Anda di halaman 1dari 11

MODEL SINKRONISASI NITROGEN PADA BUDIDAYA SELADA (Lactuca sativa) DENGAN PUPUK HIJAU PAITAN (Tithonia diversifolia) MODEL

OF NITROGEN SYNCHRONIZATION ON CRESS CULTIVATION ( Lactuca sativa) WITH PAITAN(Tithonia diversifolia) GREEN MANURE Yuni Agung Nugroho Fakultas Pertanian Univ. Widyagama Malang
ABSTRAK Selada (Lactuca sativa) merupakan tanaman sayur yang dikonsumsi bagian daunnya dan dipanen pada masa vegetatif. Nitrogen berperan penting dalam pertumbuhan pada fase vegetatif. Peningkatan produksi selada dapat dilakukan dengan cara meningkatkan sinkronisasi nitrogen, yaitu tepatnya saat penggunaan dengan saat penyediaan N dalam waktu dan jumlahnya. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pola kebutuhan nitrogen selada, pola penyediaan nitrogen oleh paitan (Tithonia diversifolia) dan mendesain model sinkronisasi nitrogen antara tanaman selada dengan pupuk hijau paitan. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu : Penelitian 1 : Penyediaan data untuk menyusun model pelepasan hara N dan penyerapan N oleh tanaman selada. Penelitian 2 : Penyusunan model sinkronisasi dan simulasi model. Hasil penelitian berupa model kebutuhan N oleh tanaman selada, disain model pelepasan N oleh paitan dan model sinkronisasi N antara kebutuhan N selada dengan penyediaan N oleh paitan. Dari model dinamik dan simulasi model menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau Tithonia 10 ton/ha yang diberikan 2 minggu sebelum pindah tanam pada tanaman selada mampu mendukung pertumbuhan dan hasil yang tinggi karena terjadi tingkat sinkronisasi yang baik. Kata Kunci : model, sinkronisasi, pupuk hijau ABSTRACT Lettuce (Lactuca sativa) is vegetable crop, we consume its leaves and harvested at a phase of vegetatif. Nitrogen play important role in growth at phase of vegetativ. Product increase of lettuce can be done by improving Nitrogen synchronization, that is precisely usage moment with ready moment of N during and amount of its. Research goals are the pattern requirement nitrogen of lettuce crop, ready pattern of nitrogen by paitan (Tithonia diversifolia) and design nitrogen synchronization model between lettuce crop with green manure of paitan. Research executed in two phase that are : Research 1 : Data collecting to compile model release of N and absorbtion of N by lettuce crop. Research 2 : Compilation of Nitrogen Synchronization Model and Simulation Model. The result of research indicate that : requirement model of N by lettuce crop, release and availability model of N by paitan and synchronization model of N between requirement of N lettuce with release and availability of N by paitan. The dynamik model and model simulation indicate that giving 10 ton / ha of paitan which given 2 week before transplanting at lettuce crop can support high result and growth because happened good synchronization of N. Key words : model, sinkronisation, green manure

PENDAHULUAN Selada merupakan sayuran yang dipanen pada masa vegetatif, sehingga kebutuhan unsur nitrogen harus terpenuhi, agar mendapat hasil yang baik. Sarief (1986) menjelaskan bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan hambatan pertumbuhan tanaman yang berakibat pada rendahnya hasil tanaman. Pembatas dalam pemupukan organik adalah ketersediaan pupuk organik pada sentra-sentra produksi tanaman sayur, sehingga perlu dilakukan penambahan bahan organik dalam bentuk lain yang didukung oleh potensi bahan organik tersebut di daerah. Pemanfaatan sisa tanaman potensial asli daerah sebagai pupuk hijau merupakan salah satu alternatif untuk mensuplai bahan organik tanah dan unsur hara N. Pratikno (2001) melaporkan bahwa paitan (Tithonia diversifolia) merupakan salah satu pupuk hijau potensial sebagai sumber N dan P di daerah Malang dan sekitarnya. Pemanfaatan sisa tanaman potensial asli daerah sebagai pupuk hijau merupakan salah satu alternatif untuk mensuplai unsur hara, namun seringkali tidak tepat karena tidak cocok antara saat dan jumlah kebutuhan oleh tanaman selada dengan saat dan jumlah pelepasan hara oleh pupuk hijau. Hal ini selanjutnya disebut sebagai sinkronisasi rendah. Untuk itu perlu pendeskripsian pola pelepasan unsur hara nitrogen dari biomasa paitan dan pola

