cara yang berbeda. Mengubah sifat kegiatan, mengubah pusat perhatian, atau menggunakan cara baru untuk mengerjakan hal-hallama akan efektif mencegah timbulnya masalah manajemen kelas, khususnya yang bersumber pada perasaan bosan. 6. Pendekatan Pengubahan Perilaku Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi behaviorisme. Prinsip utama yang mendasari pendekatan ini adalah perilaku merupakan hasil proses belajar. Prinsip ini berlaku baik bagi perilaku yang sesual maupun perilaku yang menyimpang. Pengajur pendekatan ini berpendapat bahwa seorang peserta didik berperilaku menyimpang adalah disebabkan oleh salah satu dari dua alasan yaitu: 1) peserta didik telah belajar berperilaku yang tidak sesuai, atau 2) peserta didik tidak belajar berperilaku yang sesuai. Pendekatan pengubahan perilaku dibangun atas dasar dua asumsi utama yaitu: 1) empat proses dasar belajar, 2) pengaruh kejadian-kejadian dalam lingkungan. Tugas guru adalah menguasai dan menerapkan empat prinsip dasar be1ajar. Prinsip tersebut adalah penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif. Penguatan positif yakni pemberian penghargaan setelah terjadi suatu perbuatan. Penghargaan menyebabkan perbuatan yang dikuatkan itu semakin meningkat. Perbuatan yang dihargai tersebut diperkuat dan diulangi di kemudian hari. Contoh: Natsir membuat karya tulis. Karya tulis itu sangat rapi. Kemudian karya tulis itu diserahkan kepada guru (=perbuatan, tingkah laku). Guru memuji karya tulis itu dan mengatakan bahwa karya tulis yang rapi lebih mudah dan enak dibaca dari pada

karya tulis yang tidak rapi (=penguatan positif). Dalam karya tulis berkutnya Natsir lebih bersungguh-sungguh dan tulisannya lebih rapai (=frekuensi perbuatan yang dikuatkan lebih meningkat). Hukuman adalah pemberian pengalaman atau rangsangan yang tidak disukai atau tidak diinginkan sesudah terjadinya suatu perbuatan. Dengan hukuman menyebabkan suatu perbuatan yang dikenai hukuman frekuensinya berkurang dan cenderung tidak dilanjutkan. Contoh: Tarji membuat dan menyerahkan makalah yang tulisannya tidak rapi kepada gurunya (=perbuatan peserta didik). Guru menegur Tarji karena dia tidak bekerja rapi. Guru mengatakan kepadanya bahwa tulisan yang tidak rapi sukar dibaca. Guru menyuruh agar Tarji menulis kembali makalah itu (=hukuman). Dalam makalah berikutnya tulisan Tarji bertambah baik (=frekuensi perbuatan yang dihukum berkurang). Penghentian adalah menahan suatu penghargaan yang diharapkan (=menahan penguatan positif), yang dalam kejadian sebelumnya perbuatan seperti itu diberi penghargaan. Contoh: Marni yang pekerjaannya rapi selalu dihargai oleh guru. Ia menyiapkan sebuah karya tulis dengan tulisan yang rapL Kemudianmenyerahkannya kepada guru (=perbuatan peserta didik yang sebelumnya dikuatkan oleh guru). Guru menerimanya, kemudian mengembalikannya kepada Marni tanpa komentar apa pun (=menahan penguatan positif). Pekerjaan Marni menjadi kurang rapi dalam membuat makalah berikutnya (=frckuensi perbuatan yang scbelumnya dikuatkan mcnjadi menurun). Penghentian menyebabkan menurunnya frekuensi perbuatan yang sebelumnya dihargai.

Penguatan negatif adalah penarikan rangsangan (hukuman) yang tidak diinginkan atau tidak disukai sesudah terjadinya suatu pcrbuatan, yang menyebabkan frekuensi perbuatan itu meningkat. Menarik hukuman bermaksud memperkuat perilaku dan meningkatkan kecenderungan diulangi. Contoh: Iskandar adalah salah seorang peserta didik yang selalu menyerahkan pekerjaan

(makalah) yang kurang rapi kepada gurunya. Meskipun guru selalu mengomeli Iskandar, pekerjaan Iskandar itu tidak bertambah rapl. Guru kali ini menerima pekerjaan Iskandar tanpa komentar dan tanpa omelan seperti biasanya (=menarik hukuman). Ternyata pada kemudian hari pekerj aan Iskandar menj adi lebih baik (frekuensi perilaku meningkat). Mendasarkan pada uraian di atas, guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negatif (menarik h ukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang menyimpang dengan mempergunakan! hukuman (memberi rangsangan yang tidak menyenangkan), penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik penghargaan dari peserta didik). Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensikonsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsipprinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyimpang, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku yang sesuai, perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan. Penentuan waktu, frekuensi pcnguatan, dan hukuman adalah prinsip lain yang penting dalam pengubahan perilaku. Pcrbuatan pescrta didik yang hcndak dipcrkuat oleh guru harus dengan segera dikuatkan setelah perbuatan itu terjadi. Perbuatan peserta didik yang hendak dihentikan harus segera dikenakan hukuman setelah perbuatan itu terjadi. Perilaku yang tidak dikuatkan dengan . segera cenderung akan melemah. Perilaku yang tidak dikenakan hukuman dengan segera cenderung akan menguat. Jadi penentuan waktu yang tepat untuk menghargai dan menghukum adalah penting. Penentuan waktu sarna pentingnya dengan frekuensi terjadinya perilaku yang dikuatkan. Penguatan yang terus menerus, yaitu penguatan yang menyusul setiap terjadi perilaku menyebabkan makin cepatnya seseorang mempelajari perilaku tersebut. Jika seorang guru menginginkan penguatan perilaku siswa tertentu, guru harus menghargai setiap kali perilaku itu terjadi. Penguatan terus menerus akan sangat efektif pada tahap awal mempelajari suatu perilaku. Sekali perilaku telah terbentuk akan efektif menguatkannya tanpa tenggang waktu yang lama. Ada dua macam pendekatan untuk penguatan yang berselang waktu pendek yaitu: penjadwalan selang waktu, dan penjadwalan rasio. Penjadwalan selang waktu ialah

pendekatan yang dipergunakan oleh guru mendorong siswa setelah batas waktu tertentu. Misalnya, guru yang menggunakan penjadwalan selang waktu akan mendorong seorang siswa setiap jam. Penjadwalan rasio adalah pendekatan yang digunakan oleh guru mendorong siswa setelah suatu perbuatan terjadi beberapa kali. Misal, guru yang menggunakan penjadwalan rasio akan mendorong siswa setelah perbuatan tertentu terjadi empat kali. Penghargaan atau pendorong adalah suatu rangsangan untuk meningkatkan frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Hukuman adalah sesuatu yang mengurangl frekuensi perbuatan yang mendahuluinya. Pendorong dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu pendorong primer (diperlukan untuk mempertahankan kehidupan seperti air, makanan, rumah), dan pendorong bersyarat (pujian, rasa kasih sayang dan sebagainya). Pendorong bersyarat terdiri dari beberapa tipe seperti pendorong sosial (pujian atau tepukan), pendorong perIambang (berupa benda/barang - tanda penghargaan), pendorong nyata (uang atau cek), pendorong kegiatan (bermain di luar, membaca bebas, diberi kesempatan memilih nyanyian). Penghargaan (dan hukuman) dapat difahami hanya dalam kaitannya dengan peserta didik secara individual. Penghargaan terhadap seorang peserta didik dapat saja dirasakan sebagai hukuman bagi peserta didik lainnya. Respon yang dimaksudkan oleh guru sebagai penghargaan dapat dirasakan sebagai hukuman, dan respon yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat menjadi penghargaan. Hal semacam ini sering terjadi. Contoh yang sangat lazim sekali terjadi apabila seorang peserta didikberperilaku menyimpang dengan maksud menar'ik perhatian. Tindakan hukuman yang diberikan oleh guru sesudah kejadian itu sesungguhnya adalah menghargai, bukan menghukum peserta didik yang haus perhatian itu. Dan oleh karena itu, peserta didik tersebut meneruskan perilakunya untuk mendapat perhatian yang didambakannya. Contoh di atas mengisyaratkan hendaknya guru berhati-hari dalam memilih suatu pendorong tertentu. Walaupun hal ini benar, proses pemilihan jangan dibuat sebagai suatu hal yang menyulitkan. Pendorong adalah idiosinkretik bagi seorang peserta didik. Pendidik itulah sebenarnya dan seyogianya menemukan pendorong-pendorong tersebut. Jadi pendorong terbaik ialah pendorong yang dipilih oleh peserta didik itu sendiri.

Terdapat tiga metode yang ditawarkan untuk menemukan pendorongpendorong yang berorientasi individual yaitu: 1) mendapatkan petunjuk mengenai pendorong yang mungkin dengan mengamati apa yang mungkin dilakukan oleh peserta didik, 2) mendapatkan petunjuk tambahan dengan mengamati apa saja yang mengikuti perilaku peserta didik tertentu, dan 3) mendapatkan petunjuk tambahan dengan hanya menanyakan si anak, apa yang akan dilakukan pada waktu senggang, apa yang ingin dimiliki, dan untuk apa ia melakukan sesuatu. Guru menyadari bahwa pujian dan dorongan adalah pendorong sosial yang sangat kuat. Pendekatan pengubahan perilaku menawarkan sejumlah strategi menajerial kepada guru yang semuanya mengandung penggunaan dorongan. Berikut ini adalah strategistrategi lain yang dilawarka11 dalam mcmanajcmcni kelas. Mempergunakan model Model adalah proses dimana peserta didik dengan mengamati cara berperilaku orang lain mendapatkan perilaku yang baru. Sebagai suatu strategi menajemen, model dapat dipandang sebagai suatu proses dimana guru melalui tingkah lakunya menari1pilkan nilai dan sikap, yang dikehendaki dimiliki dan ditampilkan oleh peserta didik. Mempergunakan pembentukan Pembentukan adalah suatu prosedur dimana guru meminta peserta didik menampilkan serangkaian perilaku yang mendekati atau mirip dengan perilaku yang diinginkan. Dan pada setiap kali peserta didik menampilkan perilaku yang mendekati itu guru memberikan dorongan kepada peserta didik sehingga ia mampu secara konsisten menampilkan perilaku yang diinginkan tersebut. Jadi pembentukan adalah strategi pengubahan perilaku yang dipergunakan untuk mendorong perkembangan perilaku yang baru. Mempergunakan sistem hadiah Sistem hadiah biasanya terdiri dari tiga unsur. Undur-unsur itu dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok peserta didik. Unsur-unsur itu berupa: 1) seperangkat instruksi tertulis yang disiapkan dengan teliti, yang menggambarkan perilaku peserta didik

yang hendak dikuatkan atau didorong oleh guru, 2) suatu sistem yang dirancang dengan baik untuk menghadiahkan barang kepada peserta didik yang menampilkan perilaku yang sesuai, dan 3) seperangkat prosedur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik saling bertukar hadiah yang mereka peroleh sebagai penghargaan, atau memberikan kesempatan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial. Mempergunakan kontrak perilaku Kontrak perilaku adalah suatu persetujuan an tara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan itu menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya apabila peserta didik menampilkan perilaku tersebut. Kontrak adalah suatu kesepakatan antara guru dan peserta didik yang merinci apa yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik dan ganjaran atau konsekuensi yang akan diperolehnya apabila melakukan hal-hal yang disepakati itu. Mempergunakan jatah kelompok Penggunaan jatah kelompok adalah penggunaan prosedur dimana konsekuensi (penguatan atau hukuman) tidak hanya tergantung kepada perilaku seorang peserta didik sendiri, melainkan juga kepada perilaku kelompoknya. Penghargaan terhadap setiap anggota kelompok tergantung pada perilaku salah seorang atau lebih atau pada perilaku seluruh anggota kelompok lainnya . Penguatan alternatif yang tidak serasi Penguatan alternatif yang tidak serasi yaitu penguatan yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Penguatan itu terjadi pada situasi dimana guru menghargai perilaku yang tidak dapat terjadi bersamaan dengan perilaku menyimpang yang hendak dihilangkan oleh guru. Mempergunakan penyuluhan perilaku Penyuluhan perilaku adalah suatu proses yang meliputi pertemuan pribadi an tara guru dan peserta didik. Penyuluhan perilaku ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik yang berperilaku menyimpang mengetahui bahwa perilakunya tidak sesuai dan

merencanakan perubahan. Pertemuan s~perti itu akan membantu peserta didik memahami hubungan antara tindakannya dengan konsekuensinya, dan mempertimbangkan tindakantindakan alternatif yang mungkin dapat menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Mempergunakan pemantauan sendiri Pernantauan diri sendiri diartikan sebagai pengelolaan diri sendiri dirnana peserta didik rnencatat aspek-aspek perilakunya agaria dapat rnerubahnya. Pernantauan diri sendiri secara sisternatis akan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap perilaku yang diharapkan dihilangkan atau dikurangi. Pernantauan diri sendiri meningkatkan kesadaran diri sendiri rnelalui pengarnatan atas dirinya. Mempergunakan isyarat Isyarat adalah suatu proses untuk rnerangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau non-verbal yang digunakan oleh guru kepada peserta didiknya. Hal ini dilakukan apabila ia merasa peserta didiknya berperilaku rnenyirnpang. Suatu isyarat dapat digunakan untuk mendorong atau mencegah perilaku tertentu. Berlainan dengan pendorong, isyarat rnendahului respons. Kernbali pada dilerna paling pelik yang dihadapi oleh para penganJUf pendekatan pengubahan perilaku yaitu penggunaan hukuman untuk menghilangkan perilaku yang tidak sesuai. Setiap penulis rnernpunyai pandangan yang berbeda. Ada tiga pandangan pokok yang paling menonjol dalarn hal ini yaitu: 1) penggunaan hukuman dengan tepat sangat efektif untuk menghilangkan perilaku peserta didik yang menyimpang, 2) penggunaan hukuman dengan bijaksana pada jenis-jenis situasi tertentu akan dapat membcrikan dampak positif pada perilaku pcscrta didik, tetapi karena adanya resiko timbulnya pengaruh sampingan yang negatif, penggunaan hukuman harus dipantau dengan seksama, 3) penggunaan hukuman harus dihindarkan sama sekali, karena perilaku siswa yang menyimpang dapat ditangani secara efektif dengan teknik-teknik lain yang tidak mempunyai pengaruh sarnpingan yang negatif seperti hukuman. Menyoal pandangan yang berbeda tentang hukuman di atas, Sulzer dan Mayer memberikan kajian kcuntungan dan kerugian pcnggunaan hukuman. Keuntungan pemberian hukuman adalah 1) hukuman tidak menghentikan dengan segera perilaku

siswa yang dihukum, tetapi dapat mengurangi terjadinya perilaku tersebut untuk jangka waktu lama, 2) hukuman bersifat memberikan informasi kepada. peserta didik, karena membantunya membedakan dengan cepat perilaku yang dibenarkan dan perilaku yang tidak benarkan, 3) hukuman bersifat memerintah terhadap siswa lain untuk mengurangi kemungkinan peserta didik lainnya meniru perilaku yang dihukum tersebut. Adapun kerugian penggunaan hukuman adalah: 1) hukuman dapat disalah tafsirkan, 2) hukuman da.pat menyebabkan peserta didik yang dihukum menyisihkan diri sama sekali, 3) hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum menjadi agresif, 4) hukuman dapat menghasilkan reaksi negatif di pihak teman-teman sekelasnya, 5) hukuman dapat menyebabkan peserta didik yang dihukum bersikap negatif terhadap dirinya sendiri at au terhadap situasi. 7. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itLl, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun huhungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula. Banyak gagasan yang bercirikan pendekatan sosio-emosional dapat ditelusuri pada karya Carl Rogers. Premis utamanya adalah: kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung pada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta didik. Rogers mengindentifikasi beberapa sikapyang diyakini hakiki yaitu: ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian, mempercayai, dan pengertian empatik. Sementara itu, Ginott menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, di samping keserasian, sikap menerima, empati, dan memberikan sejumlah contoh bagaimana sikap-sikap itu diwujudkan oleh guru. Cara guru berkomunikasi ialah dengan berbicara sesuai situasi,

bukan dengan kepribadian atau watak siswa. Apabila dihadapkan kepada perilaku siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasihatkan agar menerangkan apa yang dilihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya, dan rnenerangkan apa yang perlu dilakukan. Guru rnenenrna siswa, tetapi tidak rnenerirna atau rnenyetujui perilakunya. Ginott rnernberikan rekornendasi rnengenai eara yang seyogyanya dilakukan oleh guru untuk berkornunikasi seeara efektif sebagai bedkut. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Alamatkan pernyataan kepada situasi siswa, jangan rnenilai dirinya karena hal itu dapat rnerendahkan did siswa. Gambarkanlah situasi, ungkapkan perasaan tentang situasi itu, dan jelaskan harapan rnengenai situasi tersebut. Nyatakan perasaan yang sebenarnya yang akan rneningkatkan pengertian siswa. Hindarkan cara memusuhi dengan eara rnengundang kerja sarna dan rnernberikan kepada siswa kesernpatan rnengalarni ketidak tergantungan. Hindarkan sikap menentang atau rnelawan dcngan eara rnenghindarkan perintah dan tllntlltan yang memaneing respons dcfensif. Akui, terima, dan hormati pendapat serta pcrasaan siswa dengan cant yang meningkatkan perasaan harga dirinya. Hindarkan diagnosis dan prognosis yang akan menilai siswa, karena hal itll akan melemahkan semangat Jelaskan proses, dan tidak menilai prodllk atau pribadi, berikan bimbingan dan bukan kecaman. Hindarkan pertanyaan dan komentar yang memungkinkan memaneing sikap menolak dan mengundang sikap menentang. Tolak godaan memberikan kepada siswa pemeeahan yang ditawarkan secara burllburu, pergllnakanlah waktu lIntllk memberikan bimbingan yang diperlukan oleh siswa untuk memecahkan masalahnya. Doronglah kemampuan untuk mengatur diri sendiri. k. l. Hilangkan sarkasme, karena hal itu akan mengurangi harga diri peserta didik. Usahakan penjelasan yang singkat, hindarkan khotbah bertele-tele yang tidak akan menyakitkan motivasi. m. Pantau dan waspadalah terhadap dampak kata-kata yang disampaikan kepada siswa.

n. o.

Berikan pujian yang bersifat menghargai, karena hal itu produktif, tetapi hindarkan pujian yang bersifat menilai karena hal itu destruktif. Dengarkanlah apa yang diurigkapkan peserta didik dan dorong mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya. Pandangan lain yang dapat digolongkan sebagai pendekatan Sosio- emosional

adalah dari Glasser. Glasser menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebutnya terapi kenyataan. Dinyatakan oleh Glasser bahwa satu-satuya kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan identitas yaitu perasaan berhasil dan dihargai. Untuk mencapai identitas berhasil dalam konteks sekolah, seseorang harus mengembangkan perasaan tanggung jawab sosial dan harga diri. Tanggung jawab sosial dan harga diri adalah hasil yang diperoleh siswa yang telah mengembangkan hubungan yang baik dengan sesamanya. Jadi untuk mengembangkan i(1cntitas keberhasilan yang penting adalah keterlibatan. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan identitas keberhasilan. Dalam kaitan ini, Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini.

a.

Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.

b. c.

Memberikan uraian ten tang perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang menyebabkan kegagalannya.

d.

Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.

e. f.

Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan kemajuan yang dibuatnya.

g.

Tidak mencrima pcrnyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan ketcrikatannya; bantulah ia mcmahami bahwa ia scndirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lcbih haik; mcncrima pcrnyataan maar bcrarti tidak memusingkan masalah siswa.

h.

Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut. Sementara itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional

mengemukakan gagasan-gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah: 1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekllensi wajar dan logis atas perilaku siswa. Mengembangkan kelas yang demokratis berasumsi bahwa perilaku dan pencapaian siswa dipermudah oleh suasana kelas yang demokratis pula. Dalam suasana kelas yang demokratis siswa diharapkan diperlakukan sebagai orang yang bertanggung jawab, individu yang mempunyai harga diri, yang mampu membuat keputusan dan memecahkan persoalan dengan terampil. Kelas yang demokratis, dapat membantu mengembangkan sllasana saling mempercayai an tara guru dan siswa dan an tara sesama siswa. Guru yang berllsaha menciptakan suasana yang demoktratis tidak boleh melepaskan tanggllng jawabnya scbagai pemimpin. Guru yang efektif bllkanlah seorang otokratis, tetapi juga bukan anarkis. Guru yang demokratis membimbing peserta didik; guru yang otokratis mendominasi; guru yang laissezfaire lepas tanggung jawab. Guru yang demokratis bertanggung jawab dengan membagi tanggung jawab. Menggunakan konsekuensi logis adalah akibat yang diterima dari sebab perilaku peserta didik itu sendiri. Konsekuensi logis sedikit banyak diatur oleh guru, tetapi merupakan akibat logis dari perilaku peserta didik. Agar dapat dipandang sebagai konsekuensi logis, siswa harus menganggap konsekuensi itu sebagai sesuatu yang wajar.

Jika dipandang sebagai hukuman, efek positifnya akan hilang. Konsekuensi logis sebagai realitas tertib sosial, berkaitan langsung dengan perilaku yang menyimpang, tidak termasuk unsur pertimbangan moral, dan hanya menyangkut apa yang akan terjadi di kemudian hari. 8. Pendekatan Proses Kelompok Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsiasumsi berikut: 1) kehidupan <;ekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas, 2) tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, 3) kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua sistem sosial, 4 )pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan. Schmuck dan Schmuck dalam Weber mengemukakan enam ciri mengenai manajemen kelas yaitu: harapan, kepemimpinan, daya tarik, norma, komunikasi, dan keterpaduan. Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sarna lain. Persepsi tersebut adalah perkiraan individual tentang cara berperilaku diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, harapan yang bagaimana anggota kelompok akan berperilaku akan sangat mempengaruhi cara guru dan siswa dalam hubungan mereka satu dengan yang lainnya. Kepemimpinan paling tepat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapaian tujuannya. Jadi perilaku kepemimpinan terdiri dari tindakantindakan anggota-anggo.ta kelompok, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan yang membantu penetapan norma-norma kelompok yang menggerakkan kelompok kearah tujuan, yang memperbaiki mutu interaksi antara anggota-anggota kelompok, dan yang menciptakan keterpaduan kelompok. Berdasar peranannya, guru mempunyai potensi terbesar dalam peranan kepemimpinan. Akan tetapi dalam kelompok kelas yang efektif fungsi kepemimpinan dilaksanakan bersama-sama oleh guru dan para peserta didik. Suatu kelampak kelas yang efektif adalah kelampok yang fungsi kepemimpinannya dibagi-bagi dengan baik, dan semua anggota kelampok dapat merasakan kewenangan dan harga diri dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik dan dalam bekerja bersama-sama.

Daya tarik, menunjuk pada pala-pala persahabatan dalam kelompak kelas.Daya tarik dapat digambarkan sebagai tingkat persahabatan yang terdapat di antara para anggota kelampok kelas. Tingkat daya tarik tergantung pada sejauh mana hubungan antar pribadi yang positif telah berkembang. Pengelola kelas yang efektif ialah seseorang yang membantu mengembangkan hubungan antar pribadi yang positif an tara para anggota kelompok. Misalnya, guru berusaha meningkatkan sikap menerima terhadap para siswa yang tidak disukai dan anggota-anggota baru. Norma ialah pengharapan bersama mengenai cara berpikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang dapat mereka harapkan dari orang lain. Norma kelompok yang produktif adalah hakiki bagi efektivitas kelompok. Oleh karena itu, salah satu tugas guru ialah membantu kelompok menciptakan, menerima, dan memelihara norma kelompok yang produktif. Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal adalah dialog antara anggotaanggota kelompok. Komunikasi mencakup kemampuan khas manusia untuk saling memahami buah pikiran dan perasaan masing-masing. Komunikasi yang efektif berarti menerima pesan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. Oleh karena itu, tugas rangkap guru adalah membuka saluran komunikasi sehingga semua siswa menyatakan buah pikiran dan perasaannya dengan bebas, menerima buah pikiran dan perasaan siswa. Keterpaduan adalah menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan. Kelompok menjadi padu karena alasan: 1) para anggota saling menyukai satu sama lainnya, 2) minat yang besar terhadap pekerjaan, 3) kelompok memberikan harga diri kepada para anggotanya. 9. Pendekatan Eklektik Menyimak secara seksama kedelapan pendekatan yang telah diuraikan di muka adalah ibarat melihat benda yang sama dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, seorang g.uru harus mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing

pendekatan ketika akan menerapkan satu pendekatan. Dalam kenyataan guru jarang sekali menerapkan satu pendekatan secara utuh, melainkan mengkombinasikan masing-masing pendekatan dengan mengambil hal-hal yang positif dari satu pendekatan seraya mengeliminir kelemahan masing-masing pendekatan. Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhanyang bermakna, yang secara filosofis, teoretis, dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik (Wilford A. Weber, 1986). Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu: 1) menguasai pendekatanpendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan Pengubahan Perilaku, Penciptaan Iklim Sosio-emosional, Proses Kelompok, dan 2) dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah manajemen kelas (M. Entang dan T. Raka Joni, 1983:43). Simpulannya adalah bahwa kemampuan guru memilih strategis manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku dipilih, misalnya bila tujuan tindakan manajemen kelas yang akan dilakukan adalah menguatkan tingkah laku peserta didik yanK baik dan/atau menghilangkan perilaku peserta didik yang kurang baik; pendekatan Penciptaan Iklim Sosio-emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi guru dan peserta didik; semen tara itu pendekatan Proses Kelompok dianut bila seorang guru in gin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif. 10. Pendekatan Analitik Pluralistik Sembilan pendekatan yang diuraikan di muka menggambarkan sembilan macam pendekatan manajemen kelas yang berlainan. Setiap pendekatan ada penganjurnya dan pemakaianya. Tidak ada anjuran dan saran untuk menganut dan menggantungkan diripada satu pendekatan manajemen kelas. Saran dan anjuran yang periu dipertimbangkan adalah menggunakan pendekatan analitik pluralistik. Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi

kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau berapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis. Guru yang bijaksana menghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik. Dengan demikian, pendekatan analitik pluralistik memperluas jangkauan pendekatan. Pendekatan analitik pluralistik berupa pemilihan diantara berbagai strategi manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien. Pendekatan analitik pluralistik tidak mengikat guru pada serangkaian strategi manajerial tertentu saja. Guru bebas mempertimbangkan semua strategi yang mungkin efektif. Terdapat empat tahap pendekatan analitik pluralistik yang perlu dicermati dalam penggunaannya. a. Menentukan kondisi kelas yang diinginkan Langkah pertama dalam proses memanajemeni kelas yang efektif ialah menentukan kondisi kelas yang ideal. Guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi-kondisi yang menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif. Di samping itu guru hendaknya menyadari perlunya terus menerus menilai manfaat pemahamannya dan mengubahnya apabila keadaan menuntutnya. Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai adalah: 1) guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul, 2) guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan upayanya dan yang menjadi tolok ukur penilaian atas hasil upayanya. b. Menganalisis kondisi kelas yang nyata Setelah menentukan kondisi kelas yang diinginkan, guru selanjutnya menganalisis keadaan yang ada, yakni membandingkan keadaan yang nyata dengan keadaan yang diharapkan. Dengan demikian, analisis ini akan memungkinkan guru mengetahui: 1) kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan, kemudian menentukan kondisi yang perlu mendapat perhatian segera dan mana yang dapat diselesaikan kemudian, dan kondisi mana yang memerlukan pemantauan, 2) masalah yang mungkin terjadi yakni kesenjangan yang mungkin timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan, dan 3)

kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap sudah baik. Asumsi tahap kedua dari analitik pluralistik ini adalah bahwa guru yang efektif adalah guru yang terampil menganalisis interaksi kelas dan peka terhadap apa yang sedang terjadi di kelasnya. c. Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi'manajerial yang terkandung di dalam berbagai pendekatan manajemen kelas, dan mampu memilih serta menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang telah dianalisis sebelumnya. Proses pemilihan ini dapat dianggap sebagai suatu kerja komputer, guru memeriksa strategi strategi yang tersimpan dalam sel-sel komputer dan memilih strategi yang memberikan harapan untuk meningkatkan kondisi yang dianggap sesuai. d. Menilai efektivitas pengelolaan Dalam tahap ini guru menilai efektivitas dalam pengelolaannya. Artinya dari waktu ke waktu guru harus menilai sejauh mana keberhasilan menciptakan dan memelihara kondisi yang sesuai. Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada dua perangkat perilaku. Perilaku pertama adalah perilaku guru, dalam arti sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dilakukan. Perilaku kedua adalah perilaku peserta didik, yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa-apa yang diharapkan untuk dilakukan. Pertanyaan - pertanyaan Di bawah ini dikemukakan prinsip-prinsip dasar pendekatan dalam manajemen kelas (otoriter, intimidasi, permisif, buku masak, instruksional, pengubahan perilaku, proses kelompok, iklim sosio-emosional, eklektik, analitik pluralistik). Tentukan dengan tepat pendekatan 1. 2. 3. yang dimaksud oleh pernyataan yang bersangkutan. Kemukakan kata/pernyataan kunci dari penctekatan yang dipilih itu. Guru harus mengetahui bahwa peranan pokoknya adalah memelihara ketertiban dan disiplin di kelas dengan mengendalikan perilaku siswa. Guru harus mengetahui bahwa iklim kelas sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar, dan bahwa guru sangat mempengaruhi sifatiklim tersebut. Guru harus menghargai perilaku siswa yang sesuai dan tidak menghargai perilaku

siswa yang menyimpang. 4. 5. 6. 7. 8. Guru harus mengetahui bahwa suatu kurikulum individual dapat menghilangkan sebahagian besar masalah manajemen kelas. Guru harus mengalamatkan tindakan kepada situasi, bukan pada kepribadian atau watak siswa sewaktu menangani suatu masalah. Guru tidak boleh memaksakan kepada siswa, karena hal itu akan menghambat mereka mencapai perkembangan potensinya secara maksimal. Guru harus mengerti bahwa penggunaan konsekuensi logis mengurangl timbulnya efek sampingan yang negatif yang dapat mengiringi bentuk-bentuk hukuman lainnya. Guru harus mengetahui bahwa pengelolaan yang efektif dimulai dengan kemampuannya mengendalikan setiap siswa melalui penggunaan paksaan apabila perlu. 9. Guru harus selalu tegas dan jujur dalam berurusan dengan siswa karena tindakan yang konsisten adalah penting sekali. 10. Guru harus membantu siswa memahami, menerima, dan mematuhi peraturan dan ketetapan sekolah. 11. Guru harus memandang sistem tanda penghargaan yang dikelola dengan baik sebagai suatu alat yang efektif untuk meningkatkan perilaku siswa yang sesuai. 12. Guru harus toleran terhadap semua bentuk perilaku siswa. 13. Guru harus membiarkan siswa menanggung konsekuensi wajar dan konsekuensi logis dari perilakunya, kecuali jika konse~uensi itu berbahaya bagi kehidupan siswa. 14. Guru harus berperilaku dengan cara yang memungkinkan siswa mengetahui bahwa guru menyadari apa yang sedang terjadi. 15. Guru harus mengetahui bahwa peranan pokok guru ialah menciptakan dan memelihara hubungan positif an tara guru dan siswa. 16. Guru harus memahami bahwa penggunaan hukuman dan ancaman hukuman dapat merupakan alat pengelolaan yang sangat efektif apabila dipergunakan dengan tepat. 17. Guru harus mengetahui bahwa penghargaan adalah khas bagi Slswa secara individual. 18. Guru harus memahami bahwa kegiatan kelas yang sesuai biasanya menjamin tumbuhnya perilaku siswa yang sesuai karena mengurangi kemungkinan timbulnya frustasi.

19. Guru harus mengetahui bahwa penggunaan perilaku menegur dengan lembut secara tepat dapat efektif dan efisien dalam mengendalikan perilaku kelas. 20. Guru harus memperlakukan siswa dengan sikap hormat dan merasa wajib membantunya mengembangkan rasa bertanggung jawab sendiri dan perasaan harga dirinya. 21. Guru sarna sekali tidak boleh menghukum seorang siswa kecuali cukup bukti yang tidak diragukan untuk menimbulkan perasaan bersalah. 22. Guru harus membantu mengembangkan tingkat kepaduan kelas yang tinggi dan norma-norma kelas yang produktif. 23. Guru harus bertindak atas dasar asumsi bahwa baik perilaku yang sesual maupun perilaku yang tidak sesuai, adalah hasil belajar siswa. 24. Guru harus mcngctahui bahwa siswa yang suka mcngacau scring berpcrilaku menyimpang karena ia diberi bahan pelajaran yang tidak sesuai. 25. Guru harus mengetahui bahwa caranya berkomunikasi dengan siswa sangat penting. 26. Guru harus menggunakan sindiran tajam dengan sangat hati-hati dan hanya setelah hubungan antar pribadi yang baik terbentuk. 27. Guru harus selalu bertindak praktis dan seperti orang bermartabat bilamana berinteraksi dengan siswa. 28. Guru harus mengamati dan/atau menanyai siswa untuk mendapatkan petunjuk mengenai penghargaan yang mungkin diberikan. 29. Guru harus memahami bahwa penggunaan rapat kelas dan pertemuan pemecahan masalah kelompok dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk memecahkan masalahmasalah manajemen kelas tertentu. 30. Guru harus memisahkan kesalahan dari orang yang bersalah sewaktu berurusan dengan siswa yang berprilaku yang tidak sesual. 31. Guru harus mengetahui bahwa kebanyakan masalah manajemen kelas dapat dihindarkan atau diselesaikan bila pengajaran dilaksanaKan dengan baik. 32. Guru harus memahami bahwa membantu siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi, kepemimpinan, dan memecahkan masalah kelompok, adalah perilaku yang penting.

33. Guru harus memahami bahwa manajemen kelas yang efektif tidak lebih dari pada penerapan pikiran sehat. 34. Guru harus mengetahui bahwa peranan utama guru adalah menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk mencegah timbulnya masalah dan memecahkan masalah kelompok. 31. Guru harus mengetahui bahwa penggunaan sindiran tajam dan ejekan secara wajar dapat efektif untuk mengendalikan perilaku siswa. 32. Guru harus mengerti bahwa menciptakan dan menguatkan pengharapan dan peraturan yang masuk akal adalah tindakan yang penting. 33. Guru hams jujur dan tegas sejak awal karcna lebih mudah mengendorkan pengendalian daripada memaksakannya sekali pengendalian tidak berjalan. 34. Guru harus membantu perkembangan kepaduan kelompok dengan membantu siswa memandang kelompoknya sebagai sesuatu yang menarik dan memuaskan. 35. Guru harus menciptakan disiplin yang baik dengan menyelenggarakan pengajaran yang menarik perhatian siswa dan membangkitkan motivasinya. 36. Guru harus memandang kesejatian, sikap menerima, dan empati guru sebagai kunci untuk manajemen kelas yang efektif. 37. Guru harus memahami bahwa menciptakan lingkungan fisik dan psikologis dimana siswa bebas sepenuhnya mengatakan dan melakukan sesuatu yang dikehendakinya, adalah strategi yang penting. 42. Guru harus mengerti bahwa pelajaran yang direncanakan dengan baik adalah cara yang efektif untuk menciptakan ketertiban di kelas. 43. Guru harus menguatkan pcrilaku siswa yang sesuai dengan suatu kesadaran bahwa penghargaan adalah istimewa bagi siswa secara individual. 44. Guru harus memahami bahwa manajemenyang efektif sangat tergantung pada kemampuan guru menghukum kesalahan siswa apabila itu terjadi. 45. Guru harus mengetahui bahwa ia harus sering mernikul kewajiban mengendalikan perilaku siswa. 46. Guru harus mengetahui bahwa peran pokok guru adalah menerapkan teknik yang teruji dan benar untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah kelolllpok. 47; Guru harus mengetahui bahwa perilaku yang dihargai akan mungkin dilanjutkan dan

bahwa perilaku yang tidak dihargai mungkin tak akan diteruskan. 48. Guru harus merencanakan dan menggunakan kegiatan belajar mengajar yang menjamin timbulnya perilaku siswa yang sesuai. 49. Guru harus memahami bahwa manajemen kelas yang efektif adalah hasil upaya guru menciptakan dan memelihara pengendalian. 50. Guru harus memahami bahwa manajemen kelas yang efektif dimaksudkan untuk membantu kelompok kelas bertanggung jawab atas pemecahan masalahmasalahnya sendiri. 51. Guru harus menyadari bahwa guru yang bijaksana adalah guru yang mcnghargai pendekatan dan strategi manajemen kelas yang mempunyai konsep yang baik, di samping itu tidak mengikuti konsep pendekatan manajemen kelas secara membabi buta. 52. Guru hams mengetahui bahwa penggabungan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan dalam manajemen kelas merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi. 53. Guru harus mengetahui dan menguasai pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, memlli1; pendekatan yang tepat, dan melaksankan prosedur yang sesuai dalam manajemen kelas. TUGAS Secara berkelompok (3-4) orang Anda berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar. Kegiatan yang Anda lakukan di sekolah tersebut adalah: 1. 2. 3. 4. Catat, pendekatan-pendekatan apakah yang dilakukan guru dalam memanajemeni kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung? Dengan paduan Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan hasil pengamatan kelompok di kelas. Analisis scmua laporan kclompok tcrscbut. Pada akhir diskusi, Doscnpengampu mata kuliah Manajemen Kelas memberi komentar terhadap laporan kelompok dan substansi isi pendekatan manajemen kelas yang terjadi di kelas berdasar laporan kelompok.

Daftar Pustaka Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. M . Entang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Weber, Wilford A. 1986. Classroom Manag~ment. Massachussetts: De Heat and Company. -- 1993. Effective Classroom Management Houston: University of Houston.

BAB III PROSEDUR DAN RANCANGAN MANAJEMEN KELAS Latar Belakang Guru merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran, semen tara itu manajemen kelas merupakan salah satu aspek dari pengelolaan proses pembelajaran yang paling rumit tetapi menarik perhatian. Rumit, karena manajemen kelas itu memerlukan berbagai kriteria keterampilan, pengalaman, bahkan kepribadian serta sikap dan nilai seorang guru. Dua guru yang sama-sama pandai dan berpengalaman tetapi berbeda dalam kepribadian, sikap dan nilai termasuk cara menyikapi subjek didik akan lain situasi belajarnya yang dihasilkan oleh kedua orang guru tadi. Disinilah letaknya seni dalam mengelola proses pembelajaran. Manajemen kelas, dikatakan menarik, karena selain memerlukan kemampuan pribadi serta ketekunan menghadapinya disatu sisi, disisi lain calon guru, guru, dan guru yang perpengalaman sekalipun akan bergelut dengan manajemen kelas agar terselenggara proses pembelajaran yang efektif dcmi tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan manajemen ke1as maupun manajemen pembelajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itulah tujuan akan tercapai. Berdasar penjelasan tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa guru harus memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni ke1as. Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas guru an tara lain harus memahami prosedur dan rancangan prosedur manajemen kelas. Berturut-turut bab ini akan membahas prosedur manajemen kelas dan rancangan prosedur manajemen kelas. Tujuan Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan bahwa manajemen kelas sebagai hal yang menarik untuk dipelajari 2. Menyimpulkan perbedaan antara pengertian manajcmen kelas dan prosedur manajemen kelas

3. Menyimpulkan peran guru dalam penciptaan sistem lingkungan yang mendukung pembelajaran 4. Menjelaskan jenis-jenis tindakan dalam manajemen kelas 5. Menggambarkan rancangan prosedur manajemen kelas 6. Mengidentifikasikan rancangan prosedur manajemen kelas 7. Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas 1. Prosedur Manajemen Kelas Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk kepada kegiatankegitan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Tindakan yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan manajemen kelas perlu dilaksanakan berdasar atas langkah-langkah yang sudah ditentukan. Apabila seorang guru melakukan kegiatan manajemen kelas dengan at au melalui langkah-langkah tertentu, berarti guru tersebut sudah melakukan kegiatan manajemen kelas berdasar prosedur manajemen kelas. Jadi prosedur manajemen kelas adalah serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas pembelajaran dapat berlangsung secara efektif clan efisien. Serangkaian langkah kcgiatan manajemen kelas mengacu kepada: tindakan pencegahan (preventif) dengan tujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang menguntungkan, dan (2) tindakan korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung (M. Entang dan T. Raka loni, 1983: 15; Depdikblld, 1983:99) Dimensi tindakan korektif dapat dibagi menjadi dua jenis tindakan yaitu: (l) Tindakan yang seharusnya segera diambil oleh guru pada saat terjadi gangguan terhadap kondisi optimal pembelajaran (dimensi tindakan), dan (2) Tindakan kuratif yaitu tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang telah terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Mengacu kepada dua tindakan dalam kegiatan manajemen kelas yaitu tindakan pencegahan (preventif), dan yang dilakukan lagi terciptanya kondisi optimal serta mempertahankan kondisi optimal tersebut supaya proses

tindakan penyembuhan (kuratif) maka tindakan manajemen kelas juga dapat menjurus kepada tindakan manajemen dimensi pencegahan dan tindakan manajemen dimensi kuratif. a. Dimensi pencegahan (preventif), merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan demikian, maka prosedur pencegahannya merupakan langkahlangkah yang harus diambil oleh guru dalam rangka mengatur peserta didik dan format pembelajaran yang tepat yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. Jadi prosedur dalam dimensi pencegahan adalah berupa langkah-Iangkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakaJ) suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan , contoh-contoh berupa informasi. b. Dimensi kuratif, merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan mcnimbulkan kcsadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melalui kegiatan-kegiatan / yang direncanakan dan dapat dipertanggung jawabkan . Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, maka prosedur atau langkah-Iangkah manajemen pun bertumpu pada prosedur a. Prosedur dimensi pencegahan. Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang menggangu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-Iangkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang ~fektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun langkah-Iangkah pencegahannya sebagai berikut: 1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan Iangkah yang

strategis dan mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakaan tugasnya. Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabiI, kepribadian yang harmonis, dan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari para peserta didik. 2. Peningkatan kesadaran peserta didik lnteraksi positif an tara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kcsadaran, kesadaran guru dan peserta didik bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat menggangu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal berikut: (1) memberitahukan akan hak dan kewajiban sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan, dan dorongan para peserta didik, (3) menciptakan suasana saling penge!tian, saling menghormati, dan rasa keterbukaan antara guru dan para peserta didik. 3. Sikap polos dan tulus dari guru Peran sangat besar danberpengaruh dalam menciptakan kondisi optimal r.roses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap para peserta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam memanajemeni kelas. Guru dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belaj ar, karena tingkah laku, cara menyikapi, dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh para peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon at au reaksinya juga positif. Sebaliknya kalau stimulasi itu negatif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif. Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan dan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru, akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar an

tara guru dan peserta didik. 4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan Untuk mengenal dan mencmukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru: (1) melakukan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya, (2) mengenal berbagai pendekatan dalam manajemcn kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen kelas yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi at au menggantinya dcngan pcndckatan yang dip}lihnya, (3) mcmpclajari pcngalaman guruguru lainnya yang gagal atau bcrhasil sehingga dirinya mcmiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai problema manajemen kclas. 5. Menciptakan kontrak sosial Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "standar tingkah laku" yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta ketcrbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pcmenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kclompok dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma at au nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka memanajcmeni kei<ls norma berupa kontrak sosial (daftar aturan=tata tertib) dengan sangsinya yang mengatur kehidupan dalam kelas, perumusannya harus dibicarakan at au disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan sebagai standar tingkah luku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menol.aknya. Konsekuensi terhadap kondisi demikian akan memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam manajemen kelas karena para peserta didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.

b. Prosedur dimensi penyembuhan (kuratif) Pada dasarnya langkah-langkah prosedur dimensi penyembuhan adalah sebagai berikut: l) Mengindentifikasi masalah Guru, pada langkah ini melakukan kegiatan untuk mngenal atau mengetahui masalah-masalah manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengindentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar bclakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut. 2} Menganalisis masalah Guru, pada langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari pcnyimpangan itu. Setelah diketcmukan hal-hal yang berkaitan dcngan penYlmpangan tersebut guru kemudian melanjutkan usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan itu. 3) Menilai alternatif-alternatif pemecahan Guru, pada langkah ini adalah menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah berdasar sejumlah alternatif yang telah tersusun. Memilih dalam arti menentukan alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan peserta didik tersebut. Sesudah terpilih alternatif pemecahan yang dianggap tepat, ,selanjutnya guru melaksanakan alternatif pemecahan itu. 4) Mendapatkan balikan Guru, pada langkah ini yang didahului dengan langkah monitoring, melakukan kegiatan kilas balik. Kcgiatan kilas balik ini dimaksudkan untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari altcrnatif pemccahan yang dipilih untuk mencapai sasman yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik. Dalam pertemuan tersebut pedu dijelaskan: maksud pertemuan dan manfaat pertemuan. Maksud pertemuan pedu dijeiaskan oleh guru sehingga peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan penuh ketulusan, sematamata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah. Manfaat pertemuan juga perlu dijelaskan karena dengan mengetahui kemanfaatan pertemuan

tersebut para peserta didik akan mengikuti pertemuan itu dengan baik. Selain itu, pedu disikapi pengendalian perilaku guru dalam pertemuan tcrsebut. Tunjukkan kepada para pcscrta didik bahwa guru bukanlah orang sempurna atau tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Sehingga antara guru dan peserta didik diperoleh kesadaran untuk bersama-sama belajar saling memperbaiki dan saling mengingatkan, yang semuanya itu untuk kepentingan bersama. Informasi yang diperoleh dari balikan ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk menilai program, dan akhirnya merupakan dasar melakukan perbaikan program.

2. Rancangan Prosedur Manajemen Kelas Pemilikan pengetahuan dan keakraban seorang guru terhadap masalah manajemen kelas baik dimensi preventif maupun dimensi kuratif serta menguasai prosedur masingmasing, merupakan dasar yang kuat untuk menyusun rancangan prosedur manajemen kelas. Scbab sudah barang tentu, di dalam menyusun rancangan prosedur manajemen kelas baik manajemen dimensi preventif maupun dimensi kuratif. Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitan dengan tugas guru menyusun rancangan prosedur manajemen kelas berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk tujuan menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi berlangsungnya kegiatan belajar siswa . Manajemen kelas merupakan. pangkal kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif, sehingga perencanaan prosedur manajemen kelas ke arah dimensi preventif dan kuratif itu, kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan. Tujuan itu adalah terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung terlaksananya proses belajar mengajar.

Dari pembahasan bagian depan hingga sekarang kita telah memahami beberapa pengertian pokok seperti: manajemen kelas, manajemen kelas preventif dan kuratif, pendekatan manajemen kelas, prosedur manajemen kelas, dan terakhir adalah rancangan prosedur manajemen kelas. Pemahaman pengertian tersebut akan sangat bermanfaat pada tahap pembuatan rancangan prosedur manajemen kelas karena di samping memberikan kejelasan, juga tentang konsep-konsep pendekatan manajemen kelas akan merupakan landasan dalam rangka menyusun rancangan prosedur manajemen. kelas. Penyusunan rancangan prosedur manajemen kelas tanpa dilandasi pendekatan pengelolaan kelas akan mengalami banyak kelemahan, karena tanpa memahami pendekatan ini menyebabkan kurang difahami hakikat tingkah laku peserta didik yang menyimpang yang in gin ditanggulangi. Oleh karena itu, uraian tentang pendekatan manajemen kelas sangat membantu pada tahap pembuatan rancangan prosedur manajemen kelas. Penyususnan rancangan prosedur manajemen kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Pemahaman terhadap arti, tujuan, dan hakikat manajemen kelas. Pemahaman akan hal-hal tersebut akan memberi arah kepada pemikiran apa, mengapa, dan bagaimana harus berbuatlbertindak dalam memanajemen kelas; b. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi. Maksudnya adalah bahwa setiap peserta didik,pada setiap saat dan dengan lingkungan tertentu akan memperlihatkan sikap dan tingkah laku tertentu. Dengan pemahaman yang mendalam tentang peserta didik akan merupakan pedoman dalam manajemen kelas. Sebab, dengan pedoman tersebut akan diketahui jalan mengarahkan peserta didik yang melakukan penyimpangan di dalam kelas; c. Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan peserta didik. Pemahaman akan hal ini akan lebih jelas bila dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyimpangan tersebut; d. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam manajemen kelas. Pemahaman terhC\dap pendekatan ini akan menambah kemampuan dalam menyesuaikan pendekatan tertentu dengan masalah penyimpangan yang dilakukan peserta didik. Tingkah laku penyimpang dengan latar belakang tertentu akan membutuhkan pendekatan tertentu pula; e. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur

manajemen kelas. Kelima faktor yang dikemukakan diatas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan prosedur manajemen kelas. Setelah rancangan prosedur manajemen kelas disusun, hal yang penting yang harus mendapat pcrhatian adakah proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam kaitan ini betapa penting dan besarnya peranan dan pengaruh guru. Di samping kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan rancangan tcrsebut, maka sikap, tingkah laku, kepribadian serta kemampuan berinteraksi guru merupakan aspek yang tidak dapat diremehkan. Memperhatikan dua diagram di atas belum nampak langkah-Iangkah apa yang akan dikerjakan yang dimuat dalam rancangan itu. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam rancangan tersebut perlu ada penjabaran lebih lanjut terhadap langkah-Iangkah kegiatan yang telah ditetapkan, yang kesemuanya itu mengarah kepada pcncapaian tujuan. LangkahIangkah yang dimaksud adalah: a. b. c. d. e. identifikasi dari masalah yang timbul dalam manajemen kelas analisis masalah penilaian alternatif-alternatif pemecahan, penilaian dan pelaksanaan salah satu alternatif pemecahan, monitoring pelaksanaan, balikan hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah.

Uraian di atas dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Akhirnya berdasarkan kedua diagram diatas, dapat dijelaskan bahwa proses manajemen kelas dimulai dengan langkah-Iangkah berikut. a. b. c. Memahami hakikat konsep dan tujuan manajemen kelas. Menentukan masalahnya: preventif atau kuratif. Mempertimbangkan hakikat anak yang memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri, lalu memperhatikan kenyataan penyimpangan tingkah laku yang ada. d. e. Menentukan masalahnya: individual atau kelompok. Menyusun rancangan prosedur manajemen kelas: preventif individual! kelompok, ataukah kuratif individual!kelompok.

f.

Menjabarkan langkah-langkah kegiatan rancangan prosedur manajemen kelas, yang meliputi: 1) Pengindentifikasian masalah 2) Penganalisaan masalah 3) Penilaian alternatif pemecahan yang akan digunakan 4) Pelaksanaan monitering 5) Pengumpulan balikan

g. h. 1.

Melaksanakan rancangan yang telah disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangat menentukan. Melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati atau telah terjadi perkembangan bam. Mendapatkan balikan, yaitu tahap pelaksaan yang telah tiba pada penggunaan hasil monitoring untuk menentukan langkah-Iangkah selanjutnya.

Pertanyaan -pertanyaan Je1askan, a1asan-a1asannya mengapa manajemen kelas merupakan hal yang menarik perhatian, baik bagi calon guru, guru muda, dan guru yang telah berpengalaman sekalipun ? 1. 2. 3. 4. 5. Jelaskan, mengapa guru merupakan unsur dominan dalam penciptaan sistem lingkungan yang menunjang proses pembelajaran ? Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tindakan manajemen kelas ? Je1askan, mengapa tindakan manajemen merupakan terapi yang tepat dalam manajemen kelas ? Mengapa persetujuan bersama an tara guru dan peserta didik terhadap pelaksaan suatu pertemuan mempunyai makna psikologis ? Kemukakan lasan-alasannya, mengapa seorang guru tidak boleh langsung menunjukkan kesalahan peserta didik, pada suatu pertemuan guru-siswa dalam membicarakan penyimpangan para peserta didiknya ? 6. 7. Je1askan apa yang dimaksud dengan rancangan prosedur manajemen kelas ? Dilihat dari sifatnya, manajemen kelas dibedakan atas dua jenis manajemen kelas. Jelaskan jenis-jenis tersebut ?

8. 9.

Je1askan apa yang menjadi tujuan dari pada penyususnan sebuah rancangan prosedur manajemen kelas .) Jelaskan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi dalam pembuatan prosedur manajemen kelas ?

Tugas Secara berkelompok (4-5) orang anda berkunjung ke sebuah Sekolah Dasar.Kegiatan yang Anda lakukan adalah: 1. 2. Catat, tindakan-tindakan apa yang dilakukan guru terhadap kondisi yang diharapkan optimal terjadi (tindakan preventif). Catat pula, tindakan-tindakan apa yang dilakukan guru terhadap tingkah laku menyimpang dari para siswa yang telah terlanjur terjadi pada saat pembelajaran berlangsung (tindakan kuratif) 3. 4. 5. Dengan panduan dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas, laporkan hasiI pengamatan kelompok di kelas. Analisis didiskusikan semua laporan kelompok tersebut. Pada akhir diskusi, Dosen pengampu menyampaikan komentar terhadap Iaporan kelompok termasuk subtansi isi tindakan preventif dan kuratif yang terjadi di sekolah berdasar laporan kelompok tersebut. Daftar Pustaka Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. M. Endang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ornstein, Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper & Row Publisher Inc. Eggen, Paul D & Don Kauchak. 1994. Education Psychologi Classroom Connections. New York: McMillan College Publishing Company, Inc.

BAB IV PENGATURAN KONDISI DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG

Latar Belakang Telah disadari banwa kondisi atau suasana berpengaruh terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah kondisi atau suasana belajar. Sistem pendidikan Spartan misalnya, menyiapkan kehidupan anak-anak dengan mengirimnya ke hutan dengan tujuan agar anak belajar mempertahankan dirinya Demikian juga yang dilakukan oleh Mende dan Temme dari Sierra Leone menjalankan sekolahnya di udara terbuka di hutan. Para pendidik besar seperti Comenius, John Dewey, dan Tyler menggaris bawahi pentingnya kondisi atau lingkungan terhadap pendidikan anak. Menurut Tyler proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan tempat siswa berada.

Manajemen kelas tidakhanya berupa pengaturan belajar, fasilitas fisik, dan rutinitas. Tugas manajemen kelas adalah menyiapkan kondisi kelas dan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Olch karena itu, sekolah dan kelas perIu dikelola secara baik pula. Dalam penciptaan iklim belajar yang menunjang guru dihadapkan kepada beberapa faktor yang dapat menjadi kendala atau pendukung terciptanya kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar. Sebagai bekal dalam menciptakan iklim belajar yang menunjang, guru harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, dan prinsip-prinsip mengajar yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar optimal tersebut bagi terciptanya proses belajar. Bab ini secara berturut-turut akan membahas berbagai macam kondisi (kondisi fisik, kondisi sosio-emosional, kondisi organisasional) dan faktor-faktor (faktor intern, faktor ekstern) yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang

menunjang, serta cara mengajar yang efektif. Kesemuanya itu perlu difahami oleh para guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat : a. Menjelaskan alasan bahwa kondisi fisik tempat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar; b. Membuat denah kemungkinan-kemungkinan pengaturan tempat duduk Slswa, serta dapat mengemukakan kekuatan dan kelemahan masing-masing formasi tempat duduk tersebut; c. Menjelaskan alasan bahwa kondisi sosio-emosional berpengaruh pada proses belajar; d. Mengemukakan kemungkinan tipe kepemimpinan guru dalam mewarnai suasana kondisi sosio-emosional; e. Menunjukkan sikap dan suasana guru yang mendukung suasana belajar yang optimal; f. Menjelaskan maksud dan alasan bahwa raport itu penting bagi terciptanya iklim belajar yang optimal; g. Menjelaskan alas an bahwa kegiatan rutin walaupun sudah merupakafl kegiatan yang senng dilaksanakan perlu diatur dan dikomunikasikan kepada semua pihak; h. Menjelaskan makna mengajar menurut Alwin W. Howard; i. Menjelaskan faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi belajar; j. Menjelaskan enam prinsip mengajar yang efektif. 1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar a. Kondisi Fisik Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan mempunyal pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan

pendidikan peserta didik. Melalui teknik motivasi yang akurat, guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat. Kondisi dan lingkungan hendaknya menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini. 1) Ruangan tempat berlangsungnya pembelajaran Ruangan tempat belajar harus memungkinkan para peserta didik dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakkan, sehingga tidak saling mengganggu satu sarna lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran. Besarnya ruangan kelas sangat tergantung pacta berbagai hal antara lain : (1) jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kelas atau bekerja di ruang praktikum), (2) jumlah siswa yang melakukan kegiatan (kegiatan bersama secara kiasikal at au kegiatan dalam kelompok kecil). Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara tidak langsung memberi daya terapi bagi anak-anak pelanggar disiplin. Misalnya pernyataan-pernyataan yang baik, anjurananjuran, gambar tokoh sejarah, peraturan yang berlaku, dan perilakuperilaku yang sebaiknya dilaksanakan. Ruang belajar yang merupakan temp at siswa dan guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar meliputi ruang kelas, ruang laboratorium, dan ruang auditorium (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:45). Ruang Kelas Ruang kelas harus diusahakan memenuhi syarat berikut: a) b) c) d) e) Ukuran ruang kelas 8m x 7m Dapat memeberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran Cukup cahaya dan sirkulasi udara Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas

Ruang laboratorium Sekolah dasar yang memiliki ruang laboratorium, agar berfungsi sebagai tempat praktik,

maka ruang tersebut harus ditata dengan syaratsyarat sebagai berikut: a) b) c) d) e) hari f) g) Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih Bahan yang mcmbahayakan hams disimpan pada tempal yang aman. Tata letak perabot mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap saat Diatur sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan, mudah dimanfaatkan Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia Air limbah dari saluran ruang laboralorium lidak mencemafl lingkungan sekitarnya Tersedia lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan schari-

