Anda di halaman 1dari 6

Proses Pembakaran batu bara akan berlangsung dengan baik jika tersedia udara dalam jumlah yang cukup.

Proses pembakaran dimulai dari terjadinya oksidasi pada fasa uap dan penyalaan volatile matter (zat terbang) yang terlepas dari batubara yang selanjudnya menyebabkan menyalanya residu bahan badat (residual char). Tahap penyelaan volatile matter menyebabkan kestabilan flame (nyala) dan temperature sehingga residu padat bias menyala, sementara pada penyalaan residu padat terjadi mekanisme reaksi-reaksi yang kompleks yang selanjudnya menghasilkan panas pembakaran. Batubara dapat dibakar dengan tiga cara : di unggun tetap (fixed bed) \, di unggun terfluidisasi kan (fluidized bed) atau Ipulverized dan di entrained bed. Ketiga sitem pembakaran batubara tersebut dibedakan atas dasar kinematika partikel padatnya, seperti diilustrasikan dalam Gambar 1. Dalam fixed bed, partikel dan gas bergerak secara conter flow. Keadaan partikel bias diperkirakan dengan baik sehingga memudahkan dalam pemodelan. Dalam fluidized bed, partikel teraduk dengan baik dan keluaran pertikel lebih sulit ditentukan/diperkirakan. Dalam Ientraned bed, partikel bergerak dengan cepat secarabersama-sama dengan gas, pertikel-pertikel dan gas yang mengelilingi cendrung bergerak bersama-sama.

Pembakaran dalam unggun tetap (fixed bed Conbustion) Dalam senua stokers, batubara baru bilamana diberikan panas awal, akan mengeluarkan air dan volatile metter-nya. Residu padat, air dan volatile-metter yang dilepas, dan udara pembakaran bereaksi dengan cara-cara yang berbeda, terganrung [ada konfigurasi aliran. Ada tiga pola dasar pengumpanan batubara dan udara yang telah dikembangkan. Tiga pola tersebut adalah : Overfeed (spreader) Underfeed Crossfeed (vibrating)

GAMBAR 7.

GAMBAR 8.

Pada pola pengumpanan overfeed, aliran batubara dan udara saling berlawanan (countercurrent). Bahan bakar diumpankan dari atas unggun (bed) dan mengalir ke bawah sambil dikonsumsi, sementara udara mengalir dari atas melewati lapisan abu, kokas dan batubara baru. Batubara baru yang telah diumpankan dipanaskan lewat kontak dengan batubara yang sudah terbakar yang ada dibawahnya dan juga oleh gas-gas pembakaran yang mengalir berlawanan arah. Produk-produk sisa pembakaran yang dihasilkan selanjudnya turun ke bawah sampai berbatasan dengan grate dan secara periodic produk sisa pembakaran ini dikeluarkan dengan cara dumping, shaking dan vibrating dari grate atau pada beberapa stoker dengan cara grate berjalan secara kontinyu. Pada pola pengumpanan underfeed, aliran batubara dan udara terjadi secara paralel dan biasanya mengalir ke atas. Volatile metter, air, dan udara pembakaran mengalir melalui lapisan bahan bakar yang terbakar. Tipe ini menghasilkan sedikit asap selama pengumpanan dan pengoperasian beban yang rendah. Pola pengumpanan crossfeed merupakan pola pengumpanan udara dan bahan bakar yang banyak diterapkan. Dalam pola ini batubara sebagai bahan bakar bergerak secara horizontal, sementara udara bergerak dari bawah ke atas dengan sudut yang tepat. Pola pembakaran ini terdiri dari stoker yang dilengkapi dengan hopper untuk tempat pengumpanan, chain grate, travelling grate dan vibrating, reciprocating atau oscillating grate. Purverized Coal Combustion Pada pembakaran pulverized coal,pertikel-partikel batubara harus cukup halus agar bias dimasukan oleh udara pembakaran. Ukuran batubara untuk pembakaran bahan bakar pulverized adalah 200 mesh (74, um), dengan jumlah partikel barubara berukuran 200 mesh semakin banyak dari 65-70% untuk batubara bituminous. Untuk menjaga nyala api yang satabil dan mencagah barbaliknya ke burner, batubara harus diinjeksikan ke dalam tanur pada kecepatan yang tinggi, sekitar 15 m/detik. Secara praktis, batubara diumpankan bersama sebagian udara pembakaran. Uadar yang dimasukkan dibagi dua yaitu udara primer dan udara sekunder. Udara primer dimasukkan barsama-sama dengan batubara sementara udara sekunder dimasukkan secara terpisah dari udara primer melewati dua pipa konsentrik ke dalam boiler atau tanur. Pada umumnya udara primer bersama batubara dimasukkan lewat pipa ditengah, sementara udara sekunder dimasukkan lewat annulus. Susunan burnerI dan cara pemasukan udara primer dan sekunder diilustrasikan pada Gambar 9. Dibandingkan dengan jenis pembakaran yang lain, metode pembakaran purverized coal hampir tidak tergantung pada karakteristik batubara. Tentu saja ada beberapa instalasi yang terbatas pada beberapa jenis batubara tertentu, tetapi secara umum hampir semua batubara bias digunakan dalam system purverized coal dengan desain system yang tepat. Berdasarkan abu yang dikeluarkan apakah dalam keadaan kering dalam bentuk lebur an (molten) oleh tanur pembakaranya maka unit proses pembakaran purverized coal ini dibagi menjadi dua jenis. Tanur

