Anda di halaman 1dari 30

RATIONAL EMOTIVE THERAPY

A. Konsep Dasar Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsepkonsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. 1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang. 2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif. 3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

Sebagai contoh, orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri. Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinankeyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil pengondisian filosofis, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah, didalamnya merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah : 1. Tidak dapat dibuktikan 2. Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu 3. Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional disebabkan oleh: 1. Individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyatan dan imajinasi 2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain 3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media. Indikator sebab keyakinan irasional adalah: 1. Manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan 2. Banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum 3. Kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya 4. Lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya 5. Penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut 6. Pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang

7. Untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural\ 8. Nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu. Menurut Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang diprogram untuk selalu menanggapi pengondisian-pengondisian semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis pikiran-pikiran yang keliru yang biasanya diterapkan orang, di antaranya: 1. Mengabaikan hal-hal yang positif, 2. Terpaku pada yang negatif, 3. Terlalu cepat menggeneralisasi. Secara ringkas, Ellis mengatakan bahwa ada tiga keyakinan irasional: 1. Saya harus punya kemampuan sempurna, atau saya akan jadi orang yang tidak berguna: 2. Orang lain harus memahami dan mempertimbangkan saya, atau mereka akan menderita. 3. Kenyataan harus memberi kebahagiaan pada saya, atau saya akan binasa. C. Tujuan Konseling 1. Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. 2. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah. Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif : 1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu. 2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.

3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional. Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, (10) menerima kenyataan. Ellis berulang kali menegaskan bahwa betapa pentingnya kerelaan menerima dirisendiri. Dia mengatakan, dalam RET, tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia mengkritik teori-teori yang terlalu menekankan kemuliaan pribadi dan ketegaran ego serta konsep-konsep senada lainnya. Menurut Ellis, memang ada alasan-alasan tertentu kenapa orang mengedepankan diri atau egonya, yaitu kita ingin menegaskan bahwa kita hidup dan dalam keadaan baikbaik saja, kita ingin menikmati hidup, dan lain sebagainya. Akan tetapi, jika hal ini dilihat lebih jauh lagi, ternyata mengedepankan diri atau ego sendiri malah menyebabkan ketidaktenangan, seperti yang diperlihatkan oleh keyakinan-keyakinan irasional berikut ini: - Aku ini punya kelebihan atau tak berguna. - Aku ini harus dicintai atau orang yang selalu diperhatikan. - Aku harus abadi. - Aku harus jadi orang baik atau orang jahat. - Aku harus membuktikan diriku.

- Aku harus mendapatkan apa pun yang saya inginkan. Ellis berpendapat bahwa evaluasi-diri yang keterlaluan akan menyebabkan depresi dan represi, sehingga orang akan mengingkari perubahan. Yang harus dilakukan manusia demi kesehatan jiwanya adalah berhenti menilai-nilai diri sendiri. Ellis tampaknya agak skeptis akan keberadaan diri yang sebenarnya seperti yang diyakini Homey atau Rogers . Dia sangat tidak sepakat dengan gagasan tentang adanya konflik antara diri yang teraktualisasi dengan citra diri yang dituntut masyarakat. Menurutnya, diri menurut seseorang dan diri menurut masyarakat bukannya saling bertentangan, sebaliknya saling topang. Dia juga tidak sepakat dengan gagasan yang menyatakan bahwa ada kesatuan transpersonal daIam diri atau jiwa. Agama Buddha, umpamanya, bisa berjalan baik tanpa adanya gagasan ini. Dia juga tidak percaya akan adanya alam bawah sadar mistis seperti yang diajarkan berbagai tradisi atau psikologi transpersonal yang dikemukakan ilmu psikologi. Dia menganggap keadaan kejiwaan semacam ini lebih bersifat tidak otentik ketimbang transenden. Di lain pihak, dia menganggap pendekatannya lahir dari tradisi kuno kaum Stoik dan didukung oleh pemikiran filosofis, terutama pemikiran Spinoza. Dia juga melihat adanya kemiripan tertentu antara pendekatannya dengan eksistensialisme dan psikologis eksistensial. Artinya, pendekatan apa pun yang menempatkan tanggung jawab ke pundak diri individual beserta keyakinan yang dipegangnya lebih mirip dengan pendekatan RET-nya Ellis ini. D. Deskripsi Proses Konseling

Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Tugas konselor menunjukkan bahwa masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional serta usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.

Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan humor dan menekan sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.

Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif : 1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. 2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional. 3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. 4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien. E. Teknik Konseling Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut: Teknik-Teknik Emotif (Afektif) a. Assertive adaptive Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien. b. Bermain peran Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu. c. Imitasi Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif. Teknik-teknik Behavioristik a. Reinforcement Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan

memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya. b. Social modeling Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. Teknik-teknik Kognitif a. Home work assigments, Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor. b. Latihan assertive Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah lakutingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah lakutingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri. Referensi: Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Rasional Emotif. dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-rasionalemotif/

DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling. (Makalah) Lutfi Seli Fauzi. 2008. Rational Emotive Therapy. http://luthfis.wordpress.com/2008/04/03/rational-emotive-theraphy/ dalam

Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas Offset
DeskRipSi tenTang peNgaRuh uRuT-uRuTan keLahIran beRikUt ini didaSarkan paDA teOri aNsbAcher dan AnsbAcher (1964), dReikurS(1953), dan Adler(1958) : 1. Anak suLung bIaSa'a meNdpatkan peRhaTian beSar dan sLama bBp saAt dIa meNjd aNak tn9gaL, dia sdkit dmanjakan sbg puSat peRhaTian. Dia cendRung uTk biSa d pRcya n pekerja keras n brusha untk bisa tetap d dEpan. 2. Anak keDua daRi sat d LahIrkan, perhatian yg dterima sama2 d nkmati dg anak Lain. Biasa'a anak k2 i2 brlaku septi ia slalu brLmba adu cepat n slLu daLam kdaan kkwtan penuh. Anak k2 nIe sLah2 slLu dLam kancAh Lat untk sa Lbh cpat dR kakak'a. Anak k2 ini mengembngkn siasat untk mencAri kLmhan kakak'a untk slnjt'a maju n mendptkn pujian. 3. Anak d tengah sering merasa terSingkirkan. Dia ad kemungknan merasa yakin tntng ktdakadilan h!dup ini n mrasa d curangi. Org ini bisa mengambiL skap kashan pd diri sndiri n bisa menjd pRbLem ch!Ld. 4. Anak bungsu slLu menjd bwah hati keL n cndRng untk menjd anak yg pLng d manja. Ia memiLki peranan istmewa, krna smua swdra-swdra'a tLah mendhuLui'a. Anak bungsu cndrng untk mengmbngkn skap yg membwt'a septi yg lain akan membngun h!dup'a septi diri'a. Anak bngsu cndRng untk mengmbL jLan sndRi. Mrka seRng mengmbngkn cAra yg tdak trPkirkan oLeh keL'a.. 5. Anak tung9aL memiLki pRbLma'a sndRi. Dia memiliki bBp sfat anak sulung. Dia tdak blajar brbgai rasa atau bkrja sama dg anak2 Lain ttapi

alam

teori Gestalt, hal yang perlu diperhatikan adalah konsep tentang form, yaitu suatu elemen yang terstruktur dan tertutup dalam pandangan visual seseorang. Hukum-hukum pada teori Gestalt antara lain: 1. Proksimitas atau kedekatan jarak merupakan kondisi yang paling sederhana dari suatu organisasi. Menurut teori Gestalt, obyek-obyek yang memiliki jarak yang lebih dekat cenderung dilihat lebih berkelompok secara visual. 2. Similiaritas, bila elemen-elemen memiliki similiaritas atau kualitas yang sama dalam hal ukuran, tekstur dan warna, maka elemen-elemen tersebut cenderung akan diamati sebagai suatu kesatuan. 3. Ketertutupan, unit visual cenderung membentuk suatu unit yang tertutup. Persepsi individu sangat tergantung dari fokus pandangannya, sehingga bagian yang terbuka pada suatu elemen akan otomatis dianggap sebagai suatu yang tertutup. 4. Kesinambungan, hukum ini menyatakan bahwa seseorang akan cenderung mengamati suatu elemen yang berkesinambungan sebagai satu kesatuan unit. 5. Bidang dan simetri, hukum ini menyatakan semakin kecil area tertutup dan simetris semakin cenderung terlihat sebagai suatu unit. 6. Bentuk dan latar, bahwa sebuah obyek akan terlihat berbeda ketika sebuah bentuk memiliki latar yang kontras. Esensi dari teori Gestalt adalah bahwa keseluruhan lebih penting daripada bagian-bagiannya. Teori Gestalt menjelaskan bahwa persepsi tidak berdasarkan pada respon yang terisolasi terhadap stimulus khusus, tetapi lebuh kepada reaksi terhadap