Ruang aula/serbaguna Bagi sckolah yang memiliki ruang aula, agar bcrfungsi sebagai tempat pcmbelajaran, clan berfungsi juga sebagai tcmpat diskusi, maka ruang tersebut harus diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut: a) b) c) d) e) f) g) Panggung pertunjukkan Ruang pakaian pria/wanita secara terpisah Kamar mandi/WC pria/wanita secara terpisah Lantai harus datar dan tidak licin Dinding ruang aula dilapisi oleh lapisan peredam suara supaya suara tidak bergema Bak pasir Matras 2. Pengaturan tempat duduk Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan posisi seperti itu, guru sekaligus dapat mengontrol tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan proses pembelajaran. Beberapa kemungkinan pehgaturan tempat duduk seperti di bawah ini. a. Pola berderet atau berbaris-berjajar Pengaturan tempat duduk seperti ini adalah pengaturan tempat duduk paling populer. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya siswa. Siswa yang tinggi duduk di belakang, sedangkan siswa yang pendek dud uk di depan. Pada situasi

tertentu misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau jika banyak yang berbuat gaduh, siswa tersebut didudukkan di deretan paling depan tanpa menghiraukan tinggi badannya. Tipe pengaturan tempat duduk seperti tampaknya sangat cocok untuk pengajaran formal. Sernua siswa duduk dalarn deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang yang pendek duduk di depan. Ternpat duduk seperti ini juga rnemudahkan siswa at au guru bergerak dari deretan satu ke deretan yang lain. Namun dernikian, terdapat kelernahan-kelernahan dari pengaturan tempat .duduk seperti ini yaitu rnengurangi keleluasaan belajar siswa. Posisi guru rnernbuat dirinya rnempunyai otoritas rnutlak dan rnemberikan pengaruh langsung yang besar kepada siswa. Akhirnya siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kelornpok kerja yang dapat dilakukan, dan komunikasi antar siswa rnenjadi terbatas. b. Pola susunan berkelornpok Pola ini rnengatur tempat duduk siswa secara berkelompok. Cara ini mernungkinkan siswa dapat berkornunikasi dengan rnudah satu sarna lain dan dapat berpindah dari satu kelornpok ke kelornpok lainnya secara bebas. Pola ini rnernudahkan siswa untuk bekerja sarna dan saling rnenolong satu sarna lain sebagai ternan sebaya. Kepernirnpinan dan kerja sarna rnerupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas, sebagai akibat dari pengaturan temp at duduk seperti ini. Bila tujuan pernbelajaran atau guru rnenghendaki para siswa mengerjakan secara berke1ompok atau memecahkan masalah secara bersama-sama, maka susunan pengaturan tempat duduk berkelompok ini akan lebih tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pola pengaturan tempat duduk berkelompok adalah bahwa setiap kelompok harus ada seorang pemimpinnya. Namun sebaiknya pemimpin kelompok diatur secara bergiliran. Sehingga setiap siswa memperoleh kesempatan untuk memimpin. Dalam situasi ini otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Guru hanya memberi bimbingan kepada siswa. c. Pola formasi tapal kuda Pola ini menempatkan posisi guru berada ditengah-tengah para siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak memerlukan diskusi antar siswa atau dengan guru. Posisi guru dalam pengaturan tempat seperti terpisah dari ke1ompok, namun

tetap kelompok dalam pengawasan guru. Pengaturan formasi tapal kuda memberi kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan berkonsultasi. Demikian pula, tanpa banyak membuang waktu pengaturan seperti ini dapat diubah menjadi pola berkelompok atau formasi kelompok keci!, begitu juga sebaliknya. d. Pola lingkaran atau persegi Pola pengaturan tempat duduk lingkaran atau persegi baik juga untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi. Berbeda dengan pola tapaf kuda, otoritas guru sarna sekali tidak terpusat dan kepernirnpinan formal tidak berperan sarna sekali. Hakikatnya dalarn pola lingkaran at au persegi biasanya tidak ada pernirnpin kelornpok. Bila ada yang harus direkarn atau dicatat rnaka bentuk ini adalah sangat tepat. Seandainya ada suatu kegiatan atau alat yang harus ditunjukkan atau diperagakan, kegiatan atau alat itu dapat diletakkan ditenggah-tengah sehingga mudah dilihat dan dikomentari oleh semua siswa. Kemungkinan dari pola-pola pengaturan tempat duduk tersebut di atas ada pola lain yang tidak membatasi ruang gerak baik secara individual rnaupun secara kelornpok. Hal ini dapat terjadi rnisalnya, ada siswa yang harus belajar di ruang baca, di perpustakaan, atau di ruang praktikum. Dengan demikian perlu ada tempat-tempat khusus, dimana siswa dengan siapa saja, dimana saja dapat belajar denganbaik. Dalam hal ini, yang penting adalah guru dapat melihat apa yang terjadi, apa yang dilakukan para siswa diberbagai lokasi tempat mereka berada. 3. Ventilasi dan pengaturan cahaya Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit rnengaturnya kerena sudah tersedia) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyarnan. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjarnin kesehatan siswa. lendela harus cukup besar sehingga mernungkinkan cahaya matahari mas uk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua siswa dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung 02. Siswa harus dapat melihat tulisan dengan jelas, baik tulisan di papan tulis, pada papan bulletin, maupun pada buku bacaan. Kapur tulis yang dipergunakan sebaiknya kapur yang bebas dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak menyilaukan.

4. Pengaturan penyimpanan barang-barang Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barangbarang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan diruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Cara pengambilan barang dari temp at khusus, penyimpanan, dan sebagainya, hendaklah diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tcrsebut segera dapat dipergunakan. Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tcrscbut sangat penting dan secara periodek harus dicek dan reeek. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengamanan barang-barang tcrsebut dari pencurian, pengamanan terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat pengaman harus selalu terscdia, seperti alat pemadam kebakaran, P3K, dan sebagainya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam penciptaan lingkungan adalah kebersihan dan kerapihan. Ruangan kelas, papan tulis, meja, kursi, rak buku, tempat untuk menyimpan peralatan hams selalu rapih dan bersih. Kebiasaan meninggalkan mangan kelas yang kotor adalah hal yang tidak baik. Oleh karena itu, guru seyogianya membuat peraturan yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan mangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja, dan sebagainya. Guru hams membagi dan membuat tanggung jawab pengaturan kondisi fisik itu menjadi miliki siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya milik guru. Siswa harus turut aktif dalam membuat keputusan mengenai tata mang, dekorasi, dan sebagainya. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, dan pengaturan penyimpanan peralatan dapat diperhatikan gambar-gambar berikut ini. b. Kondisi Sosio-Emosional Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini. 1. Tipe kepemimpinan Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana

emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis. Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Kedua sikap siswa yaitu apatis dan agresif ini dapat merupakan sumber problema manajemen, baik yang sifatnya individual maupun kelompok kelas sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya akan aktif kalau ada guru dan kalau guru tidak mengawasi maka semua aktivitas. menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian dari guru. Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laizer-faire biasanya tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa 1ebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktivitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang "innerdirected" dimana siswa tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu m,enunggu pengarahan. Akan tetapi kelompok siswa semacam ini biasanya tidak cukup banyak. Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap dcmokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin. Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru harus menempatkan diri sebagai: model, pengembang, perencana, pembimbing, dan fasilitator (Centra, 1990). Guru sebagai model adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan sebagai model. ia mengharapkan dengan pemodelan yang ditampilkan dapat memberi pengalaman dan keantusiasan belajar siswa. ia tidak menekankan kepada daya ingat terhadap apa yang dikatakan, melainkan menginginkan siswa menemukan ide atau gagasan baru pada akhir pembelajaran. Guru sebagai pengembang adalah guru yang akhli dalam melaksanakan tugas dengan format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos

atau mal as tanpa alasan yang sah. Ia suka mengadakan penilaian terhadap segala bidang yang dikerjakan para siswa. Ia suka mawas diri pada saat mengajar. Guru sebagai perencana adalah guru yang akhli dalam bidangnya, yang mengatur kelas sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Ia menganggap bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak mungkin apa yang diketahui guru. Guru sebagai pembimbing adalah guru yang salingmembelajarkan an tara dirinya dengan sesama dan siswanya. Ia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis. Ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya. Ia mengajar karena mengetahui adanya perkembangan pribadi masing-masing individu, yang mengembangkan suasana saling percaya dan keterbukaan. Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi. Ia kurang menyenangi apabila ada siswa yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada Siswa. Ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesual harapannya.

Gambar 20 : Guru sebagai model pemberi keseimbangan pemberi pengalaman pemberi gagasan baru dari pemodelan

Gambar 21 : Guru sebagai pengembang * bekerja sesuai format yang tepat dan benar * tidak senang me!ihat siswa bolos atau malas * pengembang segaia bidang

Gambar 22 Guru sebagai percncana ahli dalam bidangnya mengatur tata ruang sebagai temp at belajar yang menyenangkan mengharap siswa dapat belajar banyak dari padanya

4)

Gamhar 23

Guru scbagai pembimbing

Yang saling mcmbclajarkan Yang mcngajar dalam sistem sosial yang dinamis

Yang mcngembangkan Sllasana sal ing pcrcaya dan terbuka Yang mengetahui perkembangan individu

6) 5)

7) Gambar 24 Guru sebagai fasilitator

Gambar 24 : Guru sebagai fasilitator

yang merespon Slswa yang suka mendengar dan bcrtanya kepada Slswa yang menginginkan siswa belajar mencapai tujuan sesuai harapan Slswa

2) Sikap guru Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya siswa dan bukan membenci siswanya itu sendiri. Terimalah siswa dengan hangar. sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil daJam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya .

Gambar 25 Sikap guru yang hangat dan mau mendengar harapan siswa adalah sangat bijaksana

3)

Suara guru Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempunyal pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi at au demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. Mereka akan lebih berani mcngajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses pembelajaran akan semakin terarah.

8)

Pemhinaan hubungan baik Pcmhinaan hubungan haik (report) antara guru dan siswa dalam masalah manajcmcn kclas aclalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya huhungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah clan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.

9)

Gambar 26 : Sikap guru siswa yang menjalin persahabatan

Gambar 27 : Sikap/ hubungan guru yang mengembangkan persahabatan dengan siswa dari guru kelas lain c. Kondisi . Organisasional Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun pada tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah manajemen kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur pcnuh disiplin pada scmua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tcrsebut antara lain: l) Pergantian pelajaran Untuk beberapa pelajaran mungkin ada baiknya siswa tetap berada dalam satu ruangan dan guru yang datang ke ruangan tersebut. Tetapi untuk pelajaran-pelajaran tcrtcntu, seperti bekerja di laboratorium, olahraga, kesenian, menggambar, dan sejenisnya, siswa diharuskan pindah ruangan. Hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib. Misalnya, ada tenggang waktu bagi siswa untuk berpindah ruang. Perpindahan siswa dari satu ruang ke ruang lain dipimpin oleh ketua siswa. Ruanganruangan diberi tanda dengan jelas. Siswa berkewajiban membereskan ruangan dan alat perlengkapan yang telah dipakai setelah pelajaran usai. Kegiatan ini dipimpin oleh petugas piket dengan pengawasan guru. 2) Guru berhalangan hadir Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir oleh satu atau lain sebab, I)Jaka siswa hams sudah tahu cara mengatasinya. Misalnya siswa disuruh tetap berada dalam kelas dengan tenang untuk menunggu guru pengganti selama waktu tertentu. Bila setelah waktu yang ditentukan guru pengganti juga belumdatang, ketua siswa diwajibkan lapor kepada guru piket. Kemudian guru piket mengaIl1bil inisiatif untuk mengatasi

kekosongan guru tersebut. Mungkin juga Kepala Sekolah yang bertugas mengisi kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.

3) Masalah antar Slswa Jika terjadi masalah antar siswa yang tidak dapat diselesaikan antar mereka, ketua siswa dapat melapor kepada wali kelas untuk bersamasama memecahkan dan mengatasi masalah tersebut. Hila pemecahannya belum tuntas diselesaikan, ketua siswa bersama wali kelas atau juga mungkin OSIS dapat menghadap pimpinan sekolah untuk mendapatkan petunjukkebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Demikian pula kalau ada usul kegiatan dari siswa, misalnya kamping, kunjungan ke sekolah lain, pentas seni, prosedur tersebut yang sama dapat ditempuh. 4} Upacara bendera Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah ditentukan. Pengaturan itu meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara, pakaian yang harus dikenakan, atur aeara upacara, pengumuman sekolah, dan siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasi hat atau pengarahan pada upacara tersebut. Di bawah ini akan dikemukakan contoh atur acara upacara bendera yang sering dilakukan di sekolah dasar. 5) Kegiatan lain Kegiatan lain yang merupakan kegiatan rutin kelas atau sekolah an tara lain adalah: a) Menanyakan keschatan dan kehadiran siswa, b) Prosedur penyampaian informasi dari sekolah kepada guru dan siswa,

d) Pcnyampaian peraturan sekolah yang baru, e) Kegiatan yang bersifat rekreasi dan sosial seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.

Kegiatan itu semua harus sudah diatur secara jelas, tidak kaku dan harus cukup fleksibel tertuang dalam jadwal kegiatan sekolah

d. Kondisi Administrasi Teknik Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manaJemen pembelajaran. Ke dalam kondisi administrasi teknik ini termasuk: 1. Daftar presensi Daftar presensi siswa dan guru hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik terhadap daftar presensi ini. 2. Ruang bimbingan siswa Ruang khusus, hendaknya tersedia yang dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas atau guru pembimbing di sekolah. 3. Tempat baca Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang, hendaknya tersedia. Begitu juga tempat bermain dan alat bermain yang mengandung nilai edukatif akan sangat membantu mengatasi masalah manajemen kelas. 4. Tempat sampah Tempat sampah hendaknya tersedia pada temp at khusus sehingga siswa didorong untuk

membiasakan diri hidup teratur. 5. Catatan pribadi siswa Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya dengan manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur. Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang kehidupannya. Selain itu catatan pribadi dapat berfungsi: a) Secara umum sebagai alat ccking terhadap efektivitas program sekolah baik bagi siswa secara individual maupun bagi siswa secara keseluruhan; b) Sebagai suatu sarana untuk memahamisiswa dengan latar belakang kehidupannya secara lebih baik; c) Sebagai alat bantu bagi orang tua men genal putra-putrinya secara lebih baik; d) Sebagai alat bantu bagi siswa itu sendiri dalam memahami dirinya sendiri. Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan akademis seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap sosial, catatan anekdotal dan sebagainya. Bentuk catatan pribadi siswa hendaknya baik, menarik, bersih, dan menggunakan tinta hitam. Untuk mengisi catatan pribadi siswa guru dapat mempergunakan sumber dengan observasi langsung dad anak, bertanya kepada orang tua, teman-temannya, dan sebagainya.Contoh format catatan pribadi siswa dapat disimak pada lampiran. Selain itu di sekolah, hendaknya juga tersedia petunjuk-petunjuk tentang penggunaan perpustakaan, WC sekolah, dan alat-alat pengaman yang tersedia.

INGAT

1. Kelas yang nyaman adalah jiwa dari kelas/sekolah 2. Manajemen kelas yang memadai akan memberi kebebasan kepada guru dan peserta didik melakukan aktivitas belajar ecara efisien 3. Keteraturan dan pengaturan suasana kelas yang baik akan menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik 4. Manajemen kelas yang memadai akan memberi kebebasan dan menunjang tumbuhnya aktivitas dan kreativitas pembelajaran.

Keterbatasan dan Masa1ah 1. Banyak guru memandang bahwa manajemen ke1as ada1ah masa1ah kurang penting dalam perencanaan 2. Manajemen kelas boleh jadi merupakan kegiatan yang rutin bersifat kemanusiaan dari suatu kurikulum sehingga identitas dari pribadi peserta didik akan hilang 3. Peraturan dan pengaturan manajemen kelas boleh jadi meluas sehingga guru menghabiskan banyak waktu hanya kepada masalahmenajemen kelas dari pada mengembangkan substansi belajar 4. Kondisi dan fasilitas di sekolah dasar (gedung, ruang, ventilasi, meja, kursi, lemari, perpustakaan) sulit dirubah dan terbatas.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

ada dalam diri individu yang sedang belajar, scdangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. a. Faktor intern Faktor ini meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. 1. Faktor jasmaniah Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan Slswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Demikian juga apabila siswa cacat tubuh, hal itu akan mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu. Jika hal itu terjadi hendaknya siswa tersebut belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan dengan memberi alat bantu agar dia dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya. 2. Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tuj.uh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. a. Intelegensi Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sarna, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal

ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi normal dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung terjadinya pembelajaran yang efisien dan efektif.

b) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa hams mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain ialah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi at au bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan datang, dan manfaat kelak dimasyarakat. c. Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut. Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain ialah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang manarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan mengkaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita siswa.

d. Bakat Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcmg dan ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Dalam hal ini guru tidak bersusah payah menjelaskan berkali-kali. Lain halnya terhadap siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasaibahan yang diajarkan. e. Motif Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar slswa. Dengan mengetahui latar belakang at au motif siswa belajar, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar. f. Kematangan Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat

me1aksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikerr.bangkan perlu diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya. Kondisi atau cara itu antara

lain ialah dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana ke kompleks. g. Kesiapan Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kearsipan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi rcspon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para pcscrta didik yang memiliki kcsiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.

3} Faktor Kelelahan Kelelahan baik jasmani ataupun rokhani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus memberikan pengertian kepada para siswa untuk berusaha menghindari trjadinya kelelahan dalam belajarnya. Misalnya, para siswa diberi penjelasan agar mereka mengusahakan tidur dan istirahat yang eukup dan teratur, mengusahakan variasi dalam belajar, olah raga secara teratur agar kondisi badan tetap segar. Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1. Faktor keluarga Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: a. b. c. d. e. Cara orang tua mendidik, Relasi/hubungan antara anggota keluarga, Suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan pehatian orang tua

f.

Latar belakang kebudayaan orang tua.

2. Faktor sekolah Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: a. Metode mengajar b. Kurikulum c. hubungan guru dengan para siswa, d. hubungan siswa dengan siswa, e. disiplin sekolah f. peralatan/media pelajaran, g. waktu sekolah, h. sarana dan prasarana sekolah, i. metode belajar siswa j. tugas sekolah, 3. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribcidi siswa, yang pada akhirnya akan mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan: a) kegiatan siswa dalam masyarakat b) mass media yang beredar/ada dalam masyarakat c) pengaruh ternan bergaul d) poia hidup masyarakat.

3. Mengajar yang efektif Mengajar adalah membimbing siswa agar mereka mengalami proses belajar. Dalam belajar para siswa menghendaki hasil belajar yang efektif: Demi tuntutan tersebut guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif pula.

Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat tejadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar. Mursel dalam hal ini mengemukakan enam prinsip mengajar, yang apabila ke-enam prinsip mengajar itu digunakan/ditempatkan dengan sebaik-baiknya maka'-iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi bagi terjadinya proses belajar akan dicapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Konteks Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks be1ajar itu sendiri .. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri. Hendaknya tugas itu dinyatakan dalam kerangka suatu konteks yang sifatnya konkret, dapat ditiru dan dapat dilaksanakan dengan teratur. Selain itu, tugas tersebut harus dapat memberikan dorongan seiuas-Iuasnya untuk bereksperimentasi, bereksplorasi, dan daya penentu. Tugas tersebut dapat juga mengarah kepada penguasaan melalui pengertian dan pemahaman serta yang memungkinkan transfer dari dan ke pihak lain. Ciri-ciri konteks yang baik adalah: 1) kuat 2) terdiri dari pengalaman yang aktual dan konkret dapat membuat pelajar menjadi lawan berinteraksi secara dinamis dan

3) pengalaman konkret yang dinamis merupakan alat untilk menyusun pengertian, bersifat sederhana dan pengalaman itu dapat ditiru untuk diulangi.

b.