kebutuhan unsur hara nitrogen oleh tanaman selada, sehingga dapat disusun model sinkronisasi nitrogen. Simulasi pada model sinkronisasi dilakukan untuk mendapatkan pemanfaatan pupuk hijau yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada. METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai dengan bulan September 2006 di Kebun Percobaan, Laboratorium Biologi, dan komputer di Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu : Penelitian Tahap I : Penyediaan Data untuk menyusun model pelepasan hara N dan penyerapan N oleh tanaman selada. a. Data pelepasan hara nitrogen oleh paitan cukup tersedia sehingga tambahan data berkaitan dinamika N dari paitan diupayakan dari studi literatur dan penelusuran internet berupa data hasil penelitian terdahulu atau penelitian sejenis. b. Penyediaan data penyerapan hara N oleh tanaman selada dilakukan dengan mengadakan percobaan. Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan pemupukan N dan setiap perlakuan diulang 4 kali.

Adapun perlakuan tersebut adalah : A. Tanpa dipupuk N B. Pupuk Urea 100 kg/ha C. Pupuk Urea 200 kg/ha D. Pupuk Hijau paitan 10 ton/ha E. Pupuk Hijau paitan 20 ton/ha Dosis perlakuan mengacu pada beberapa hasil penelitian baik yang berasal dari pemupukan anorganik dan pupuk organik, yaitu pupuk Urea berkisar 100-200 kg/ha, sedangkan pupuk hijau paitan dosis 10-20 ton/ha. Pengamatan dilakuan sejak tanaman berumur 7 hari setelah tumbuh dengan interval 4 hari sekali, adapun peubah yang diamati adalah: Bobot segar tanaman selada Bobot kering selada Data hasil pengamatan diolah lebih lanjut untuk menentukan nilai : Indek Luas Daun Laju Pertumbuhan Tanaman Analisa data dilakukan dengan analisa ragam untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh nyata tertinggi terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Perlakuan yang terpilih tersebut selanjutnya dijadikan bahan untuk penyusunan model. Penelitian Tahap II : Penyusunan Model Sinkronisasi dan Simulasi model a. Penyusunan model pelepasan N oleh paitan dan model penyerapan N oleh tanaman selada Model pelepasan N oleh paitan disusun dalam sektor yang terpisah

dari model penyerapan atau kebutuhan N oleh tanaman selada. Jadi akan diperoleh dua sektor model. Kedua model disusun mendasarkan data penelitian tahap I dan data dari penelusuran pustaka secara manual maupun internet. Sektor N selada menggambarkan pertumbuhan bobot kering tanaman selada yang selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun tingkat kebutuhan N tanaman selada dari waktu ke waktu selama pertumbuhannya sampai dengan panen. Sektor N paitan menggambarkan pelepasan N oleh pupuk hijau paitan selama pemupukan dalam budidaya selada, pelepasan N tersebut diolah lebih lanjut untuk menentukan N tersedia dari pupuk hijau paitan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman selada. b. Disain model sinkronisasi dan simulasi model Disain model sinkronisasi dilakukan dengan menggabungkan sektor N selada dengan sektor N paitan, atau menghubungkan sektor kebutuhan N tanaman selada dengan penyediaan N oleh pupuk hijau paitan. Simulasi model dilakukan untuk mendapatkan ketepatan kebutuhan N oleh tanaman selada dengan ketepatan penyediaan N oleh pupuk hijau paitan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan tingat sinkronisasi tertinggi sehingga tercapai efisiensi penyediaan Nitrogen melalui pemupukan organik (pupuk hijau paitan). Model sinkronisasi N merupakan model dinamik sehingga perlu alat bantu berupa software dynamic

