Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok makhluk ciptaan Tuhan yang merasa ada ikatan atau hubungan antara satu dan lainnya. Dapat berupa hubungan darah, keyakinan, agama, prinsip, kenangan, ikatan emosi, batin dan lain-lain. Keluarga adalah unit satuan terkecil didalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu: a. Keluarga kecil, merupakan keluarga inti yaitu unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka, yang kadang-kadang disebut juga sebagai conjugal family. b. Keluarga besar, didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, keponakan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut sebagai conguine family (berdasarkan pertalian darah). Keluarga adalah tempat mengembangkan karakter dan kepribadian seseorang, dimana fenomena awal bagi seorang anak yang akan tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Karakter adalah bagian dari kepribadian yang keberadaanya melalui suatu proses, bukan berdasarkan bawaan dari lahir. Karakter dibentuk sesuai dengan pengalaman dan perhatian yang diberikan keluarganya. Pendidikan yang diberikan keluarga dalam hal ini orang tuanya, jika baik dan benar maka akan baik dan benar pula karakter yang dimiliki. Sebaliknya jika tidak ada perhatian yang optimal dari keluarga maka bisa jadi yang terbentuk adalah karakter yang negatif, sebab tidak ada arahan yang benar dari orangtua. Begitupun dengan mental, pikiran, perasaan, pandangan hidup, kecerdasan, emosi, dan dapat diarahkan pada perilaku yang positif. tentunya dengan bantuan dari orangtua sebagai motor penggerak arahan mental tersebut. Karakter yang sehat menunjukkan perilaku yang positif. Sedangkan mental yang sehat menunjukkan adanya kematangan dalam emosi, ketajaman berfikir (cerdas), cepat tanggap dalam setiap permasalahan dan mampu menyelesaikannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengasuhan anak dalam keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan karakter atau kepribadian anak. Oleh karena itu, penulis

akan membahas suatu

permasalahan yang berjudul Pengasuhan Anak dalam

Keluarga Sebagai Dasar Pembentukan Karakter atau Kepribadian.

B. Rumusan Masalah a. Bagaimana pengasuhan anak dalam keluarga ? b. Apa dampak pengasuhan kepada pembentukan karakter dan kepribadian anak didalam keluarga ?

C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak pengasuhan anak dalam keluarga sebagai dasar pembentukan karakter atau kepribadian. Serta untuk menyelesaikan tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar sebelum mengikuti Ujian Akhir Semester.

BAB II PERMASALAHAN

Era globalisasi yang berbarengan dengan liberalisasi serta melonggarnya pendidikan/pengasuhan keluarga di rumah karena orang tua terlalu sibuk bekerja, arisan, nonton sinetron dan infotainment di TV. Akibatnya, perhatian terhadap anak jadi terabaikan. Sebagian dari orang tua beranggapan dengan memberikan sejumlah uang dan fasilitas/mainan sudah merasa cukup memberikan perhatian kepada anak. Padahal yang dibutuhkan anak adalah sentuhan kasih sayang dan perhatian dalam bentuk komunikasi langsung yang intensif. Anak butuh bimbingan yang menuntun perilaku mereka dan dapat membedakan mana yang boleh dan yang tidak boleh, mana yang baik dan yang buruk. Mereka membutuhkan pendidikan/pengajaran tentang hak dan kewajiban sebagai anak. Mereka juga perlu diajari tentang tanggung jawab, oleh karena itu anak harus diberi tugas sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangan usianya. Boleh jadi anak bermasalah juga dikarenakan salah asuh. Contoh ; anak yang terlalu dimanja dapat mengakibatkan dia kurang percaya diri, dan cengeng. Anak yang terlalu dikekang (over protective), menyebabkan dia bertindak liar, binal dan lepas kendali ketika jauh dari rumah. Sebaliknya, anak yang selalu dibebaskan (dimasabodohkan), dia juga akan masabodoh (permisif) tentang apa-apa yang terjadi di sekitarnya, dia akan sulit membedakan sesuatu yang benar daripada yang salah serta apa arti sebuah tanggung jawab. Ketika gejala negatif anak semakin meningkat sungguh sangat mencemaskan, karena hampir tidak ada upaya signifikan untuk mengatasinya. Seharusnya masalah anak itu menjadi perhatian kita bersama, pemerintah dan semua komponen masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga. Perlu ada upaya penyadaran guna merevitalisasi peran ibu dalam pendidikan, bimbingan dan pengasuhan keluarga (anak), karena ibulah yang memiliki kelembutan dan paling banyak berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh situs Parenting pada Oktober 2010, ternyata sebagian besar orang terkenal dan berhasil dalam kariernya adalah mereka yang di masa kecil banyak mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, khususnya dari ibunya. Dengan kedekatannya seorang ibu dan anak, ibu akan tahu persis potensi dan kelemahan anak sehingga

seorang ibu akan dapat mengarahkan pendidikan anak selanjutnya ke jurusan yang tepat dan atau pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat anak. Seorang anak yang sejak kecil mendapatkan pendidikan moral, agama, budi pekerti dan pengetahuan umum yang seimbang serta keterampilan yang sesuai dengan bakat dan minatnya, cenderung menjadi seorang yang berkepribadian baik, bermanfaat bagi sesama, siap mengabdi bagi nusa dan bangsa serta bela negara. Karena mencintai nusa, bangsa dan bela negara merupakan sebagian dari iman dan kewajiban (right or wrong is my country). Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama tahun-tahun saat desas-desus kepribadian diletakkan, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh kepribadian lainnya, bahkan sekolahpun. Betapa besar pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian anak telah dinyatakan oleh seorang penulis tak bernama dengan cara berikut: 1. Bila seorang anak hidup dengan kecaman, dia belajar mengutuk 2. Bila dia hidup dalam permusuhan, dia belajar berkelahi 3. Bila dia hidup dalam ketakutan, dia belajar menjadi penakut 4. Bila dia hidup dikasihani, dia belajar mengasihi dirinya 5. Bila dia hidup dalam toleransi, dia belajar bersabar 6. Bila dia hidup dalam kecemburuan, dia belajar merasa bersalah 7. Bila dia hidup diejek, dia belajar menjadi malu 8. Bila dia hidup dipermalukan, dia belajar yakin akan dirinya 9. Bila dia hidup dengan pujian, dia belajar menghargai 10. Bila dia hidup dengan penerimaan, dia belajar menyukai dirinya 11. Bila dia memperoleh pengakuan, dia belajar mempunyai tujuan 12. Bila dia hidup dalam kebijakan, dia belajar menghargai keadilan 13. Bila dia hidup dalam kejujuran, dia belajar menghargai kebenaran 14. Bila dia hidup dalam suasana aman, dia belajar percaya akan dirinya dan orang lain

BAB III PEMBAHASAN

Dari jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua yaitu : 1. Pola asuh demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. 2. Pola asuh otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. 3. Pola asuh permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. 4. Pola asuh penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya. Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu: 1. Pola asuh demokratis Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturanaturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. 2. Pola asuh otoriter Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua. 3. Pola asuh permisif Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan. Menurut Megawangi (2003) ada beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada pembentukan karakternya, yaitu : 1. Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik 2. Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya 3. Bersikap kasar secara verbal, misalnya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar

4. Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya 5. Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. 6. Tidak menanamkan good character kepada anak Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh seperti di atas, akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah. Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima persahabatan. Karena sejak kecil mengalami kemarahan, rasa tidak percaya, dan gangguan emosi negatif lainnya. Ketika dewasa ia akan menolak dukungan, simpati, cinta dan respons positif lainnya dari orang di sekitarnya. la kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak disenangi oleh orang lain. Secara emosional tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain. Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal maupun fisik. Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna. Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang lain, dan merasa orang lain sedang mengkritiknya. Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak dapat diprediksi oleh orang lain. Ketidakseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual. Dampak negatif lainnya dapat berupa mogok belajar, dan bahkan dapat memicu kenakalan remaja, tawuran, dan lainnya. Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuannya sebagai role model Anak akan lebih percaya kepada "peer group"nya sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif. Pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian bergantung sampai batas tertentu pada tipe anak. Misalnya, seorang anak yang sehat akan sangat berbeda reaksinya terhadap perlindungan orang tua yang berlebihan dibandingkan dengan seorang anak yang sakit dan lemah. 1. Pengaruh pengasuhan orang tua yang bekerja dan yang tidak bekerja terhadap pembentukan kepribadian anak

Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil

menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua. Kenyataan tersebut menyiratkan betapa pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua pada anaknya pada masa kanak-kanak. Karena dasar-dasar inilah yang akan membentuk kepribadian yang dibawa sampai masa tua. Tidak dapat dipungkiri kesempatan pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Didalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa yang baik dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik. Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja. Anakanak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan anak pada usia ini sangat mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh. Anak yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian. Sehingga orang tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus kesalahanya tersebut tanpa berpikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik di lingkungan sekolah dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak tersebut

dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya perhatian dari orangtua. Sedangkan orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak selalu dengan pengawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk bersikap mandiri. 2. Pengaruh pengasuhan orang tua yang berpendidikan tinggi dan

berpendidikan rendah terhadap pembentukan kepribadian anak Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang

memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik. 3. Pengaruh pengasuhan orang tua dengan tingkat ekonomi menengah keatas dan menengah kebawah Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan

berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari orang tua. Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah keatas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak. Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya. Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan. Anak yang hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain. Pada kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting. Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh sang Pencipta.

10

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Pengasuhan yang dilakukan orang tua sangat mempengaruhi setiap kepribadian yang telah terbentuk. Segala gaya atau model pengasuhan orang tua akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai apa yang telah diajarkan oleh orang tua. Orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak yang sangat berperan penting dalam setiap perkembangan anak khususnya perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan oleh orang tua sebagai harapan masa depan. Pengasuhan yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah pengasuhan orang tua yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi dengan pengawasan dan pengendalian orang tua. Sehingga terbentuklah karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru. Keluarga adalah kelompok sosial pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama tahun-tahun saat desas-desus kepribadian diletakkan, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh kepribadian lainnya, bahkan sekolahpun. Betapa besar pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian anak. Dari jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua yaitu : 1. Pola asuh demokratis 2. Pola asuh otoriter 3. Pola asuh permisif 4. Pola asuh penelantar

11

Menurut Megawangi (2003) ada beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada pembentukan karakternya, yaitu : 1. Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik 2. Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya 3. Bersikap kasar secara verbal, misainya menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar 4. Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan memberikan hukuman badan lainnya 5. Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini. 6. Tidak menanamkan "good character' kepada anak Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh seperti di atas, akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah. Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak dapat menerima persahabatan. Karena sejak kecil mengalami kemarahan, rasa tidak percaya, dan gangguan emosi negatif lainnya. Ketika dewasa ia akan menolak dukungan, simpati, cinta dan respons positif lainnya dari orang di sekitarnya. Secara emosional tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain. Berperilaku agresif, menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna. Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak dapat diprediksi oleh orang lain. Ketidakseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual. Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuannya sebagai role model Anak akan lebih percaya kepada "peer group"nya sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif. Pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian bergantung sampai batas tertentu pada tipe anak. Misalnya, seorang anak yang sehat akan sangat berbeda reaksinya terhadap perlindungan orang tua yang berlebihan dibandingkan dengan seorang anak yang sakit dan lemah. Dalam cara pengasuhan orang tua yang bekerja dan orang tua yang tidak bekerja berbeda. Begitu pula dengan gaya pengasuhan orang tua

12

yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan orang tua yang mempunyai pendidikan yang rendah. Dan juga pola asuh orang tua yang tingkat perekonomian menengah keatas dan orang tua yang perekonomiannya menengah kebawah. Masing-masing pola asuh yang telah diberikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar tehadap pembentukan kepribadian anak.

B. Saran Supaya pengasuhan anak dalam keluarga dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal, maka hal yang patut untuk dicontoh adalah: 1. Dalam pengasuhan anak orang tua harus memperhatikan tingkat perkembangan anak. 2. Semua perilaku orang tua yang baik atau buruk akan ditiru oleh anak, oleh karena itu perlunya orang tua untuk menjaga setiap perilakunya sehingga anak akan meniru sikap positif dari orang tua. 3. Pola asuh orang tua harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pada saat itu, ada kalanya orang tua bersikap demokratis, ada kalanya juga harus bersikap otoriter, ataupun bersikap permisif.

13

DAFTAR PUSTAKA

Djoelisstee, Bertha. Keluarga Sebagai Pilar Pendidikan .1994. Surabaya: Surya Cipta. Hadi, Samsul. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak .2001. Surabaya: Karya Kita. Latifah, Melly. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak .2001. Jakarta. www.nurika99.com www.buletinlitbang.dephan.go.id www.file.upi.edu.com www.digilib.unnes.ac.id www.salehlapadi.wordpress.com www.parenting.com

14

Anda mungkin juga menyukai