Fokus Proses pembelajaran perlu diorganisasikan dengan bahan be1ajar. Di samping itu

pembelajaran yang penuh makna dan dektit harus diorganisasikan di sekitar suatu fokus. Pengajaran akan berhasil dengan menggunakan fokalisasi, sehingga mutu pembelajaran lebih meningkat. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, harus dipilih fokus yang memiliki ciri-ciri yang baik, seperti uraian berikut ini. 1) Memobilisasi tujuan Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pengajaran harus dapat membangkitkan keinginan untuk belajar. Konteks bermaksud membangkitkan tujuan, sedangkan fokus merumuskan dan mengarahkan tujuan. Jadi fokus belajar mengajar yang baik harus mampu memobilisasi keinginan belajar. 2. Memberi bentuk dan uniformitas pada belajar Belajar yang efektif mempunyai ciri antara lain uniformitas (keseragaman). Keseragaman artinya terdapat koordinasi intern dari relasi-relasi yang terdapat dalam unit pelajaran itu, at au terdapat strukturalisasi sehingga dapat menirnbulkan fokus yang wajar. 4. Mengorganisasi belajar sebagai suatu proses eksplorasi dan penernuan Fokus yang baik

harus rnenirnbulkan suatu pertanyaan yang perlu dijawab,. suatu soal yang perlu dipecahkan, suatu pengertian yang harus dipaharni dan digunakan. Dengan dernikian, akan tirnbul organisasi belajar yang tepat, yang rnernungkinkan terjadi proses penangkapan pengertian, rnelihat eksplorasi dan penernuan. Seorang guru yang baik akan selalu berusaha rnengajak siswa belajar rnelalui penernuan dan pernecahan soal atau masalah. c. Sosialisasi

Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sarna dalarn kerja kelornpok, diskusi dan sebagainya. Mereka bertanggung jawab bersama dalam proses pepemecahan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran, dan komentar mendorong siswa untuk berpikir lebih lanjut dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Mutu makna dan efektivitas belajar sebagian besar tergantung pada kerangka sosial tempat belajar itu sangatlah berlaku. Di sini berlaku prinsip pengajaran sosialisasi. Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu. d. lndividualisasi Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaikbaiknya. BeIajar dengan penuh makna harus dilaksanakan sesuai dengan bakat dan kesanggupan serta dengan tujuan siswa sendiri, dan dengan prosedur eksperimental yang berlaku. lndividu yang satu bebeda dengan individu yang lain. Belajar memang harus merupakan persoalan individual, tetapi sejauh mana pcrbcclaan cara bclajar itu dari yang dilakukan olch individu lain, hal ini perlu dikctahui.

e. Urutan Belajar sebagai gejala tersendiri dan pada mengorganisasikannya dengan tetap berdasarkan prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi, dan individualisasi. Namun demikian, guru juga harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya. Untuk mencari garis yang memisahkan belajar yang tersendiri dari rangkaian proses belajar adalah merupakan suatu abstraksi. Tidak mungkin unit pelajaran yang satu tepisah dengan unit-unit lain. Atau beberapa unit terpisah dari keseluruhan pelajaran itu. Bila hendak mencapai belajar yang otentik, organisasi rangkaian atau urutan dari belajar

dengan penuh makna harus dengan sendirinya bermakna pula.

f.

Evaluasi Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui

kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar maka evaluasi harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan suses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam organisasi belajar yang wajar. Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasilhasil pelajaran yang dicapai dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri serta kepada orang tuanya. Evaluasi dapat pula digunakan untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan untuk mendapatkan gambaran komperhensif tentang siswa sebagai perseorangan, dan dapat juga membawa siswa pad-a taraf belajar lebih baik. Pembelajaran yang efektif tergantung pada prinsip-prinsip yang telah disebutkan di depan. Pembelajaran efektif tergantung pada corak kemaknaan yang penuh dari belajar itu. Prinsip-prinsip yang praktis tersehut saling berkaitan dan tidak dapat salah satunya diabaikan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengorganisasikan proses belajar untuk mencapai taraf maksimal mengenai kemaknaan penuh, juga untuk mencapai efektivitas maksimal, serta mendapatkan hasil terbaik dan otentik. Pembelajaran adalah suatu proses. Karena pembelajaran adalah suatu proses maka ia akan mencakup rangkaian empat tahap yaitu orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan (Gal' ferin dalam Tjipto Utomo, 1989:3637). Orientasi adalah kegiatan memberi penjelasan tentang materi/ilmu. Latihan adalah kegiatan memberi kesempatan berlatih menerapkan materi atau bahan. Umpan balik adalah kegiatan memberi pengertian tentang hasil belajar yang telah dicapai

dalam proses pernbelajaran. Lanjutan adalah kegiatan memberi kesempatan untuk rnelanjutkan kajian bahan berikutnya atau kajian bahan sebelumnya apabila berdasar umpan balik materi sebelumnya belurn dikuasai. Pertanyaan - pertanyaan 1. Jelaskan mengapa kondisi fisik temp at belajar berpengaruh penting terhadap hasil belajar? 2. Gambarkan kemungkinan-kemungkinan pengaturan tempat duduk siswa, dan jelaskan kekuatan dan kelemahan masing-masing formasi temp at duduk tersebut? 3. Catatlah keadaan a. Kondisi fisik b. Kondisi sosio-emosional c. Kondisi organisasional d. Kondisi administrasi teknik yang ada dan terjadi di Sekolah Dasar tersebut. 4. Laporkan hasil pengamatan Anda di depan kelas dengan dipandu oleh Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kelas. 5. Simak komentar Dosen Anda terhadap laporan dan substansi isi dari hasil pengamatan Anda tersebut.

Daftar Pustaka Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. M. Entang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. ________ 1996. Pengelolaan' Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud. Hollingsworth, Paul M & Hoover, Kenneth. 1991. Elementary Teaching Methods.

Boston : Allyn and Bacon. Ornstein, Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper & Row Publisher Inc.

BAB V PRINSIP-PRINSIP DISIPLIN KELAS


Latar Belakang Disiplin bagi peseta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab disiplin merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya yaitu berkait antara pengetahuan, sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong menolong, dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari/diketahui, disikapi, dan ditegakkan oleh para siswa. Peserta didik belajar beberapa hal dengan cara mendengarkan misalnya, tetapi mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata-kata dan gagasan mereka sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan menentukan tindakan-tindakan apa yang akan diambil bila tata tertib dilanggar, sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan. Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki banyak kepentingan, demikian juga sekolah. Permasalahannya adalah bagaimana kepentingan-kepentingan dari masing-masing pihak dapat terpenuhi dan dapat diselaraskan agar tidak terjadi bentrokan. Tidak terpenuhi kepentingan/kebutuhan oleh para pihak akan timbul gangguan yang mengganggu tatanan hidup dalam berinteraksi at au dalam berproses misalnya, dalam proses pembelajaran. Di samping itu, para guru/sekolah perlu mencermati kepentingan/kebutuhan dalam memahami sumber-sumber pelanggaran disiplin. Dengan diketahuinya sumber gangguan disiplin maka akan diketahui pula secara teoritis cara penanggulangannya. Disiplin yang baik adalah terjelmanya aktivitas yang mampu mengatur diri kepada terciptanya pribadi dan potensi sosial berdasar pengalaman-pengalamannya sendiri. Pemelihlaraan disiplin dew as a ini pada dasarnya adalah bagaimana membantu anak mengembangkan disiplin dan menerima pusat pengendalian disiplin. Bab yang membicarakan prinsip-prinsip disiplin kelas ini, akan mengulas pengertian disiplin; hak, kebutuhan para siswa dan tampilan guru hubungannya dengan disiplin; disiplin

pada level sekolah dan kelas; membina hubungan sekolah dengan masyarakat; sumber pelanggaran disiplin sekolah; serta peraturan dan tata tertib kelas. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa (I) disiplin dipertimbangkan sebagai kecenderungan dari para peserta didik menyetujui harapan para guru, (2) disiplin merupakan alat bantu menumbuhkan gagasan mutakhir dan seleksi praktik-praktik baru, dan (3) pelayanan yang layak cenderung menumbuhkan kualitas disiplin. Tujuan Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat: a. menjelaskan dengan kata-kata sendiri pengertian disiplin kelas, b. mengemukakan alas an mengapa basis kemanusiaan dan prinsip demokrasi merupakan petunjuk dan pengecek mengambil kebijakan dalam menegakkan disiplin, c. mengemukakan syarat-syarat pendekatan yang harus diperhatikan guru dalam menegakkan disiplin, d. menyimpulkan keuntungan-keuntungan terpeliharanya disiplin bagi kehidupan para peserta didik, e. menarik kesimpulan bahwa menegakkan disiplin bukan atau tidak berarti mengurangi kebebasan berprestasi atau berkreasi para peserta didik, f. menjelaskan beberapa hak para siswa dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, g. menggambarkan hierarchi kebutuhan manusia menurut Maslow, h. mengkaitkan terpenuhinya kebutuhan manusia dengan terpeliharanya disiplin, i. menjelaskan manajemen kurikuler penting dalam menegakkan disiplin, j. menggambarkan upaya manajerial kepala sekolah dalam memelihara disiplin sekolah, k. menarik kesimpulan pentingnya menjalin hubungan antara sekolah dan mas y arakat, l. menyebutkan lingkup hubungan sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, m. menyimpulkan bahwa memberi/meminta laporan secara teratur kepada aparat keamanan penting sebagai langkah pemeliharaan disiplin sekolah, n. menyebutkan beberapa kondisi yang dapat menyebabkan disiplin sekolah terganggu, o. menjelaskan alasan mengapa penguatan verbal dan non verbal berpengaruh kepada

terciptanya disiplin kelas, p. menjelaskan beberapa masalah yang ditimbulkan guru sehingga mempengaruhi tegaknya disiplin, q. menjelaskan beberapa masalah yang ditimbulkan peserta didik yang mengganggu terpeliharanya disiplin, r. menjelaskan beberapa masalah lingkungan yang, meri1pengaruhi terciptanya disiplin, s. menyebutkan sebab-sebab 'umum yang mengganggu tegaknya disiplin. t. menjelaskan pentingnya tata terrib sekolah dibuat dan disebarluaskan kepada seluruh siswa, u. menyebutkan komponen yang perlu ada dalam tata tertib sekolah. 1. Pengertian Disiplin Kelas Kata disiplin bcrasal dari bahasa latin "disciplina" yang menunjuk kepada bclajar dan mengajar. Kata ini bcrasosiasi- sangat clckat clcngan istilah "disciple" yang bcrarti mengikuti orang bclajar dibawah pengawasan seorang pimpinan. Di dalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tctapi tcrbcntuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada Juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Di antara kedua istilah tersebut terlebih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian pengertian disiplin (Suharsimi, 1993: 114). Ketertiban menunjuk pada kepatuhan sesearang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didarong at au disebabkan aleh sesuatu yang datang dari luar. Disiplin atau siasat mcnunjuk pada kcpatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan at au tata tertib karena didorong o1eh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya . .Qjsiplin ke1as adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tat a tertib yang telah ditetapkan (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 10) Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dcngan pcngendalian did seseorang terhadap bentuk-bentuk atman. Disiplin merupakan sikap mental. Disiplin pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental dad individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

Sikap disiplin yang dilakukan aleh seseorang sebenarnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut dapat diklasifikasikan menjadi: a. Nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai kepercayaan Nilai ini diyakini kebenarannya sehingga melahirkan tindak-tanduk disiplin yang penuh ketulusan untuk berkorban. Contoh: kewajiban sholat lima waktu dan puasa selama satu bulan pada bulan Romadhon bagi umat Islam; tidak melakukan aktivitas apapun kecuali berdoa selama satu hari pada hari Raya Nyepi bagi umat Hindu, dan sebagainya. b. Nilai-nilai tradisional Nilai-nilai ini melahirkan tindak-tanduk pantangan yang kebanyakan tidak masuk akal dan mengandung misteri. Contoh: pantangan makan kaki ayam kalau tulisannya ingin baik; pantangan menduduki banta; sialnya angka 13; pantangan menanarn bunga Baugenvill di depan rumah bagi yang memiliki anak gadis dan sebagainya. c. Nilai-nilai kekuasaan Nilai ini bersumber dari penguasa yang melahirkan tindak-tanduk disiplin demi terlaksananya tata kepemimpinan menurut kehendak penguasa. Nilai ini biasanya diikuti sanksi bagi yang tidak melaksanakannya. Contoh: harus membayar upeti; harus jongkok bila penguasa datang, dan sebagainya. d. Nilai-nilai subjektif Pengakuan dari nilai ini berdasarkan penilaian pribadi yang melahirkan tindak-tanduk yang egosentrik., Contoh: menurut penedapat saya hal ini tidaik benar karena Kiai tidak mengatakannya; katanya hal tersebut dilarang karena Pak Lebe menyatakan hal seperti itu, dan sebagainya. e. Nilai-nilai rasional Nilai yang memberi penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan tindak-tanduk disiplin tertcntu untuk mcncapai tujuan tertentu. Contoh: jika ingin berhasil dengan baik dalam sckolah maka harus rajin belajar; jika ingin selamat maka semua pengguna jalan harus mentaati peraturan lalu lintas, dan sehagainya,

Kaitannya dengan disiplin sckolah atau kelas, maka tindak-tanduk yang diharapkan adalah tindak-tanduk yang mencerminkan kcpatuhan dari bcrbagai nilai yang disepakati oleh semua baik siswa, guru, dan karyawannya yang tertuang dalam tata tertib sekolah/kelas. Disiplin kclas merupakan hal esensial terhadap terciptanya perilaku tidak menyimpang dari ketertiban kclas. Dalam semangat penclekatan pendidikan disiplin hendaknya memiliki basis kemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip kcmanusiaann dan demokrasi berfungsi sebagai petunjuk dan pengecek bagi parol guru dalam mengambil kebijakan yang berhuhungan dengan disiplin. Oleh karena itu, pendekatan disiplin yang dilakukan guru harus: a. menggambarkan prinsip-prinsip pedagogi dan hubulngan kemanusiaan; b. mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan; c. merefleksikan tumbuhnya kepcrcayaan dan kontrol dari pesclta didik; d. menumbuhkan kesungguhan bcrbuat clan berkreasi, baik dikalangan guru clan peserta didik tanpa acla kecurigaan clan ke-cemasan; e. menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan para pescrta didik. Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditujukan untuk membantu pcscrta didik. Dcngan clisiplin, mcrcka clapat mcmahami dan mcnyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Di samping itu, disiplin juga penting sebagai cara dalam menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. Disiplin muncul dari kebutuhan untuk mengadakan kcscimbangan an tara apa yang ingin diJakukan olch inclividu clcngan individu yang lain. Kescimbangan tersebut c1ipcnuhi sampai batas-batas tcrtentu. Pemenuhan kescimbangan itu diusahakan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa melanggar hak-hal orang lain. Para peserta didik, dcngan disipJin diharapkan bcrscdia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu pula. Terciptanya kesediaan semacam ini harus dipelaj ari dan harus secara sadar diterima. Itu semua adalah dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah. Satu keuntungan lain dari adanya disiplin adalah para peserta didik belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Lebih lanjut

dengan adanya pembiasaan tersebut maka akan tumbuh jiwa tentram dalam diri dan masyarakat sekitar. Menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa. Menegakkan disiplin justru sebaliknya, ia ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan.Di sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. 2. Hak. Kebutuhan Siswa dan Tampilan Guru Hubungannya dengan Disiplin Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik memiliki hak- hak tertentu di dalam lingkung an sekolah. Hak-hak ters ebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Masyarakat: orang tua, wali murid, kelompok kemasyarakatan sering membawa sejumlah kasus pelanggaran terhadap hak-hak para siswa ke sekolah, ke Persatuan Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa yang penting dan yang perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikanpendidikan sebaikbaiknya, (2) hak persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Me Neil dan Wiler, 1990). Hak-hak itu semua adalah hak-hak umum yang dimiliki para siswa.rI)alam kaitan ini guru harus berusaha menerapkan dalam praktik-praktik "disiplin baik pada kebijakan sekolah maupun peraturan atau hukum. Untuk hal tersebut, pedu ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan pertimbangan peraturan yang dibuat. Kebutuhan para siswa adalah faktor yang relevandalam menentukan banyak sistem disiplin kelas atau sekolah. Satu eontoh adalah hak dan kebutuhan tertentu'dari siswa, cacat dan siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat tidak dapat dikeluarkan dari sekolah k'eeuali kalau Dewan Pertimbangan Kualifikasi Profesional menentukan lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap mereka kalau diteruskan di sekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.

Berkaitan dengan sejumlah besar kcbutuhan para siswa. guru perlu Illcmpertimhangkan dalam mcnentukan program disiplin kelas yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang cliajarkan, tingkat kemampuan umum para siswa, clan Jatar bclakang sosio-ckonomi para siswa. Dalam beberapa kelas tingkat perhatian kepada para siswa ticlak sepenting scperti kelas lainnya, tetapi di lain kelas, Terutama pada kclompok kelas yang berkemampuan rendah, guru dapat memperbaiki pola disiplin lebih baik, cermat, dan seksama. Sebagai contoh siswa yang datang dari keluarga berkarakter yang poJa disiplinya bcrtcmperamcn kasal', maka kondisi scpcrti itu akan terbawa ke ruang kelas. Juga banyak guru mengalami prohlem disiplin ketika para siswa gagal melihat keterkaitan pclaksanaan antara materi yang disajikan kepacla kehidupan mereka. Dalam hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubungan program disiplin yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam menegakkan scperangkat ketcntuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan bagaimana para siswa seyogianya bertingkah Iaku dan apa yang akan terjadi bila siswa berkelakuan lain. Rf'herapa problema yang akal mengganggu disiplin seyogyanya dapat diperkirakan sejak dini. Contoh dari problema tersebut adalah siswa melawan: Terhadap hal tersebut, apakah guru membiarkan pcrilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karcna itu: Kalan tcrjadi hal sepcrti itu tindnkan preventif segera dapat diterapkan. Keberadaan guru di kelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum/ materi yang direncanakan kepada para siswa, letapi kondisi personal disiplin para guru itu sendiri di kelas perlu ditampilkan. Match dari disiplinbarus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang dih(lqokan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman disiplin misalnya, dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah. ,faktor disiplin penting lain dapat berkembang pada sejumlah guru ditingkat sekolah dasar dan menengah yang mengajar secara tim. Walaupun guru tersebut tidak secara riil mengajar bersama, mereka membuat perencanaan bersama dan menyampaikan kepada para siswa dalam bahasan yang sama pada ruang/ waktu saat para guru mengajar. Karena para siswa diajar oleh masing-masing guru dalam kelompok tim, maka komponen penting dari disiplin hams dirumuskan. Karena kalau tidak dirumuskan akan terjadi ketidak konsistenan an tara siswa satti dengan siswa lain dalm menangkap makna materi.

Misalnya, seorang guru membiarkan seorang siswa menyontek, sementara yang lain tidak diijinkan. Perlakuan yang diskriminatif ini akan menimbulkan ketidak konsistenan diantara mereka. Lebih lanjut harus ada respoll yang saling menguntungkan diantara para profesional sekolah mengenai pelaksanaan pemeliharaan disiplin di kelas. Guru baru harus memandang mereka sendiri sebagai bagian keiompok atau tim yang bertanggung jawab menyampaikan perencanaan pendidikan tentang disiplin. Mereka hendaknya tidak sebagai seorang akhli yang berpraktik dalam kelas yang terisolasi, melainkan perlu keterpaduan antara teori dan praktik.

3.

