Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK KOMUNITAS

Oleh Kelompok IV Wily M H Bornok S Damai Doly Eddy H Doni Reza L Andre Febry K Elpon S Jonter S Al-Usman Prastya B Ilmu Kelautan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

KARAKTERISTIK KOMUNITAS
1. Latar Belakang Komunitas adalah istilah yang digunakan dalam literatur ekologi, merujuk pada banyak skala yang berbeda dari kumpulan spesies berkisar dari kelompokkelompok kecil hewan dan tumbuhan terhadap total biota atau spesies dari suatu organisme dalam suatu ekosistem. Kumpulan spesies ini seringkali bergabung secara kontinyu ke dalam suatu yang lain sepanjang gradient, jadi hal itu mungkin tak bias menceriterakan di mana satu komunitas berakhir dan memulai berikutnya tanpa ada keterputusan diantara habitat-habitat secara fisik. Pada interseksi diantara dua tipe ekosistem yang tidak sama biasanya ada suatu zona transisi yang disebut ekoton, yaitu suatu region dari aktivitas biologis tinggi, yang dihasilkan dari interaksi biota-biota kedua ekosistem maupun

kelompok-kelompok dari spesialis ekoton(penghuni ekoton sendiri). Efek tepi ini merupakan karakteristik dari zona litoral diantara sistem terresterial dan sistem akuatik. Pembatas-pembatas merupakan ekoton penting dalam ekosistempertanian; mereka bukan hanya bentuk-bentuk dari organism yang berkehidupan liar(wildlife) secara umum tetapi juga suatu reservoir dari predator dan parasit dari hama pertanian-maupun banyak spesies hama mereka sendiri. Apapun skala hubungan terpadu komunitas tersebut diantara komponen spesies terlibat dalam konsep: suatu komunitas mempunyai atribut yang tidak berada dalam spesies secara individu. Karakteristik dari komunitas-komunitas hewan dan tumbuhan ini selanjutnya akan dibahas secara terperinci dalam makalah berikut.

2. Bentuk Pertumbuhan dan Struktur Komunitas Komunitas dapat dicatat dengan kategori utama dari bentuk-bentuk pertumbuhan tumbuhan yang menyusun struktur komunitas hewan dan tumbuhan secara fisik (Odum, 1971; Krebs, 1978; Begon, Harpen dan Townsend, 1996): 1. Keanekaragaman spesies (Spesies Diversity) 2. Bentuk pertumbuhan dan struktur 3. Dominansi 4. Kelimpahan relatif 5. Struktur trofik Semua atribut ini dipelajari dalam komunitas yang berada dalam keadaan sembang atau dalam komunitas yang berubah. Perubahan-perubahan mungkin terjadi secara temporal, yang disebut suksesi dan mengarah ke kondisi climax community yang stabil. Atau perubahan mungkin bersifat spasial, sepanjang gradient lingkungan. Teknik-teknik pengukuran ke lima karakteristik komunitas dibicarakan secara mendalam dalam ekologi populasi dan komunitas, namun untuk pengetahuan dasar akan diberikan rumus-rumus dasarnya, misalnya untuk pengukuran komunitas hutan. 3. Distribusi Hubungan Spesies Jika tegakan-tegakan terpisah yang membangun suatu komnitas adalah sama; semua atau beberapa dari spesies harus mempunyai distribusi geografik yang sama. Spesies tumbuhan yang terdiri atas satu asosiasi harus mempunyai peta-peta distribusi yang berkaitan erat pada suatu tingkat local, dan batas-batas geografik dari spesies harus berkaitan erat dengan batas-batas benua dari asosiasi.

Suatu kawasan tumbuhan bukanlah merupakan komunitas tunggal melainkan tersusun atas anyak asosiasi yang berbeda, dan analisis kritis distribusi spesies tidak dapat dilakukan pada tingkat local dari suatu asosiasi. Dalam dua komunitas, satu dengan jumlah spesies a dan yang lain denga jumlah spesies b dan spesies c ditemukan pada kedua komunitas, kita definisikan: Indeks Kesamaan (similarity index) = 2 c / ( a + b ) 4. Keanekaragaman Spesies Menurut Krebs( 1978), pengukuran keanekaragaman spesies yang paling sederhana adalah menghitung jumlah spesies. Dalam penghitungan demikian kita harus memasukkan hanya spesies penghuni tetap, bukan imigran insidentil atau temporer. Jumlah spesies adalah konsep yang pertama dan paling tua dari keanekaragaman spesies dan disebut dengan kekayaan spesies. Konsep kedua dari keanekaragaman spesies adalah heterogenitas. Salah satu masalah dengan penghitungan jumlah spesies sebagai suatu ukuran dari

