Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK SENSOR Aperta Yuliandini (0910442029)

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum dengan judul Karakteristik Sensor yang bertujuan untuk mengkarakteristik suatu sensor, menentukan tingkat kelinearan dan sensitifitas sensor, dapat menjelaskan kurva karakteristik sensor, dan memutuskan sensor yang dapat digunakan sebagai pengindra besaran fisis berdasarkan kurva sensor tersebut. Sensor yang akan dikarakteristik adalah potensiometer, yaitu sebagai sensor kemiringan dengan membebani potensiometer sedemikian sehingga perubahan hambatan sebanding dengan perubahan kemiringan suatu benda. Hasil dari praktikum yang telah dilakukan menyatakan bahwa Hubungan antara hambatan dan Kemiringan (Sudut) adalah linear, begitu juga dengan hubungan antara keluaran (Vo) secara teori dan tegangan akan berbentuk linear. Maka potensiometer sebagai sensor kemiringan telah dibuktikan pada praktikum ini. Kata Kunci : Karakteristik sensor, Potensiometer, Kelinearan, Sensitifitas

I.

Pendahuluan Sebelum dapat merancang suatu alat ukur maka diperlukan pemilihan

terhadap sensor yang sesuia dengan alat rancangan kita. Ada beberapa jenis sensor yang ada dipasaran seperti sensor cahaya, sensor temperature, sensor perpindahan, sensor kecepatan, dan lain sebagainya. Sebelum sensor dapat

digunakan maka perlu dilakukan karakteristik terhadap sensor tersebut. Karakteristik sangat diperlukan untuk menentukan sensitifitas dan kelinearan dari sensor tersebut. Cara karakteristik umumnya sama untuk berbagai sensor dengan cara mencari hubungan antara keluaran sensor (besaran listrik) terhadap besaran fisis yang diindranya karena sensor merupakan suatu piranti yang dapat

mengindra perubahan fisis yang diindranya karena sensor merupakan suatu piranti yang dapat mengindra perubahan besaran fisis seperti temperature, jarak, kecepatan, dsn lain sebagainya menjadi besaran listrik seperti arus, tegangan, hambatan, kapasitansi, dan sebagainya. Karakteristik sensor dilakukan dengan cara melakukan percobaan dengan membandingkan antara besaran fisika yang diindra terhadap besaran listrik tertentu. Dalam karakteristik sensor diperlukan suatu pembanding yang dijadikan sebagai suatu acuan. Sebagai contoh kita ingin mengkarakteristik sensor suhu, contoh PTC yang hambatannya naik setiap kenaikan temperature. Karakteristik dilakukan dengan memanaskan air dan melihat perubahan hambatan pada multimeter dan membandingkan dengan pembacaan temperature oleh

thermometer. Potensiometer dapat digunakan sebagai sebush sensor kemiringan dengan membebani potensiometer sedemikian sehingga perubahan hambatan pada potensiometer sebanding dengan perubahan kemiringan suatu benda. Selain itu sensor cahaya (missal LDR) dapat dikarakteristik dengan memvariasikan jarak sensor cahaya terhadap sumber cahaya dengan daya konstan untuk melihat perubahan jarak terhadap perubahan hambatan pada multimeter.

Gambar 3.1 Cara Karakteristik sensor (a) LDR dan (b) Potensiometer

II.

Metode Percobaan Ada beberapa alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, seperti

potensiometer, multimeter digital, project board, busur, dan catu daya. Untuk mengkarakteristik potensiometer, hal yang pertama kali dilakukan adalah member beban pada potensiometer dan kemudian ditempatkan pada project board (papan rangkaian). Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka project board ditempatkan pada tempat yang datar. Setelah itu, kaki potensiometer dihubungkan dengan probe multimeter (atur pada pengukuran hambatan) dengan kaki 2 dan 3 dihubungkan satu sama lain seperti pada Gambar 3.1b. Hambatan potensiometer diukur pada saat project board dalam posisi datar (kemiringan nol). Kemiringan project board untuk setiap 100 divariasikan dan kemudian besar hambatan pada potensiometer teresebut diukur besarnya. Tegangan keluaran dari rangkaian tersebut diukur dan kemudian dicatat data pengukurannya serta dibuat grafik hubungannya.

LEMBAR DATA

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Hambatan () 0,26 0,47 0,92 1,42 1,71 2,24 2,67 3,34 3,82 4,42

Sudut (0) 50 60 70 80 90 100 110 120 130 150

Voprak (V) 4,98 4,98 5,03 5,03 5,03 5,03 5,03 5,04 5,04 5,04

Voteori (V) 4,99 4,98 4,95 4,93 4,92 4,89 4,87 4,83 4,82 4,79

Padang, 31 Maret 2012 Asisten I, Asisten 2, Praktikan,

Tri Kusmita

Zasvia Hendri

Aperta Yuliandini

III.

Pembahasan Berdasarkan data yang yang telah didapatkan dari praktikum tersebut,

maka dapat dilakukan perhitungan atau pengolahan data sebagai berikut :

Voteori =

x Vsumber

Vsumber = 5 V R1 = Rpotensiometer R2 = Rresistor = 100 1. R1 = 0,26 Voteori = 2. R1 = 0,47 Voteori = 3. R1 = 0,92 Voteori = 4. R1 = 1,42 Voteori = 5. R1 = 1,71 Voteori = 6. R1 = 2,24 Voteori =

7. R1 = 2,67 Voteori = 8. R1 = 3,34 Voteori = 9. R1 = 3,82 Voteori = 10. R1 = 4,42 Voteori =


Dari perhitungan data diatas, maka didapatkan beberapa hubungan grafik, yaitu : I. Grafik Hambatan Vs Kemiringan (Sudut)

5 4 Hambatan 3 2 1 0 0 50 100 150 200 Kemiringan (Sudut) hambatan Linear (hambatan) y = 0.044x - 2.125 R = 0.992

Gambar 3.2 Grafik Hubungan Hambatan dan Kemiringan (Sudut)

Grafik diatas merupakan grafik hubungan antara hambatan dan kemiringan (sudut) dari sebuah potensiometer. Dari grafik diatas, tampaklah bahwa

kemiringan (sudut) dari potensiometer linear terhadap hambatannya.

Regresi

linear dari grafik diatas adalah y = 0,044x 2,125 dan R2 = 0,992. Grafik yang dihasilkan berupa garis lurus yang semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya nilai dari kemiringan (sudut) dan hambatan dari sebuah potensiometer. Jadi, dapat dismpulkan bahwa semakin besar sudut yang diberikan pada potensiometer maka akan semakin besar pula hambatannya. terbukti bahwa karakteristk potensiometer sebagai sensor kemiringan. II. Grafik Vopraktek Vs Kemiringan (Sudut)
5.06 5.05 5.04 5.03 5.02 5.01 5 4.99 4.98 4.97 0 50 100 150 Kemiringan (Sudut)

Sehingga

y = 0.0006x + 4.9688 R = 0.6131 Vo,praktek Linear (Vo,praktek)

Vo,praktek

200

Gambar 3.3 Grafik Hubungan Keluaran secara praktek dan Kemiringan

Grafik diatas merupakan hubungan Tegangan keluaran (Vo) secara praktek dan kemiringan (Sudut) dari sebuah potensiometer. Grafik yang

dihasilkan tidak terlalu baik dibandingkan dengan grafik Hambatan Vs Kemiringan (Sudut). Disini, pada awalnya grafik mendatar, kemudian naik secara drastis, setelah itu mendatar, naik kembali, dan pada akhirnya mendatar. Regresi

linear yang didapatkan y = 0,000x + 4,968 dan R2 = 0,613. Pada grafik diatas, ada beberapa data yang menghasilkan keluaran (Vo) tetap dan berturut turut sama, sehingga grafik yang dihasilkan tidak linear. Untuk grafik diatas, Vo praktek Vs Kemiringan (sudut), dapat disimpulkan bahwa semakin besar sudut yang diberikan pada potensiometer maka Keluarannya (Vo) akan cenderung meningkat. III. Grafik Voteori Vs Kemiringan (Sudut)
5.05 5 4.95 Vo,teori 4.9 4.85 4.8 4.75 0 50 100 150 200 Kemiringan (Sudut) y = -0.0021x + 5.1019 R = 0.9877 Vo,teori Linear (Vo,teori)

Gambar 3.4 Grafik Hubungan Keluaran secara teori dan Kemiringan Grafik diatas merupakan grafik hubungan Keluaran (Vo) secara teori dan Kemiringan (Sudut) dari sebuah potensiometer, dengan y = -0,002x +5,101 dan R2 = 0,987. Berbeda dengan grafik sebelumnya, yaitu grafik Vopraktek Vs Kemiringan (Sudut), grafik diatas berupa garis lurus yang linear, namun arahnya kebalikan dari grafik Hambatan Vs Kemiringan (Sudut). Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar sudut yang diberikan pada potensiometer maka keluarannya

(Vo) akan semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Vopraktek berbeda dengan Voteori. IV. Kesimpulan Dari praktikum pada modul III, yaitu Karakteristik Sensor, dapat disimpulkan bahwa Potensiometer merupakan sebuah sensor kemiringan dengan membebani potensiometer sedemikian sehingga perubahan hambatan pada potensiometer sebanding dengan kemiringan suatu benda. Hal ini terbukti pada Gambar 3.2 Hambatan Vs Kemiringan (Sudut). Untuk tegangan keluarannya, Vopraktek akan meningkat / bertambah seiring dengan bertambahnya kemiringan (sudut), sedangkan Voteori akan berkurang seiring dengan bertambahnya kemiringan (sudut), sehingga Vo secara praktek berbeda dengan Vo secara teori.

Daftar Kepustakaan Albert, Paul & Tjai. 1994. Elektronika Digital & Pengantar Konputer Edisi 2. Jakarta : Erlangga Kasmawan, Antha. 2010. Penentuan Elektronika 2. Jimbaran : Unud. Kurniawan, Fredly. 2005. Sistem Digital Konsep & Aplikasi. Yogyakarta : Gava.

10

Anda mungkin juga menyukai