Disiplin pada level Sekolah dan Kelas Sekolah, dalam upaya menciptakan disiplin secara nyata sudah barang tentu akan

berusaha dan melibatkan berbagai unsur atau pihak misalnya: dengan guru dalam memberdayakan semua kebijakan; usaha mengidentifikasi secara jelas sebab-sebab siswa berperilaku menyimpang; bekerja sarna secara erat dengan orang tua, dan para pembina atau pendamping sekolab. Sekolah juga menggunakan beberapa pendekatan untuk menanggulangi perilaku menyimpang para siswa melalui manajemen pembelajaran atau kurikuler. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya problema disiplin adalah kegaduhan, carak suasana sekolah, pengaruh komunitas yang tidak diinginkan, ketidak teraturan dan ketidakajegan dalam menerapkan peraturan atau hukuman. Tipe-tipe penanggulangan problema disiplin ini biasanya didekati oleh pendekatan teknik manajerial. Misal, Kepala Sekolah dapat meminta staf sekolah, pembina, dan guru untuk mengetahui para siswa dan latar belakangnya, menyusun jadwal sebaik mungkin sehingga tidak terjadi satu kegiatan mengganggu kegiatan lain atau kegiatan berfluktuasi pada saat yang sarna, menciptakan suasana seperti dirumah sendiri dengan memodifikasi sekolah secara artistik dengan tanaman hidup agar para siswa betah tinggal di sekolah. Sekolah juga da:pat mengurangi problema timbulnya gangguan disiplin dengan menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan komunitas lingkungan sekitar dan aparat keamanan lingkungan. Hubungan dan kerjasama tersebut seperti memberi kesempatan kepada masyarakat sekitar memanfaatkan sebagaian fasilitas sekolah dan melibatkan mereka

untuk ikut serta membangun wilayah sekitar. Di samping itu sekolah secara teratur menyampaikan laporan dan meminta laporang kepada aparat keamanan. Memberi laporang ten tang kegiatan sekolah, misal laporan kegiatan penerimaan dan pengumuman penerimaan siswa baru, pengumuman kelulusan evaluasi belajar nasional (EBTANAS), acara pekan olah raga dan seni dan sebagainya. Meminta laporan tentang situasi keamanan pada setiap saat, dan memberi kesempatan kepada yang berwajib memberi penyuluhan tentang gerakan disiplin nasional, bahaya narkotik, tertib lalu lintas dan sebagainya. Banyak sekolah menghadapi bermacam-macam gangguan disiplin karena adanya watak suka merusak, perbuatan merusak fasilitas sekolah, merokok, dan penggunaan obat-obat terlarang dari para slswanya. Uraian di atas menunjukkan bahwa manajemen kelas dalam menanggulangi gangguan disiplin adalah hal yang kompleks. Puncaknya menumbuhkan kesadaran diri bahwa guru harus merencakan model pende.katan sendiri yang cocok dengan tampilan diri dan pembelajarannya. Di kelas guru harus banyak bertukar pikiran dan mcnanyakan kepada para siswa ten tang hidup dan belajar sukses. Oleh karena du, hal-hal berikut seperti yang dikemukakan olch McNeil dan Wiles (1990) perIu dihayati dan disimak: a. b. c. d. e. f. g. l. menunjukkan perilaku siswa yang diharapkan dimasa depan, mendengarkan, ketika para siswa menceritakan ten tang kepedulian mereka. Mengetahui sedapat mungkin dan seawal mungkin nama-nama para siswa, menghindari kata-kata sindiran: hcrlakulah posilif, tersenyum, bcrsahabat, dan mcnjalin huhungan harmon is pcnuh rcspek, mengetahui karaktcr (sifat, watak) dan lalar belakang para siswa, bila mungkin. ahaikan pclanggaran-pclanggaran kccil. menciptakan disiplin kelas sehagai tujuan utama.

h. mencoha menghindari bentuk-bentuk hukuman secara kelompok,

Gambar 30 Sikap guru ,vallg mellgemballgkan keberadaanlkedaulutun suhjek didik Di samping itu tcrdapat bcbcrapa tcknik yang dapat membantu pemeliharaan disiplin kelas dalam mengajar seperti berikut ini: a. Tepat waktu clan mulailah pclajaran sesegera mungkin; siapkan scsuatu yang hanls dikerjakan para siswa, b. Siapkan rcncana pclajaran clan inrormasikan kcpada para siswa apa, kapan, dan dimana aktivitas itu dikcrjakan, c. Lakukan sesuatu dengan aturan dan pelaksanaan yang sama dan konsisten, d. Bcrvariasi clalam aktivitas kelas, e. Tidak mengancam dan menantang para Slswa, f. Buatlah tugas para siswa yang tepat clan cocok, g. Jagalah dan kontrol suara guru, h. Tegas dalam permulaan dan secara perlahan mulai dikendorkan bila hubungan sudah terjalin baik, 1. Hindari adanya siswa favorit diantara mereka, J. Jalin hubungan kerjasama dengan orang tua.

Petunjuk tersebut kiranya dapat berguna dan sebagai penopang dalam upaya menanggulangi gangguan disiplin di kelas,. N asehat yang simpatik bagi guru-guru baru berkaitan dengan disiplin adalah "mengetahui apa yang akan diterjadikan sebelum hal itu terjadi". Guru-guru yang berpengalaman dalam memelihara disiplin kelas ialah dengan cara mengontrol suasana kelas dan memanipulasi kelas tersebut berdasar variasi renpos para siswa. Guru lain memanipulasi untuk terciptanya suasana kelas yang diharapkan adalah dengan mengembangkan penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal seperti: baik, bagus, pekerjaanmu cukup rapi, dan sebagainya. Sedangkan penguatan non verbalseperti: gerakan badan, sentuhan, perubahan mimik, gerakan mendekati, memberi hadiah, dan sebagainya. 4. Membina Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Sekolah secara formal adalah wadah atau tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat dimana sekolah itu berada. Sebaliknya masyarakat diharapkan membantu dan bekerja sarna dengan sekolah agar program sekolah berjalan lancar dan lulusan yang dihasilkan m,emenuhi kebutuhan masyarakat dan negara. Oleh sebab itu, hubungan yang saling menguntungkan antara sekolah dan masyarakat perlu dibina dan dikembangkan secara haromonis. Hubungan sekolah dengan masyarakat meliputi hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan instansi terkait, hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan hubungan sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 3943). a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial memiliki peranan paling penting dan strategis bagi pembinaan dan pengembangan generasi muda, khususnya para siswa sekolah dasar. Sedangkan orang tua siswa adalah pendidik pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan pengembangan para siswa tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan hubungan yang harmonis dan terus menerus dan berkelanjutan an tara sekolah dan orang tua siswa. Hubungan sekolah dengan orang tua dapat dijalin melalui sarana wadah perkumpulan orang tua siswa, guru atau tenaga kependidikan lainnya dinamakan Bagan Pembantu Penyelenggara

Pendidikan. Dengan adanya hubungan an tara sekolah dan orang tua tersebut maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah: 1) orang tua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksankan sekolah, 2) sekolah mengetahui semua kegiatan orang tua dan para siswa dirumah, 3) orang tua siswa mau memberi perhatian yang sangat besar dalam menunjang kegiatankegiatan sekolah. Agar orang tua siswa mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah, sekolah perlu melaksanakan antara lain hal-hal berikut ini. 1) Memberikan informasi seluas-luasnya tentang program sekolah. Pemberian informasi itu dapat dilakukan misalnya dalam rapat-rapat, bazar, pameran, malam kesenian, pekan olahraga, dan melalui penjelasan tertulis. 2) Melakubm kunjungan rumah oleh guru atau kepala sekolah secara teratur atau rutin. 3) Menetapkan satu bulan dalam satu tahun pelajaran sebagai BULAN INFORMASI yang kegiatannya dapat berupa: a} Mengadakan dialog dengan orang tua/wali siswa tentang perkembangan sekolah dan pembangunan yang sedang dilaksanakan dan yang akan dihadapi sekolah, b} Menginformasikan bahwa sekoJah sebagai lingkungan pendidikan berkewajiban untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, c) Menjelaskan bahwa manusia yang berkualitas itu hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan yang bermutu, d) Menyadarkan pihak orang tua/wali siswa bahwa keterlibatan mereka dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan mutlak diperlukan, e) Meningkatkan kesadaran orang tua/wali siswa ten tang betapa pentingnya pendidikan bagi anak manusia agar mereka dapat menjadi warga negara yang berkualitas dan

berguna, f) Meningkatkan kesadaran orang tua/wali Slswa agar mau menyekolahkan putra-putrinya sampai tamat. Dengan diketahuinya kegiatan-kegiatan sekolah dan dengan tumbuhnya kesadaran orang tua/wali siswa diharapkan mereka merasa !llemil iki, mau berpartisipasi, dan mau mem beri ban tuan dalam melaksanakan semua rencana sekolah, sehingga kualitas lulusan yang diharapkan sekolah dan orang tua/wali siswa tercapai. Partisipasi tersebut dapat berupa : 1) 2) 3) memotivasi plltra-plltirnya llntllk belajar dengan baik, melengkapi semua kcperluan belajar putra-putrinya, mcngarahkan putra-putrinya untuk belajar secanl teratur pacla jamjam tertentu clan mengatur waktu untuk kegiatan lain di rumah, misalnya non ton TV, bermain, berkunjung kepacla keluarga tetangga, atau teman clan scbagainya, 4) menciptakan suasana yang mendukung dalam keluarga yang dapat mendorong putraputrinya rajin belajar. 5) mengawasi dan mengecek putra-putrinya dalam melaksanakan tugas- tugas yang diberikan sekolah, 6) ikut membantu tegaknya disiplin sekolah, 7) ikut mendorong putra-putrinya memenuhi tata tertib sekolah, 8) ikut memberikan perhatian terhadap perkembangan situasi pendidikan sekolah, 9) memenuhi undangan rapat dan undangan lainnya dari sekolah bagi kepentingan putraputrinya, 10) membantu tegaknya wibawa Kepala Sekolah dan para guru, II) mcmberikan saran dan kritik dalam menegakkan wibawa Kcpala Sekolah dan Guru, 12) membantu meme1ihara nama baik sekolah, 13) mendorong agar putra-putrinya gemar membaca dan tidak lalai dalam mengerjakan pekerjaan rumah, 14) mendorong putra-putrinya agar ikut ambi1 bagian dalam kegiatan ko dan ekstra kurikuler seperti: kesenian, olah raga, pramuka; UKS, dan kegiatan lain yang diselenggarakan sekolah,

15) mendorong putra-putrinya untuk mengikuti upacara bendera dan upacara lainnya yang diselenggarakan sekolah, 16) mendorong putra-putrinya memelihara keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan, serta kerapihan baik di rumah maupun di sekolah. b. Hubungan sekolah dengan lnstansi terkait Sekolah perlu membina hubungan baik secara timbal balik dengan instansi terkait. lnstansi terkait itu seperti Lurah/Kepala Desa, Puskemas, Camat, Poisek, Koramil, LKMD, dan Posyandu. Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah, antara lain sebagai berikut: 1) menginformasikan program sekolah 2) ikut serta dalam kegiatan yang diadakan pemerintah, sepanjang tidak mengganggu proses belajar mengajar, 3) pada saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru yang ditunjuk mengadakan kunjungan ke lnstansi Pemerintah sebagai salah satucara pendekatan dari pihak sekolah, 4) sekali-kali dapat mengundang Pejabat Pemerintah di luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bend era. Sedangkan dari pihak instansi terkait diharapkan agar memberikan peran sertanya dalam: 1) memhantu tegaknya disiplin sekolah, 2) ikut membantu terpeliharanya kebersihan dan keindahan sekolah, 3) membantu nama baik sekolah, 4) memenuhi undangan yang disampaikan pihak sekolah, 5) membantu keanlanan sekolah pada saat sekolah melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.

c.

Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat adalah hubungan yang tidak kalah pentingnya dengan

jalinan hubungan dengan pihak lainnya. Program ini dapat dilaksanakan dalam bentuk: 1) mengunjungi industri dan perusahaan untuk menambah wawasan pengetahuan para siswa, 2) mengundang tokoh-tokoh yang berhasil dalam bidangnya untuk memberikan ceramah di sekolah. Sedangkan dari dunia usaha dan tokoh masyarakat yang berhasil diharapkan peran serta sebagai berikut: 1) Bersedia menjadi nara sumber dan memberikan ceramah untuk siswa sebagai usaha memotivasi siswa supaya giat belajar dan hekerja kents, 2) Memberikan saran dalam menegakkan wibawa Kepala Sekolah dan Guru, 3) Menjadi nara sumber untuk pelaksanaan program muatan lokal sekolah. 4) Membantu dan menyediakan fasilitas dalam melaksanakan muatan lokal bagi para Slswa. d. Hubungan sekolah dengan Lembaga Pendidikan lain Dalam usaha membina dan mengembangkan hubungan dengan lembaga pendidikan lain perlu dilaksanakan upayaupaya berikut: 1) mengadakan kunjungan antar sekolah untuk saling bertukar pengalaman, 2) menjalin kerja sama dalam upaya saling mengembangkan pendidika.n di sekolahnya masing-masing, 3) memberikan informasi tentang perkiraan jumlah lulu san sekolah kepada lembaga pendidikan setingkat diatasnya, 4) mengundang pimpinan lembaga pendidikan yang lebih tinggi tingkatnya untuk memberikan ceramah tentang perkembangan pendidikan sesuai dengan jenjangnya. 5. Sumber Pelanggaran Disiplin Adalah suatu asumsi yang menyatakan bahwa. semua tingkah laku individu merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan. Pengenalan terhadap kebutQhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian disiplin. Maslow mengemukakan teori "hierarchi kebutuhan manusia" yang dapat digambarkan dalam bentuk piramida kebutuhan manusia berikut ini.

Secara berurutan, manusia menghendaki tcrpenuhinya semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara yang waJar, umum sesuai dengan tata atman yang bcrlaku. Bila kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat, maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-caralain yang sering kurang diterima masyarakat. Mengambil logika seperti itu, mungkin pula pelanggaran disiplin di se ':olah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenubdn terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, misalnya: a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan subjek didik. Perbuatan seperti itu akan mengakibatkan peserta didik menjadi berpurapura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal ini akan menjadikan siswa agresif yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima. b. Pengebirian akan hak-hak kelompok besar anggota< sebagai peserta didik oleh sekolah/guru. Dengan pengebirian atau pengurangan hak-hak tersebut akan menyuramkan masa depan peserta didik, padahal disisi lain mereka seharusnya turut menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru. c. d. e. f. Sekolah/guru tidak atau kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada di atas Seko1ah/guru kurang melibatkan dan mengikutsertakan para peserta didik da1am Seko1ah/guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik da1am Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara keduanya juga Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalahmasalah yang dapat menggangu terpeliharanya disiplin kelas. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori umum yaitu masalah-masalah yang ditimbulkan guru, Slswa, dan lingkungan (Hollingsworth, Hoover, 1991 : 69-71). a. Masalah-masalah yang ditimbulkan guru atau dibawah rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah. keikutsertanya bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah sesuai dengan kemampuannya. keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah. saling melepaskan tanggungjawab.

Pribadi guru sangat mempengaruhi terciptakan suasana disiplin kelas yang dcktif. Guru yang mcmbiarkan pcserta didik berbuat salah, tidak suka kepada peserta didik, lebih mementingkan mata pelajaran daripada pescrta didiknya, kurang menghargai peserta didik, kurang scnang, kurang rasa humor akan mcngalami banyak gangguan dalam kclas. Selain itu, hal-hal berikut ini adalah hal yang dapat menimbulkan disiplin kelas terganggu: 1) aktivitas yang kurang tepat untuk saat at au keadaan tertentu; 2) kata-kata atau sindiran tajam yang menimbulkan rasa malu peserta didik; 3) ketidak cocokan antara kata dan perbuatan, antara teori dan praktik; 4) bertindak tidak sopan tanpa pertimbangan yang matang, tanpa melihat situasi; 5) memiliki rasa ingin terkenal, rasa ingin ditakuti, at au ingin disegani; 6) kurang pengendalian diri, seperti suka menggunjing peserta didik ditempat orang banyak; 7) kegagalan menjelaskan tujuan pelajaran kepada peserta didik; 8) menggunakan metode yang kurang variatif/monoton, sama dari hari ke hari; 9) gagal menditeksi perbedaan individu peserta didik; 10) berbicara menggumam/tidak jelas; 11) memberi tugas yang berat dan kompleks; 12) tidak mengontrol pekerja peserta didik, apalagi mengembalikan pekerjaan tersebut; 13) tidak memberikan umpan balik kepada hasil kerj a peserta didik.

Gambar 31 :, Sikap guru yang tidak terkenal dlan ingin ditakuti perlu dihindari

b.

Masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik Ketidak teraturan selama proses beiajar mengajar dapat disebabkan Juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik. Peserta didik biasanya cepat memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan untuk bcrbuat tidak disiplin. Banyak dari mereka tidak suka/benci terhadap sekolah. Hal ini dipersepsi dari adanya sekolah yang tidak memberi kcpuasan kepada semua harapan : siswa dan para lulusan. Sejumlah hal yang disebabkan oleh pescrta didik berikut ini cenderung memberi kontribusi membuat disiplin kelas terganggu seperti : 1) anak yang suka "membadut" atau berbuat aneh yang semata-mata untuk menarik perhatian di kelas; 2) anak dari keluarga yang kurang harmonis at au kurang perhatian dari orang tuanya; 3) anak yang sakit; 4) anak yang tidak punya temp at untuk mengerjakan pekerjaan sekolah di rumah;

5) amik yang kurang tidur (karena melek mata sepanjang malam); 6) anak yang malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah; 7) anak yang pasif at au potensi rendah yang datang ke sekolah sekedarnya; 8) anak yang memiliki rasa bermusuhan alau menentang kepada semua peraturan; 9) anak memiliki rasa pesimis atau putus asa tcrhadap semua keadaan; 10) anak yang berkeinginan berbuat segalanya dikuasai secara "sempurna",

Gambar 32

Perilaku siswa yang membadut akan mengganggu keterliban kelas

Gambar 33 Perkelahian antar siswa sumber masalah gangguan disiplin kelas

Sedangkan gangguan disiplin yang datang dari kelompok peserta didik dapat berupa ketidak puasaan dengan pekerjaan kelas; hubungan interpersonal lemah; gangguan suana kelompok; pengorgamsaslan kelompok lemah; emosi kelas dan perubahan mendadak (Ornstein, 1990: 71). 1) Ketidak puasan dengan pekerjaan kelas Ketidak puasan ini dapat disebabkan aleh tugas yang terlalu mudah at au terlalu sulit; beban terlalu ringan atau terlalu berat; penugasan cenderung kurang terbuka karena mereka tidak siap; latihan pembelajaran bersifat verbal kurang menekankan pada keterampilan dan manipulasi aktivitas; penugasan kurang tcrjadwal tidak sistematis atau membingungkan. 2) Hubungan interpersonal lemah Hubungan interpersonal lemah dapat disebabkan pengelompokkan didasarkan pertcmanan atau klik; peran kelompok sangat lemah. 3) Gangguan suasana kelompok Gangguan suasana kelompok disebabkan oleh suasana tercekam; kompetitif yang berkelebihan; sangat ekslusif (kelompok menolak individu yang tidak siap). 4) Pengorganisasian kelompok lemah Pengorganisasian kelompok lemah ditandai oleh tekanan otokrasi yang berlebihan atau lemahnya supervisi dan pengawasan; Standar perilaku terlalu tinggi at au rendah; kelompok diorganisir terlalu k,etat (kJanyaJ<: aturan) atau terstruktur; pengorganisasian kurang memperhatikan unsur perkembangan usia. latar belakang sosial, kebutuhan, ataukemampuan anggota kelompok. 5) Emosi kelompok dan perubahan mendadak Emosi kelompok dan perubahan mendadak dapat diakibatkan karena kelompok memiliki watak temperamen kekhawatiran tinggi; kejadian depresi yang mendadak; ketakutan atau kegemparan; kelompok dihinggapi rasa bosan, kurang berminat atau emosionalnya lemah.

c.

Masalah yang ditimbulkan lingkungan

Langsung atau tidak langsung lingkungan, situasi, at au kondisi yang mengelilingi perserta didik merupakan masalah yang potensial menimbulkan terjadinya gangguan disiplin kelas. Lingkungan, situasi, atau kondisi tersebut adalah :

1) Lingkungan

rumah/kcluarga,

scpcrti

kurang

pcrhatian,

kctidak

teraturan,

pertengkaran, ketidak harmonisan, kecemburuan, masa bodoh, tekanan, sibuk urusannya masing-masing. 2) 3) 4) Lingkungan atau si tuasi tempat tinggal, seperti : lingkungan kriminal, lingkungan bising, lingkungan minuman keras. Lingkungan sekolah, seperti : kelemahan guru, kelemahan kurikulum, kelemahan manajemen kelas, ketidak tertiban, kekurangan fasilitas. Situasi sekolah seperti : hari-hari pertama dan hari-hari a'khir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku/jadwal aktivilas sekolah yang I<:urang ccrmat, bau makanan dari'cafctaria, suasana gaduh dari praktik pclaj aran musik/bcngkcl ruang scbclah. Pada kcnyataannya scbab-scbab pclanggaran disiplin kclas ilU sangat unik, bersifat sangat pribadi, komplcks, dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mcndalam lain daripada scbab-scbab yang nampak. Walaupun demikian, memang ada juga yang sebabsebabnya bersifat umum, misalnya:

a.

kebosanan dalam kelas merupakan sumber pelanggaran disiplin. Mereka tidak tahu lagi apa yang harns inereka kerjakan karena yang dikerjakan itu ke itu saja. Oleh karena itu, harus diusahakan agar siswa tetap sibuk dcngan kcgiatan

yang bervariasi sesuai dengan taraf pcrkembangannya. b. c. perasaan kccewa dan terlekan karena siswa ditunlut untuk bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak remap. tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan atau keberadaan pribadi siswa/status.

Gambar 34 ielas

Kelompok siswa yang dihinggapi rasa bosan karena penllgasan yang tidak

6. Peraturan dan Tata Tertib Kelas Disiplin merupakan hal penting yang hanls ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini mungkin. Sekolah aclalah temp at utama untuk melatihkan dan memahami

pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang clitcrapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa akan tcrbiasa berclisiplin. Kelas harus mempunyai peraturan dan tata tertib. Peraturan dan tata tertib kelas ini harus dijelaskan dan dicontohkan kepada siswa serta dilaksanakan secara terus menerus. Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misal : siswa harus mendengarkan dengan baik apa yang sedang dikatakan atau diperintahkan oleh guru; menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya; memberi jawaban jika guru telah menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktivitas khusus. Misal : pcnggunaan pakaian seragam; mengikuti upacara bcndcra; pcminjaman buku perpustakaan (Suharsimi Arikunto,. 1993: 122-123). Peraturan dan tata terlib kelas untuk sekolah dasar sepcrti yang tcrcantum dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:79-81) antara lain harus memuat hal-hal berikut ini. Masuk sekolah a. b. c. d. e. f. Siswa harus datang ke sekolah selambat-Iambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai. Menaruh tas dan alat tulis lainnya di laci meja masing-masing kemudian keluar kelas. Siswa yang mendapat tugas jaga/piket harus hadir lebih awa1. Siswa yang sering terlambat harus diberi teguran. Siswa yang tidak mas uk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum atau sesudahnya secara lisan atau tulisan. Guru tidak boleh terlambat atau absen tanpa ijin.

Masuk Kelas g. Siswa segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi. h. Ketua kelas menyiapkan barisan.

1. Siswa masuk kelas satu persatu dengan tertib dan duduk di tempatnya masmg-masmg. J. Guru memeriksa kerapian, kebersihan, dan kesehatan siswa satu per satu: kebcrsihan kuku, kcnpian rambut, kcrapian clan kcbcrsihan baju dan sebagainya. di dalam kclas k. Berdoa bcrsama dipimpin oleh salah scorang Slswa. 1. Mcmberi salam kcpacla guru clan pclajaran c1imulai.

m. Guru mcnuliskall siswa yang tidak masuk di papan absen serta alasan/ keterangan

kenapa tidak masuk. n. Pada saat pelajaran bcrlangsung siswa harus tetap tcrtib, tidak balch ribut, bcrcancla atau mclakukan kcgiatall lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. o. Siswa tidak boleh mcninggalkan kelas tanpa ij in atau alasan tertentu. p. Guru juga tidak diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung walaupun ada siswa sedang mengerjakan tugas di luar kelas.

\Vaktu istirahat q. Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib. r. s. t. u. v. Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar. Siswa tidak boleh berada di kelas ketika istirahat. Sclama istirahat siswa tidak dipcrkenankan meninggalkan sekolah tanpa IJln. Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempat masing-masing. Sebaiknya guru sudah berada di kelas lebih dahulu menjelang bel masuk berbunyi.

Waktu pulang w. Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan doa dan salam kepada guru. x. Guru memberikan nasehat-nasehat, mengingatkan tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya. Siswa ke1uar kelas dengan tertib. Pertanyaan -pertanyaan 1. 2. Dengan kata-kata sendiri, jelaskan pengertian disiplin kelas? Kemukakan alasan-alasannya mengapa basis kemanusiaan dan pnnslp demokrasi merupakan petunjuk dan pengecek dalam mengambil kebijakan pemeliharaan disiplin? 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kemukakan beberapa syarat pendekatan yang perIu diambil guru dalam memlihara disiplin kelas? Jelaskan keuntungan-keuntungan terciptanya disiplin bagi kehidupan peserta didik? Jelaskan bahwa menegakkan disiplin bukan berarti mengurangi kebebasan berprestasi peserta didik? Jelaskan beberapa hak peserta didik dalam kaitannya dengan dunia pendidikan.? Gambarkan hierarchi kebutuhan manusia menurut Maslow? Jelaskan bahwa manajemen kurikuler penting dalam memelihara disiplin? Kaitkan terpenuhi/tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dengan tegak/tidak tegaknya disiplin manusia? 10. Gambarkan upaya manajerial kepala sekolah dalam langkah preventif memelihara disiplin sekolah? 11. Jelaskan mengapa menjalin hllbungan yang harmonis antara sekolah dan masyrakat sangat penting dalam menciptakan suasana kelas yang aman? 12. Sebutkan cakupan yang perIu dikembangkan dalam menjalin hllbllngan antara sekolah dan lembaga pendidikan lainnya? 13. Tunjukkan bahwa memberi/meminta laporan secara rutin kepada aparat keamanan

penting dalam mencegah gangguan disiplin sekolah? 14. Jelaskan bahwa penguatan verbal dan non verbal berpengaruh pada terciptanya disiplin kelas? 15. Sebutkan beberapa kondisi sekolah yang dapat menimbulkan gangguan disiplin sekolah? 16. J elaskan beberapa masalah yang ditimbulkan guru yang mengakibatkan disip1in tidak terpelihara? 17. Jelaskan beberapa masa1ah yang ditimbulkan siswa yang mengakibatkan disiplin terganggu? 18. Jelaskan pula beberapa masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan sehingga disiplin kaitkan terpenuhi/tidak terpenuhi

tidak tercipta? 19. Sebutkan sebab-sebab umum yang merusakkan terpeliharanya disiplin? 20. Mengapa tata tertib sekolah harus dibuat dan disebarkan kepada para Slswa. 21. Komponen apa sajakah yang perIu ada dalam tata tertib sekolah ? Tugas Bagilah kelas Anda menjadi lima kelompok. Tugas kelompok adalah: 1. Memilih dan mendiskusikan satu topik dalam kelompok topik-topik berikut ini: a. Menegakkan displin bukan berarti mengebiri kebebasan Slswa.

b. Model menjalin hubungan dengan orang tua siswa dalam menciptakan disiplin sekolah. c. Menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar potensial tumbuhnya disiplin sekolah. d. Prinsip demokrasi dan kemanusiaan filter pengambilan kebijakan dalam menegakkan disiplin kelas. e. Teladan guru penting dalam memelihara disiplin kelas. 2. 3. 4. Secara bergantian, sajikan hasil diskusi kelompok didepan kelas/kelompok lain. Komentari hasil kerja masing-masing kclompok. Dengarkan komentar dosen pengampu terhadap hasil kerja kclompok clan baik proses maupun subtansi isi materi. Daftar Pustaka Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengeloaan Kelas di Sekolah Dasar. Seri peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.

_________ . 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Seri peningkatan Mutu 1. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.

Hollingsworth, Paul M dan Hoower, Kenneth H. 1991. Elementary Teaching Method. Boston; Allyn and Bacon.

M. Entang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Ditjen Dikti.

McNeil, John D. & Jon Wiles. 1990. The Essentials of Teaching. New York: MeMillan Publishing Company.

Orstein, Allan C. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper & Row Publisher Inc.

Suharsimi Arikunto, 1993. Manajel71ell Pellgajarall Secara Mallusiawi. Jakarta: PT Aneka Cipta.

BAB VI TAHAPAN DAN PENANGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN

La tar Belakang Terpeliharanya disiplin menunjuk kepada kepatuhan terhadap pelaksaan peraturan sekolah dan menunjuk kepada berjalannya sistem kontrol dalam kelas. Terpeliharanya disiplin tersebut memerlukan keterlibatan serangkaian strategi. Strategi tersebut adalah strategi dalam mengubah perilaku peserta didik kearah pemilikan kesadaran melaksanakan semua peraturan yang telahdibuat. Pemilikan kesadaran tersebut, bukan karena paksaan melainkan datang dari dirinya sendiri yang memang merupakan kebutuhan dan memberikan kemanfaatan kepadanya . Di samping itu, terpeliharanya disiplin di kelas mengisaratkan bahwa guru dapat menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di kelas, seraya menetralisir dengan cara menaggulangi emosi-emosi peserta didiknya. Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh kehatihatian, demokratis, dan edukatif. Cara-cara penenggulangan dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu at au kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahapan penyembuhan, dengan tetap tertumpu pada penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik. Di samping itu, guru juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik, bukan karena rasa benci atau emisional. Namun demikian, di sadari benar bahwa disiplin di kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa seperti lingkungan rumah. Oleh karena itu, guru juga perIu menjalin kerjasama dengan orang tua di rumah, agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh subur. Bab ini adalah bab yang mengulas: tahapan-tahapan memelihara disiplin; jenis dan cara pcnanggulangan disiplin; dan kebiasaan hidup tertib.

Untuk memahami bagaiman tahapan, jenis, cara penanggulangan gangguan disiplin yang edukatif, demokratis, akurat, dan dengan tetap menumbuhkan rasa cinta kepada para peserta didik, diharapkan para mahasiswa menyimak bab ini dengan baik dan sungguhsungguh. Kemudian jawab pertanyaan yang ada dan kcrjakan tllgas-tugas yang ditllgaskan kepada Anda. Tujuan a. Sctclah mcmpclajari bab ini, Anda diharapkan dapat: b. menjelaskan tahapan-tahapan cara memelihara disiplin kelas; c. menjelaskan langkah-Iangkah menumbuhkan kesan positif pada pertemuan awal di kelas; d. menjelaskan alasan-alasan diterapkannya campur tangan (intervensi) oleh guru; e. mengemllkakan kemungkinan jenis-jenis gangguan disiplin yang muncul di kelas; f. menjelaskan cara-cara penaggulangan disiplin kelas berdasar jenis gangguan kelas yang muncul; menyebutkan berbagai alat yang dapat digunakan pada saat pengenalan siswa; menjelaskan tahap-tahap pemeliharaan disiplin pada saat mengingatkan peraturan dan konsekuensinya; menyimpulkan bahwa pelaksanaan konsekuensi at as pelanggaran tata tertib bukan dimaksud sebagai hukuman; 1. J. k. 1. m. mengikhtisarkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada tindakan penyembuhan; menyimpulkan bahwa sajian yang menarik, penampilan yang menarik, ketepatan menjelaskan prinsip-prinsip yang pedu diperhatikan dalam menjatuhkan hukuman menyimpulkan bahwa dengan pembiasaan disiplin disekolah akan berpengaruh menjelaskan hal-hal yang dapat menumbuh suburkan sikap bersahabat antara guru penanganan dapat mencegah gangguan disiplin kelas; dalam menegakkan disiplin; positif bagi kehidupan siswa di masa depan;

dan siswa; n. o. mamahami bahwa sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya menunjukkan bagClimana menjalin hubungan an tara guru dan orang tua di rumah tertib ke arah siasat atau kearah diri sendiri; agar upaya menegakkan disiplin di kelas ditunjang oleh disiplin di rumah.

1. Tahapan Memelihara Disiplin Memelihara disiplin adalah suatu proses. Karena ia proses maka memelihara disiplin akan terdiri dari serangkaian tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Adapun tahapan-tahapan memelihara disiplin seperti berikut ini. a. Pencegahan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah penciptaan suana kelas, ketepatan perencanaan, dan intruksional. Mengenal identitas, misalnya (nama, sifat, kesukaan) peserta didik adalah halhal yang penting dalam penciptaan suasana kelas. Di samping itu pemberian catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan peserta didik sangatlah membantu. Merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik dengan penuh variatif dan dengan hal-hal yang aktual melalui topiktopik yang relevan sangatlah membantu tumbuhnya belajar aktif dan percaya diri. Akhirnya penguasaan akan disiplin akadcmiknya akan menambah kredibilitas guru yang diperlukan juga dalam proses pembelajarannya. b. Pemeliharaan Pemeliharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah ditetapkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, dan kepraktisan kearah belajar aktif. Peserta didik patut menerima perhatian secara teratur untuk mengurangi gangguan dan menghindari. tumbuhnya perilaku menyimpang. Pertemuan pertama, misalnya adalah saat yang penting dalam. memelihara perilaku-perilaku yang diharapkan. Tumbuhkan kesan positif pada pertemuan pertama ini dengan mengemukakan program/perencanaan pembelajaran.

Langkah-langkahnya seperti: 1) mulailah dengan saling berkenalan secara tepat; 2) informasikan gambaran umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktivitas yang relevan dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik; 3) informasikan harapan-harapan akademis dan kebij akan penilaian secara rasional; 4) beri kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.

c.

Campurtangan (intervensi) Campurtangan atau usaha guru untuk menyetop perilaku tidak pantas dari peserta

didik diperlukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan pemeliharaan tidak berhasil. Namun dalam fase campurtangan ini hendaknya dicari teknik yang efektif dan dilakukan secanl hemat dan penuh pertimbangan. Campurtangan lebih dilakukan pada gejala utamanya dari pada kepada perilaku menyimpangnya. Guru melakukan terapi situasi dari pada peraturan disiplinnya. Guru hendaknya menggunakan pendekatan ilmu dan seni mendidik dalam fase ini. Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah intervensi seperti: bertanya, menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi isyarat dengan tangan atau kepala agar peserta didik tidak berperilaku tidak pantas. Kalau cara ini beJum berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk diam atau memindahkan temp at duduknya, atau melakukan apa saja yang tepat untuk situasi seperti itu. Hal itu semua hams dilakukan dengan tenang dan tidak emisional. Hindari segala jenis tindakan yang menimbulkan konfrontasi. Ingat ini bukan "situasi kemenangan bagi guru. d. Pengaturan Tujuan pengaturan perilaku adalah mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini merupakan fase penting demi tercapainya tujuan peserta didik. Guru tidak dilatih mengobati dan mereka hams menyadari kekurangan

dalam menanggulangi hal-hal yang menyebabkan aneka perilaku. Namun demikian, guru harus memiliki kesabaran, potensi mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara yang tidak merugikan. Guru dapat membantu peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekuensi dengan kehidupan mereka. Lebih lanjut guru dapat mempertimbangan alternatif aktivitas kearah pengembangan perilaku positif melalui cara yang efektif. 2. J enis Gangguan dan Cara Penangulangan Gangguan DisipIin Dengan tidak mengurangi kebebasan guru menemukan cara penanggulangan gangguan disiplin kelas, terdapat beberapa petunjuk umum cara penanggulangan gangguan disiplin seperti dikemukakan Hollingsworth dan Hoower (1991: 72-74) berikut ini.

a. Gangguan percakapan Percakapan antar peserta didik yang mengancam disiplin perlu segera ditanggulangi. Guru dapat segera menghampiri mereka dan memotivasi mereka agar kembali mengerjakan tugas-tugasnya. Atau guru dapat bertanya, atau meminta siswa mengajukan pertanyaan, atau menyuruh menyelesaikan tugas secara khusus kepada peserta didik yang bercakap tadi. b. Gangguan melempar catatan Gangguan melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan at au ketidak tepatan kegiatan belajar mengajar. Mengambil langkah hatihati dalam situasi ini sangat penting. Tidak tepat bila guru membaca keras-keras catatan itu. Secara persuasif menyatakan bahwa perbuatan itu akan merugikan diri siswa sendiri, selain akan mengganggu ketertiban kelas. c. Gangguan kebebasan yang berlebihan di an tara Slswa Bebas adalah naluri manusia, tetapi kebebasan yang berlebihan periu dicegah jangan sampai berkembang merusak disiplin kelas. Berdialog antara guru dan peserta didik tentang hak dan kewajiban peserta didik perlu dilaksanakan. Katakan kepada para siswa bahwa disamping hak ada kewajiban, yaitu kcwajiban untuk tidak menggangu

orang lain. d Gangguan permusuhan diantara peserta didik atau kelompok Bicaralah dengan masing-masing pihak secara individual atau kelompok. Berusaha mencari penyebab permusuhan ini dan cobalah adakan perubahan-perubahan baru Katakan bahwa permusuhan adalah perbuatan tidak baik; permusuhan akan mengakibatkan hilangnya teman bergaul. e. Gangguan menyontck Menyontek terjadi akibat dari ketidak siapan peserta didik atau materi yang melebihi baras. Berilah motivasi dan kesempatan yang bijak dan tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Katakan kepada mereka bahwa menyontek akibat dari tidak belajar. Menyontek, selain konsentrasi buyar juga tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaandengan baik. Oleh karena im, belajarlah dengan rajin dan tekun.

f. Gangguan pengaduan Disiplin kelas kadang-kadang terggangu olehadanya pengaduan di samping adanya laporan dari peserta didik. Guru harus dapat membedakan pengaduan dan laporan tentang sesuatu. Namun guru perlu berlaku bijaksana dan konsisten dalam menjelaskan ke dua hak tersebut. g. Gangguan tabiat marah Guru segera menghampiri atau memindahkan peserta didik yang bertabiat marah dan menjauhkan peserta didik lain. sebagai pendengar. Guru kemudian mencari sebab dan membantu menyelesaikan persoalannya. h. Gangguan penolakan permohcinan guru Berdialog secara tcrus menerus dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru terhadap gangguan ini. Permohonan yang rasional untuk seorang siswa belum tentu sesuai dengan siswa lain. Penciptaan suasanan sejuk dan objektif akan menghilangkan gangguan semacam ini. i. Gangguan perpindahan situasi

Perpindahan situasi merupakan jenis lain dari gangguan disipltn kelas (ganti pelajaran pindah kelas, perubahan jadwal). Oleh karena itu, perpindahan situasi harusdiiringi oleh kesiapan akan alternatif dan inisiatif lain, serta pengawasan. Di samping itu, terdapat berbagai cara lain yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain. a. Pengenalan Slswa Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat perhatian guru dengan semestinya sangat mungkin terjadinya siswa terscbut melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mcmpunyai daya at au tcnaga untuk mcngontrol dirinya. Siswa yang ticlak dipcrhatikan orang tua clan gurunya kurang dapat mengontrol dirinya scndiri biasanya kurang mcnghargai otoritas dan mereka tidak menyukai dan membencinya. Pengenalan terhadap mereka dan lataI' belakangnya merupakan usaha penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat dapat digunakan, misalnya:

1) "interest-inventory"merupakan cara sederhana yang dapat dibuat guru. Alat ini berupa sejumlah pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi, hoby, favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari siaran televisi, guru yang paling discnangi, clan sebagainya. 2) "sosiogram" yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi para siswa dalam rangka hubungan sosial-psikologis dengan teman-temannya. 3) "feedback letter" dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat ten tang perasaan mereka terhadap sekolahnya;apa yang disukai pada saat pertama kali masuk sekolah, pada saat pelajaran berlangsung, pada saat istirahat, keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang sekolah, dan sebagainya. Yang Saya Sukai di Sekolah

Saya adalah siswa dari SO Petompon 01-02 di Kecamatan Gajah Mungkur, Kotamadya Semarang. Saya merasa senang dan bangga sekolah di sini. Yang saya sukai di sekolah an tara lain waktu masuk. Waktu itu jam menunjukkan pukul 06.45. Anak-anak segera berbaris dengan rapi di depan kelas. Saya pun juga ikut baris, setelah itu satu persatu mereka masuk ke kelas. Saya sangat senang karena terlihat rapi clan tcrtib. Maka Pak Guru clan Ibu Guru juga scnang mclihatnya. Kemudian saya dan teman-teman segera duduk di temp at maslI1gmaslI1g. Pak Guru kemudian masuk ke kelas kami. Saya senang karena melihat teman-teman menyapanya dengan ramah. Pelajaranpun segera dimulai. Pak Guru memulai pelajaran dengan jadwal yang pertama. Yang saya sukai pada waktu belajar ini adalah Pak Guru mengajar dengan penuh semangat. Dan murid-muridpun menanggapinya dengan penuh scmangat pula. Sehingga menyebabkan suasana dalam proses be1ajar mengajar menjadi menyenangkan. Sayapun juga menyukainya. Pada pukul 09.00 bel berbunyi tanda waktu untuk istirahat. Saya dan ternan-ternan segera keluar dari ruang kelas. Yang saya sukai waktu istirahat yaitu kita semua dapat melepaskan kelelahan dan ketegangan dalam belajar. Selain itu juga kita dapat melepaskan dahaga. Saya juga senang membeli makanan di kantin sekolah. Sambil makan dan minum saya dan teman-teman duduk-duduk di teras halaman. Saya jugasempat mengobrol dengan teman-teman. Tak lama kemudian 10 menit berlalu. Bel berbunyi kembali tanda istirahat telah selesai dan waktunya mas uk. Murid-murid segcra berbaris di dcpan kclasnya masingmasing. Lalu mereka mcmasuki kclas dengan rapi clan tcratur. Setelah itu pcIajaran yang terakhir segera dimulai. Saya juga menyukai pelajaran yang sama ini. Saya juga scnang dengan cara Pak Guru mengajar pelajaran ini. Beberapa saat kcmuclian scbelum pulang Pak Guru memberi tugas rumah dahulu. Dan perpcsan agar c1ikcrjakan dcngan baik. Saya juga mcnyukai tugas yang dibcri Pak Guru ini. Tak lama kemudian bel pun bcrbunyi menunjukkan tanda untuk pulang. Yang saya sukai waktu pulang adalah saya dan remanternan dapat berdiskusi tentang kcgiatan sorenya sebelum kami semua pulang. Dan tidak Iupa kami berdoa dahulu dan bcrsalaman dengan Pak Guru. Sesuclah itu baru kami

diperbolehkan pulang ke rumah kami masing-masing dengan hati scnang clan riang. Scmua itulah yang saya sukai di sckolah.

