Anda di halaman 1dari 3

Cintai Negeri dan Motivasi

Oleh : WAWAN DARMAWAN TREN menarik dalam setiap event seminar atau training saat ini adalah semaraknya bisnis-bisnis training dan seminar motivasi. Trainingtraining motivasi baik dengan tema-tema umum, maupun khusus untuk bidang usaha tertentu tampaknya sedang digandrungi oleh semua lapisan masyarakat. Mereka yang ikut dalam acara-acara tersebut tidak hanya khusus kalangan tertentu, usia tertentu, profesi tertentu, tetapi hampir semua lapisan masyarakat tumpah ruah mengikuti acara-acara tersebut. Bukanlah fenomena sesaat jika seminar-seminar motivasi ini juga hanya sesaat menampilkan bintang-bintang panggung sebagai pembicara. Adalah mereka para motivator-motivator yang kehadirannya tidak muncul begitu saja. Mereka telah lama membangun brand image sebagai motivator. Dan materi motivasi yang mereka sampaikan ada yang langsung berhubungan bidang usaha yang digelutinya maupun materi motivasi yang sifatnya umum. Yang pasti mereka mengisi seminar motivasi dari satu kota ke kota lainya, dari satu provinsi ke provinsi lainnya di seluruh wilayah Indonesia. Kehadirannya bukan muncul dadakan atau begitu saja. Mereka membangun kepercayaan dan orang percaya bahwa ia adalah seorang motivator yang mampu memberikan energi semangat dan juga mampu membuka tabir perubahan langkah demi langkah menuju kesuksesan para audennya. Mereka yang telah lama malang melintang sebagai motivator diantaranya adalah Tung Desem Waringin, dengan tema-tema Financial Revolution, lalu Andrie Wongso, penulis best seller 15 Wisdom $ Success, kemudian Jamil Azzaini, seorang Inspirator SuksesMulia penulis buku bestseller Kubik Leadershif, juga ada Ippho Santoso, penulis 7 Keajaiban Rezeki, pakar dan praktisi Otak Kanan, lantas Mario Teguh dengan ikon Salam Supernya yang rutin mengisi secara rutin salah satu acara di sebuah televise swasta nasional. Lalu yang lainnya yang tidak kalah gilanya sebagai pembicara seminar sukses adalah bapak Purdi Chandra, seorang Pendiri Primagama & Entrepreneur University (EU), dan pembicarapembicara lainnya yang dengan segala hormat masih terlalu banyak untuk disebutkan. Mereka berusaha membakar motivasi setiap peserta dan memberikan inspirasi untuk meraih kesuksesan. Setiap uraian, setiap kata, dan setiap isi yang mereka ceritakan baik merupakan pengalaman sendiri maupun share pengalaman orang lain yang didapat menjadi cerita yang menarik bagi mereka yang mendengarkan atau membaca buku-bukunya. Kehilangan Kebanggaan Antusias masyarakat untuk mengikuti atau bahkan membeli buku-buku motivasi para motivator adalah merupakan fenomena tersendiri. Barangkali masyarakat kita sangat haus dan mencari alternatife tokoh-tokoh inspirator untuk menyemangati mereka dalam bekerja atau mereka yang menekuni dunia usaha. Masyarakat Indonesia yang fathernalistik, sepertinya telah kehilangan panutan, kehilangan idola, kehilangan rasa bangga, kehilangan percaya dirinya, sehingga mereka

membutuhkan tokoh-tokoh inspirator yang bisa membangunkan kembali kekuatan alam bawah sadar berupa kepercayaan diri bangsa ini. Bangsa ini telah lama kehilangan akan rasa bangga terhadap bangsanya sendiri. Kita telah lama kehilangan passion (baca: gairah) dan semangat untuk membanggakan, apalagi memakai dengan bangga produk-produk anak bangsa sendiri. Wajar jika kemudian, antusias masyarakat Indonesia penggemar olah raga sepak bola misalnya menjadi begitu fanatik dan ramai-ramai mendukung setiap event pertandingan sepak bola tersebut. Terakhir, berita dan produksi mobil nasional merk Esemka, hasil pekerjaan anak-anak SMK di kota Solo, juga mendapat perhatian hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk juga para politisi. Fenomena ini, adalah momentum baik yang harus diambil oleh pemerintah sebagai salah satu modal yang amat penting untuk memperkuat kepercayaan kembali dalam menjalankan programprogram pembangunan. Oleh karenanya rasa bangga akan hasil produk-produk anak bangsa sendiri, harus terus dikampanyekan. Karena hal demikian akan semakin menguatkan brand produk-produk bangsa kita sendiri. Masyarakat selain rasa bangganya, harus secara nyata dan kongkrit akhirnya percaya dan mau mengkonsumsi produk-produk sesama anak bangsa. Tentu berbagai kekurangan memang pasti ada. Akan tetapi jauh lebih penting adalah tugas pemerintah harus secara tegas berusaha secara terus menerus memberikan semangat, memberikan intensif, bahkan pemerintah harus komitmen berusaha mengalokasikan dana secara besar-besaran baik untuk bantuan dana riset pengembangan produk, maupun dana untuk mengkonsumsi produk itu sendiri. Jika demikian halnya maka, pemerintah telah secara nyata membuktikan bahwa setiap program mencintai produk sendiri, adalah tidak hanya secara manis berhenti diucapan. Hilangnya rasa bangga atas produksi sendiri merupakan buah dari penjajahan budaya bangsa lain terhadap bangsa ini. Bangsa ini telah terlalu lama terjebak konflik untuk saling memaki, saling mengejek, saling menebar kebencian, saling menghancurkan, saling memfitnah. Lihat saja perilaku para elit politik kita yang mereka pertontonkan di depan publik untuk saling menyerang, saling melemahkan kekuatan lawan. Elit politik kekuasaan baik yang berada di lingkungan istana negara dan di lingkungan lembaga legislatif juga seringkali terjebak dalam roda kehidupan yang hedonis. Lihat saja kasus proyek renovasi ruangan Banggar DPR yang menelan biaya sampai Rp 20,3 Milyar dengan realisasi belanja peralatan furniture impor sungguh menyesakkan dada dan menyakiti hati nurani rakyat. Di satu sisi para elit kekuasaan saat ini mengkampanyekan mencintai dan mengkonsumsi produk bangsa sendiri dan hidup berhemat di sisi lain perilaku para pemegang kekuasaan di lembaga legislatife justeru bertolak belakang dengan ajakan kampanye demikian. Oleh karenanya untuk mengembalikan rasa percaya diri dan rasa bangga atas bangsa ini, seyoginya kita harus bersatu padu, satukan persamaan, dan eratkan kekeluargaan. Tentunya, bentuk persatuan tanpa harus kehilangan kritis dan saling mengkritik jika ada kesalahan satu sama lain. Jika hal ini terus menerus kita lakukan, maka dengan sendirinya rakyat juga akan meniru perilaku para elit politik yang bersatu padu.

Mana mungkin rakyat bisa bersatu padu, jika nyata-nyata para elit politik tidak mengajarkan dan membelajarkan persatuan. Maka mungkin rakyat bisa hidup hemat dan tidak boros dalam kehidupan sehari-harinya jika perilaku elit politiknya mempraktekan inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan. Karena rakyat kita butuh figure, butuh teladan, dan butuh super motivasi yang bisa menginspirasi dan kembali membangkitkan semangat persatuan dan semangat perubahan. Yakni semangat perubahan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang maju, bangsa yang beradab, dan sejahtera. Semoga. ***

Anda mungkin juga menyukai