modelling. Peneliti memilih menggunakan software Stella untuk mengkonstruksi model sinkronisasi N. Simulasi model sinkronisasi dilakukan dengan mencoba beberapa nilai masukan pada model dengan mendasarkan pada data, asumsi dan referensi yang berlaku sesuai dengan topik penelitian, sehingga didapat model yang memberikan nilai sinkronisasi tertinggi. Rancangan Model Sinkronisasi N Model Sinkronisasi dipilah dalam dua bagian atau sektor. Sektor 1 adalah sektor penyerapan atau kebutuhan N oleh tanaman selada sampai dengan saat panen. Sektor 2 adalah pelepasan N atau penyediaan N oleh pupuk hijau paitan. Kemudian kedua sektor dihubungkan untuk dapat berinteraksi sehingga dapat diketahui tingkat sinkronisasi N. Tabel 1. Data hasil penelitian lapang
No Peubah 1. Bobot segar selada saat panen 2. Bobot kering selada saat panen 3. Laju pertumbuhan tanaman selada 4. Kandungan N selada

Simulasi model penyediaan N dilakukan dengan merubah masukan yang berkaitan dengan pemanfaatan paitan sebagai pupuk hijau, dapat berupa nilai dosis yang dipakai, saat pemupukan atau gabungan keduanya. Simulasi penyerapan N atau kebutuhan N oleh tanaman selada dilakukan dengan masukan cara tanam yaitu: tanam langsung atau pindah tanam setelah pembibitan HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian lapang memberikan data untuk bahan penyusunan model. Data penelitian lapang juga digunakan sebagai pengendali model dan simulasinya. Hasil model dan simulasi selalu diverifikasi dengan kondisi nyata di lapang. Adapun data dari penelitian lapang seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Nilai 113,5 g/tanaman 13,62 g/tanaman grafik 1,2 s/d 1,6 %

Penelusuran pustaka secara konvensional dan internet menghasilkan data-data yang digunakan sebagai data pelengkap dalam penyusunan model. Data hasil penelusuran pustaka ditunjukkan pada Tabel 2.

Kebutuhan Nitrogen Tanaman Selada Model kebutuhan N selada dikontrol dari hasil penelitian di lapang yang menunjukkan bobot kering selada yang dipupuk dengan paitan 10 ton/ha akan mempunyai bobot sebesar 13-15 g/tanaman. Pemanfaatan produksi selada dari pemupukan paitan dengan dosis 10

ton/ha dijadikan standar dalam pembuatan model. Hal ini karena hasil budidaya dari perlakuan tersebut Tabel 2. Data hasil penelusuran pustaka
No Peubah 1. Kandungan N paitan 2. Bobot kering dari 10 ton paitan segar 3. Kecepatan mineralisasi N paitan 4. Fraksi fiksasi N dari mineralisasi N paitan

mampu menghasilkan produksi diatas hasil produksi rata-rata petani selada di Malang.

Nilai 5,14% 1420 kg/ha setara 11,83 g/tnm selada 0,04 0,3

Model dinamik kebutuhan N tanaman selada dimulai dari pertumbuhannya yang divisualisasikan berdasarkan perubahan bobot kering tanaman selada. Model dinamik kebutuhan N tanaman selada selanjutnya dijadikan sektor 1 yang dibuat secara terpisah dari sektor 2 (penyediaan N oleh paitan). Model dinamik kebutuhan N slada seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Kebutuhan N tanaman selada mengikuti bentuk kurva sigmoid. Namun karena selada dipanen sebelum masuk pada fase vegetatif akhir maka grafik yang ditunjukkan belum sampai terjadi pelandaian atau penurunan tingkat kebutuhan N. Dinamika kebutuhan Nitrogen oleh tanaman selada hasil model dinamik ditunjukkan pada gambar 4. Bobot kering tanaman selada hasil model dinamik harus berada pada kisaran bobot kering selada pada budidaya selada. Pertumbuhan tanaman selada mengikuti bentuk kurva sigmoid.

pada fase awal pertumbuhan terjadi pertumbuhan yang lambat kemudian akan semakin bertambah kecepatan tumbuhnya, kemudian akan surut lagi kecepatannya pada fase vegetatif akhir. Hasil model pertumbuhan selada sudah menunjukkan bentuk sigmoid, namun karena masa panen pada umur 50 hari setelah sebar, maka bentuknya belum sempurna karena masih terjadi pertumbuhan yang semakin lama semakin menurun. Hasil budidaya selada menunjukkan bahwa bobot kering selada yang diberi pupuk paitan 10 ton/ha pada saat panen berkisar 13 15 gram/tanaman, sedangkan hasil model dinamik menunjukkan bobot kering selada sebesar 14,3 g/tanaman. Hal ini dipandang cukup sesuai antara modeling dinamik dengan kondisi nyata budidaya tanaman selada. Hal ini berarti model N selada dapat dipakai untuk keperluan selanjutnya dalam melihat sinkronisasi N.

