Anda di halaman 1dari 7

Antimikroba (AM) adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk memberantas infeksi oleh mikroorganisme pada manusia,

termasuk golongan yang dibicarakan yang berhubungan dengan farmasi antara lain antibiotika, antiseptika, desinfektansia, khemoterapeutika dan preservatif (Djide, 2005). Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilkan oleh mikrooranisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotika terbesar di alam, dan memegang peranan peranan pentin dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos. Antibiotika berbeda dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Antibiotika yang kini banyak digunakan, kebanyakan dari genus Bacillus, Penicillium dan Streptomyces ( Waluyo, 2008). Antibiotik yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut (Entjang, 2003) : 1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic). 2. 3. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi lambung dan lain sebagainya. Antibiotika dibagi menjadi dua, yaitu (Tjay, 2003) : 1. Antibiotik semisintesis, yaitu apabila pada persemaian (culture substrate) dibubuhi zat-zat pelapor tertentu, maka zat-zat ini diinkoporasi ke dalam antibiotikum dasarnya. Hasilnya disebut senyawa semisintesis, misalnya penisilin V.

2. Antibiotik sintesis tidak dibuat lagi dengan jalan sintesis tersebut, melainkan dengan sintesis kimiawi, misalnya kloramfenikol. Lazimnya antibiotik dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan ke dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumya. Setelah isolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan (Tjay, 2003). Metode yang paling sering digunakan untuk menguji kerentanan terhadap antibiotika yaitu dengan difusi diskus, dan diskus yang mengandung antibiotika diletakkan pada plat kultur yang diinokulsi dengan bakteri yang diuji, dan pertumbuhan organisme (resisten terhadap obat), atau tidak berkembangnya organisme (sensitif terhadap obat) kemudian dimonitor. Meskipun metode ini masih digunakan pada beberapa laboratorium klinik, sekarang ini telah digantikan dengan prosedur otomatis miniatur yang lebih cepat dan efektif. Pada prosedur baru ini, pelat yang disebut panel terdiri dari lubang-lubang yang mengandung reaktan yang dapat menilai ciri-ciri organisme. Pada lubang lain terdapat konsentrasi antibiotika yang bervariasi serta bermanfaat secara klinik. (Mycek, 2000). Obat-obat yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme (mikroba) yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif, artinya obat atau zat tersebut harus bersifat sangat toksis terhadap mikroorganisme atau mikroba penyebab penyakit, tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes (Djide, 2005).

Obat-obat antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja utama antara lain (Djide, 2003) : 1. Bersifat sebagai antimetabolit Antimikroba bekerja dengan cara memblok tahap metabolit spesies mikroorganisme, seperti sulfonamide dan trimetoprin.

2. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel Antimikroba golongan ini dapat menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain penisilin, sefalosforin, vankomisin, sikloresin, basitrasin. 3. Penghambatan fungsi permeabilitas membrane sitoplasma Disini antimikroba bekerja secara langsung pada membrane sitoplasma yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa-senyawa intraseluler mikroorganisme atau bakteri. Dalam hal ini antimikroba dapat berinteraksi dengan sterol pada membran sitoplasma pada sel-sel jamur amfoterisin B dan nistatin, dan merusak membrane sitoplasma sel bakteri gram negative misalnya polimiksin dan kolistin. 4. Penghambatan sintesis protein Antimikroba ini mempengaruhi fungsi ribosom pada mikroorganisme yang menyebabkan sintesis protein dan lain-lain. 5. Penghambatan asam nukleat Dalam hal ini antimikroba mempengaruhi metabolisme asam nuklet. Sebagai contoh rifampisin, mengikat dan menghambat DNA-dependentRNA polymerase, yang