dengan abu yang dikeluarkan dalam keadaan kering disebut tanur dry bottom sedangkan dengan tanur dengan abu yang dikeluarkan dalam bentuk leburan disebut tanur slag tap atau wet bottom. Dry Bottom Firing Operasi unit abu kering lebih sederhana, Clan lebih fleksibel terhadap perubahan jumlah clan sifat-sifat batubara dibandingkan dengan unit wet bottom firing. Kerugian utama unit dry bottom firing ini adalah karena ukurannya lebih besar (sehingga lebih mahal) dan sekitar 80-90% abu

GAMBAR 9.

Keterangan : a. b. c. d. Vertikel Firing Tangential Firing Opposed Inclined Firing Horizontal Filring

Harus dikeluarkan dari boiler dan presipitator hopper dalam bentuk debu yang sangat halus. Wet Bottom Firing Unit Wet Bottom Firing ini dikembangkan untuk mengatasi masalah penanganan debu dengan cara membuat abu lebih berat, berbentuk granular dan tinggal dalam tanur lebih banyak dibandingkabn dalam unit abu kering. Dalam Wet Bottom Firing ini aliran leburan abu yang mengalir dari tanur disemprot dengan air dingin segingga terbentuk produk dengan ukuran yang diinginkan. Sekitar 80% abu bias tinggal dalam tabor untyk beberapa unit desain tertentu. Dibandingkan dengan dry bottom firing, Wet Bottom Firing mempunyai kerugian-kerugian seperti kurang feksibel terhadap pemilihan batubara, lebih banyak terjadi fouling dan korosi ekstermal, pembentukan NOx yang lebih tinggi dan uap yang diperoleh juga lebih sedikit. Slurry Firing Pembakaran dalam bentuk slurry bartujuan agar bahan bakar lebih mudah ditransportasikan, disimpan dan digunakan dibandingkan dalam bentuk padatbahan bakar dalam bentuk slurry ini diantaranya CoalWater Mixtrures (CWM) dan coal-oil mixtrures (COM). a. Coal-water mixtures (CWM) CWM merupakan campuran antara batubara halus dan iar dengan perbandingan tertentu serta dengan penambahan aditif untuk menjaga kestabilan fluida agar batubara tidak dapat mengendap.