N Selada
BIOMAS SELADA

PTB SELADA ~ LP SELADA Kebutuhan N Selada

Kandungan N Selada Rasio N Selada

Gambar 3. Model dinamik kebutuhan N

1 2 : :

1: Kebutuhan N Slada 8.0 20.0 0 0

2: BIOMAS KERING SELADA

2 2 1 2 : : 4.0 10.0 0 0 1

2 1 2 1

1 2 : :

0.0 0.0 1 0 0 0.0 0

12.5 0 Graph 1 (Untitled Graph)

25.0 0 Day s

37.5 0

4:55 AM 8/1/2006

50.0 0

Gambar 4. Grafik kebutuhan N selada.

Ketersediaan Nitrogen oleh paitan Model N paitan disusun dari biomasa paitan sebesar 10 ton/ha atau setara dengan 11,83 gram/tanaman selada. Pemanfaatan pemupukan 10 ton/ha paitan tersebut dijadikan standar model dinamik, yang selanjutnya dapat disimulasikan dengan mendasarkan pada perlakuan tersebut. Model dinamik pelepasan dan penyediaan N oleh pupuk hijau paitan

dimulai dengan jumlah pupuk hijau 10 ton/ha atau 11,83 gram/tanaman selada. Model pelepasan N oleh pupuk hijau paitan merupakan sektor 2 yang dibuat secara terpisah pada awalnya dari sektor 1 Kebutuhan N selada bersumber dari jumlah 10 ton/ha paitan tersebut kemudian diproses pelapukannya dengan mengikuti kecepatan pelapukan bahan organik paitan. Hasil pelapukan dan mineralisasi N pupuk

hijau paitan selanjutnya masuk pada proses selanjutnya yaitu adanya


N Tithonia
Biomas paitan

aktivitas fiksasi atau penambatan N di dalam tanah.

N Biomas paitan Rasio N paitan N Dilepas

Fiksasi N N tersedia Fraksi jerap N Laju mineralisasi Mineralisasi N

N Dari paitan

Gambar 5. Model dinamik penyediaan N

Hasil pelepasan N setelah dikurangi penambatan N di dalam tanah adalah N yang tersedia dari pemupukan organik tanaman paitan. Model dinamik penyediaan N oleh pupuk hijau paitan ditunjukkan pada gambar 5. Pelepasan N dari tanaman paitan meningkat dengan cepat dari saat pembenaman pupuk hijau tersebut ke dalam tanah sampai dengan minggu ke dua setelah pembenaman, kemudian melandai dan akhirnya terjadi penurunan pelepasan N seiring dengan semakin berkurangnya stok N dalam bahan organik paitan seiring dengan waktu yang berjalan. Pelepasan N oleh paitan dengan dosis 10 ton/ha meningkat dengan pesat pada 2 minggu setelah pembenaman, hal ini sesuai dengan (Pratikno, 2001; Nugroho, 2004)

bahwa pelepasan N oleh paitan meningkat cepat dalam 2 minggu setelah inkubasi kemudian terjadi penurunan dengan semakin berkurangnya sisa N dalam bahan organik. Hal ini diperkuat Ayuke et. al. 2002 yang melaporkan bahwa penyediaan N dari paitan akan meningkat sejak 2 minggu setelah diberikan, kemudia menurun setelah minggu ke 4. Berdasarkan pola pelepasan N antara model dinamik yang sudah mendekati pola pelepasan N dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka model dinamik untuk pelepasan N oleh pupuk hijau paitan dapat diterima dan selanjutnya dapat dipakai untuk melihat sinkronisasi N. Dinamika ketersediaan Nitrogen dari pupuk hijau paitan hasil modeling dinamik ditunjukkan pada gambar 6.

1 2 : :

1: N Dilepas 0.7 8.0 0 0 1

2: N tersedia 1 1 2

1 2 : :

0.3 4.0 5 0

2 1 2 : : 1 0.0 0.0 0 0 0.0 0

2 12.5 0 Graph 1 (Untitled Graph) 25.0 0 Day s 37.5 0 4:59 AM 8/1/2006 50.0 0

Gambar 6. Grafik pelepasan dan penyediaan N oleh pupuk hijau paitan

Sinkronisasi N Model dinamik antara kebutuhan selada dengan penyediaan oleh pupuk hijau paitan dibentuk dengan menghubungkan dua sektor yang dibangun secara terpisah, yaitu sektor kebutuhan N tanaman selada
N Slada
BIOMAS SELADA

dengan sektor penyediaan N oleh paitan disebut model sinkronisasi N. Sinkronisasi Nitrogen tanaman selada dengan pupuk hijau paitan ditunjukkan pada model sinkronisasi N pada gambar 7.

N
Biomas paitan

Tithonia

PTB SELADA ~ LP SELADA Kebutuhan N Selada

N Biomas paitan Rasio N paitan N Dilepas

Fiksasi N Kandungan N Selada Rasio N Slada Sinkronisasi N N tersedia Fraksi jerap N Laju mineralisasi Mineralisasi N

N Dari paitan

Gambar 7. Model dinamik sinkronisasi N

1 : 2 :

1: Kebutuhan N Slada 8.0 0

2: N tersedia

1 1 : 2 : 4.0 0 2

2 1 1 : 2 : 1 0.0 0 0.0 0 2 12.5 0 Graph 1 (Untitled Graph) 25.0 0 Day s 37.5 0 4:41 AM 8/1/2006 50.0 0

Gambar 8. Grafik sinkronisasi N Gambar 8 menunjukan bahwa grafik N tersedia dari pupuk paitan (Tithonia) sebagian besar berada diatas grafik kebutuhan N selada. Hanya pada awal pertumbuhnnya terjadi kondisi ketersediaan N lebih rendah dari kebutuhan N selada. Sinkronisasi Kebutuhan Nitogen selada dengan Penyediaan Nitrogen oleh pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia) ditunjukkan pada gambar 8. Sinkronisasi N = N tersedia : Kebutuhan N selada. Apabila Nilai Sinkronisasi N = 1 maka terjadi sinkronisasi sempurna, sedangkan jika nilainya < 1 berarti terjadi kekurangan N untuk kebutuhan selada, dan apabila nilai sinkronisasi N > 1 maka terjadi kelebihan N yang disediakan oleh pupuk hijau Tithonia diversifolia. Nilai sinkronisasi N semakin mendekati 1 berarti mempunyai sinkronisasi N tinggi, apabila nilainya menjauhi nilai 1 maka sinkronisasinya rendah. Dari gambar 8 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam fase pertumbuhan selada dapat dicukupi kebutuhan Nitrogennya dari pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia). Kekurangan N terjadi pada fase awal pertumbuhan selada. Hal ini terjadi pada budidaya selada yang menggunakan sistem sebar langsung. Pada sistem budidaya selada dengan cara pembibitan dan pindah tanam pada umur 2 minggu setelah tanam maka kekurangan N dapat diberikan pada. bedengan pembibitan, sedangkan pada saat pindah tanam sampai dengan panen sudah dapat dicukupi oleh pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia). Kecukupan N selada oleh penyediaan N dari pupuk hijau paitan dapat dilihat dari gambar 8 yang menunjukkan bahwa grafik penyediaan N oleh paitan sebagian besar berada diatas grafik kebutuhan N selada. Untuk lebih jelasnya dapat dibuktikan dari nilai sinkronisasi N pada tabel 1 yang menunjukkan