ada pada bakteri. Kuinolon menghambat DNA girese metronidasol yang menghambat sintesis DNA. Resisten sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Dikenal tiga pola resistensi dan sensitivitas mikroba terhadap antimikroba. Pola I belum pernah terjadi resistensi bermakna yang menimbulkan kesulitan klinik. Contoh untuk ini, Streptococcus pyogenes grup A terhadap penisilin G. Pola II, pergeseran dari sifat peka menjadi kurang peka, tetapi tidak sampai terjadi resistensi sepenuhnya. Contohnya gonokukus bukan penghasil penisilinase, sebagian besar galur atau strain masih peka terhadap penisilin 0,06 g/ml tetapi jumlah galur yang memerlukan kadar penisilin 1 g/ml dalam darah masih dapat dicapai dengan mudah, sehingga belum ada masalah sifat resistensi klinis. Pola III, sifat resis resistensi pada taraf yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan masalah di klinik (Ganiswarna, 1995). Resistesi genetic (mutasi spontan) dengan mutasi spontan gen mikroba berubah, sehingga mikroba yang sensitif terhadap suatu antimikroba menjadi resisten. Kejadian ini dinamakan mutasi spontan karena terjadi tanpa pengaruh ada tidaknya antimikroba tersebut (Ganiswarna, 1995). Resistensi non genetik. Bakteri dalam keadaan istirahat (inaktifasi metabolik) biasanya tidak dipengruhi oleh antimikroba. Keadaan ini dikenal sebagai resistensi non genetik, mikroba tersebut dikenal sebagai persisters (Ganiswarna, 1995). Keberhasilan penggunaan sediaan-sediaan farmasi yang mengandung

senyawa antibiotika dan vitamin tergantung pada (1) Ketepatan diagnosis dokter, (2) Mutu antibiotik dan vitamin tersebut. Mutu sediaan terutama antibiotika mulai dalam

bahan baku, selama dalam proses pembuatannya, sampai diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan agar penggunaan dapat dipertanggung jawabkan. Demikian juga halnya dengan sediaan antibiotik (Djide, 2003).

Antibiotika adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau dibentuk dan dihasilka oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotika tersebar di alam, dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam susunan kimia dan cara kerjanya. Antibiotika yang kini banyak digunakan, kebanyakan dari genus Bacillus, Penicillium, dan Streptomyces (Waluyo, 2008). Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki bersar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan ke dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah diisolasi dari kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan (Tjay, 2007) : 1. Antibiotika semisintesis. Apabila pada persemaian dibubuhi zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasikan ke dalam antibiotikum dasarnya. Hasilnya disebut senyawa semi-sintesis, misalnya penisilin-V. 2. Antibiotika sintesis tidak lagi dibuat secara biosintesis, melainkan seluruhnya melalui sintesis kimiawi, misalnya kloramfenikol. Antibiotika ada yang mempunyai spektrum luas, artinya antibiotika yang efektif digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril, ada juga

antibiotika berspektrum sempit, artinya hanya efektif digunakan untuk spesies tertentu. Penisilin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, karena itu penisilin dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Etrasiklin efektif bagi kokus, basil, dan jenis spiril tertentu, karena itu antibiotika ini dikatakan mempunyai spektrum luas (Waluyo, 2008). Produksi antibiotika secara komersial untuk penggunaan medis, mengikuti suatu pola umu, yang berbeda dalam detail, untuk masing-masing antibiotika. Bagan umum tersebut dapat dibagi atas 6 tahap yaitu (Djide, 2003) : 1. Persiapan biakan murni organisme yang diinginkan 2. Fermentasi untuk pembetukan antibiotika yang diinginkan 3. Isolasi antibiotika dari media kultur 4. Pemurnian 5. Penetapan potensi, uji sterilitas, uji pirogen 6. Formulasi ke dalam bentuk sediaan yang stabil dan dapat diterima. Antibioika tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak memiliki proses metabolisme sesunggunhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari metabolisme tuan-rumah (Tjay, 2007). Antibiotika haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Waluyo, 2008) : 1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host) 2. Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik 3. Tidak menyebabkan resisten pada kuman 4. Berspektrum luas

5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu lama 6. Tetap aktif dalam plasma, cairan badan atau eksudat 7. Larut dalam air secara stabil 8. Bacterisidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama. Mekanisme kerja antibiotika yakni dengan mengganggu bagian-bagian yang peka di dalam sel, yaitu (Waluyo, 2008) : 1. Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel 2. Antibiotika yang mangganggu fungsi membran sel 3. Antibiotika yang menghambat sintesis protein 4. Antibiotika yang mengambat sintesis asam nukleat. Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Faktor yang menentukan sifat resistensi atau sensitivitas mikroba terhadap antimikroba terdapat pada elemen yang bersifat genetik. Didasarkan pada elemen untuk resistensi ini, dikenal resistensi kromosomal dan resistensi ekstrakromosomal. Sifat generik dapat menyebabkan suatu antimikroba sejak awal resisen terhadap suatu antimikroba (resistensi alamiah) (Ganiswarna, 2003).

Anda mungkin juga menyukai