Anda di halaman 1dari 15

SOSIOLOGI EKONOMI

PERILAKU KONSUMEN DALAM PERSAINGAN PASAR MODERN DENGAN PASAR TRADISIONAL

KELOMPOK TERDIRI DARI :


Andi Purnawan Andri Purwanta Ferdi Permana Hany Thio Susi Mustika A.T Kadmeri Riska W. Amelia Samsul Maarif NIM : 2011051614 NIM : 2011051889 NIM : 2011051523 NIM : 2011052102 NIM : 2011051815 NIM : 2011052118 NIM : 2011052188 NIM : 2011051748

UNIVERSITAS PAMULANG (UNPAM) JL. Surya Kencana No. 1 Pamulang Tangerang Selatan Telp./Fax. (021-7412566) 2012

KATA PENGANTAR

Pertama saya ucapkan terimakasih kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita kita semua sehingga kita di berikan kesehatan yang berlimpah dan dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok ini dengan baik. Kedua kita berteima kasih kepada Dosen Kita yang telah membimbing kami semua memberi kami motivasi memberikan kami pelajaran yang sangat berguna, sehingga sebagai modal kami untuk menyelesaikan tugas kelompok ini. Kemudian saya berterima kasih kepada teman kelompok yang telah berkerjasama menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Di dalam makalah ini kelompok kami menjelaskan tentang Perilaku masyarakat tentang persaingan pasar modern dengan pasar tradisional dan didalamnya akan di perjelas apa yang di pilih oleh pihak konsumen, dan mengapa konsumen memilihnya, dalam ilmu sosiologi ini kita akan mempelajari bagaimana seorang konsumen yang memilih secara bijak dalam persaingan pasar di era modern saat ini. Begitu juga apa respon yang akan di dampakan oleh pasar modern terhadap pasar tradisional. Berikut adalah fakta dari sumber yang kita dapat. Kurang dan jelasnya saya minta maaf karena kami sekedar mensurvey yang ada dalam keadaan di era yang maju ini.

ii

PENDAHULUAN

A. SUMBER DARI FAKTA YANG DI PEROLEH

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk di bidang industri dan produksi serta pada kegiataneceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala besar. Perkembangan bisnis eceran yang pesat ini tidak lepas dari factor meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga meningkatkan jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang menyebabkan taraf hidup. masyarakat Indonesia semakin meningkat. Hal ini membawa dampak kepada pola perilaku belanja seseorang, dimana semakin meningkatnya taraf hidup seseorang maka tuntutan akan tempat berbelanja yang nyaman dan dapat menyediakan segala kebutuhan konsumen dalam satu lokasi semakin dibutuhkan. Saat ini perdagangan ritel/eceran modern yang meliputi hypermarket, supermarket, department store, minimarket, dan minimart sebagai alternative tempat berbelanja semakin menjamur hampir di seluruh kota di Indonesia, termasuk di Surakarta. Kondisi ini cukup mengambil tempat ritel/eceran tradisional yang meliputi pasar, toko, dan warung. Pergeseran gaya hidup akibat modernisasi dan globalisasi membuat sebagian konsumen lebih tertarik membeli di ritel modern daripada di ritel tradisional. Hal ini dapat dipahami, karena selain harga barang di ritel modern seringkali lebih murah, tempat lebih bersih dan nyaman, pelayanan cukup memuaskan serta kadang ada fasilitas tambahan misalnya