sebagian besar nilainya berada diantara 1 atau lebih sedikit dari 1. Hasil penelitian pada berbagai pemupukan dengan dosis yang bertingkat menunjukkan bahwa pemupukan N dengan Tithonia diversifolia 10 ton/ha mampu menghasilkan bobot segar 113,5 gram atau setara dengan 13,62 ton/ha. Hasil ini berada pada kisaran potensi produksi selada (12 16 ton/ha), dan berada diatas hasil petani yang masih dibawah 10 ton/ha (Nugroho, 2004). Mendasarkan pada hasil panen selada yang melebihi hasil budidaya petani da berada pada kisaran potensi produksinya maka pemupukan Tithonia diversifolia sebesar 10 ton/ha dapat mencukupi kebutuhan tanaman selada untuk kehidupannya. Hal ini sesuai dengan prinsip sinkronisasi menurut Myers. et al. (1995) yaitu pada saat tanaman membutuhkan maka dapat dicukupi dari pupuk yang diberikan, sehingga kehilangan hara adalah sedikit, dan tidak terjadi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model kebutuhan nitrogen tanaman selada dapat didiskripsikan dengan baik, walaupun masih perlu penyempurnaan model untuk lebih

mendekati sistem nyata yang berada dalam budidaya tanaman selada. 2. Model penyediaan nitrogen oleh pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia) dapat didiskripsikan dengan baik. 3. Model sinkronisasi nitrogen antara tanaman selada dengan pupuk hijau paitan (Tithoniua diversifolia) dapat dijalankan, sehingga tingkat singkronisasi nitrogen dapat disimulasikan sesuai kebutuhan. Saran 1. Model kebutuhan selada masih perlu penyempurnaan dalam hal inisiasi pertumbuhannya, sehingga lebih mendekati pertumbuhan yang sebenarny, untuk itu masih perlu penelitian untuk mendiskripsikan pertumbuhan tanaman selada yang dengan model dinamik. 2. Model penyediaan nitrogen dapat disempurnakan dengan memasukkan input yang lebih akurat dengan meminimalkan asumsi, sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mencermati pelepasan N oleh pupuk hijau paitan (Tithonia diversifolia). 3. Model sinkronisasi N perlu disempurnakan dengan berdasarkan penyempurnaan model kebutuhan N dan penyediaan N.

DAFTAR RUJUKAN Handayanto, E., dan Ismunandar, 1998, Seleksi Bahan Organik untuk Meneingkatkan Sinkronisasi Nitrogen pada Ultisol Lampung, Habitat 11.109 : 37-47. Hannon, B., and Ruth, M., 1994, Dynamic Modelling, Springer-Verlag New York Inc. New York. Haryanto, E., Rahayu, E., dan Suhartini (1995) Sawi dan Selada. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Karam, F., O. Mounzer, F, Sarkis, and R. Lahoud. 2002. Yield and Nitrogen Recovery of Lettuce Under Different Irrigation Regimes. 2002. Journal Apllied Horticultural, 4(2) 70-76. Myers, R. J. K., M. van Noordwijk and P. Vityakon. 1997. Synchrony of Nutrient Release and Plant Demand: Plant Litter Quality, Soil Environment and Farmer Management Options in Driven by Nature : Plant Litter Quality and Decomposition. (Eds G. Cadish and K..E. Giller). Cab International. London. P: 215-130 Nugroho, Y.A., 2004, Kajian Penambahan Dosis Beberapa Pupuk Hijau dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa). Thesis S-2. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Nugroho, Y.A., 2004, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa) Akibat Pemberian Bahan Organik Dari Biomassa Tanaman Dan Pupuk Kandang Yang Ditanam Pada Masa Tanam Kedua. Laporan Penelitian LPPM Universitas Widyagama, Malang. Pompea, S. M., 2001. Using Biological Models and Simulations Effectively. Wheeling Jesuit University. USA. Pratikno, H, 2002, Studi Pemanfaatan berbagai Biomasa Flora untuk Peningkatan Ketersediaan P dan bahan Organik Tanah Berkapur di DAS Brantas Malang Selatan. Thesis S-2. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang. Rukmana, R (1994) Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta. Sitompul, S.M., 2001, Konsep Dasar Model Simulasi, Diktat Pelatihan Model Simulasi Sistem Agroforestri WaNulCAS, Universitas Brawijaya Malang dan ICRAF Bogor. Sunaryo, Prayogo, D., Lusiana, B., dan Mulia, R., 2001, Stella dan Model WaNuLCAS, Diktat Pelatihan Model Simulasi Sistem Agroforestri WaNulCAS, Universitas Brawijaya Malang dan ICRAF Bogor.

Anda mungkin juga menyukai