Prima Hidayaningtias VI B/SD Petompon 02 Susunan ka1imat mendekati scmpurna. Ide (penuangan), gagasan belum sesuai dengan judul . Bentuk tulisan bagus, sesuai dengan petunjuk menulis. Ia (Prima Hidayaningtias) sudah pcrnah sebagai pemenang pcrtama da1arn penulisan Pekan Tabungan Nasional tingkat Kodya Dati II Semarang. Semarang, 3 Maret 1998 Ka. SD Petompon 01

Soediarto 130151693 Contoh karangan siswa sebagai ungkapan perasaan siswa terhadap sekolah

b. Melakukan tindakan korektif Dalam kegiatan menegakkan disiplin kelas, tindakan tepat dan segera sangat diperlukan. Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi masalah pelanggaran disiplin. Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan siswa setepat mungkin. Guru harus segera mengingatkan siswa terhadap peraturan tata tertib (=yang dibuat dan diterapkan bersarna) dan konsekuensinya, kemudian melaksanakan sanksi yang seharusnya berlaku. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektivitas aturan tata tertib. Setelah jangka waktu tertentu guru bersama-sama murid dapat meninjau kembali aturan sekolah tersebut untuk dimodifikasi dan diperbaiki. Bagaimana cara melakukan dimensi tindakan ini, beberapa hal di bawah ini dapat dij adikan bahan pertimbangan bagi guru. -+

1)

Lakukan tidakan dan bukan ceramah Bila ada seorang siswa melakukan tindakan yang dapat menggangu kelas lakukan

tindakan menghentikan kegiatan tersebut secara tepat dan segera. Cara berteriak atau memberikan ceramah ten tang kesalahan yang dibuat siswa pada saat itu akan membuat siswa ,malah menjadi bingung. Pesan-pesan non-verbal atau body language, baik berupa isyarat tangan, bahu, kepala, alis, dan sebagainya dapat membantu dalam penegakkan disiplin kelas.

2)

.Jangan tawar menawar (do not bargain)

Bila terjadi pelanggaran yang dilakukan seorang siswa dan melibatkan atau menyalahkan siswa lainnya guru harus segera melakukan tindakan untuk menghentikan gangguan tersebut. Tidak ada untungnya kalau pada saat itu guru membuka forum diskusi untuk membicarakan tentang peraturan dan mencari siapa yang bersalah. Sekali lagi segera hentikan penyimpangan tingkah laku siswa dengan tindakan.

3)

Gunakan "kontrol"kerja

Mungkin sekali banyak hal belum tercakup dalam tata tertib terjadi dalamkelas. Kewajiban guru adalah mencoba menghindarkan hal tersebut dengan melakukan kontrol sosial.

Misalnya dengan membuat ruangan tapal kuda sehingga guru dapat langsung berhadapan muka dengan para siswa, dan sekaligus dapat mengontrol tingkah laku mereka. Pendekatan dengan siswa sangat diperlukan karena kalau mercka mcrasa dekat dengah guru akan memperkecil kesempatan mereka untuk berbuat "nakal" dan melanggar tata tertib sekolah.

4)

Nyalakan peraluran cian konsekuensinya

Bila ada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah komunikasikan kembali apa aturan yang dilanggarnya secara jelas dan kemukakan akibatnya bila peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama itu dilanggar. Konsekuensi itu dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan, teguran, memberi tanda: cek, disuruh menghadap kepala sekolah dan atau dilaporkan kepada orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah. Bila ada tindakan siswa yang menggangu suasana proses belajar mengajar segera hentikan gangguan tersebut, kemudian usahakan memahami alasan mengapa siswa tersebut bertindak demikian. Kemukakan kepadanya harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu konsenl!i!lya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa yang bersangkutan. Tindakan guru hendaknya cukup tegas dan berwibawa clan henclaknya hinclarkan hal-hal tinclakan yang menyebabkan siswa menclapat malu cli clepan teman- temannya. Beberapa petunjuk cli bawah ini clapat diperhatikan: I) Pilihlah dan pakailah konsekuensi yang paling ringan dalam alternatif penanggulangan seperti teguran, pcringatan, memberi tugas tambahan dan sebagainya. Hindarkan konsekuensi yang berat clan memberi hukuman. 2) Jika ternyata satu konsekuensi yangdipilih. ticlak efektif, berhentilah dan pindahkan kepada alternatif lain yang cliperkirakan akan memberikan hasil yang lebihbaik. 3) Tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kesempatan kepacla siswa untuk memilih salah satu alternatifkonsekuensi clari pelanggaran yang sudah dibuatnya. 4) Ingat bahwa pclaksanaan konsekuensi atas pelangaran terhadap tata tertib tidak dimaksudkan untuk menghukum.

5)

Konsekuensi dibuat untuk mengelola tindakan yang melanggar aturan pada saat

tertentu. Besok adalah hari lain dan konsekuensi hanya berlaku pada hari itu dan saat itu. Dalam kegiatan menegakkan disiplin dibutuhkan satu kegiatan monitoring. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menemukan peraturan mana dan alternatif mana secara empirik merupakan alat yang efekif dalam mengatasi problema disiplin. Kegiatan inipun bcrtujuan untuk mengindentifikasi siswa yang sukar mengikuti peraturan sekolah. Dari hasilpengalaman beberapa waktu ada baiknya kalau guru menampung pendapat para siswa tentang peraturan mana yang dianggap tidak perlu dan dibuang. c. Melakukan tindakan penyembuhan Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan siswa atal! scjumlah sls\Va perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individual maupun secara kelompok. Situasi pelanggaran ini dapat berbentuk: I)siswa melanggar sejumlah peraturan sekolah yang tclah disepakati bersama; 2) 3) siswa tidak mau menerima aWu mcnolak konsckucnsi scpcrti yang telah tercantum seorang siswa menolak sarna sekali aturan khusus yang telah tercantum dalam tata dalam pcraturan sckolah scbagai akibat dari perbuatannya; tertib sekolah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan peyembuhan 1m ialah: 1) 2) 3) 4) mengindentifikasikan para siswa yang mendapat kesulitan untuk menerima dan membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkahlangkah yang menetapkan waktu pertemuan dengan siswa tersebut yang disetujui bersama oleh bila saatnya dengan bertemu dengan siswa tiba, jelaskanlah maksud pertemuan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari pelanggaran yang dibuatnya; akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan siswa semacam ini; guru dan siswa yang bersangkutan; tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang diperoleh baik oleh s.iswa maupun oleh sekolah; 5) tunjukkan kepada siswa bahwa gurupun bukan orang. yang sempurna dan tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, akan tetapi yang penting an tara guru

dan siswa harus tumbuh kesadaran untuk bersama-sama belajar, untuk saling memperbaiki diri, saling mengingatkan bagi kepentingan bersama; 6) guru berusaha untuk membawa murid kepada masalahnya yaitu memahami tata tertib dan menjauhi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku di sekolah;

7) bila ada pertemuan yang diadakan dan ternyata siswa tidak responsif maka guru dapat mengajak siswa untuk melaksanakan diskusi pada saat lain ten tang masalah yang dihadapinya; 8) pertemuan guru dengan siswa harus sampai pada pemecahan masalah dan sampai kepada "kontrak individual" yang diterima siswa dalam rangka memperbaiki tingkah laku siswa tentang pelanggaran yang dibuatnya; 9) melakukan kegiatan tindak lanjut.

1 I I ! 011

ii

Gambar 35

Usaha guru membawa siswa kepada pemahaman tata tertib

Konsep lain dalam mencegah gangguan disiplin kelas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut ini.

a.

Sajian yang menarik

Masalah disiplin kelas terganggu karena penyajian materi yang kurang menarik. Oleh karena itu, prosedur mengajar (orientasi, latihanl praktik, umpan balik, lanjutan) harus dilaksanakan dengan cara yang menarik.

b.

Penampilan yang menarik

Sajian yang menarik hendaknya diikuti oleh penampilan yang menarik. Guru adalah model dan panutan peserta didik. Oleh karena itu, dalam berbicara, berpakaian, bertingkah laku misalnya, hendaknya dijaga agar tetap menarik.

c.

Ketepatan menangani masalah

Pen gam b i I an tindakan pen anggu langan masalah dis ip lin akan menyenangkan satu pihak tetapi mungkin merugikan pihak lain. Oleh karena itu, ketepatan penanganan masalah sangatlah perIu.

d.

Belajar dari kesalahan

Boleh jadi banyak pengalaman yang berkesan disamping yang tidak me,nyenangkan dalam mengajar. Setelah kita mengajar 4-5 tahun lamanya, akhirnya disadari banyak hal positif, efektif, namun ada juga

yang kurang efektif untuk di1aksanakan da1am menanggu1angi masa1ah disiplin. Kesiapan guru da1am mengajar akan mempengaruhi tegaknya disiplin, seba1iknya guru yang tidak siap gangguan disip1in akan timbul. Akhirnya be1ajar dari pengalaman, guru dapat memetik manfaatnya.

e.

Penggunaan hukuman Para pendidik tidak setuju mengenai sesuatu yang mengakibatkan berkembangnya

perilaku menyimpang dibiarkan ada. Tindakan yang berupaya menegakkan disip1in memang perIu. Hukuman kendatipun kadang-kadang kurangefektif dari ganjaran yang perIu diambil. . Terdapat prinsip-prinsip yang perIu diperhatikan dalam memberi hukuman kepada peserta didik. Prinsip-prinsip berikut merupakan gagasan agar pemberian hukuman flcksibel dan mengkait dengan situasi dan kekhususan para siswa. Prinsip-prinsip tersebut sepcrti dikemukakan olch Ornsticn (1990); Eggen (1994) adalah: 1) hukuman diberikan sccara hormat dan penuh pertimbangan; 2) berikan kejelasan /alasan mengapa hukuman dibcrikan ; 3) hindarkan pemberjan hukuman pada saat marah at au emosional; 4) hukuman diberikan pada awa1 kejadian dari pada akhir kejadian; 5) hindari hukuman yang bersifat badaniah/fisik; 6) jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang ; 7) jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman; 8) yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan; 9) pelajari tipe hukuman yang diijinkan sekolah; 10) jangan menggunakan standar hukuman ganda; 11) jangan mendendam; 12) konsisten liengan pemberian hukuman; 13) jangan mengancam dengan ketidak mungkinan: 14) jangan memberi hukuman berdasar selera.

Jenis-jenis Hukuman 1. Pengurangan skor 2. Pengurangan hak 3. Hukuman berupa 4. Pemberian celaan atau penurunan peringkat denda 5. Penahanan sesudah sekolah 6. Penyekoresan 7. Pengiriman kepada orang lain Emmer dalam Suharsimi,1993

Gambar 36 pertimbangan

Hukuman

diberikan

secara

hormat

dan

penuh

Secant ringkas Iangkah-langkah pencegahan gangguan disiplin dapat clikcmukan bcrikut ini a. Umum 1) Peduli 2) tandai gangguan 3) amati dcngan saksama 4) tingkatkan kcpcntingan scmua pihak 5) humor 6) penyususnan kembali program 7) rutinitas

8) 9)

permohonan langsung hindarkan barang-barang yang menggangu

10) pengenda1ian fisiko

b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Moderat susun aktivitas kelas tentukan prosedur dan ketentuan da1am pembe1ajaran susun aktivitas dan tugas-tugas akademik Sllsun kcgiatan-kegiatan yang sudah rutin tekankan tujuan dampak sampingan dari be1ajar laksanakan kegiatan monitoring bentuk kelompok-kelompok belajar gunakan waktu secara efektif berikan petunjuk-petunjllk praktis

10) kcmukakan harapan-harapan guru

c. Kcmanusiaan 1) Pcngcmbangan kcsadaran diri melalui umpan balik sepcrti: berikan pcnckanan pada lingkah Jaku bukan pada pribadi, berikan penekanan pada penje1asan bukan pada pendapat, berikan penekanan pada masa sekarang /akan datang bukan pada masa 1ampau, berikan penekanan pada proses perubahan pribadi. 2) Pengembangan dan pemeliharaan kepercayaan 3) Efesiensi komunikasi seperti: gunakan orang pertama secara tunggal dan langsung, buatlah pesan secara lengkap/harmonis/ konkret, gunakan verbal dan non verbal secara harmonis, mintalah balikan, gambarkan perilaku tanpa penilaian.

3. Kebiasaan Hidup Tertib Pembiasaan dengan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh yang positif bagi

kehidupan siswa di masa yang akan datang. Pada mulanya memang disiplindirasakan sebgai suatu aturan yang mengekang kebebasan siswa. Akan tetapi bila aturan ini dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan sendiri dan kebaikan bersama, maka lama-kelamaan akan menjadi sesuatu kebiasan yang baik menuju kearah disiplin did sendiri (self discipline). Disiplin tidak lagi merupakan aturan yang datang dari luar yang mel11berikan keterbatasan tertentu, akan tetapi disiplin telah merupakan aturan yang datang dari dalam dirinya sendiri suatu hal yang wajar dilakukan dalam kchidupan schari-hari. Pengalaman dasar dalam disiplin akan memberikan kcrangka dalam keteraturan hidup selanjutnya. Disiplin diri sendiri hanya akan tumbuh dalam suatu suasana dimana antara guru dan para siswa terjalin sikap persahabatan yang berakar pada dasar saling hormat menghormati dan saling percaya mempercayal. Hal ini akan turnbuh subur bila: a. Guru bersikap hangat dalarn rnernbina sikap persahabatan dengan sernua siswa. Menghargai rnereka dan rnenerirna rnereka dengan berbagai keterbatas an n y a. b. Guru bersikap adil sehingga rnereka rnerasa diperlakukan sarna tanpa turnbuh rasa dianak tirikan atau disisihkan. c. Guru bersikap objektif terhadap kesalahan siswa dengan rnelakukan sanksi sesuai dengan tata tertib bila siswa rnelanggar disiplin yang telah dlsetujui bersarna. d. Guru tidak rnenuntut para siswa untuk rnengikuti aturan-aturan yang di luar kernarnpuan Slswa. e. Guru tidak rnenghukurn siswa di depan ternan-ternannya sehingga rnengakibatkan rnereka rnerasa kehilangan rnuka. f. Dapat diciptakan suasana optirnis sehingga setiap siswa rncrasakan berhasil dalam scgiscgi tcrtcntu dan tidak scnantiasa bcrada dalam situasi kegagalan dan kekecewaan. g. Suasana kchidupan di sekolah tidak rnendorong siswa ke arah tingkah laku yang dikehendaki. h. Pada saat-saat tertentu disediakan penghargaan dan hadiah bagi Slswa siswa yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan disiplin yang berlaku sebagai suri tauladan yang baik.

Gambar37 Penguatan dengan pemberian hadiah bagi siswa teladan

Sikap guru yang demokratis marupakan kondisi bagi terbinanya kebiasaan berlaku tertib. Sikap ini akan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut terlibat dalam meneggakkan disiplin sekolah, ikut bertanggung jawab, dan ikut mempertahankan aturan yang telah dipikirkan dan ditetapkan bersama. Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan kerjasama yang baik c1engan orang tua di rumah agar kebiasaan disiplin yang baik c1i sekolah c1itunjang olch kebiasaan yang baik di rumah dan sebaliknya.

Pertanyaan - pertanyaan a. lelaskan tuhapan-tahapan memelihara disiplin kelas? b. lelaskan langkah-langkah menumbuhkan kesan positif pada awal pertemuan di kelas? c. lelaskan alasan diterapkannya campurtangan (intervensi) guru dalam menegakkan disiplin kelas? d. Kemukakan kemungkinan -kemungkinan jenis-jenis gangguan disiplin kelas? e. lelaskan cara-cara penanggulangan gangguan disiplin kelas sesuai dengan jenis gangguan kelas yang timbul? f. Sebutkan berbagai alat yang dapat digunakan pada saat pengenalan siswa? g. lelaskan tahap-tahap pemeliharaan disiplin kelas pada saat menyatakan pcraturan tata tertib disertai konsekuensinya? h. Simpulkan bahwa pelaksanaan konsekuensi atas pelanggaran tata tertib bukan dimaksud sebagai hukuman? I. lktisarkan langkah-Iangkah yang harus dilakukan pacta tindakan penyembuhan? J. Simpulkan bahwa sajian menarik, penampilan menarik, ketepatan penanganan dapat mencegah gangguan disiplin kelas? k. lelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menjatuhkan' hukuman dalam menegakkan displin kelas? 1. Simpulkan bahwa dengan pembiasaan disiplin sekolah akan berpengaruh positif bagi kehidupan siswa dimasa depan? m. lelaskan hal-hal yang dapat menumbuh suburkan sikap bersahabat antaraguru dan siwa? n. lelaskan bahwa sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib ke arah siasat atau ke arah kesadaran diri sendiri? o. Tunjukkan bagaiman menjalin hubungan antara guru dan orang tua di rumah agar upaya memelihara disiplin di kelas dapat ditunjang oleh disiplin di rumah? Tugas 1. Secara berke1ompok (4-5) orang, Anda berkunjung kesebuah sekolah dasar. Laksanakan kegiatan c1i bawah ini pacla saat Anda berada di sekolah tersebut: a. Catat/inventarisasi jenis-jenis gangguan-gangguan disiplin kelas yang banyak muncul;

b. c. d.

Catatlinventarisasi cara-cara pcnanggulangan gangguan disiplin kelas yang Laporkan hasil obscrvasi Anda di depan kelas; Mintalah komcntar dosen pengampu mata kuliah manajemcn kclas.

dilakukan guru;

2. a. b. c.

Diskusikan dalam kelompok (4-5) orang tentang: resiko-resiko pcmberian hukuman dalam keadaan guru sedang emOSl; akibat-akibat apa yang terjadi terhadap disiplin kelas apabila guru memberi Manfaat belajar dari kesalahan dalam pencegahan gangguan disiplin kelas.

hukuman kepada seluruh ke1as kendatirpun yang salah hanya seorang siswa;

Daftar Pustaka Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Eggen, Paul D & Don Kauchak. 1994. Educational Psychologi: Classroom Connections. New York: Mcmillan College Publishing Company. Inc. Hollingsworth, Paul M clan Hooper, Kenneth H. 1991. Elementary Teaching Methods. Boston: Allyn and Bacon. M. Entang dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kcpendidikan Depdikbud. Ornstien, Allan. 1990. Strategies for Effective Teaching. New York: Harper & Row Publisher Inc.

Anda mungkin juga menyukai