Anda di halaman 1dari 6

Aves 1. Burung Bluwok (Mycteria cinerea R.

) Perilaku memelihara anak pada pada aves contohnya pada burung Bluwok (Bubulcus ibis) antara lain: 1. Pemberian makan 2. Penjagaan 3. Perlindungan 4. Belajar terbang Pemeliharaan anakan dilakukan secara bergantian antara induk jantan dan betina. Lama waktu memelihara anak berkisar 0,16 dan rata-rata 6,68 menit per jam. Anakan burung Bluwok mulai di tinggalkan oleh induknya pada umur kurang lebih 40 hari terhitung dari setelah penetasan telur. Pada waktu menetas sampai minggu pertama anakan masih di loloh oleh induknya. Minggu ke dua sampai minggu ke empat anakan mulai makan sendiri makanan yang dimuntahkan oleh induknya. Jenis makan berupa ikan mujair dan ikan gabus. Pada minggu ke lima anakan sudah mulai bisa berdiri di atas sarang. Minggu ke enam atau ke tujuh anakan burung Bluwok sudah mulai belajar terbang di sarang. Selain belajar terbang anakan juga melakukan perilaku menelisik bulu dengan menggunakan paruh menuruti induknya.

Gambar 1. Burung Bluwok (Mycteria cinerea R.)

2. Burung Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis) Perilaku pemeliharaan anak selalu berubah sejak berumur 2 hari sampai dapat terbang. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut. a. Anak umur 2 hari

Anak burung pada umur dua hari menunjukan ciri-ciri bulu sangat jarang, sehingga kulit tubuh kelihatan jelas berwarna kehitam-hitaman, paruh berwarna hitam dan belum memilki keseimbangan untuk berdiri. Perilaku penjagaan terhadap anak sama seperti pada saat pengeraman yaitu dilakukan secara bergantian antara kedua induk. Induk yang akan bertugas menjaga anak telah menyediakan makanan cadangan yang disimpan dalam tembolok sebagai pasokan makanan buat anaknya. Kira-kira setiap 2 jam anak akan mematuk paruh induknya sebagai tanda bahwa ia membutuhkan makanan sehingga induk akan mengeluarkan makanan dan memberikan kepada anaknya dengan cara memasukkan paruhnya ke dalam paruh anaknya sambil melepaskan makanan. Sisa makanan yang tercecer disarang dimakan kembali oleh induknya. Perlindungan terhadap anak dari gangguan burung lain dilakukan dengan cara seperti pada saaat mengerami. b. Anak umur 1 minggu Bulu pada anak burung umur satu minggu sudah mulai tumbuh yaitu pada bagian sayap, ekor, dada dan punggung namun masih jarang-jarang, warna bulu putih. Anak burung sudah dapat berdiri dengan baik dan berjalan-jalan di dalam sarang. Perilaku penjagaan anak oleh induk mengikuti pola sebelumnya. Pemberian makan mengikuti perubahan dimana induk meletakkan makanan didalam sarang dan membiarkan anaknya mematuk sendiri makanan tersebut. Makanan yang tersisa disimpan kembali oleh induk didalam temboloknya. Pemberian makan dilakukan setiap 2 jam sekali dari pagi hari sampai sore hari. Kedua induk terus menata sarang dengan memperlebarkannya dalam mengatasi panasnya matahari, anak burung akan berlindung di bawah sayap induknya. c. Anak umur 2 minggu Keadaan anak sudah lebih maju dari umur sebelumnya, hal ini terlihat dari semakin lengkap dan lebatnya bulu yang tubuh namun paruhnya masih berwarna hitam. Aktifitas anak burung cukup tinggi dimana sudah mulai mengepak-ngepakan sayapnya dan memberikan bulunya. Induk lebih sering berada diluar sarang sambil mengawasi anaknya. Pergantian mengawasi anak tampak jelas dan sering terjadi dengan selang waktu sekitar 3 jam, dimana bersamaan dengan itu induk yang datang akan membawa makan untuk diberikan kepada anaknya. Pemberian makan dilakukan dengan cara, makanan yang dimuntahkan dari tembolok induk di jepit dengan menggunakan paruhnya dan membiarkan anaknya mematuk sendiri makanan tersebut. Pemberian makanan ini dilakukan sebanyak 4 kali dari pagi sampai sore.

d. Anak umur 3 minggu Keadaan anak burung tidak jauh berbeda dengan pada umur dua minggu namun terjadi pertambahan ukuran tubuh. Anak burung sudah mulai meninggalkan sarang. Bertengger pada dahan pohn di sekitar sarang. Intensitas dan perilaku pemberian makan oleh induk sama seperti saat berumur 2 minggu, demikian juga pola pengawasaannya. e. Anak umur 4 minggu Anak burung lebih banyak melakukan aktifitas di luar sarang yaitu melompat-lompat dari dahan ke dahan sambil mengepak-ngepakan sayapnya. Anakan sudah dapat melindungi diri sendiri dari gangguan burung lain yaitu dengan cara mematok burung yang mendekatinya. Keadaan sarang burung sudah tidak diperhatikan lagi oleh induknya sehingga ranting-ranting pembentuk sarang terlihat berantakan. Pengawasan terhadap anak tetap dilakukan oleh kedua induknya namun pada pagi hari, salah satu induk meninggalkan sarang selama sekitar 30 menit dan kembali lagi dengan membawa makanan untuk anaknya, setelah itu pengawasan dilakukan bersama-sama lagi. Tiga jam berikutnya salah satu pergi dan kembali lagi dengan membawa makanan. Hal serupa juga terjadi pada sore hari. f. Anak umur 5 minggu Perilaku pengawasan dan pemberian makan oleh induk sama seperti pada saat anak makan oleh induk sama seperti saat anak berumur 4 minggu. Anak burung sudah pandai terbang dari dahan ke dahan walaupun masih dalam 1 pohon. g. Anak umur 6 minggu Penjagaan oleh induk terhadap anaknya sudah sangat longgar dimana induk tidak lagi menjaga di tempat namun pergi meninggalkan anakanya. Pengawasan dilakukan dengan cara sesekali kembali dan mengawasi anaknya dari jarak yang cukup jauh selama 15 menit dan kemudian pergi lagi. Pola pemberian makan dilakukan dengan cara mendekati anaknya lalu memberikan makanan, kemudian menjauhi lagi. Sekitar 2 menit kemudian mendekati anaknya dan memberi makan lagi lalu menjauhi lagi, berulang-ulang kali sekitar 4-5 kali dan kemudian pergi meninggalkan anaknya. Keadaan anak sudah menyerupai burung dewasa, paruh mulai menguning pada bagian ujungnya, namun bagian pangkalnya masih berwarna hitam. Anak burung tidak di sarang lagi

namun bertengger di dahan selain itu sudah dapat terbang dari pohon yang satu ke pohon yang lain Hubungan anatara induk dan anak sudah putus sama sekali pada saat anak berusia 7 minggu, anak burung sudah dapat terbang dan mencari makan sendiri.

Gambar 2. Burung Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis)

3. Burung Unta Burung unta Telur dari burung terbesar di dunia ini juga merupakan telur burung yang terbesar di dunia. Burung unta menggali lubang yang sangat dalam di pasir dan meletakkan semua telur di dalamnya. Tapi ketika mereka bertelur lebih dari 10-12 butir, mereka perlu mengubah ukuran lubang tersebut supaya cukup. Jika burung unta membuat lubang di tanah sebagai ganti pasir, ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama, menyebabkan mereka mengeluarkan banyak energi. Sesungguhnya menggali pasir adalah lebih mudah dibandingkan tanah. Dengan alasan inilah, burung unta, lebih suka menggali pasir daripada tanah sehingga menghemat tenaganya. Kemudian mereka menutupi telur-telur ini dengan pasir lagi tanpa kesulitan. Penjagaan dan perawatan semua telur dalam sebuah kelompok hanya ditangani oleh seekor burung unta betina. Tapi karena sarang hanya dapat melindungi sejumlah telur, burung unta betina itu mengutamakan telurnya sendiri. Burung unta mengenali telur-telurnya melalui pori-pori udara pada kulit telur tersebut. Anak-anak burung unta yang baru menetas keadaannya sangat tidak berdaya. Dalam setiap waktu, mereka dapat diserang oleh burung-burung pemangsa. Saat

burung-burung unta yang baru menetas tersebut merasa ada bahaya, mereka berbaring di atas tanah dan berpura-pura mati. Melalui cara ini, para pemangsa mengira mereka telah mati dan tidak menyerangnya. Tanpa kecuali, semua anak burung unta melakukan pertahanan diri dengan cara ini.

Gambar 3. Burung unta Reptil a. Ular Phython Reptil berkembang biak dengan bertelur (ovivar). Telur mereka biasanya ditinggalkan begitu saja oleh induknya dalam lubang khusus, ditimbun dalam tanah atau dibalik batu. Hanya beberapa jenis seperti ular phyton dan crocodiles yang melakukan pengasuhan (parental care), beberapa jenis bahkan mengerami telurnya. Ular piton biasanya mengerami telur-telurnya dengan melingkar diantara telur-telurnya hingga menetas.

Gambar 4. Ular Phython b. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian) Famili Crocodylidae yang contohnya Crocodylus novaguineae (Buaya Irian) merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman. Masa kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Setelah

melahirkan, induk buaya melakukan parental care. Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telurtelur ini akan terus dijaga oleh induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri. Induk betina buaya menaruh telur- telurnya dalam lubang yang telah digalinya, kemudian ditimbun kembali. Selama menunggu telur-telurnya menetas, induk buaya betina senantiasa berada disekitar sarang. Menjaga telur-telurnya dari predator. Ketika telur-telurnya menetas, induk buaya membawa anak-anaknya ke sungai dengan memasukkan anak-anaknya ke dalam mulutnya. Beberapa jenis ular tidak bertelur, melainkan melahirkan anaknya (ovovivipar). Telur-telurnya dierami hingga menetas di dalam tubuh. Setelah telur menetas, anak-anaknya keluar dari kloaka (lubang muara tiga saluran: urine, feses, dan genital).

Gambar 5. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)

Anda mungkin juga menyukai