Tujuan utama CWN adalah agar dapat ditransportasikan dengan pipa0pipa sehingga lebih murah biaya tranportasinya dibandingkan biaya tranportasi batubara dalam keadaan padat. Yang perlu diperhatikan dalam CWM ini adalah masalah penyimpanan yang membutukan tempat khusus, kestabilan fluida dalam waktu tertentu, dan masalah kebarhasilan dalam pembakaran. b. Coal-oil mixtures (COM) COM merupakan campuran batubara halus dan minyak dengan perbandingan tertentu. COM tidak menimbulkan maslah menyangkut keberhasilan dalam pembakaran, dibandingkan CWM. Tanur Cyclone Pengembangan metode Pembakaran purverized coal diantaranya adalah dengan menginjeksikan udara dan batubara secara tangensial dan dengan kecepatan tinggi kedalam tanur Cyclone horizontal silindris, kemudian membakar batubara tersebut bergerak mengikuti bentuk spiral. Di bawah kondisi earodinamis yang tepat, tanur ini bias menghasilkan panas sampai 500.000 Btu/jam ft3 ruang pembakaran (bandingkan dengan sitem dry bottom yang hanya menghasilkan panas paling tinggi 150.000 dan system slag-tap yang mengahasilkan panas 400.000 Btu). Karena temperature nyala api yang tinggi (3000 0F) maka dihasilkan sekitar 90% ABU SEBAGAI ABU LEBUR (MOLTEN SLAG) YANG CENDRUNG MENEMPEL PADA DINDING TANUR DENGAN LENGKET SEHINGGA MASIH MENYISAHKAN PARTIKEL-PERTIKEL BATUBARA YANG BELUM TERBAKAR. Tanur ini juga digunakan untuk bahan bakar slurry dari pada umumnya pengoprasiannya dapatdigunakan dengan baik namun pemakaiannya saat ini kurang disukai lantaran kecendrungan untuk menghasilkan jumlah NO. yang banyak. Alternatif metode pembakaran pulverized coal yang banyak dipaki adalah pembakaran fluidized-bed. Fuidized-bed Combustion Dalam pembakaran Fluidized-bed, ukuran partikel cukup kecil sehingga biasa diapungkan oleh aliran udara pembakaran yang bergerak dari bawah keatas. Partikel selanjudnya bergerak keatas dan kebawah secara mengelompok. Gerakan vartikel yang bolak-balik ini menghasilkan pencampuran yang baik dan distribusi partikel yang merata sehingga partikel-partikel tersebut teradukdengan baik. Temperatur bed dikendalikan dengan mengatur kedalaman bed, dengan menambahkan atau tidak penukar panas (HE), clan dengan penggunaaan ballast (bahan inert) dalam bed. Aspek engineering dalam desain Fuidized-bed, seperti halnya system pembakaran lain, ditekankan pada maslah perpindahan panas, pengeluaran abu, pengumpanan bahan bakar (batubara) clan lain-lain. Fuidized-bed mempunyai banyak alternative dalam memecahkan masalah-masalah diatas, sebagai contoh, apakah system dijalankan dengan bed agak panas atau agak dingin. Dalam Fuidized-bed hal ini bias digunakan dengan metode yang dalam mengendalikan perpindahan panas dan ini menghasilkan metode yang berbeda dalam pengeluaran debu.

Pressurized Fuidized-bed Combustion. Pada pembakaran jenis ini tekanan pembakaran dinaikan dan ukuran ruang pembakaran bias lebih diperkecil sehingga menurunkan biaya investasi. Juga, pada tekanan pembakaran diatas 4-6 atm, turbin gas dapat dijalankan oleh gas pembakaran untuk menekan udara pembakaran dan menghasilkan daya listrik hasilnya dapat meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan listrik. Beberapa keuntungan fludized-bed antara lain : a) Biaya capital dan operasi lebih rendah b) Perpindahan panas ke tabung boiler cukup tinggi sampai 100 Btu/jam Ft2 0F c) Jumlah NOx yang terbentuk lebih sedikit karena temperature nyala yang rendah Bilamana batubara dengan kadar surfur tinggi dibakar, untuk mengurangi emisi SO2 maka dengan muda dapat dilakukan limestone untuk menangkap SO2 dari gas pembakaran

