Anda di halaman 1dari 10

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS)
Perubahan Lingkungan Akuntansi
Di zaman sekarang teknologi informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan akuntansi, dalam hal ini, pelaporan keuangan secara dramatis, mengurangi batasan jarak fisik dan mampu membuat informasi menjadi tersedia di seluruh dunia hanya dengan sekali menekan tombol dari sebuah komputer di tengah perkebunan di desa terpencil. Kemajuan ini membawa jutaan investor ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasnya para investor tidak terhalangi oleh batasan negara, misalnya: Investor dari Australia bisa dengan mudah ber-investasi di Eropa atau di Afrika atau bahkan di Indonesia. Keefektifan pasar dunia ini tergantung pada ketepatwaktuan dari informasi keuangan yang transparan, dapat dibandingkan dan relevan. Bukan hanya investor dan analis yang membutuhkan informasi seperti ini, melainkan juga stakeholder lainnya (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). Mereka, di zaman globalisasi ini bukan hanya sekedar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan dari seluruh belahan dunia, untuk tujuan benchmarking, membandingkan antar industri vertikal maupun horizontal. Benchmarking adalah salah satu yang sangat krusial jika mau kompetitif dalam bisnis global di masa sekarang ini. Jika tidak, maka akan tergilas dengan sendirinya. Pertanyaannya adalah bagimana kebutuhan ini bisa terpenuhi jika perusahaanperusahaan masih memakai tata cara, bentuk dan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda? Sebut saja, Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai IAS dan IASB. Hal itulah kira-kira yang melatar belakangi setiap negara perlu untuk mengadopsi IFRS untuk masa depan pasar internasional. International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai disiplin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia. Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

Dewan standar akuntansi keuangan pada kesempatan ini juga akan menerbitkan Eksposur draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah. Standar UKM ini akan menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan membukukan semua transaksinya. IFRS menjadi trend topic yang hangat bagi akuntan dan top manajemen pada perusahaan-perusahaan yang sudah terjun di Bursa Efek global dan juga para akademisi serta para Auditor yang akan melakukan pemeriksaan pada perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan IFRS tersebut. Maka pada tanggal 17-22 Januari 2011 telah diadakan Pelatihan Internasional TOT untuk IFRS dan Penyusunan Kamus Akuntansi Indonesia yang diselenggarakan oleh Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Pada pelatihan tersebut ada banyak hal menarik yang disampaikan oleh para pembicara dari anggota DSAK IAI dan akademisi UGM yaitu Dr. Setiyono, Kantor Akuntan Publik PWC Djohan Pinnarwan, SE., BAP, dari Akademisi UGM yaitu Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA dan Prof. Dr. Suwardjono, M Sc. Pada Pelatihan tersebut secara umum peserta yang berpartisipasi sebagian besar adalah para akademisi dan staf akuntansi serta Auditor. Sebelum membahas lebih detail tentang perkembangan di Indonesia, tentu kita akan bertanya kenapa di Indonesia harus melakukan konvergensi IFRS? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu tidak lepas dengan kepentingan global yaitu agar dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia di samping itu Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum, Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November 2008 secara prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan sebagai berikut: 1. Strengthening Transparency and Accountability (Memperkuat Transparansi dan Akuntabilitas) 2. Enhancing Sound Regulation (Meningkatkan Volume Peraturan) 3. Promoting integrity in Financial Markets (Mempromosikan integritas di Pasar Keuangan) 4. Reinforcing International Cooperation (Memperkuat Kerjasama Internasional) 5. Reforming International Financial Institutions (Reformasi Lembaga Keuangan Internasional)

Konvergensi IFRS terhadap PSAK


Konvergence (convergence) dapat didefinisikan sebagai a gradual process of a number different national standards moving towards on agreed regulatory pronouncement. Yang artinya proses bertahap dari sejumlah standar nasional yang berbeda yang bergerak menuju pada suatu kesepakatan pernyataan peraturan".

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

4 pola konvergensi IFRS


harmonisasi (harmonization) adaptasi (adaptation) adaptasi secara selektif (selected adoption) adopsi penuh (full adoption).

Penggunaan standar akuntansi Internasional di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1973. Pada saat itu, Indonesia menggunakan aturan-aturan akuntansi yang berasal dari Belanda. Kemudian tahun 1975 hingga tahun 1984, Indonesia mengunakan aturan Generally Accepted Accounting Principle (GAAP) dari AS. Tahun selanjutnya ada perubahan pada aturan-aturan dalam GAAP, tetapi Indonesia tetap menggunakannya. Tahun 1994, Indonesia mulai mengunakan akuntansi dari IAS, hingga saat ini. Namun, aturan IAS yang diterapkan Indonesia sifatnya baru harmonisasi saja, belum mengadopsi secara penuh dan menyeluruh terhadap aturan-aturan IAS.

A. Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia. Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite Standar Akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB. Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar. Konvergensi IFRS terhadap PSAK, tentunya akan berpengaruh terhadap dunia bisnis dan juga dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu, pengadopsian secara bertahap (gradual) lebih banyak digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia, karena adopsi IFRS memerlukan infrastruktur pendukung seperti kesiapan penyusunan laporan keuangan, auditor, pendidik, profesi pendukung, dan regulator, adanya pasar yang menjadi acuan penerapan pengaturan akuntansi yang sarat dengan konsep fair value, serta regulasi yang tidak bertentangan dengan pengaturan dalam standar akuntansi, sehingga konvergensi secara bertahap (gradual) dipandang sebagai cara yang paling sesuai dengan kondisi Indonesia. Manfaat yang akan diperoleh jika melakukan konvergensi standar akuntansi internasional, yaitu: 1. Meningkatkan komparabilitas informasi keuangan yang berkualitas sehingga mengurangi biaya dana (cost of capital); 2. Menarik investasi lintas negara melalui transparansi; 3. Mempermudah akses investasi dan pendanaan dengan skala intemasional; 4. Meningkatkan integritas pasar modal secara global; 5. Memudahkan konsolidasi laporan keuangan perusahaan multinasional. Berikut adalah Roadmap konvergensi IFRS di Indonesia: PSAK disahkan 23 Desember 2009: 1. PSAK 1 (revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (revisi 2009) : Laporan Arus Kas 3. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 4. PSAK 5 (revisi 2009) : Segmen Operasi 5. PSAK 12 (revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 6. PSAK 15 (revisi 2009): Investasi Pada Entitas Asosiasi 7. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan 8. PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset 9. PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 10.PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

Interpretasi disahkan 23 Desember 2009: 1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus 2. ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa 3. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan 4. ISAK 11: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik 5. ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer PSAK disahkan sepanjang 2009 yang berlaku efektif tahun 2010: 1.PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32: Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol 2. PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang 3. PPSAK3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang bermasalah 4. PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana 5. PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing PSAK yang disahkan 19 Februari 2010: 1. PSAK 19 (2010): Aset tidak berwujud 2. PSAK 14 (2010): Biaya Situs Web 3. PSAK 23 (2010): Pendapatan 4. PSAK 7 (2010): Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Berelasi 5. PSAK 22 (2010): Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010) 6. PSAK 10 (2010): Transaksi Mata Uang Asing (disahkan 23 Maret 2010) 7. ISAK 13 (2010): Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri Exposure Draft Public Hearing 27 April 2010 1. ED PSAK 24 (2010): Imbalan Kerja 2. ED PSAK 18 (2010): Program Manfaat Purnakarya 3. ED ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12) 4. ED ISAK 15: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya. 5. ED PSAK 3: Laporan Keuangan Interim 6. ED ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai Exposure Draft PSAK Public Hearing 14 Juli 2010 1. ED PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan 2. ED PSAK 50 (R 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian 3. ED PSAK 8 (R 2010): Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 4. ED PSAK 53 (R 2010): Pembayaran Berbasis Saham

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

Exposure Draft PSAK Public Hearing 30 Agustus 2010 1. ED PSAK 46 (Revisi 2010) Pajak Pendapatan 2. ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah 3. ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 4. ED ISAK 18: Bantuan Pemerintah-Tidak Ada Relasi Specifik dengan Aktivitas Operasi 5. ED ISAK 20: Pajak Penghasilan-Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya B. Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya IFRS berganti terlalu cepat ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan acapkali ini tidaklah mudah. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS. Support pemerintah terhadap issue konvergensi. C. Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah: Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability). Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management Membuat perubahan ke IFRS, artinya anda sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan (business) anda bisa dimengerti oleh global market (pasar dunia). Thus, jika kinerja perusahaan anda memang memiliki nilai jual yang pantas, maka poptensi trade yang dihasilkan logikanya akan lebih bagus dibandingkan ketika perusahaan anda belum mengadopsi IFRS dalam pembuatan laporan keuangannya. The big-5 accounting mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia (global).

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

Manfaat dari adanya suatu standar global

Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.

Perbedaan antara IFRS dan US GAAP


Recognition; measurement; presentation, and disclosure difference

Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat terlihat perbedaan antara IFRS, U.S. GAAP dan PSAK dalam hal properti investasi, mulai dari penyajian (presentation), pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), dan pengungkapannya (disclosure). Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara IFRS, U.S. GAAP dan PSAK dalam hal properti investasi, mulai dari penyajian (presentation), pengakuan (recognition), pengukuran (measurement), dan pengungkapannya (disclosure) adalah sebagai berikut: Dipandang dari sisi penyajian (presentation)

IFRS menyajikan "Investment Property. Mengatur secara khusus mengenai properti investasi (Investment Property). U.S. GAAP: Tidak menyajikan secara khusus mengenai properti investasi (Investment Property). PSAK: menyajikan Investment Property. Mengatur secara khusus mengenai properti investasi (Investment Property). Dipandang dari sisi pengakuan (recognition)

IFRS: Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan dari aset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas; dan (b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal (PSAK No. 13 Revisi 2007, paragraf 16). U.S. GAAP: Investasi berupa properti dapat merupakan investasi lancar atau investasi jangka panjang. Perusahaan harus menyajikan investasi lancar sebagai aktiva lancar dan

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

investasi jangka panjang sebagai aktiva tidak lancar, jika tidak perusahaan harus membuat suatu perbedaan untuk tujuan pengukuran dan menentukan nilai tercatat untuk investasi. PSAK: Properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan dari aset yang tergolong properti investasi akan mengalir ke dalam entitas; dan (b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal (PSAK No. 13 Revisi 2007, paragraf 16). Dipandang dari sisi pengukuran (measurement)

IFRS: IAS 40 memberikan pedoman pengakuan, pengukuran awal, pengukuran setelah pengakuan awal, transfer dan pelepasan properti investasi serta hal-hai apa saja yang harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan terkait dengan aktiva tersebut. IAS 40 memberikan dua altematif pengukuran investasi properti, yaitu dengan menggunakan model biaya dan model nilai wajar yang harus diterapkan secara konsisten (IAS 40 paragraf 33 - 56). U.S. GAAP: Secara tegas U.S. GAAP tidak mengijinkan penggunaan model nilai wajar. PSAK: Sama seperti IAS 40 (PSAK No. 13 Revisi 2007 paragraf 20 - 35). Pengukuran pada saat pengakuan awal dan pengukuran setelah pengakuan awal. (PSAK No. 13 Revisi 2007 paragraf 36 ~ 59). Model nilai wajar (fair value model) dan model biaya (cost model). Dipandang dari sisi pengungkapan (disclosure)

IFRS: Selain pengungkapan secara umum juga harus ditambah dengan pengungkapan model nilai wajar atau pengungkapan model biaya. Pengungkapan tambahan apabila entitas menerapkan model nilai wajar yaitu entitas harus mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang menunjukkan hal- hal: penambahan-penambahan; pelepasan-pelepasan; laba atau rugi neto dari penyesuaian nilai wajar; perbedaan nilai tukar neto; transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri; dan perubahan lain. Sedangkan pengungkapan tambahan apabila entitas menerapkan model biaya yaitu entitas harus mengungkapkan: metode penyusutan yang digunakan; masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan-penambahan, pelepasan- pelepasan, penyusutan, jumlah dan penurunan nilai yang diakui dan jumlah pemulihan rugi penurunan nilai selama satu periode, perbedaan nilai tukar neto, transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri, dan perubahan lain; serta nilai wajar properti investasi, jika nilai wajar dari properti investasi tidak dapat diukur secara andal, tambahan pengungkapan diperlukan, termasuk jika mungkin kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar berada.

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

U.S. GAAP: Pengungkapan adalah tepat jika nilai wajar dari investasi properti yang dipertanggungjawabkan sebagai investasi jangka panjang tidak dicatat pada nilai wajar. PSAK: Selain pengungkapan secara umum juga harus ditambah dengan pengungkapan model nilai wajar atau pengungkapan model biaya. Pengungkapan tambahan apabila entitas menerapkan model nilai wajar yaitu entitas harus mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang menunjukkan hal- hal: penambahan-penambahan; pelepasan-pelepasan; laba atau rugi neto dari penyesuaian nilai wajar; perbedaan nilai tukar neto; transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri; dan perubahan lain. Sedangkan pengungkapan tambahan apabila entitas menerapkan model biaya yaitu entitas harus mengungkapkan: metode penyusutan yang digunakan; masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat) dengan akumulasi rugi penurunan nilai pada awal dan akhir periode; rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan-penambahan, pelepasan- pelepasan, penyusutan, jumlah dan rugi penurunan nilai yang diakui dan jumlah pemulihan rugi penurunan nilai selama satu periode, perbedaan nilai tukar neto, transfer ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri, dan perubahan lain; serta nilai wajar properti investasi, jika nilai wajar dari properti investasi tidak dapat diukur secara andal, tambahan pengungkapan diperlukan, termasuk jika mungkin kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar berada.

Perbedaan yang paling signifikan antara IFRS dengan U.S. GAAP dan PSAK adalah dengan memandang pada sisi pengukuran (measurement), yang mana IFRS dan PSAK menggunakan model biaya dan model nilai wajar sedangkan dalam U.S. GAAP hanya menggunakan model biaya (biaya historis). Untuk memahami mengapa IFRS dan PSAK tidak ada perbedaan, hal tersebut terjadi karena PSAK mengadopsi IFRS secara penuh. Semoga dengan adanya pengadopsian IFRS secara penuh mengenai properti investasi, infomasi keuangan yang dihasilkan mengenai properti investasi adalah informasi yang berkualitas tinggi sehingga dapat diperbandingkan, investor-investor dapat membuat keputusan yang lebih baik (akses pendanaan internasional akan lebih terbuka), perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan khususnya mengenai merger dan akuisisi, dan akuntansi mengenai properti investasi menjadi lebih jelas karena sudah diatur secara khusus dalam standar. Bagi pengusaha pada umumnya, yang menjadi bahan pertimbangan apakah akan beralih ke IFRS atau tidak adalah Apakah implementasi IFRS akan menghasilan inkremental benefit atau tidak?. Tetapi bagi perusahaan-perusahaan yang sudah go international, atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia dan Rusia dan beberapa Middle East countries, tentu sudah tidak punya pilihan lain selain mau tidak mau harus mulai

AYU ARDHILLAH ANWAR A31107101

berusaha menerapkan IFRS dalam pelaporan keuangannya jika masih mau berpartner dengan mereka. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari GAAP (atau PSAK atau lainnya) ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib-baru bagi para pekerja akuntansi. Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat International Accounting Standard Boards - IASB melakukan percepatan harmonisasi standar Akuntansi internasional khususnya IFRS. IFRS (International Financial Reporting Standards) ini dibuat oleh IASB dan Financial Accounting Standard Boards (Badan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika Serikat).

Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan keuangan. Hingga saat ini Indonesia telah melakukan perubahan-perubahan, salah satunya pada PSAK 50. Adanya perbedaan mengenai 6 (enam) hal yang terdapat dalam IFRS 32 dan PSAK 50 disebabkan berbagai macam hal. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah keadaan ekonomi, sosial, polotik, hukum, dan budaya bangsa Indonesia. Karena IFRS dibuat atas dasar global (luas), sehingga perlu adanya penyesuaian dalam pengimplementasianya. Dengan diterapkannya IFRS di Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia secara bertahap telah mengadaptasi dan mengharmonisasikan IFRS dalam penyusunan standar. Sehingga diharapkan nantinya Indonesia dapat menyajikan laporan keuangan yang berstandar internasional dan ikut berperan serta dalam persaingan bisnis global.

10

Anda mungkin juga menyukai