stimulus total. Implikasi lain dari persepsi adalah adanya reaksi aktif terhadap lingkungan. Manusia secara aktif akan membuat struktur dan mengatur perasaan terhadap stimulus yang ada. (Deddy Halim, 2005) Berikutnya adalah teori transaksional, teori ini menjelaskan tentang peranan pengalaman persepsi dan menekankan hubungan dinamis antara manusia dan lingkungan. Persepsi merupakan transaksi di mana lingkungan dan pengamat saling bergantung satu dengan yang lainnya. William Ittelson (1960) mendefenisikannya sebagai berikut: Persepsi adalah bagian dari proses yang hidup, di mana setiap orang, dari sudut pandangnya masing-masing menciptakan dunianya dalam mencapai kepuasan. Persepsi adalah transaksi saling bergantung antara lingkungan dan pengamat (Deddy Halim, 2005). Informasi yang didapat seseorang dari lingkungan memiliki propertiproperti simbolis yang memberi makna, kualitas ambient (tidak kasat mata), memunculkan respon-respon emosional, dan pesan-pesan motivasional yang menstimulus kebutuhan. Seseorang juga menempatkan nilai dan properti estetik terhadap hal tersebut. Karena manusia membutuhkan persepsi untuk memahami lingkungan sebagai sebuah pola hubungan yang penuh makna, maka pengalaman masa lalu membentuk dasar-dasar pemahaman terhadap hal yang baru. Kontribusi penting dari teori transaksional terhadap teori desain arsitektur adalah, pengalaman membentuk orang untuk memberi perhatian kepada lingkungan dan kepada apa yang penting bagi dirinya. Salah satu aspek penting dari desain interior adalah mengenai jumlah privasi yang disediakan. Altman (1975) mendefenisikan privasi sebagai kontrol seleksi manusia untuk mengakses kepentingan diri sendiri dan kelompok. Defenisi ini mempunyai dua elemen penting; pertama adalah privasi sebagai kemampuan untuk memisahkan diri dari orang lain, dan kedua adanya ukuran-ukuran fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi. Altman (1975) mengakui pentingnya aspek privasi ruang personal untuk menyajikan informasi mengenai diri seseorang. Karena privasi ini merupakan proses dinamis, sejauh mana orang itu terbuka atau tertutup dari orang lain. Ruang personal dan perilaku teritorial adalah mekanisme privasi yang setidaknya bisa diterima seseorang untuk mencapai tujuannya (Deddy Halim, 2005). Setiap orang menginginkan adanya komunikasi dari aspek-aspek kepribadian mereka dengan orang lain yang mampu merefleksikan keterikatan mereka terhadap ruang. Sifat privasi dalam arsitektur cenderung dipersonalisasi dengan dukungan presentasi dan informasi dari lingkungan fisiknya. Banyak penelitian tentang jarak proksemik yang telah dilakukan, varian yang didapat antara lain jarak intim (0-0,45m), jarak pribadi (0,45-1,2m), jarak sosial (1,2-3,6m), jarak publik (>3,6m), jika dibagi menjadi subfase pada masing-masing jaraknya, akan didapat hal sebagai berikut: Jarak intim

fase dekat (0-15 cm): perlindungan dan kasih sayang, pandangan tidak tajam, tidak perlu suara fase jauh (15-45 cm): jarak sentuh, tidak layak di muka umum, pandangan terdistorsi, bau tercium, suara berbisik

Jarak pribadi

fase dekat (0,45-0,75 m): mempengaruhi perasaan, pandangan terganggu, fokus lelah, tekstur jelas. fase jauh (0,75-1,2 m): pembicaraan soal pribadi, pandangan baik, suara jelas/perlahan.

Jarak sosial

fase jauh (2,1-3,6 m): melihat diri, formalitas. fase dekat (1,2-2,1 m): dominasi dan kerja sama.

Jarak publik

fase jauh (>7,5 m): pembicara dengan audiens. fase dekat (3,6-7,5 m): belum saling kenal.

Studi menunjukaan bahwa perbedaan individu dan situasi selain menentukan jarak personal juga mempengaruhi orienasi tubuh seseorang terhadap orang lain. Salah satunya adalah variabel jenis kelamin, misalnya laki-laki lebih menyukai posisi berhadapan (muka- muka) dengan orang yang disukainya, sementara perempuan lebih suka memilih posisi bersebelahan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Byrne, Baskett, dan Hodges (1971) yang melakukam eksperimen, dimana subyek lelaki dan perempuan dimasukkan ke dalam ruang yang memiliki posisi duduk bersebelahan dan berhadapan dan terdiri dari dua kelompok orang; yang disukainya dan yang tidak disukainya. Subyek perempuan memilh duduk bersebelahan dengan kelompok yang disukainya, sedangkan lelaki memilih berhadaphadapan dengan kelompok yang disukainya. Altman (1975) mengajukan suatu model yang menghubungkan privasi, ruang personal, teritorial, dan kesesakan dengan mengenggap sesak sebagai akibat dari kegagalan mencapai tingkat privasi yang diinginkan. (Psikologi Arsitektur Dedy Hal

Analisis transaksional (TA) adalah merupakan teori kepribadian dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa disaat kita membuat keputusan berdasarkan premis premis masa lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. TA menekankan aspek kognitif dan perilaku dari proses terapeutik. Dalam TA ada tiga sekolah diakui klasik, Schiffian (atau reparenting), dan redecisionaland dua sekolah tidak resmi diidentifikasi sebagai reparenting diri dan korektif orangtua.

Redecisional sekolah yang telah diperoleh dalam menonjol dan merupakan fokus dari bab ini. Tujuan dari analisis transaksional adalah otonomi, yang didefinisikan sebagai kesadaran, spontanitas, dan kapasitas untuk keintiman. Dalam mencapai otonomi orang mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien belajar bagaimana mengenali tiga status ego Parent, Dewasa, dan Anak di mana mereka berfungsi. Klien juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan dimasukkan sebagai anak-anak dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi lifescript yang menentukan tindakan mereka. Pendekatan ini berfokus pada keputusan awal bahwa setiap orang telah dibuat, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru untuk mengubah aspek kehidupan mereka yang tidak lagi bekerja. TA adalah terpisah dari pendekatan terapeutik paling lain dalam kontrak itu dan putusan. Kontrak, yang dikembangkan oleh klien, dengan jelas menyatakan tujuan dan arah dari proses terapeutik. Klien dalam membangun TA dan arah tujuan mereka dan menjelaskan bagaimana mereka akan berbeda saat mereka menyelesaikan kontrak mereka. Kontraktual aspek dari proses terapi cenderung menyamakan kekuatan terapis dan klien. Ini adalah tanggung jawab klien untuk memutuskan apa yang mereka akan berubah. Untuk mengubah keinginan mereka menjadi kenyataan, klien diperlukan untuk secara aktif mengubah perilaku mereka. Latar Belakang Sejarah Analisis transaksional awalnya dikembangkan oleh almarhum Eric Berne (1961), yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. TA berevolusi dari Berne ketidakpuasan dengan lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Berne keberatan utama psikoanalisis adalah bahwa sudah waktunya memakan, kompleks, dan kurang dikomunikasikan kepada klien. Secara historis, TA dikembangkan sebagai perpanjangan psikoanalisis dengan konsep dan teknik khusus dirancang untuk kelompok perlakuan. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan TA kliennya adalah membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka. Sebagai teori kepribadian berevolusi, Berne berpisah dengan psikoanalisis untuk mengabdikan diri penuh waktu untuk teori dan praktek TA (Dusay, 1986). Bern (1961) merumuskan konsep-konsep sebagian besar dari TA dengan memperhatikan apa yang dikatakan kliennya. Dia percaya anak-anak muda mengembangkan sebuah rencana pribadi untuk kehidupan mereka sebagai strategi untuk bertahan hidup fisik dan psikologis dan bahwa orang-orang yang dibentuk dari beberapa tahun pertama mereka dengan sebuah script yang mereka ikuti selama sisa hidup mereka. Dia mulai melihat keadaan ego muncul yang berkorelasi dengan pengalaman masa kecil pasiennya. Dia menyimpulkan bahwa status Ego Anak ini berbeda dari dewasa ego status. Kemudian ia menduga bahwa ada dua orang dewasa menyatakan: satu ia disebut ego Parent status, yang tampaknya menjadi sebuah salinan dari orang tua, yang lain yang merupakan bagian rasional orang, ia menamakan ego Dewasa menyatakan.

Empat fase dalam perkembangan TA telah diidentifikasi oleh Dusay dan Dusay (1989). Fase pertama (1955-1962) mulai dengan Berne s identifikasi status ego (Orangtua, Dewasa, dan Anak), yang memberikan perspektif dari yang untuk menjelaskan berpikir, merasa, dan berperilaku. Dia memutuskan bahwa cara untuk mempelajari kepribadian adalah untuk mengamati di sini-dan-sekarang fenomena seperti klien suara, gerak tubuh, dan kosa kata. Kriteria diamati ini memberikan dasar untuk menyimpulkan seseorang sejarah masa lalu dan untuk memprediksi masalah masa depan. Tahap kedua (1962 1966) berfokus pada transaksi dan permainan. Masa ini merupakan masa dimana TA menjadi populer karena kosa kata lugas dan karena orang-orang bisa mengenali permainan mereka sendiri. Pada saat ini TA untuk pertama kalinya dikenal sebagai suatu pendekatan kognitif, dengan sedikit perhatian yang diberikan terhadap emosi. Tahap ketiga (1966-1970) memberikan perhatian pada skrip lifescripts dan analisis. Sebuah internal lifescript adalah rencana yang menentukan arah kehidupan seseorang. Fase keempat (1970 sampai sekarang) dicirikan oleh penggabungan teknik-teknik baru dalam praktek TA (seperti orang-orang dari kelompok pertemuan gerakan, terapi Gestalt, dan psikodrama). TA bergerak ke arah lebih aktif dan emotif model sebagai cara untuk menyeimbangkan awal penekanan pada faktor-faktor kognitif dan wawasan (Dusay & Dusay, 1989, hal 448). Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan caracara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah. 2. KONSEP KUNCI a. Pandangan mengenai Hakekat Manusia Analisis transaksional berakar pada filsafat antideterministic. Menempatkan iman dalam kapasitas kita untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih tujuan-tujuan baru dan perilaku. Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas dari pengaruh kekuatan sosial. Ia mengakui bahwa kami dipengaruhi oleh ekspektasi dan tuntutan orang lain yang signifikan, terutama karena awal kami keputusan dibuat pada suatu waktu dalam hidup ketika kita sangat tergantung pada orang lain. Kami membuat keputusankeputusan tertentu agar dapat bertahan hidup, baik secara fisik dan psikologis, pada titik tertentu dalam kehidupan. Tapi keputusan awal ini dapat ditinjau dan menantang, dan jika mereka tidak lagi melayani kita, maka keputusan-keputusan baru dapat dibuat.

b. Status Ego Status ego adalah serangkaian terkait pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987). Semua transaksi analis bekerja dengan status-status ego, yang mencakup aspek penting dari kepribadian dan dianggap penting dan karakter pembeda dari TA terapi (Dusay, 1986). Setiap orang memiliki trio dasar Parent, Dewasa, dan Anak (PAC), dan pergeseran terus-menerus individu dari salah satu status yang lain, perilaku mewujudkan ego kongruen dengan keadaan saat ini. Salah satu definisi dari otonomi adalah kemampuan untuk bergerak dengan kelincahan dan niat melalui ego status dan beroperasi dalam satu yang paling sesuai dengan realitas situasi tertentu. Status Ego Orang Tua mengandung nilai-nilai, moral, inti keyakinan, dan perilaku digabungkan dari figur otoritas yang signifikan, terutama orang tua. Dari luar, keadaan ego ini diungkapkan kepada orang lain dalam memelihara kritis atau perilaku. Kita masing-masing memiliki Pemeliharaan Parent dan Critical Parent. Dalam hati, itu dialami sebagai pesan orang tua tua yang terus mempengaruhi Anak batin. Ketika kita berada dalam ego Parent status, kita bereaksi terhadap situasi-situasi seperti yang kita bayangkan orang tua kita mungkin akan bereaksi, atau kita dapat bertindak terhadap orang lain seperti orang tua kita bertindak ke arah kami. Orang Tua berisi semua keharusan dan oughts dan aturan lainnya untuk hidup. Ketika kita berada dalam keadaan yang ego, kita dapat bertindak dengan cara yang sangat mirip dengan yang dimiliki orang tua kita atau orang penting lainnya dalam kehidupan awal kita. Kami dapat menggunakan beberapa dari mereka sangat frasa, dan postur tubuh kita, gerakgerik, suara, dan perilaku yang dapat mereplikasi kami alami di orangtua kita. Status Ego Dewasa adalah prosesor data. Ini adalah bagian dari tujuan orang, yang mengumpulkan informasi tentang apa yang sedang terjadi. Ini bukan emosional atau menghakimi, tetapi bekerja dengan fakta dan dengan realitas eksternal. The Dewasa ini tanpa gairah keyakinan, tetapi banyak masalah juga memerlukan empati dan intuisi untuk diselesaikan. Status Ego Anak adalah keaslian dari bagian hidup kita dan yang paling alami siapa kita. Terdiri dari perasaan, impuls, dan tindakan spontan dan termasuk rekaman pengalaman awal. Ego Anak status dibagi menjadi Anak Alam (NC) dan Diadaptasi Anak (AC), yang keduanya memiliki aspek positif dan negatif. Aspek-aspek positif dari Anak Alam adalah spontan, pernah begitu dicintai, mencintai dan menarik bagianbagian dari kita semua. Aspek negatif dari Anak Alam adalah menjadi impulsif untuk tingkat keselamatan kita terganggu. Aspek positif dari Diadaptasi Anak adalah bahwa kita menanggapi dengan tepat dalam situasi sosial. Aspek negatif dari melibatkan Anak overadapting Diadaptasi mana kita menyerahkan kekuasaan dan diskon kami nilai kita, nilai, dan martabat. Klien dalam terapi TA pertama diajarkan bagaimana mengenali di mana status ego mereka berfungsi pada waktu tertentu: Pemeliharaan Parent, Critical Parent, Adult, Pemeliharaan Anak, atau Diadaptasi Anak. Tujuannya adalah untuk memungkinkan mereka untuk memutuskan secara sadar apakah status atau status bagian lain yang paling sesuai atau berguna. c. Kebutuhan Strokes

Manusia harus dirangsang secara fisik, sosial, dan intelektual. Ketika kita tumbuh dan berkembang, kita perlu diakui untuk siapa kita dan apa yang kita lakukan. Hal ini perlu untuk rangsangan dan pengakuan ini disebut sebagai stroke; stroke adalah setiap tindakan pengakuan atau sumber rangsangan. Sebuah premis dasar dari pendekatan TA adalah bahwa manusia harus menerima baik secara fisik dan psikologis stroke untuk mengembangkan rasa percaya di dunia dan dasar untuk mencintai diri mereka sendiri. Ada banyak bukti bahwa kurangnya kontak fisik dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi dan, dalam kasus ekstrim, dapat menyebabkan kematian. Psikologis stroke verbal dan nonverbal tandatanda penerimaan dan pengakuan juga diperlukan untuk orang-orang sebagai konfirmasi dari nilai mereka. Strokes dapat diklasifikasikan sebagai verbal atau nonverbal, tanpa syarat (menjadi) atau bersyarat (melakukan), dan positif atau negatif. Bersyarat stroke berkata Aku akan menyukai Anda jika dan ketika Anda cara tertentu; mereka diterima untuk melakukan sesuatu. Stroke tanpa syarat berkata Saya bersedia menerima Anda karena siapa Anda dan untuk menjadi siapa diri Anda, dan kami dapat menegosiasikan perbedaan-perbedaan kita. Positif stroke berkata Aku suka kamu, dan mereka dapat dinyatakan dengan hangat sentuhan fisik, kata-kata menerima , penghargaan, senyum, dan ramah gerakan. Stroke ini diperlukan untuk perkembangan psikologis orang yang sehat. Stroke negatif berkata Aku tidak suka kamu, dan mereka juga dapat dinyatakan baik secara verbal dan nonverbal. Menariknya, stroke negatif dianggap lebih baik daripada tidak ada stroke pada segala yang ada, untuk diabaikan. Teori TA memperhatikan bagaimana orang-orang struktur waktu mereka untuk mendapatkan stroke. Ini juga terlihat pada rencana hidup individu untuk menentukan jenis stroke mereka berdua mendapatkan dan memberikan. Menurut TA, itu behooves kita untuk menjadi sadar akan stroke kita bertahan hidup, the strokes bahwa kami berdua meminta dan menerima, dan stroke yang kita berikan kepada orang lain. d. Perintah dan Counterinjunctions The Gouldings redecision kerja didasarkan pada konsep-konsep TA perintah dan keputusan-keputusan awal (M. Goulding, 1987). Kalau orangtua senang dengan perilaku anak, pesan-pesan yang diberikan sering lebih bersifat menizinkan. Namun, ketika orangtua merasa terancam oleh perilaku anak, pesan-pesan yang sering diungkapkan cenderung berbentuk perintah, yang dikeluarkan dari orangtua Anak ego status. Seperti pesan-ekspresi kekecewaan, frustrasi, kecemasan, dan ketidakbahagiaanmenetapkan tidak boleh dilakukan oleh anak-anak yang belajar untuk hidup. Keluar dari penderitaan mereka sendiri, orang tua dapat mengeluarkan pendek ini, tapi daftar besar perintah umum: Jangan. Jangan. Jangan dekat. Jangan terpisah dari saya. Jangan seks Anda. Jangan mau. Tidak perlu. Jangan berpikir. Jangan merasa. Jangan tumbuh dewasa. Don t menjadi seorang anak. Jangan berhasil. Jangan kau. Jangan waras. Jangan baik. Jangan milik (M. Goulding, 1987; Goulding & Goulding, 1979). Pesan-pesan ini sebagian besar diberikan tanpa kata-kata dan pada tingkat psikologis antara kelahiran dan 7 tahun. Kalau orangtua mengamati anak laki-laki atau perempuan mereka tidak berhasil, atau tidak nyaman dengan siapa mereka, mereka berusaha untuk counter efek dari pesan

sebelumnya dengan counterinjunctions. Pesan ini datang dari orang tua ego Parent status dan diberikan pada tingkat sosial. Mereka menyampaikan keharusan, oughts, dan dos harapan orang tua. Contoh counterinjunctions adalah Jadilah sempurna. Coba keras. Cepat. Jadilah kuat. Tolong aku. Masalahnya dengan counterinjunctions ini adalah bahwa tak peduli berapa banyak kita mencoba untuk menyenangkan kita merasa seolah-olah kita masih tidak melakukan cukup atau tidak cukup. Hal ini menunjukkan aturan bahwa pesan-pesan yang diberikan pada tingkat psikologis jauh lebih kuat dan bertahan lama daripada yang diberikan pada tingkat sosial. Perintah ini tidak hanya ditanam di kepala kita sementara kita duduk dengan pasif. Menurut Maria Goulding (1987), baik anak-anak memutuskan untuk menerima pesan orang tua atau untuk melawan mereka. Dengan membuat keputusan dalam menanggapi perintah nyata atau khayalan, kami menganggap beberapa tanggung jawab untuk mengindoktrinasi diri kita sendiri. Klien dalam terapi TA mengeksplorasi keharusan dan shouldnts, the dos dan tidak boleh dilakukan oleh yang mereka telah dilatih untuk hidup, dan bagaimana mereka memungkinkan mereka untuk beroperasi dalam hidup mereka. Langkah pertama dalam membebaskan diri dari perilaku yang sering didikte oleh irasional dan umumnya tidak kritis menerima pesan dari orang tua adalah kesadaran akan perintah-perintah spesifik dan counterinjunctions bahwa seseorang telah diterima sebagai seorang anak. Setelah klien telah mengidentifikasi dan menjadi sadar akan diinternalisasikan ini keharusan, oughts, dos, tidak boleh dilakukan, dan musts, mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk secara kritis memeriksa mereka untuk menentukan apakah mereka bersedia terus hidup oleh mereka. e. Keputusan dan Redecisions Analisis transaksional menekankan kemampuan kita untuk menyadari keputusan yang mengatur perilaku kita dan kemampuan untuk membuat keputusan baru yang akan menguntungkan mengubah arah hidup kita. Bagian ini membahas keputusan yang dibuat sebagai respons terhadap perintah orang tua dan kontra-perintah dan menjelaskan proses redecisional. Daftar berikut, berdasarkan Gouldings karya (1978, 1979), termasuk perintah umum, dan beberapa kemungkinan keputusan yang dapat dibuat sebagai tanggapan terhadap mereka. 1. Jangan melakukan kesalahan. Anak-anak yang mendengar dan menerima pesan ini sering takut mengambil risiko yang dapat membuat mereka terlihat bodoh. Mereka cenderung menyamakan membuat kesalahan dengan menjadi kegagalan. * Kemungkinan keputusan: Aku takut untuk membuat keputusan yang salah, jadi aku hanya tidak akan memutuskan. Karena aku membuat pilihan yang bodoh, aku tidak akan memutuskan sesuatu yang penting lagi! Sebaiknya aku menjadi sempurna jika aku berharap untuk dapat diterima. 2. Jangan. Pesan mematikan ini sering diberikan tanpa kata-kata dengan cara orangtua terus (atau tidak ditahan) anak. Pesan dasar Aku berharap kau tidak dilahirkan. * Kemungkinan keputusan: Aku akan terus mencoba sampai aku mendapatkan kau mencintaiku. 3. Jangan dekat. Terkait dengan perintah ini adalah pesan Jangan percaya dan Jangan cinta. * Kemungkinan keputusan: Aku membiarkan diriku cinta

4.

5.

6.

7.

8.

9.

sekali, dan itu menjadi bumerang. Jangan pernah lagi! Karena hal itu menakutkan untuk mendapatkan dekat, aku akan tetap sendiri jauh. Jangan menjadi penting. Jika Anda terus-menerus diskon ketika Anda berbicara, Anda cenderung percaya bahwa Anda tidak penting. * Kemungkinan keputusan: Jika, secara kebetulan, aku pernah lakukan menjadi penting, aku akan mengecilkan prestasi saya. Jangan anak. Pesan ini mengatakan: Selalu bertindak dewasa! Jangan kekanak-kanakan. Tetaplah kontrol diri. * Kemungkinan keputusan: Aku akan mengurus orang lain dan tidak akan meminta banyak diriku sendiri. Aku tidak akan membiarkan diriku bersenang-senang. Jangan tumbuh. Pesan ini diberikan oleh ketakutan orangtua yang enggan anak dari tumbuh dewasa dalam banyak cara. * Kemungkinan keputusan: Aku akan tinggal seorang anak, dan dengan cara itu aku akan mendapatkan orang tua saya untuk menyetujui saya. Aku tidak akan seksual, dan cara itu ayahku tidak akan mendorong aku pergi. Jangan berhasil. Jika anak-anak secara positif diperkuat untuk gagal, mereka dapat menerima pesan bukan untuk mencari kesuksesan. * Kemungkinan keputusan: Aku tidak akan pernah melakukan apa pun yang cukup sempurna, jadi kenapa coba? Aku akan berhasil, tidak peduli apa yang diperlukan. Kalau aku tidak berhasil, maka saya akan tidak harus tinggal sampai dengan harapan yang tinggi lainnya telah dari saya. Jangan kau. Ini menyarankan untuk melibatkan anak-anak bahwa mereka adalah salah seks, bentuk, ukuran, warna, atau memiliki ide atau perasaan yang tidak dapat diterima kepada sosok orang tua. * Kemungkinan keputusan: Mereka akan mencintai saya hanya jika aku seorang anak laki-laki (perempuan), sehingga tidak mungkin untuk mendapatkan cinta mereka. Aku akan berpura-pura Ima anak laki-laki (perempuan). Jangan waras dan Jangan terlihat sehat. Sebagian anak-anak mendapat perhatian hanya ketika mereka secara fisik sakit atau bertindak gila. * Kemungkinan keputusan: Aku akan sakit, dan kemudian aku akan termasuk. Saya gila.

10. Jangan milik. Perintah ini dapat menunjukkan bahwa keluarga merasa bahwa anak tidak milik di mana saja. * Kemungkinan keputusan: Aku akan menjadi seorang penyendiri selamanya. Aku tidak akan pernah punya tempat. Apa pun perintah orang-orang yang telah menerima, dan apa pun yang dihasilkan keputusan-keputusan hidup, analisis transaksional berpendapat bahwa orang dapat membuat hidup substantif perubahan dengan mengubah keputusan mereka-oleh redeciding pada saat itu. Sebuah asumsi dasar TA adalah bahwa apa pun yang telah dipelajari dapat relearned. Sebagai bagian dari proses terapi TA, klien sering didorong untuk kembali ke masa kanak-kanak adegan di mana mereka tiba pada keputusan yang membatasi diri. Terapis dapat memfasilitasi proses ini dengan salah satu intervensi berikut: Ketika Anda berbicara, berapa lama yang Anda rasakan? Apakah apa yang Anda katakan mengingatkan Anda tentang sewaktu-waktu ketika Anda masih kecil? Apa gambar yang datang ke pikiran Anda sekarang? Bisakah Anda membesar-besarkan bahwa kerutan di wajah Anda? Apa perasaan Anda? Adegan apa yang muncul dalam pikiran saat Anda mengalami kening berkerut Anda?

Mary Goulding (1987) mengatakan bahwa ada banyak cara untuk membantu klien untuk kembali ke beberapa titik kritis dalam masa kanak-kanak. Begitu di sana, ia menambahkan, reexperiences klien adegan, dan kemudian dia menghidupkan kembali dalam fantasi dalam beberapa cara baru yang memungkinkan dirinya untuk menolak keputusan lama (hal. 288). Setelah klien mengalami berada di redecision dari adegan tua, desain eksperimen mereka sehingga mereka dapat mempraktekkan perilaku baru untuk memperkuat redecision mereka baik dalam dan keluar dari kantor terapi. Dengan masing-masing dari sepuluh perintah-perintah dasar yang telah diuraikan sebelumnya (dan beberapa kemungkinan keputusan yang mengalir dari mereka), ada banyak kemungkinan untuk keputusan-keputusan baru. Dalam setiap kasus terapis memilih adegan awal yang sesuai dengan perintah klien / pola keputusan, sehingga adegan akan membantu klien ini membuat redecision tertentu. Misalnya, adegan Brenda menghidupkan kembali bersama orang tuanya ketika dia membelai positif atas kegagalan atau sedang negatif membelai untuk berhasil. Itu rupanya pada saat-saat bahwa dia menerima perintah Jangan sukses. Terapis nya tantangan nya untuk memeriksa apakah keputusan, yang mungkin telah fungsional atau bahkan perlu di masa lalu, saat ini tepat. Dia mungkin redecide bahwa Aku akan membuat itu, dan aku berhasil, meskipun itu bukan apa yang Anda inginkan dari aku. Contoh lain adalah Jason, yang akhirnya melihat bahwa ia menanggapi perintah ayahnya Jangan tumbuh dengan memutuskan tetap tak berdaya dan belum dewasa. Dia ingat belajar bahwa ketika ia independen ayahnya berteriak kepadanya dan, ketika ia tak berdaya, ia diberi perhatian ayahnya. Karena ia ingin persetujuan ayahnya, Jason memutuskan, Aku akan tetap menjadi seorang anak selama-lamanya. Selama sesi terapi, Jason kembali ke masa kanak-kanak adegan di mana ia membelai untuk ketidakberdayaan, dan dia berbicara kepada ayahnya sekarang berada dalam cara yang dia tidak pernah melakukan seperti seorang anak: Ayah, walaupun aku masih ingin persetujuan Anda, saya tidak perlu itu ada. Penerimaan Anda tidak sebanding dengan harga aku harus membayar. Aku mampu memutuskan untuk diri sendiri dan berdiri di kedua kakiku sendiri. Aku akan menjadi orang yang saya inginkan, bukan anak itu yang kau ingin aku berada. Dalam hal ini bekerja redecision Brenda dan Jason masukkan fantasi masa lalu dan menciptakan adegan-adegan di mana mereka dapat dengan aman menyerah tua dan saat ini tidak sesuai keputusan awal, karena keduanya dipersenjatai dengan pemahaman di masa sekarang yang memungkinkan mereka untuk menghidupkan kembali pemandangan dengan cara yang baru. Proses redecision adalah awal dan bukan akhir. The Gouldings (1979) percaya bahwa adalah mungkin untuk memberikan akhir baru ke adegan di mana keputusan dibuat asli-akhir baru yang sering menghasilkan sebuah awal baru yang memungkinkan klien untuk berpikir, merasa, dan bertindak dalam cara-cara direvitalisasi. Setelah klien mengalami fantasi redecision melalui kerja, mereka dan eksperimen desain terapis mereka sehingga mereka dapat mempraktekkan perilaku baru untuk memperkuat keputusan mereka. The Gouldings mempertahankan bahwa klien dapat menemukan kemampuan untuk mandiri dan untuk mengalami rasa kebebasan, semangat, dan energi. e. Games Sebuah transaksi, yang dianggap sebagai unit dasar komunikasi, terdiri dari stroke pertukaran antara dua atau lebih banyak orang. Sebuah permainan adalah serangkaian berkelanjutan transaksi yang berakhir dengan hasil negatif diminta oleh skrip yang

mengakhiri permainan dan kemajuan suatu cara untuk merasa buruk. Sesuai dengan sifatnya, permainan yang dirancang untuk mencegah keintiman. Permainan terdiri dari tiga elemen dasar: serangkaian transaksi yang saling melengkapi di permukaan tampak masuk akal; sebuah transaksi yang tersembunyi adalah agenda tersembunyi dan hasil negatif yang mengakhiri permainan dan merupakan tujuan sesungguhnya dari permainan. Bern (1964) menggambarkan sebuah antologi permainan yang berasal dari tiga posisi: penganiaya, penyelamat, dan korban. Misalnya, orang yang telah memutuskan mereka tidak berdaya mungkin memainkan beberapa versi dari Poor Me atau Kick Me. Mahasiswa kehilangan atau lupa mengerjakan PR untuk kedua kalinya minggu ini dan membuat pengumuman secara terbuka di kelas. Guru marah, dan mahasiswa yang mengambil hasil dan mendapatkan perhatian dibayar dalam proses. Orang-orang yang merasa lebih unggul mungkin baik menganiaya atau penyelamatan. Para penganiaya memainkan beberapa bentuk Baik atau Treatment (mencari-cari kesalahan), sedangkan penyelamat memainkan beberapa bentuk Saya hanya berusaha membantu Anda. Bern menggambarkan berbagai permainan umum, termasuk Ya, tetapi , Kick me, lelah, Kalau bukan karena Anda, Martyr, Bukankah itu mengerikan, Aku hanya berusaha membantu Anda, keributan, dan Lihat apa yang membuat saya lakukan! Permainan selalu memiliki beberapa hasil (atau kalau tidak mereka tidak akan diabadikan), dan satu hadiah umum adalah dukungan untuk keputusan yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Misalnya, orang yang telah memutuskan bahwa mereka tidak berdaya mungkin memainkan Ya, tetapi permainan. Mereka meminta orang lain untuk bantuan dan kemudian menyambut saran dengan daftar alasan mengapa saran tidak akan bekerja; demikian, mereka merasa bebas untuk berpegang teguh pada ketidakberdayaan mereka. Pecandu dari Kick me permainan sering orang-orang yang telah memutuskan untuk ditolak; mereka menetapkan diri untuk dianiaya oleh orang lain sehingga mereka dapat memainkan peran sebagai korban yang tidak ada yang suka. Dengan terlibat dalam bermain game, orang-orang menerima stroke dan juga memelihara dan mempertahankan keputusan awal mereka. Mereka menemukan bukti untuk mendukung pandangan mereka tentang dunia, dan mereka mengumpulkan perasaan buruk. Ini perasaan yang tidak menyenangkan orang mengalami setelah permainan yang dikenal sebagai raket. Sebuah raket yang akrab perasaan emosi yang dipelajari dan didorong di masa kanak-kanak dan berpengalaman dalam berbagai situasi stres, tetapi sebagai orang dewasa maladaptive sarana pemecahan masalah (Stewart & Joines, 1987). Raket punya banyak kualitas yang sama seperti perasaan orang-orang itu sebagai anak-anak. Raket ini dipelihara dengan benar-benar memilih situasi yang akan mendukung mereka. Oleh karena itu, orang-orang yang biasanya merasa tertekan, marah, atau bosan dapat secara aktif mengumpulkan perasaan ini dan memberi makan mereka ke dalam perasaan lama pola-pola yang sering mengakibatkan stereotip cara berperilaku. Mereka juga memilih permainan mereka akan bermain untuk mempertahankan raket mereka. Ketika orang-orang merasa buruk, mereka sering mendapat simpati dari orang lain atau mengendalikan orang lain dengan suasana hati buruk mereka. Dalam terapi, klien TA diajarkan untuk membuat hubungan antara permainan mereka bermain sebagai anak-anak dan orang-orang yang bermain sekarang-misalnya, bagaimana mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian di masa lalu dan bagaimana

upaya-upaya masa lalu itu berhubungan dengan permainan mereka bermain sekarang untuk mendapatkan mengelus. Tujuannya di sini adalah untuk menawarkan kesempatan klien untuk menurunkan permainan tertentu demi menjawab jujur-kesempatan yang dapat menyebabkan mereka menemukan cara untuk mengubah stroke negatif dan belajar bagaimana memberi dan menerima stroke positif. f. Dasar Psikologis Hidup Posisi dan Lifescripts Keputusan mengenai diri sendiri, satu dunia, dan hubungan seseorang kepada orang lain yang mengkristal selama 5 tahun pertama kehidupan. Putusan tersebut adalah dasar bagi perumusan posisi hidup, yang berkembang menjadi peranan dari lifescript. Umumnya, sekali seseorang telah memutuskan pada posisi hidup, ada kecenderungan untuk itu tetap tetap kecuali ada intervensi, seperti terapi, untuk mengubah keputusan yang mendasarinya. Permainan ini sering digunakan untuk mendukung kehidupan dan mempertahankan posisi dan bermain keluar lifescripts. Orang-orang mencari keamanan dengan mempertahankan bahwa yang akrab, meskipun akrab mungkin sangat tidak menyenangkan. Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, permainan seperti Kick me mungkin menyenangkan, tetapi mereka memiliki keutamaan yang memungkinkan pemain untuk mempertahankan posisi yang akrab dalam kehidupan, meskipun posisi ini adalah negatif. Analisis transaksional mengidentifikasi empat kehidupan dasar posisi, yang semuanya didasarkan pada keputusan yang dibuat sebagai akibat dari pengalaman masa kanakkanak, dan semua yang menentukan bagaimana orang-orang merasa tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain: 1. 2. 3. 4. Aku kau OK-OK. Aku baik-baik-kau tidak OK. Aku tidak OK-kau OK. Aku tidak apa-apa-kau tidak OK.

I Im OK-OK kau umumnya permainan posisi bebas. Ini adalah keyakinan bahwa orang mempunyai nilai dasar, nilai, dan martabat sebagai manusia. Bahwa orang-orang OK adalah pernyataan dari esensi mereka, belum tentu perilaku mereka. Posisi ini dicirikan oleh sikap kepercayaan dan keterbukaan, kesediaan untuk memberi dan menerima, dan penerimaan orang lain seperti mereka. Orang-orang dekat dengan diri mereka sendiri dan orang lain. Ada pecundang, hanya pemenang. Aku baik-baik-kau tidak OK adalah posisi orang yang proyek masalah-masalah mereka ke orang lain dan menyalahkan mereka, meletakkannya, dan mengkritik mereka. Permainan yang memperkuat posisi ini melibatkan sok superior (yang Aku baik-baik) yang proyek marah, jijik, dan cemoohan ke rendah yang ditunjuk, atau kambing hitam (yang Kau tidak OK). Posisi ini adalah bahwa orang yang membutuhkan tertindas untuk mempertahankan atau rasa OKness. Aku tidak OK-OK kau dikenal sebagai posisi dan depresi ditandai oleh perasaan tidak berdaya dibandingkan dengan orang lain. Biasanya orang-orang seperti melayani kebutuhan orang lain, bukan mereka sendiri dan umumnya merasa menjadi korban. Games mendukung posisi ini termasuk Kick saya dan Martyr-permainan yang mendukung kekuatan orang lain dan menyangkal orang itu sendiri.

Yang aku tidak OK-OK kuadran kau tidak dikenal sebagai posisi kesia-siaan dan frustrasi. Operasi dari tempat ini, orang-orang telah kehilangan minat dalam hidup dan dapat melihat kehidupan sebagai benar-benar tanpa janji. Ini sikap yang merusak diri adalah karakteristik dari orang-orang yang tidak mampu mengatasi di dunia nyata, dan hal itu dapat mengakibatkan penarikan ekstrim, kembali ke perilaku kekanak-kanakan, atau perilaku kekerasan yang mengakibatkan cedera atau kematian diri sendiri atau orang lain. Pada kenyataannya masing-masing dari kita memiliki posisi favorit kami beroperasi dari bawah stres. Tantangannya adalah untuk menjadi sadar betapa kita berusaha untuk membuat kehidupan nyata melalui kehidupan dasar eksistensial kita posisi dan menciptakan sebuah alternatif. Terkait dengan konsep dasar posisi psikologis adalah lifescript, atau rencana untuk kehidupan. Lifescript pribadi adalah rencana kehidupan bawah sadar yang dibuat di masa kanak-kanak, diperkuat oleh orang tua, dibenarkan oleh peristiwa berikutnya, dan mencapai puncaknya pada alternatif yang dipilih (Stewart & Joines, 1987). Script ini, sebagaimana telah kita lihat, yang dikembangkan pada awal hidup sebagai hasil dari ajaran orangtua (seperti perintah dan counterinjunctions) dan keputusan awal yang kita buat. Di antara keputusan tersebut adalah memilih posisi psikologis dasar, atau peran dramatis, bahwa kita bermain di lifescript kami. Memang, lifescripts dapat dibandingkan dengan produksi panggung yang dramatis, dengan tokoh karakter, plot, adegan, dialog, dan berbagai latihan. Pada intinya, lifescript adalah cetak biru yang mengatakan orang-orang di mana mereka akan pergi dalam hidup dan apa yang akan mereka lakukan ketika mereka tiba. Menurut Berne (1972), melalui interaksi awal dengan orang tua dan orang lain kita menerima pola stroke yang mungkin baik mendukung atau meremehkan. Berdasarkan pola membelai ini, kita membuat keputusan eksistensial dasar tentang diri kita sendiri yaitu, kita asumsikan satu dari empat posisi kehidupan yang baru saja dijelaskan. Keputusan eksistensial ini kemudian diperkuat oleh pesan (baik verbal dan nonverbal) yang kita terus terima selama hidup kita. Hal ini juga diperkuat dengan hasil permainan kami, raket, dan interpretasi peristiwa. Selama masa kanak-kanak kami tahun kami juga membuat keputusan apakah orang-orang yang dapat dipercaya. Sistem keyakinan dasar kita demikian dibentuk melalui proses ini memutuskan tentang diri sendiri dan orang lain. Jika kita berharap untuk mengubah kehidupan saja yang kita bepergian, itu akan membantu untuk memahami komponen dari naskah ini, yang untuk sebagian besar menentukan pola kita berpikir, merasa, dan berperilaku. Melalui sebuah proses yang dikenal sebagai analisis naskah, klien dapat menjadi sadar betapa mereka peroleh lifescript mereka dan mampu melihat lebih jelas peran hidup mereka (dasar kehidupan psikologis posisi). Analisis script membantu klien melihat cara-cara di mana mereka merasa terdorong untuk bermain lifescript mereka dan menawarkan alternatif pilihan hidup mereka. Tempatkan dengan cara lain, proses terapeutik klien mengurangi dorongan untuk bermain game yang membenarkan perilaku yang diperlukan dalam naskah kehidupan mereka. Analisis script menunjukkan proses dengan mana orang-orang mendapatkan script dan strategi yang mereka gunakan untuk membenarkan tindakan mereka berdasarkan hal itu. Tujuannya adalah untuk membantu klien membuka kemungkinan untuk membuat perubahan dalam pemrograman awal. Klien diminta untuk mengingat kisah-kisah favorit mereka sebagai anak-anak, untuk menentukan bagaimana mereka masuk ke

dalam cerita-cerita atau dongeng, dan untuk melihat bagaimana kisah-kisah ini sesuai dengan pengalaman hidup mereka saat ini. Steiner (1967) mengembangkan sebuah lifescript kuesioner yang dapat digunakan sebagai katalis untuk analisis naskah dalam sesi terapi untuk membantu klien mengeksplorasi komponen signifikan-lifescript mereka di antara mereka, hidup posisi dan permainan. Dalam menyelesaikan daftar periksa script ini, klien menyediakan informasi dasar seperti arah hidup mereka, model-model dalam hidup mereka, sifat perintah mereka, maka hadiah yang mereka cari, dan berakhir tragis mereka harapkan dari kehidupan. Analisis lifescript individu didasarkan pada drama-nya keluarga asli. Sebagai hasil mengeksplorasi apa yang mereka pelajari berdasarkan lifescript mereka, klien belajar tentang perintah-perintah mereka diterima secara tidak kritis sebagai anak-anak, keputusan mereka dibuat sebagai tanggapan terhadap pesan ini, dan permainan dan raket sekarang mereka terapkan untuk menjaga keputusan awal ini hidup. Dengan menjadi bagian dari proses penemuan diri, klien meningkatkan kesempatan untuk datang ke pemahaman yang lebih dalam belum selesai mereka sendiri bisnis psikologis, dan di samping itu, mereka memperoleh kemampuan untuk mengambil beberapa langkah-langkah awal untuk keluar dari pola-pola merugikan diri sendiri. oleh : Gerald Corey Edisi Kedelapan (2009) http://ewintri.co.cc/ Client Centered Therapy adalah suatu pendekatan konseling / terapi yang berfokus pada manusia (orang) yang sedang konseling (Client), bukan pada metode atau penyelesaian masalahnya. Terapi ini memakai pendekatan Roger. Video ini menjelaskan mengenai terapi tersebut dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan terapi tersebut juga contoh praktik langsung menggunakan terapi tersebut. Kajian editorial Durasi

Teori Konseling Client - Centered


Konsep Dasar Tentang Manusia Menurut Teori Client Centerd Client Centered Theory sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri (self-deception). Yang mana Rogerian tidak hanya berisi pertanyaan-pertanyaan teori tentang kepribadian dan psikoterapi, tetapi juga suatu pendekatan, suatu orientasi atau pandangan tentang kehidupan.

Rogers membangun teorinya ini berdasarkan penelitian dan observasi langsung terhadap peristiwa-peristiwa nyata, dimana pada akhirnya. ia memandang bahwa manusia pada hakekatnya adalah baik. Beberapa konsepsi Rogers tentang hakekat manusia (human being) adalah sebagai berikut: a. Manusia tumbuh melalui pengalamannya, baik melalui perasaan, berfikir, kesadaran ataupun penemuan. b. Hidup adalah kehidupan saat ini dan lebih dari pada perilaku-perilaku otornatik yang ditentukan oleh kejadian-kejadian masa lalu, nilai-nilai kehidupan adalah saat ini dari pada masa lalu, atau yang akan datang. c. Manusia adalah makhluk subyektif, secara, esensial manusia hidup dalam pribadinya sendiri dalam dunia subjektif d. Keakraban hubungan manusia merupakan salah satu cara seseorang paling banyak memenuhi kebutuhannya. e. Pada umumnya. setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan untuk bebas, spontan, bersama-sama dan saling berkomunikasi. f. Manusia memiliki kecenderungan ke arah aktualisasi, yaitu tendensi yang melekat pada organisme untuk mengembangkan keseluruhan kemampuannya dalam cara memberi pemeliharaan dan mempertinggi aktualisasi diri. Dimana, Rogers mengemukakan beberapa pendapatnya sebagai berikut: - Kecenderungan aktualisasi diri merupakan motivasi pertahanan utama dari organisme manusia. - Merupakan fungsi dari keseluruhan organisme. - Merupakan konsepsi luas dari motivasi, termasuk pernenuhan kebutuhan dan motifmotifnya. - Kehidupan adalah suatu proses aktif dan memiliki kapasitas untuk aktualisasi diri mereka sendiri. - Manusia adalah makhluk yang baik, konstruktif atau reliable, dan menjadi bijaksana karena kemampuan intelektualnya. Dalam teori kepribadian, Rogers memandang bahwa: a. Setiap manusia berada dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah dengan sendiri sebagai pusatnya. b. Reaksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya sebagai hal yang dialami dan diterima. Lapangan yang dipersepsi ini bagi individu adalah suatu realitas.

c. Perilaku organisme pada dasamya diarahkan oleh usaha-usaha organisme untuk memperoleh kepuasan terdapat kebutuhannya. d. Pemahaman perilaku terbaik hanya akan diperoleh melalui atau berdasarkan Frame Of Reference individu itu sendiri. e. Cara terbaik dalam mengadopsi perilaku adalah berdasarkan pada konsistensi terhadap self concept-nya. f. Perilaku pertahanan (diri) menunjukkan adanya ketidakkonsistenan antara organisme dengan self consep. g. Penyesuaian yang optimal atau pribadi yang berfungsi sepenuhnya hanya akan terjadi bila self concept adalah kongruen dengan pengalamannya, dan tindakannya merupakan tendensi aktualisasi diri yang juga merupakan aktualisasi diri yang juga merupakan aktualisasi dari self Ciri-Ciri Teori Client Centered Rogers tidak mengemukakan teori client-centered sebagai suau pendekatan terapi dan tuntas. la mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan perkembangan proses terapi dan bukan sebagai dogma. Rogers (1974, h. 213-214) menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered dari pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini adaptasi dari uraian Rogers. Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih panas bagi dirinya. Pendekatan client centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien. Dengan simpati yang cermat dan dengan usaba untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia. Prinsip-prinsip psikoterapi yang sama diterapkan pada semua orang yang 99 normal" yang "neurotik" dan yang "psikotik". Berdasarkan konsep bahwa hasrat untuk bergerak menuju kematangan psikologis berakar dalam pada manusia, prinsip-prinsip terapi cliet centered diterapkan pada individu yang fungsi psikologisnya berada pada taraf yang relatif normal maupun individu yang derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar.

Menurut pendekatan client centered, psikoterapi hanyalah salah satu contoh dari hubungan pribadi yang konstruktif. Klien mengalami pertumbuhan psikoterapeutik di dalam dan melalui hubungan dengan seseorang yang membantunya melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya sendirian. Itu adalah hubungan dengan konselor yang selaras (menyeimbangkan tingkah laku dan ekspresi eksternal dengan perasaanperasaan dan pemikiran-pemikiran internal), bersikap menerima dan empatik yang bertindak sebagai agen perubahan terapeutik pada klien. Rogers mengajukan hipotesis bahwa ada sikap-sikap tertentu pada pihak terapis (ketulusan, kehangatan, dan penerimaan yang nonposesif, dan empati yang akurat) yang membentuk kondisi-kondisi yang diperlukan dan memadai bagi keefektifan terapeutik pada klien. terapi client centerd memasukan konsep bahwa fungsi terapis adalah tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada pengalaman disini dan sekarang yang tercipa melalui hubungan antar klien. Barangkali lebih daripada pendekatan psikoterapi tunggal yang lainnya, teori client centered dikembangkan melalui penelitian tentang tentang proses dan hasil terapi. Teori client centered bukanlah suatu teori yang tertutup, melainkan suatu teori yang tumbuh melalui observasi-observasi konseling bertahun-tahun dan yang secara sinambung berubah sejalan dengan peningkatan pemahaman terhadap manusia dan terhadap proses terapeutik yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian baru. Jadi, terapi client centered bukanlah, sekumpulan teknik, juga bukan satu dogma. Pendekatan client centered, yang berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan yang ditunjukan oleh terapis, barangkali paling tepat dicirikan sebagai suatu cara, ada dan sebagai perjalanan bersama di mana baik terapis maupun klien memperlihatkan kemanusiaannya dan berpartisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.

Tujuan Teori Client Center Secara umum tujuan konseling dapat dikelompokkan menjadi dua, ialah - Tujuan-tujuan personality grow type Termasuk dalam hal ini misalnya pertumbuhan gaya hidup secara positif pengintegrasian kepribadian, atau pengurangan konflik-konflik intrapsikis.

- Cure type atau tujuan-tujuan yang lebih spesifik, misalnya reduksi simptom-simpton rasa sakit, menjadi lebih tegas membuat keputusan vokasional yang efektif Client Centered Therapy pada dasarnya memiliki tujuan konseling yang termasuk personality growth type karena tujuan utamanya adalah reorganisasi self, sedangkan pada tujuan-tujuan tipe problem solving tidak mengandung unsur reorganisasi self, Dinyatakan pula bahwa tujuan konseling pendekatan ini adalah meningkatkan keterbukaan pengalaman sehingga akan meningkatkan self konsep dengan pengalamanpengalamannya, sehingga akan tumbuh menjadi Morefullyfunction person. Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengembangkan agar klien bisa memahami halhal yang berada di balik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepurapuraan. dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh di hadapan orang lain dan dalam usahanya untuk menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri. Apabila dinding itu runtuh selama proses terapeutik, orang macam apa yang muncul di balik kepura-puraan itu? Rogers (1961) menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualkan: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman 2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri 3. Tempat evaluasi internal 4. Kesediaan untuk menjadi suatu proses Tujuan-tujuan terapi yang telah diuraikan di atas adalah tujuan-tujuan yang luas, yang menyajikan suatu kerangka umum untuk memahami arah gerakan terapeutik. Terapis tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi klien, tonggak terapi client centered adalah anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yang menunjang. Memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuannya sendiri. Bagaimanapun, banyak konselor yang mengalami kesulitan dalam memperbolehkan klien untuk menetapkan sendiri tujuan-tujuannya yang khusus dalam terapi. Meskipun mudah untuk berpura-pura terhadap konsep "klien menernukan jalan sendiri", ia menuntut terhadap respek terhadap klien dan keberanian pada terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahnya sendiri

terutama pada saat klien membuat pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihanpilihan yang diharpkan oleh terapis. Fungsi Teori Client Centered Peran terapis client centered berakar pada cara-cara. keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadi klien "berbuat sesuatu". Penelitian tentang terapi client centered tampaknya menunjukan. bahwa yang menuntut perubahan kepribadian klien adalah sikap-sikap terapis alih-alih pengetahuan, teori-teori atau teknik-teknik yang dipergunakannya. Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Dengan menghadapi klien pada araf pribadi ke pribadi, maka "peran" terapis adalah tanpa peran. Adapun fungsi terapis adalah membangun suatu iklim terapeutik yang menunjang pertumbuhan klien. Jadi, client centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Klien menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemingkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam dunia. Yang pertama dan terutama, terapis harus bersedia menjadi nyata dalarn hubungan dengan klien terapis menghadapi klien berlandaskan pengalaman dari saat ke saat dan membantu klien dengan kategori diagnostik yang telah dipersiapkan. Melalui perhatian yang tulus, respek, penerimaan. dan pengertian terapis, klien bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang jelas tinggi.

Proses dan Prosedur Konseling Menurut Teori Client Centered Pemahaman dari proses dan prosedur konseling ini dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu: a. Kondisi-kondisi konseling Rogers percaya bahwa keterampilan-keterampilan teknis dan latihan-latihan khusus tidak menjamin keberhasilan konseling atau therapy, tetapi sikap-sikap tertentu dari

konselor merupakan elemen penting dalam perubahan klien. Sikap tertentu tersebut merupakan Condition Variable atau Facilitative Conditions, termasuk sebagai berikut: - Dalam relationship, therapist hendaknya tampil secara. kongruen atau tampil apa adanya (asli). - Penghargaan tanpa syarat terhadap pengalaman-pengalaman klien secara positif dan penerimaan secara hangat. - Melakukan emphatik secara akurat. Dengan kondisi tersebut memungkinkan klien mampu menerima konselor sepenuhnya, di samping terjadinya iklim Therapeutik. Clint Centered juga sering dideskripsikan sebagai konseling, konselor tampak passive, karena kerja konselor hanya mengulang apa yang diucapkan klien sebelumnya, bahkan sering dikatakan sebagai teknik wawancara khusus. Hal ini disebabkan karena mereka melihat permukaannya saja. Ketiga kondisi di atas, tidak terpisah satu dengan yang lain masing-masing saling bergantung dan berhubungan, di samping itu, terdapat beberapa konsidi yang memudahkan komunikasi, seperti sikap badan, ekspresi wajah, nada suara, komentarkomentar yang akurat. Menurut pandangan pendekatan client centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien. teknikteknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri sebab,dengan demikian, terapis tidak akan menjadi sejati. Hart (1970) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode sebagai berikut: Periode 1 (1940-1950: Psikoterapi nondirektif Pendekatan ini menekankan penciptaan iklim permisif dan noninterventif. Penerimaan dan klarifikasi menjadi teknik-teknik yang utama. Melalui terapi nondirektif, klien akan mencapai pernahaman atas dirinya sendiri dan atas situasi kehidupannya. Periode 11 (1950-1957): Psikoterapi reflektif terapis terutama merefieksikan perasaanperasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungannya dengan kliennya. Melalui terapi reflektif, klien marnpu mengembangkan keselarasan antara konsep diri dan konsep diri yang idealnya. Periode 111 (1957-1970): Psikoterapi eksperiensial. Ingkah laku yang luas dari terapis yang mengungkapkan sikap-sikap dasarnya menandai pendekatan terapi eksperiensial ini. Terapi difokuskan pada. apa yang sedang dialami oleh klien dan pada pengungkapan apa. yang sedang dialami oleh terapis. Klien tumbuh pada suatu

rangkaian keseluruhan. (Continuum) dengan belajar menggunakan apa yang sedang langsung dialami. b. Proses konseling Pada dasamya teori ini tidak ada proses therapy yang khusus, namun beberapa hal berikut ini menunjukkan bagaimana proses konseling itu terjadi. - Awal Sernula dijelaskan proses konseling dan psikoterapi sebagai cara kerja melalui kemajuan yang bertahap, tetapi overlaving, Sp Der (1945), menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan emosi yang negatif kemudian diikuti dengan pertanyaanpernyataan emosi yang positif, dan keberhasilan konseling adalah dengan mengarahkan penyataan-penyataan tersebut kepada insight, diskusi perencanaan aktivitas. - Perubahan. Self Proses konseling berarti pula proses perubahan self konsep dan sikap-sikap kea rah self. Konseling yang berhasil berarti bergeraknya. perasaan-perasaan yang negatif ke arah yang positif. - Teori Formal Rogers juga mengemukakan teori formal tentang proses konseling (1953), yaitu: a) Klien secara meningkat menjadi lebih bebas dalam menyatakan perasaan perasaannya. b) Munculnya perbedaan objek dari ekspresi perasaan persepsinya. c) Perasaan-perasaan yang diekspresikan secara. bertahap menampakkan adanya kecenderungan inkongruensi antara pengalaman tertentu dengan self konsepnya. d) Self konsep secara meningkat menjadi terorganisir, termasuk pengalamanpengalaman. yang sebelumnya ditolak dalam kesadarannya. e) Klien secara meningkat merasakan adanya penghargaan diri secara. positif. - Pengalaman-pengalaman Merasakan pengalaman-pengalaman tertentu dengan segera dalam konseling merupakan kondisi yang tepat dalam konseling. Selanjutnya, Rogers juga mengungkapkan adanya tujuan variable yang secara parallel lebih merupakan kesatuan proses, yaitu makna perasaan pribadi, pola pengalaman, tingkat

ketidakkongruennya, komunikasi self, pola pengalaman yang dikonstruksi, hubungan dengan masalah-masalahnya, dan pola hubungan dengan yang lainnya. c. Hasil konseling Pada prinsipnya sulit untuk membedakan antara proses dengan hasil konseling. Ketika kita mempelajari hasil secara langsung, maka sebenarnya kita menguji perbedaanperbedaan antara dua perangkat observasi yang dibuat pada awal dan akhir dari rangkaian wawancara. Walau demikian Rogers mengatakan hasil konseling ialah klien menjadi lebih kongruen, lebih terbuka terhadap masalah-masalahnya, kurang defensif, yang sernua ini nampak dalam. dimensi-dimensi pribadi dan perilaku. Berdasarkan hasil riset, beberapa hasil konseling antara lain: - Peningkatan dalarn penyesuaian psikologis. - Kurangnya keteganggan pisik dan pemikiran kapasitas yang lebih besar untuk merespon rasa frustasi. - Menurutnya sikap defensive. - Tingkat hubungan yang lebih besar antara self picture dengan self ideal. - Secara, emosional lebih matang. - Peningkatan dalam keseluruhan penyesuaian dalam latihan-latihan vokasional. - Lebih kreatif. Dari uraian di atas, tampak bahwa teori ini kurang memperhatikan kondisi-kondisi sebelumnya dan pengaruhnya perilaku ekstemal. Sedikit menggunakan teori kognitif, teori belajar, maupun pengaruh-pengaruh hormonal dalam perilaku. Di samping itu juga tampak abstrak, global dan kurang mampu menampilkan kekhasan teori ini melalui teknik yang khas. Untuk penerapannya di sekolah, dengan mengacu pada filsafat yang melandasi teori client centered memiliki penerapan langsung pada proses belajar mengajar. Perhatian Rogers pada sifat proses belajar yang dilibatkan di dalam konseling juga telah beralih kepada perhatian terhadap apa yang terjadi dalam pendidikan. Dalam buku yang berjudu Freedom to Learn (1969), Rogers mengupas soal-soal yang mendasar bagi pendidikan humanistik dan mengajukan suatu filsafat bagi kegiatan belajar yang terpusat pada siswa. Pada dasamya, filsafat pendidikan yang diajukan oleh Rogers sama dengan pandangannya tentang konseling dan terapi, yakni ia yakin bahwa siswa bisa dipercaya untuk menemukan masalah-masalah yang penting, yang berkaitan dengan dirinya. Para siswa bisa menjadi terlibat dalam kegiaan belajar yang bermakna, yang bisa timbul dalam bentuknya yang terbaik. Jika guru menciptakan iklim

kebebasan dan kepercayaan. Fungsi guru sama dengan fungsi terapis client centered. kesejatian, keterbukaan, ketulusan, penerimaan, pengertian, empati dan kesediaan untuk membiarkan para siswa mengeksplorasi material yang bermakna menciptakan atmosfer di mana kegiatan belajar yang signifikan bisa bejalan. Rogers menganjurkan pembaharuan pendidikan dan menyatakan bahwa jika ada satu saja di antara seratus orang guru mengajar di ruanganruangan kelas yang terpusat pada siswa di mana para siswa diizinkan untuk bebas menekuni persoalan-persoalan yang relevan maka pendidikan akan mengalami revolusi. Konseling bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum alih-alih dibuat terpisah dari kegiatan belajar mengajar bisa menempatkan siswa pada suatu tempat yang sentral alihalih menyingkirkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan diri serta nilai-nilai, pengalaman, perasaan-perasaan, perhatian dan minat para siswa yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai