Anda di halaman 1dari 7

MK PENGELOLAAN LANSKAP

Prof. Dr. HADI SUSILO ARIFIN PS ARSITEKTUR LANSKAP SEKOLAH PASCASARJANA - IPB

KAWASAN PESISIR
Wilayah pesisir Daerah pantai, merupakan jalur saling pengaruh antara lingkungan daratan dan lingkungan lautan. Indonesia Negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km. Garis pantai yang sekarang ada hampir semuanya disebabkan karena naiknya muka laut akibat mencairnya es pada masa silam.

Konfigurasi Pantai Dipengaruhi Oleh:


Faktor alam: endapan hasil erosi sungai endapan lahar gunung berapi gerakan kulit bumi erosi akibat hantaman gelombang laut Faktor manusia: Pembabatan tanaman pelindung pantai Penggalian material di kawasan pesisir Pembuatan bangunan di daerah pengaruh keseimbangan pantai

DAERAH PANTAI :

Vegetasi

BATASAN DAERAH PANTAI

Faktor Dominan yang Berpengaruh pada Perubahan Pantai : ~ stabilitas garis pantai

Bangunan Jalan
Muka laut tinggi
Muka laut rata-rata

Faktor dari Daratan Faktor dari Lautan Faktor Biotik

SEMPADAN PANTAI PESISIR DARAT

PANTAI

Muka laut rendah

PESISIR PANTAI

LAUT

MK PENGELOLAAN LANSKAP

Faktor dari Daratan


Suplai material pembentuk garis pantai dari hulu, melalui jaringan sungai diendapkan di dataran pantai sedimen tergantung pada intensitas dan lamanya hujan turun, kelandaian lereng, kerapatan vegetasi pada DAS, dan tingkat ketahanan material pembentuk lahan terhadap erosi. Suplai sedimen dapat bertambah akibat: aktivitas gunung berapi, longsoran tebing, penggundulan hutan, dan run off akibat berkurangnya daya serap lahan. Peningkatan suplai sedimen oleh sungai menghasilkan pantai akresi. Suplai sedimen dapat berkurang akibat: pembangunan waduk, bendung, banjir kanal dan penambangan di alur sungai. Pengurangan suplai sedimen menyebabkan erosi garis pantai.

Faktor dari Lautan


Perubahan garis pantai tergantung pada: Energi dari angin yang menghasilkan gelombang Tingkat pasang surut yang bekerja sepanjang garis pantai Tsunami gelombang luar biasa yang terjadi secara mendadak akibat terjadinya topan/badai/gempa bumi.

Faktor Biotik
Proses biologi memainkan peranan penting pada pembentukan garis pantai. Tumbuhan pantai amat menunjang untuk meredam energi gelombang yang menerpa kawasan pantai.

Pendekatan Teknis Untuk Perlindungan dan Pengamanan Daerah Pantai


Pembuatan tembok laut atau revetment untuk melindungi dan memperkuat pantai bagian darat terhadap erosi akibat gempuran gelombang dan arus. Pembuatan krib tegak lurus pantai untuk mengurangi laju angkutan sedimen sejajar pantai yang menyebabkan erosi pantai. Pembuatan bangunan pemecah gelombang sejajar pantai atau pulau tiruan untuk mengurangi energi gelombang yang menyeret sedimen baik arah sejajar maupun arah tegak lurus pantai. Penambahan suplai sedimen pada pantai yang tererosi, sehingga sedimen pada pantai yang diangkut dari pantai tersebut dapat diimbangi. Wisata pantai berpasir bentuk garis pantai dikombinasikan dengan pembuatan bangunan kendali. Penghijauan daerah pantai mengurangi laju erosi karena akar tanaman pantai cukup kuat meredam arus dan gelombang yang menerjang pantai.

Penambangan karang pantai dan penggundulan vegetasi pantai mengganggu stabilitas garis pantai akan mundur akibat erosi.

EKOSISTEM MANGROVE
Hutan mangrove salah satu formasi hutan yang tumbuh di kawasan pesisir

Dunia: 170 000 km2 (ISME, 1992) Indonesia: 3,8 juta ha, di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua

(BADAN INTAG, 1993)

Tumbuh pada pantai-pantai terlindung yang berlumpur, delta, muara sungai besar, laguna, dan teluk yang terlindung.