ATM, pembayaran menggunakan kartu kredit, ataupun arena permainan anak. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Master Indeks pada tahun 2005, pertumbuhan penjualan ritel di Indonesia mencatat angka terbesar se Asia- Pasifik yaitu mencapai 16,9 persen per tahun atau sebesar Rp 166 triliun. Angka ini merupakan angka yang terbesar se-Asia Pasifik. (detikinet.com, 2006). Pertumbuhan ritel di Indonesia tercermin dengan pesatnya pertumbuhan mini market sebagai salah satu pasar modern dan ritel di Indonesia. Pada kurun waktu 2002-2006, mini market tumbuh rata-rata 29% per tahun. Gerai-gerai mini market yang tadinya hanya berjumlah ratusan di tahun 2002 melonjak menjadi ribuan di tahun 2006. Hal ini jelas terlihat dengan bermunculannya gerai-gerai mini market dalam radius setidaknya 500 meter dan kini telah memasuki pemukiman-pemukiman padat bahkan kompleks-kompleks perumahan. Perkembangan pasar modern di Surakarta berkembang sejak tahun 2006. Berdirinya PT Makro Indonesia, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Centre (BTC) yang berada satu kawasan dengan PGS, Solo Square, Solo Grand Mall, Mini market, Indomart dan minimarket-minimarket kecil lainnya menjadi wujud nyata pertumbuhan pasar modern di Surakarta. Pertumbuhan pasar-pasar modern ternyata berdampak pada terjadinya persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Hal tersebut sebagaimana diberitakan oleh Harian Radar Solo (November, 2006) bahwa pertumbuhan pasar tradisional maupun pedagang tradisional semakin menurun, mereka terjepit persaingan pasar modern. Akibat serbuan hipermarket, hampir semua pasar tradisional mengalami The Business penurunan omzet hingga 75%. Asisten peneliti

Watch Indonesia (BWI) Ike Dian P (Radar Solo, November, 2006) mengatakan, di Jakarta saja tercatat empat pasar tradisional tutup pada tahun 2006, faktornya, tak lain adalah sepi pengunjung. Sedangkan hasil penelitian AC Nielsen dan dikutip dalam Tempo (Mei, 2005) menunjukkan bahwa kontribusi pasar tradisional terhadap penjualan barang konsumsi menurun dari 84,1% tahun 1999 menjadi 74,4% di tahun 2005. Sebaliknya ritel-ritel modern mengalami kenaikan dari 3% tahun 2003 menjadi 20,1% pada tahun 2005. Di sini terlihat bahwa pasar tradisional akan perlahanlahan tergeser oleh industri ritel modern. Selain berdampak pada terhadap pasar tradisional, pertumbuhan ritel modern juga berdampak pada ritel-ritel modern sebelumnya. Hasil penuturan beberapa pelaku ritel yang lebih dulu ada sebelum kemunculan Hypermart di Solo Grand Mall (SGM), mereka mengatakan bahwa rata-rata penjualan di gerai ritel mereka turun sekitar 20% semenjak ada Hypermart di Solo Grand Mall (SGM) Solo (Radar Solo, November, 2006). Kondisi mi masih dipicu oleh adanya beban kebutuhan hidup masyarakat yang semakin mempersulit kondisi ekonomi. Beberapa pasar modern menunjukkan sejumlah pengusaha ritel yang terpaksa hengkang lantaran jumlah pengunjung mengalami penurunan. Misalnya supermarket Gelael Solo yang berada di depan SGM, juga menutup gerainya sejak SGM berdiri. Kotler (2006) menyebutkan bahwa perilaku konsumen antara lain dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor-faktor sosial, faktor-faktor pribadi, dan faktor psikologis. Husein (2002) lebih spesifik menyatakan bahwa factor pendorong kesuksesan ritel modern skala besar antara lain adalah pilihan lokasi yang tepat, dukungan teknologi sistem