keanekaragaman adalah bahwa keberadaan spesies langka dengan spesies yang umum adalah seimbang. Salah satu masalah muncul dalam mencoba menentukan jumlah spesies dalam suatu komunitas biologis: perhitungan spesies trgantung pada ukuran sampel. Sampling yang tepat biasanya dapat mengatasi kesulitan ini, terutama dengan spesies vertebrata, tetapi tidak selalu berhasil dengan spesies insekta dan arthropoda lainnya, dimana perhitungan spesies tidak dapat dilakukan secara sempurna.

Para ahli yang tertarik dalam meramalkan secara tepat keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas umumnya menggunakan rumus Fungsi ShannonWiener: H = - [pi] log2 [pi] Dimana: H pi ni N = informasi kandungan sampel (bits/individu) = indeks keanekaragaman spesies = proporsi sampel total terhadap sampel ke-I atau Ni/N = jumlah organism/individu ke-i = jumlah seluruh organism/individu Dengan kriteria: H < 1 : lingkungan tercemar berat (keanekaragaman spesies rendah) 1H3 : lingkungan tercemar sedang ( keanekaragaman spesies seimbang) H > 3 : lingkungan tidak tercemar (keanekaragaman spesies tinggi) Secara terbatas, ukuran kandungan informasi dari pengukuran ShannonWiener digunakan hanya pada sampel acak yang menggambarkan bentuk komunitas besar dimana jumlah total spesies diketahui. Pielow (1996) mendiskusikan onformasi pengukuran yang tepat terhadap hal-hal lain. Ada dua komponen keanekaragaman yang digabungkan dalam fungsi Shannon-Wiener: (1) jumlah spesies dan (2) keseragaman atau kesamaan dari bagian individu-individu diantara spesies. Pendekatan yang paling sederhana adalah untuk menanyakan: bagaimanakah keanekaragaman spesies dari sampel pertama jika semua spesies S mempunyai kelimpahan yang sama? Dalam kasus ini: Hmax = -S(1/S log2 1/s) log2S , dimana: Hmax = keanekaragaman spesies pada kondisi ekuatibilitas maksimal

= jumlah spesies dalam komunitas

Ekuitabilitas sekarang dapat didefinisikan sebagai rasio : E = H/Hmax , dimana: E H = Ekuitabilitas (keseragaman) (kirsaran 1-0) = keanekaragaman spesies yang diobservasi

Hmax= keanekaragaman spesies maksimum = log2S Ukuran keanekaragaman yang lain dapat diturunkan dari teori probabilitas Simpson(1949), indeks keseragaman Simpson = probabilitas pengambilan dua organism secara acak dimana dua spesies berbeda = 1 (probabilitas pengambilan dua organism dimana spesiesnya sama) Jika satu spesies utama ke-I diwakili dalam komunitas dengan pi (proporsi individual), probabilitas pengambilan dua spesies daripadanya secara acak merupakan probabilitas gabungan atau pi2. Jika jumlah probabilitas untuk semua spesies ke-I dalam komunitas, kita menggunakan rumus keanekaragaman Simpson (D): D = 1-[pi]2 , dimana: D = indeks keanekaragaman Simpson Pi = proporsi individu dari spesies ke I dalam komunitas. Indeks Simpson relative memberikan bobot kecil terhadapa spesies langka dan bobot besar terhadap spesies yang umum. Nilai kisaran dari 0 sampai 1 (keanekaragaman rendah) sampai maksimum atau (1-1/S), dimana S adalah jumlah spesies. Daftar Pustaka

Kasry, A. 2010. Dasar-DAsar Ekolodi dan Lingkungan. Laboraturium Ekologi (dan Manajemen Lingkungan) Perairan. Faperika Universitas Riau, Pekanbaru. 223 hal. Krebs, J.C 1978. Ecology. The Analysis Experimental of Distribution and Abundance. Second Edition. Harper & Row Publications, New York, 2678pp Odum, E.P., 1971. Fundamentals of Ecology. Third Ed.. W.B. Saunders & Co., Philadelphia Odum, H.T. 1971. Environment, Power and Society. John Wiley and Sons, New York, 331 pp

Anda mungkin juga menyukai