Magnetohydrodyrtamic Power Generator magnetohydrodyrtamic (MHD) mengubah panas dan gas0gas pembakaran secara langsung menjadi listrik sehingga memungkinkan penggunaan batubara secara efektif. Generator MHD beroprasi pada temperature yang bervariasi, biasanya 2400 0C. permasalahan teknik pada MHD ini adalah ketahanan dari peralatan dan juga panas fari pembakaran yang bersifat korosif. Generator MHD pada dasarnya terdiri dari peralatan-peralatan dimana gas panas (yang terisolasi secara persial) mengalir nelalui saluran pipa yang dihubungakn dengan elektroda clan diteliti sehingga menghasilkan medan magnet melintas saluran pipa. Tidak seperti gas dalam turbin, gas pada MHD ini menggerakkan dirinya sendiri clan gesekan gas secara etektrik melalui medan magnet akan menghasilkan aris listrik dalam gas yang selanjudnya ditangkap oleh elektroda. Generator MHD tidak membutukan peralatan-peralatan untuk menggerakkan dan HMD ini dapat mengakomodasi temperature dan gas-gas korosif yang dapat merusak turbin konvensional. Dibutuhkan temperature yang sangat tinggi untuk mengionkan gas-gas pembakaran. Dengan penambahan sedikit potassium atau logam alkali lain. Pada temperature sekitar 2000-2500 oC sudah cukup untuk proses ionisasi gas pembakaran. Efisiensi total dari pembangkit listrik ini sekitar 50 %. Karena temperature operasi yang sangat tinggi, tembentukan NOx dari nitrohen dalam udara pembakaran dapat menjadi penghalang utama dalam pengembangangan secara besar-besaran peralatan-peralatn MHD . penilaian keekonomian teknologi MHD biasanya mengasumsikan bahwa metoda pembersihan gas bilamana diperlukan, bias diperoleh. Bagaimanapun juga, generasi MHD ini dapat dikembangkan menjadi menajdi salah satu alternative penting. Clan mempunyai efisiensi yang tinggi dalam teknologi pembakaran batubara. Saat ini MHD masih dalam tahap penelitian clan pengembangan.

Pengendalian polusi Pada umumnya polutan-polutan yang ada diudara berasal dari sumber-sumber pembakaran dan 90% dari polutan ini berasal dari lima jenis emisi yaitu gas-gas karbon monoksida, hidrokarbon, particulat, nitric oxide, dan sulfur oksida. Emisi yang berasal dari batubara disebabkan oleh abu, nitrogen clan sulfur Abu yang dihasilkan oleh pembakaran batubara akan mencemari atmosfir jika terlepas bersama gas pembakaran dan dapat mencemari dariair tanah atau sumber-sumber air jika dikeluarkan fari gas dan dibuang di tempat pembuangan. Lagipula, meskipun terdapat teknik-teknik penagkapan abu yang sangat efektif, masih ada sebagian kecil abu yang terlepas. Abu yang terlepas ini umumnya berupah pertikel-pertikel harus yang sulit dilepaskan dari gas-gas pembakaran sehingga sangat berpenbgaruh pada kesehatan. Pencemaran air juga bias signifikan adanya logam berat dalam abu. Batubara juga mengandung sulfur yang terkontaminasi menjadi surfur oksida SO2 selama pembakaraan. Surfur dalam batubara dapat sebagai ikatan organic dan inorganic. Surfur inorganic lebih mudah dihilangkan (dengan proses pencucian dsb). Oksida nitrogen NO dan NO2 (NO2 merupakan sumbar pencemaran nomor tiga yang terdapat dalam pembakaran batubara. NO terbentuk dari senyawa nitrogen dalam udara pembakaran Emisi dapat dikendalikan dengan salah satu atau lebih dari ketiga cara berikut : a) Penghilangan substansi yang menyebabkan pencemaran dari bahan bakar (contoh : de-ashing dan gasifikasi). b) Modifikasi variabel-variabel yang mengendalikan proses pembakaran itu sendiri c) Penghilangan substansi yang tidak diinginkan dan effluent.

Anda mungkin juga menyukai