informasi, harga murah, maupun kelengkapan produk. Semakin terfragmentasinya pasar dan tidak jelasnya perbedaan antara satu format ritel dengan format ritel yang lain, maka keunggulan strategi format ritel yang hanya berorientasi pada pilihan lokasi, sistem informasi handal, harga murah maupun kelengkapan produk tidak akan cukup untuk dapat memenangkan persaingan. Lebih jauh Maruf (2005) mengemukakan, bahwa salah satu kunci sukses dalam bidang bisnis ritel modern adalah implementasi strategi customer relationship, disamping tentunya penentuan lokasi, strategi harga, dan penggunaan teknologi informasi. Namun demikian, dalam penelitiannya Chung et.all (2006) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membeli pada komunitas etnis China di Kanada, menunjukkan bahwa salah satu faktor yang cukup kuat mempengaruhi perilaku membeli etnis China adalah identitas etnik. Identitas etnik atau kedaerahan tentunya dimiliki oleh pasar tradisional, dan merupakan salah satu faktor yang menarik perilaku pembelian konsumen. Tindakan pemasaran pengusaha ritel modern menghadapi persaingan memperebutkan market share harus melakukan dengan berbagai jenis upaya kegiatan pemasaran yang bertujuan menarik minat konsumen. Oleh karena itu, pengusaha ritel modern harus tanggap terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam memilih ritel modern, karena pada saat ini konsumen sudah semakin kritis terhadap kemampuan suatu pasar modern dalam menarik pembelinya untuk berbelanja di suatu pasar ritel ritel modern. modern Berdasarkan yang ditandai keadaan dengan perkembangan

munculnya minimarket-minimarket di wilayah Surakarta, maka

penulis tertarik untuk meneliti judul Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam memilih Mini Market sebagai tempat berbelanja Mungkin saat ini banyak orang beranggapan remeh atau melirik hanya sebelah mata tentang pasar tradisional, hanya karena pasar modern yang lebih berkembang indonesia ini. Padahal sebaliknya, banyak keuntungan yang didapat dipasar tradisional sama seperti dipasar modern. Tidak ada salahnya seluruh warga Indonesia mulai melirik perkembangan pasar tradisional, jangan sampai pasar tradisional pun ikut-ikutan hilang pelestariannya seperti budaya-budaya tradisional Indonesia yang semakin lama semakin berkurang kepeduliaan masyarakatnya. Alasan masyarakat lebih memilih pasar modern dibandingkan dengan pasar tradisional karena faktor kenyamanan dan faktor diskon. Pasar modern seperti supermarket, faktor kenyamanannya lebih terjaga dibandingkan dengan pasar tradisional yang penuh sesak, panas, becak bahkan bau. Dan diskon yang ditawarkan dipasar modern lebih menggiurkan daripada dipasar tradisional. Tetapi jangan salah sangka, pasar tradisional pun banyak keuntungan yang bisa didapat oleh para konsumen, misalnya harga barang dipasar tradisional jauh lebih murah dibandingkan dengan harga dipasar modern. Kemudian, pasar tradisional dapat melakukan kegiatan tawar-menawar dalam berbelanja sehingga pembeli merasa puas dan pasar tradisional pun lebih terjaga kesegarannya karena mereka membawa langsung barang dagangan mereka sehingga belum terkontaminasi zat-zat atau bahan kimia lainnya.

Di tengah persaingan pasar seperti saat ini, para produsen kebutuhan pangan perlu memperhatikan prilaku konsumennya sebagai pembelajaran untuk senantiasa melakukan inovasi. Inovasi harus dilakukan untuk mengimbangi hegemoni pedagang besar dan retail-retail yang sedang menjamur di berbagai penjuru negeri. Dengan menjamurnya retail-reatail skala besar bahkan transnasional, maka sudah dapat dipastikan para pedagang

tradisional kehilangan pelanggannya. Berbagai kemudahan dan daya tarik dari retail-retail tersebut menjadi salah satu alasan konsumen beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Apabila kita perhatikan, konsumen dalam negeri cenderung mengikuti trend dalam berbelanja dibandingkan sekadar memenuhi kebutuhannya. Sering kita lihat seseorang yang sekadar membeli beras, telur, atau bahan pokok lainnya di supermarket padahal ia bisa membeli di pasar tradisional. Iklan yang begitu kuat menjadi penyebab ketertarikan masyarakat untuk berbelanja di supermarket. Trend berbelanja ini lambat laun akan mengubah perilaku konsumen secara keseluruhan sehingga mereka meninggalkan pasar tradisional. Dengan begitu, pasar tradisional pun mengalami penurunan pendapatan bahkan terancam punah.

PEMBAHASAN

Di tengah trend masyarakat yang sedang berubah itu, maka sebagai pedagang kecil tidak salah jika mengikuti keinginan mereka para konsumen. Apalagi, jika barang yang kita jual ke konsumen adalah bahan pangan yang tidak mungkin ditinggalkan maka kita perlu melakukan inovasi. Para pedagang kecil harus memiliki keyakinan bahwa produknya masih bisa dijual karena masyarakat masih membutuhkan bahan pangan sebagai pemenuh kebutuhan primer. Konsumen menginginkan tempat yang nyaman ketika berbelanja maka tidak salah jika pedagang pun memberikan kondsisi yang nyaman bagi para pembelinya. Saat ini, pasar tradisional yang terkesan kumuh menjadi penghambat utama masyarakat untuk berbelanja di sana. Perilaku masyarakat Indonesia yang tidak bersih memang sulit dihilangkan dari kehidupannya. Kesadaran akan kebersihan harus kita bangun sedari sekarang dengan memulainya dari hal-hal kecil. Tidak ada salahnya bila di depan kios disediakan tempat sampah sehingga sampah tidak berceceran dimana-mana. Promosi produk merupakan hal yang jarang dilakukan oleh para pedagang tradisional sehingga begitu wajar jika persaingan dengan retail sulit untuk dibendung. Promosi yang dilakukan oleh pasar modern menjadi ciri khas yang tidak mungkin ditinggalkan. Keinginan orang untuk berbelanja ke supermarket tidak akan muncul begitu saja tanpa danya input pengetahuan dari luar tentang suatu produk yang dijual. Memang, terkesan biaya promosi itu mahal sehingga banyak pedagang yang enggan melakukannya. Padahal,

banyak model promosi sederhana yang bisa dilakukan dengan biaya yang relatif murah. Pedagang tradisional tidak perlu memasang iklan di media massa tetapi cukup dengan membuat selebaran (pamflet, leaflet) dan disebarkan ke teman terdekat, keluarga atau bahkan lingkungan sekitar tempat tinggal. Ketika kita memasarkan produk, alangkah lebih baik jika para pedagang tradisional memiliki ciri khas. Misalnya, telur yang dijual akan menadapatkan bonus satu butir telur jika pembeli membeli satu kilogram. Menurut perhitungan, pedagang tidak akan mengalami kerugian dengan adanya bonus semacam itu, justru hal tersebut mendongkrak daya jual produk. Pernahkan kita memperhatikan, masyarakat tertarik berbelanja ke supermarket hanya sekedar tertarik bonusnya saja padahal nilai mominalnya tidak seberapa. Pasar tradisional yang terkesan becek, sehingga disebut pasar becek adalah halangan terberat untuk menarik konsumen berbelanja ke sana. Kondisinya yang semakin memprihatinkan tidak terlepas dengan prilaku para pedagang. Pedagang tradisonal yang tidak disiplin adalah kendala utama dalam memperbaiki citra pasar tradisional. Para pedagang tidak bisa terus mengemis kepada Pemerintah agar ada upaya perbaikan. Justru, pasar tradisional yang sederhana menjadi daya tarik konsumen asalkan lingkungannya nyaman, aman dan tertib. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, konsumen masih banyak yang lari ke pasar tradisional karena retail tidak dapat memenuhinya. Kelebihan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena ini menjadi modal dimana hanya pasar tradisional yang masih memilikinya. Namun, peluang itu tidak akan termanfaatkan dengan baik jika para pedagang tidak dapat menangkapnya.

B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam

memilih Mini Market untuk tempat berbelanja?


2. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi konsumen

dalam memilih Mini Market sebagai tempat berbelanja? 3. faktor apa saja yang mengakibatkan dari kebanyakan konsumen untuk memilih pasar modern dibandingkan pasar tradisional ?

C. Tujuan
Tujuannya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk

menganalisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

konsumen dalam memilih Mini Market sebagai tempat berbelanja.


2. Untuk menganalisis faktor manakah yang paling dominan

mempengaruhi pengambilan keputusan menjadi konsumen dalam memilih Mini Market sebagai tempat berbelanja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di bidang pemasaran retail, khususnya konsep-konsep yang berkaitan dengan retail mix.

b. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka dan

sumber bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis


a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sarana untuk berfikir ilmiah yang didapat di bangku kuliah terhadap masalahmasalah retail mix.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

informasi, acuan, dan masukan bagi pengelola mini market dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan keputusan konsumen dalam memanfaatkan mini market.

PENUTUP
10

Adapun kebijakan-kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka perbaikan pasar tradisional kita, adalah pertama, pemerintah seyogianya mampu merubah wajah pasar tradisional agar bisa lebih higienis, lebih nyaman dan lebih teratur. Pembenahan pasar tradisonal ini hendaknya mengedepankan kepentingan para pedagangnya dan konsumen bukan kepentingan investor semata. Kedua, pemerintah harus terus melakukan kampanye massal untuk mendorong kesadaran pedagang dalam melakukan sanitasi lingkungan, kesehatan dan menjual produk yang hygienis. Ketiga, pemerintah juga senantiasa mendorong dan membangun kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan keamanan produk. Keempat, pemerintah dapat menggunakan instrumen CSR perusahaan-perusahaan distributor untuk membina pedagang pasar tradisional. Kelima, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi kerancuan dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan. Regulasi pemberdayaan pasar tradisional hendaknya diupayakan dengan memfasilitasi pedagang pasar tradisional agar mendapatkan iklim usaha yang kondusif. Kebijakan yang berpihak mempercepat terjadinya distribusi manfaat yang bersifat positivesum game dalam sistem kerjasama antara pasar modern dan pasar tradisional. Bila pasar tradisional dapat dibenahi dengan baik, niscaya produk-produk yang dijual akan memiliki kualitas yang baik dan tidak ada pertentangan lagi antara pasar tradisional dengan pasar modern, keduanya akan berkembang dengan nuansanya serta daya tariknya sendiri-sendiri.

11

Namun, tradisional,

jika

pemerintah mereka akan

tidak

berpihak

kepada

pasar dan

maka

semakin

termarjinalkan

membiarkan keberadaan pasar tradisional semakin terpinggirkan dan mati oleh para pelaku usaha retailer besar yang lebih kuat. Jika demikian halnya, pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi banyak pihak (inclusive growth) tidak terjadi. Bukan pula trickle down effects yang terjadi, tetapi malah trickle up effects, yakni pertumbuhan yang menyebabkan jurang yang kaya dan miskin semakin lebar. Tentu saja hal semacam ini tidaklah kita harapkan.

KESIMPULAN

12

Terima kasih atas semuanya Kesimpulan dari isi peryataan makalah ini adalah sikap konsumen dalam memilih kebutuhan pokok dan kebutuhan sekundernya di dalam era yang maju ini, kebayakan konsumen tidak mau repot tidak mau untuk pusing cara membuat atau mengolah bahan makanan, dengan adanya pasar modern konsumen dapat memilih secara instant dan cepat saji. Dan juga kebayakan konsumen adalah ibu rumah tangga yang ingin di lakukannya secara cepat dan instant, sebab itulah kebayakan konsumen memilih pasar modern yang lebih bersih , sejuk , dan layanan yang nyaman. Tetapi pasar tradisional juga tidak ingin di tinggalkan konsumen begitu saja, sekarang ini pasar trasional juga tidak mau kalah dengan supermarket modern, seiring bertambahnya zaman pasar tradisional juga kini menjadi pasar tradisional-modern. Dan tidak kalah dengan pasar modern saat ini.

13

Anda mungkin juga menyukai