Terbesar di dunia (FAO, 1982)


Ekosistem mangrove unik, karena mencakup ekosistem daratan dan akuatik.

MK PENGELOLAAN LANSKAP

MANAJEMEN HUTAN REKREASI MANGROVE


Menginventarisasi komponen-komponen ekosistem mangrove. Menentukan dan mengetahui karakterisitik komponen ekosistem mangrove yang akan dikelola secara intensif untuk menarik perhatian pengunjung. Menentukan alternatif tujuan pengelolaan hutan rekreasi mangrove Menentukan dan mengembangkan teknik untuk mencapai tujuan pengelolaan yang ditetapkan.

Pengelolaan Hutan Rekreasi Mangrove Alternatif Tujuan


Konservasi ekosistem secara keseluruhan Komponen-komponen ekosistem tertentu (ex. habitat untuk burung,buaya,fishing, etc.). Atraksi adat-istiadat penduduk setempat yang memanfaatkan mangrove sebagai penopang utama kelangsungan hidupnya. Bentuk-bentuk pemanfaatan mangrove (land use) yang dikelola secara rasional pertambakan, penebangan, etc.

Manajer Profesional sosek.


Harus konsisten dengan Rencana Pengelolaan Hutan Mangrove dan Kawasan Pesisir Nasional Teknik Pengelolaan Hutan Rekreasi

bio-fisik,

Mangrove: Taman Nasional, Hutan Wisata, Taman, Cagar Alam, etc.

Bio-fisik: Keanekaragaman hayati dan lanskap, jenis langka dan eksotik, kondisi iklim dan tanah, keunikan s.d. tk. Nasional/regional/ internasional. Struktur tegakan hutan, frekuensi lama penggenangan, dinamika populasi dan perilaku satwa. Sosial-ekonomi: Aksesibilitas terhadap lokasi rekreasi melalui sarana angkutan darat/air, kedekatan dengan tempat tinggal penduduk, aksesibilitas di dalam hutan, tingkat pendidikan, kesadaran, pendapatan dan lapangan kerja penduduk, karakteristik calon pengunjung, dll.

Manajemen ~ Daya Dukung


Untuk pengembangan rekreasi pantai/hutan mangrove harus dipertimbangkan DD, meliputi faktor-faktor: Frekuensi kunjungan, Intensitas kunjungan, Waktu kunjungan, Toleransi/ kepekaan ekosistem.

PENGGUNAAN KAWASAN PESISIR


Hutan, kegiatan pertanian, perkampungan nelayan, resor permukiman, hotel, dan rekreasi. Wisata bahari: Beach-huts/bungalows, Beachhotel, Beach-resort, Coastal-resort, Islandresort. Ecotourism (?) pariwisata alam ~ pendidikan dan penelitian: Bunaken, P. Menjangan, Kepulauan Seribu.

Menentukan: Kapasitas pengunjung, Pengembangan akomodasi/fasilitas

MK PENGELOLAAN LANSKAP

DAMPAK PARIWISATA BAHARI


Dampak (+) dan (-) Dampak langsung dan tidak langsung Dampak jangka pendek / panjang Dampak (-) pembangunan hotel dan gedung yang terlalu dekat dengan garis pantai erosi pantai serius di Kuta, Sanur, Nusa Dua, dan Candi Dasa.

KASUS DI PANTAI KOTA MAKASAR

Pengambilan batu karang. Buangan limbah cair dan padat.

RENCANA MANAJEMEN LANSKAP PANTAI


Visi Kota Makassar Permasalahan lingkungan Pantai Kota Makassar Inventarisasi Potensi lanskap pantai

Analisis:
Evaluasi Kesesuaian Lahan. Analisis Daya Dukung Analisis Manfaat Biaya Analisis Visual Analisis Tingkat Kenyamanan

Aspek kenyamanan Analisis tingkat kenyamanan

Aspek biofisik, sosial, dan ekonomi Evaluasi kesesuaian lahan Analisis daya dukung Analisis manfaat biaya

Aspek visual Analisis visual

Alternatif-alternatif pengembangan dan pengelolaan kawasan pantai Rekomendasi pengembangan dan rencana pengelolaan pantai sebagai waterfront city

Konsep/desain pengembangan

Konsep/rencana pengelolaan

Analisis Kesesuaian Lahan


Dilakukan terhadap aspek biofisik untuk memperoleh penggunaan lahan yang terbaik. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan pendekatan analisis spasial Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan software ArcView versi 3.3 dan Erdas Imagine versi 8.5.

Teknik:

Penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Perhitungan nilai peruntukan lahan. Pembagian kelas lahan dan nilainya: S1, S2, S3, N. Pembandingan nilai lahan dengan nilai masingmasing kelas lahan. Pemetaan kelas kesesuaian lahan menggunakan matriks berdasarkan kisaran total skor yang diperoleh. Metode SIG digunakan untuk menentukan dan mencari kawasan pantai dengan metode tumpang susun (overlay).

MK PENGELOLAAN LANSKAP

Analisis Daya Dukung

Analisis Manfaat Biaya

Untuk mengetahui kemampuan kawasan untuk mendukung suatu kegiatan dalam hal ini pariwisata. Formula Boullon (Libosada, 1998) yaitu daya dukung kawasan dihitung berdasarkan standar rata-rata individu dalam m2/orang. DD = A S T = DD K K = N R

Untuk mengetahui manfaat dan biaya yang mungkin ditimbulkan apabila tidak ada pengelolaan Metode Perbandingan Eksponensial. Kriteria: pendapatan, peluang usaha, kesempatan kerja, keamanan dan ketertiban, kesejahteraan dan kesehatan, pencemaran, dan pariwisata. Pendapat ahli sebagai responden digunakan untuk menentukan bobot dari setiap kriteria dengan menggunakan metode pembobotan (Metode Eckenrode).

Analisis Visual

Analisis Tingkat Kenyamanan

Menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Terdiri atas tiga tahap: (1) pemotretan lanskap, (2) evaluasi, dan (3) analisis kualitas visual. Karakter dan atribut yang digunakan: kealamiahan, kompatibilitas TGL, variasi internal, warna, dominansi, skala, keragaman, dan kontinuitas.

Perhitungan melalui lima faktor, yakni suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, dan penutupan lahan. Dibedakan menjadi empat tingkatan dan pembobotan. Indeks tingkat kenyamanan: ITN=(1TNSU+1TNKU+1TNPM+1TNCH+1TNJP)/5

PERMASALAHAN
Pengelolaan pantai tanpa pertimbangan komprehensif bencana hilangnya daratan pantai akibat erosi gelombang. Pemahaman fungsi teknis mangrove rendah. Konversi dan eksploitasi mangrove yang berlebihan.

MK PENGELOLAAN LANSKAP

Peran dari Vegetasi Pantai tergantung dari:


Kerapatan vegetasi mangrove Ketebalan hutan mangrove Kedalaman air Tinggi gelombang dan periode gelombang

VEGETASI MANGROVE
bakau (Rhizophora sp.) kiapi-api (Avicinea, Ceriops) pedada (Burgurea sp.)

Kajian Efektifitas Vegetasi Terhadap Gelombang dan Badai Gelombang


Model Analitik Model Numerik

MODEL ANALITIK
Pantai Eretan - Indramayu Pondok Bali Pamanukan - Subang

Hasil Model ANALITIK


Vegetasi bakau dan kiapi-api dengan kerapatan tinggi dapat meredam energi

MODEL NUMERIK
Pantai Pancer Banyuwangi Jawa Timur, yang terkena Tsunami pada tahun 1994

gelombang badai sampai 90%. Tinggi tanaman antara 3-5 meter. Pertanyaan: bagaimana jika tsunami mencapai tinggi 10-20 meter???

MK PENGELOLAAN LANSKAP

Hasil Simulasi Model Numerik


Penambahan ketebalan hutan mangrove dapat mengurangi daerah rendaman tsunami secara signifikan.

Masih harus dikaji:


Penentuan ketebalan hutan mangrove (green belt) yang optimum dari garis pantai Perancangan (desain) pemancang barisan bambu dengan diameter dan ketebalan tertentu yang digunakan untuk melindungi bibit mangrove dari gempuran gelombang.

Alamat Kontak: hsarifin@ipb.ac.id www.hsarifin.staff.ipb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai