By : Budic Utom
Jika anda suka dengan catatan bebas versi NISG ini jangan lupa kunjungi kami di : http://nisguru.blogspot.com
PENDAHULUAN
Prinsip dan Definisi
Suatu unit daya dari jenis tertentu adalah penting sekali untuk operasi peralatan dan sistem elektronika. Karena itu, diagnosa kesalahan dari berbagai jenis catu daya yang lazim digunakan merupakan suatu bidang studi yang sangat penting. Daya untuk menjalankan suatu sistem atau piranti tentu saja dapat dicatu dari baterai, tetapi lebih lazim daya ini diperoleh dari jaringan AC satu fasa. Tujuan dari unit daya dalam hal ini adalah untuk dapat menggunakan catu jaringan lokal (240 Vrms pada 50 Hz dan lain sebagainya) dengan mengkonversinya ke dalam bentuk yang cocok untuk rangkaian internal sistem atau piranti yang bersangkutan. Dalam kebanyakan hal ini berarti mengkonversi jaringan AC ke dalam tegangan DC tertentu yang stabil. Keluaran DC pada dasarnya harus tetap konstan terhadap perubahan arus beban, masukan jaringan, dan suhu. Di samping itu terdapat persyaratan-persyaratan mengenai isolasi dan kemungkinan pengamanan beban lebih dan tegangan lebih yang bekerja secara otomatis. Unit daya secara efektif harus mengisolasi rangkaian internal dari jaringan utama, dan biasanya harus dilengkapi dengan pembatas arus otomatis atau pemutus bila terjadi beban lebih atau hubung singkat. Bila pada saat terjadinya kesalahan catu daya, tegangan keluaran DC meningkat di atas suatu nilai aman maksimum untuk rangkaian internal, maka daya secara otomatis harus diputuskan. Dua metode utama digunakan untuk menyediakan tegangan DC stabil yang teregulasi. Jenis yang telah biasa digunakan adalah pengatur seri linier, dan jenis ini masih menonjol untuk kebutuhan daya sedang. Untuk kebutuhan daya yang lebih besar, makin banyak diperkenalkan catu daya mode saklar (Saklared Mode Power Unit, SMPU). Sistem SMPU lebih efisien, panas yang terbuang lebih sedikit, sehingga membutuhkan ruang lebih sedikit dibandingkan pengatur linier konvensional. Selain rangkaian stabilisasi DC, terdapat inverter dan konverter. Piranti-piranti ini juga merupakan contoh dari sistem SMPU. INVERTER adalah sebuah unit daya yang menghasilkan keluaran daya AC dari sumber DC. Frekuensi daya AC dapat saja 50 Hz, tetapi dapat sebesar 400 Hz atau lebih. Sebagai sumber DC tipikal adalah sebuah baterai, dan salah satu contoh yang baik dari inverter adalah dalam unit daya cadangan yang pada saat terjadi kegagalan jaringan, menyediakan catu darurat jangka pendek sebesar 240 Vrms pada 50 Hz dari sebuah baterei 24 volt. Baterei ini diisi dengan aliran kecil ketika ada aliran jaringan. Pada dasarnya KONVERTER adalah sebuah inverter yang diikuti penyearah, atau dengan perkataan lain konversi DC ke DC. Sebagai contoh dapat disebutkan kebutuhan suatu piranti potabel dalam memperoleh tegangan 1 kV pada 1 mA DC untuk memberi aliran ke tabung photo-multiplier dari sebuah baterei 9 volt. Karena dalam praktek, catu daya DC stabil merupakan jenis paling banyak dijumpai oleh kebanyakan teknisi uji coba dan perbaikan, adalah bermanfaat untuk menguraikan parameter dan istilah penting yang dipergunakan. Beberapa istilah ini tentu saja dapat diterapkan pada jenis-jenis rangkaian catu daya lainnya: 1) Rentang, Batas-batas maksimum dan minimum dari tegangan keluaran dan arus keluaran suatu catu daya. 2) Regulasi beban, Perubahan maksimum tegangan keluaran yang di sebabkan oleh perubahan arus dari tanpa beban sampai beban penuh. Presentasi regulasi sebuah catu daya diberikan dengan rumus:
% regulasi beban =
Tegangan tanpa beban - tegangan beban penuh x 100 % tegangan tanpa beban
ini ditunjukan dalam gambar 1.1 yang memperlihatkan grafik regulasi beban untuk satu unit catu daya 5 V.
Gambar 1.1 Contoh kurva regulasi beban untuk catu daya yang distabilkan
3) Regulasi saluran, Perubahan maksimum tegangan keluaran sebagai akibat perubahan dalam tegangan masukan AC. Sering diberikan sebagai perbandingan persentasi, misalnya 10 % perubahan jaringan pada 0,01 % tegangan keluaran. 4) Impendansi Keluaran, Perubahan tegangan keluaran dibagi dengan perubahan kecil dalam arus beban pada suatu frekuensi tertentu (100 KHz adalah tipikal).
Zout =
Vo I L
Pada frekuensi rendah, yakni untuk arus beban yang berubah lambat, bagian resistif dari Zout lebih menonjol. Rout dapat dibaca dari grafik regulasi beban (lihat gambar 1.1) dan untuk suatu unit daya yang layak, paling besar nilainya harus beberapa ratus miliohm. 5) Riak dan desah, Nilai Puncak ke puncak atau rms dari setiap sinyal bolak-balik atau acak yang ditambahkan pada tegangan DC keluaran dengan semua parameter operasi dan lingkungan eksternal dibuat tetap. Riak dapat dicatat pada beban penuh atau pada suatu nilai tertentu dari arus beban. 6) Tanggapan Transien, Lamanya tegangan keluaran DC untuk kembali dalam rentang 10 mV dari nilai keadaan tetapnya setelah mendadak diberikan beban penuh. 7) Koefisien Suhu, Perubahan persentasi tegangan DC keluaran dengan suhu pada nilai tertentu dari masukan saluran AC dan arus beban.
8) Stabilitas, Perubahan dalam tegangan keluaran keluaran dengan waktu, dengan menganggap bahwa unit yang bersangkutan telah mencpai keseimbangan thermal dan bahwa tegangan masukan AC, arus beban, serta suhu lingkungan semuanya dibuat tetap. 9) Efisiensi, Perbandingan antara daya keluaran dan daya masukan yang dinyatakan sebagai persentasi. Sebagai contoh, misalkan sebuah catu daya 24 V bila dibebani sampai 1,2 A memerlukan arus masukan 200 mA dari saluran AC 240 V, maka:
Efisiensi =
Vo I L x100% VAC I AC
10) Pembatasan arus, Suatu metoda untuk mengamankan komponen catu daya dan rangkaian yang dicatunya dari kerusakan akibat arus beban lebih. Arus keluaran keadaan tetap maksimum dibatasi pada suatu nilai yang aman (lihat gambar 1.1) 11) Pembatasan arus berbalik, Suatu perbaikan dari pembatasan arus sederhana. Bila suatu nilai pemutusan arus beban yang telah ditetapkan sebelumnya dilampaui, catu daya akan berpindah keadaan untuk membatasi arus pada nilai yang jauh lebih rendah (gambar 1.2)
Dengan parameter-parameter di atas, suatu unit daya yang relatif sederhana dapat memiliki spesifikasi tipikal, misalnya seperti berikut: Masukan 110 V atau 240 V AC pada 50 Hz atau 60 Hz. Tegangan keluaran +24 V. Arus keluaran 1,2 A maksimum Rentang suhu 5oC sampai 45oC Koefisien suhu 0,01 %/oC
Regulasi saluran 10 % perubahan saluran Menghasilkan 0,1 % perubahan keluaran Regulasi beban 0,2 % dari nol sampai beban penuh. Disini perubahan yang paling buruk dalam tegangan keluaran dapat dihitung. Perubahan persentasi adalah jumlah dari semua perubahan yang disebabkan oleh regulasi saluran, regulasi beban, dan suhu (perubahan 50oC). yaitu : Perubahan paling buruk dalam keluaran DC = 0,1 % + 0,2 % + 0,5 % =0,8 % atau 192 mV untuk mengukur perubahan-perubahan kecil dalam tegangan keluaran catu daya dengan sebarang ketelitian yang layak memerlukan piranti pengukuran yang peka. Sebuah voltmeter digital merupakan piranti yang dapat dipilih. Sebelum mempelajari rangkaian-rangkaian yang sebenarnya, beberapa hal lain mengenai catu daya perlu dipertimbangkan. Untuk tujuan diagnosa kesalahan, perlu diketahui bagaimana DAYA didistribusikan ke seluruh sistem atau piranti tertentu. Dalam beberapa situasi, mungkin unit daya perlu mencatu beban melalui sambungan yang cukup panjang seperti dalam gambar 1.3a. karena arus beban mengalir melalui catuan dan kawatkawat saluran, suatu kerugian tegangan akan terjadi yang menyebabkan tegangan pada beban menjadi kurang dari tegangan pada terminal-terminal catu daya sehingga regulasi menurun. Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperbaiki hal ini disebut PENGINDERAAN JARAK JAUH yang mempergunakan dua sambungan ekstra untuk mengganti kerugian akibat efek resistansi sambungan catu (gambar 1.3b). Pada kenyataannya teknik ini membuat resistansi sambungan catu tercakup dalam loop umpan balik bagian regulator. Hal ini memberikan pengaturan optimum pada terminal-terminal beban dan bukannya pada keluaran catu daya. Arus yang dibawa oleh kedua kawat sensor adalah sangat kecil, sehingga dipergunakan kawat yang sangat halus. Tetapi karena kedua kawat sensor itu merupakan masukan dari rangkaian komparator, keduanya harus dilindungi untuk mencegah terpungutnya interferensi. Dalam praktek dipergunakan sepasang kawat yang dilindungi dan pelindungnya dihubungkan ke ground hanya pada sisi catu daya. Perhatikan bahwa teknik penginderaan jarak jauh ini hanya dapat digunakan untuk memberikan pengaturan yang optimum pada satu beban saja. Bila catu daya digunakan untuk memberikan aliran ke sejumlah besar beban secara paralel, harus digunakan teknik lain. Saat ini, karena IC regulator dapat diperoleh dengan mudah dan termasuk murah, penggunaan regulator titik beban atau regulator jarak jauh makin meningkat. Satu contoh sederhana ditunjukan dalam gambar 1.4 dimana masing-masing beban dilengkapi dengan rangkaian regulator sendiri. Unit daya utama yang mencatu ketiga regulator yang terpisah sering tidak distabilkan.
Gambar 1.3a Beban terletak jauh dari terminal catu daya; kawat sambungan membuat VL lebih kecil dari Vo dan menurunkan regulasi
KONVERTER SAKLAR DC DC
Pendahuluan
Konverter dc dc biasanya banyak digunakan dalam meregulasi saklar power supply dan aplikasi penggerak motor dc. Seperti yang terlihat pada gambar 2.1, seringkali input dari pada konverter ini merupakan tegangan yang tidak teregulasi. Saklar-konverter dc-dc digunakan untuk mengkonversi input tegangan dc yang tidak teregulasi ke dalam pengendali output dc pada sebuah level tegangan yang diinginkan. Jenis konverter terdiri dari beberapa macam, diantaranya: Step-down (buck) converter Step-up (boost) converter Step-down/Step-up (buck boost) converter Cuk converter Full bridge converter
Dari 5 jenis konverter diatas, step-down dan step-up converter merupakan jenis konverter dasar, sedangkan konverter buck boost dan cuk merupakan kombinasi dari dua jenis konverter dasar. Konverter full - bridge digerakan dari konverter step down.
Tegangan input dc pada sebuah konverter diasumsikan mempunyai impedansi internal nol. Tegangan input dc ini bisa berupa betere, walaupun biasanya tegangan input dc ini merupakan tegangan input dari penyearah tegangan ac dengan menggunakan dioda, dengan sebuah filter yang mempunyai kapasitansi yang besar, yang berguna untuk membuat impedansi internal yang rendah dan sumber tegangan dc yang mempunyai ripple yang rendah. Output sebuah konverter, sebuah filter yang rendah (kecil) dihilangkan sebagai sebuah integral dari konverter dc dc. Output diasumsikan untuk menyuplai sebuah beban yang bisa direpresentasikan dengan sebuah ekivalensi resistansi.
Kendali Konverter dc dc
Pada konverter dc-dc, tegangan output rata-rata harus dikendalikan ke dalam level yang diinginkan, walaupun tegangan input dan beban output berfluktuasi. Salah satu kegunaan dari saklar konverter dc-dc ini adalah untuk mentransformasi dc dari satu level ke level lainnya. Dalam sebuah konverter dc-dc dengan sebuah pemberian tegangan input, tegangan output rata-rata dikendalikan dengan mengendalikan durasi saklar on dan off (ton dan toff). Untuk mengilustrasikan konsep mode pengonversian saklar, dapat dilihat pada
konverter dc-dc dasar yang diperlihatkan pada gambar 2.2a. Nilai tegangan Vo rata-rata sebuah tegangan output vo seperti yang terlihat pada gambar 2.2b tergantung pada ton dan toff. Salah satu metode untuk mengendalikan tegangan output yaitu dengan membuat saklar
pada frequensi konstan (perioda waktu saklar yang konstan yaitu Ts = ton + toff).dan mengatur on dari durasi saklar dengan mengendalikan tegangan output rata-rata. Metode ini sering disebut dengan pensaklaran Pulse Width Modulation (PWM). Rasio duty saklar di definisikan sebagai rasio dari durasi on terhadap perioda waktu saklaring yang bervariasi. Metode pengendalian yang lain dari konverter ini sifatnya lebih umum dan sering digunakan, yaitu dengan menggunakan thyristor. Variasi dalam frekuensi saklar akan membuat sulit dalam memfilter ripple bentuk gelombang input dan output dari konverter.
Gambar 2.3 Pulse-Width Modulation (a) diagram blok (b) sinyal komparator
Dalam pensaklaran PWM pada sebuah frekuensi saklar yang konstan, sinyal kontrol saklar yang mengendalikan keadaan (on atau off) dari saklar, dibangkitkan dengan membandingkan sebuah sinyal tegangan kontrol level Vcontrol dengan sebuah bentuk gelombang yang berulang-ulang seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.3a dan 2.3b. Sinyal tegangan kontrol secara umum dihasilkan dengan memperkuat error, atau perbedaan antara
tegangan output aktual dan dengan nilai yang diinginkan itu sendiri. Frekuensi dari bentuk gelombang yang diulang-ulang dengan sebuah puncak yang konstan yang digambarkan oleh sebuah sawtooth membentuk frekuensi saklaring. Frekuensi ini dibuat konstan dalam sebuah kendali PWM dan dipilih dari range kilohertz sampai ratusan kilohertz. Ketika sinyal error lebih besar dari bentuk gelombang sawtooth, sinyal pengendali saklar akan menjadi high, yang menyebabkan saklar hidup, dan sebaliknya akan mati. Dengan melihat vcontrol dan puncak dari bentuk gelombang sawtooth Vst , pada gambar 7.3, rasio saklar duty dapat diperlihatkan sebagai:
D=
Konverter dc-dc dapat mempunyai dua mode operasi: 1. Konduksi arus yang terus-menerus 2. konduksi arus yang tidak terus-menerus Pada prakteknya, sebuah konverter dapat dioperasikan pada kedua mode operasi tersebut, yang mempunyai perbedaan karaakteristik yang signifikan. Oleh karena itu, sebuah konvereter dan pengendalinya tersebut harus didesain berdasarkan kedua mode operasi tersebut.
Konverter Step-Down
Konverter Step-Down menghasilkan sebuah tegangan output rata-rata yang lebih rendah dari tegangan input dc Vd. Aplikasi dari konverter ini adalah untuk meregulasi power supply dc dan pengendali kecepatan motor dc. Secara konsep, rangkaian dasar seperti yang terlihat pada gambar 7.2a merupakan sebuah konverter step-down untuk beban resistif yang kecil. Diasumsikan sebuah saklar ideal, sebuah tegangan input konstan Vd, dan sebuah beban resistif yang kecil, maka bentuk gelombang tegangan output dapat digambarkan seperti yang terlihat pada gambar 7.2b sebagai sebuah fungsi dari posisi saklar. Tagangan output rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rasio saklar duty:
Vo =
Vd = kvcontrol Vst
k=
dimana
Dengan membuat variasi rasio duty ton/Ts dari saklar, maka Vo dapat dikendalikan. Salah satu yang penting lainnya bahwa tegangan output rata-rata Vo bervariasi secara linier dengan tegangan kendali seperti dalam penguat linier. Dalam penerapannya, rangkaian yang telah tergambar sebelumnya mempunyai dua kekurangan diantaranya: 1. Pada prakteknya beban harus induktif.
Walaupun tetap menggunakan sebuah beban resistif, maka beban tersebut akan selalu diasosiasikan sebagai induktansi. Artinya bahwa saklar harus menyerap (menghilangkan) energi induktif. 2. Tegangan output berfluktuasi berkisar antara nol dan Vd. Masalah dari penyimpanan energi induktif ini dapat diatasi dengan memasang dioda seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.4a. Fluktuasi tegangan output akan sangat berkurang jika menggunakan sebuah Low-Pass-Filter, yang terdiri dari sebuah induktor dan kapasitor. Gambar 2.4b memperlihatkan bentuk gelombang dari input voi ke low-pass-filter (sama dengan tegangan output pada gambar 2.2b tanpa lowpass filter), yang terdiri dari komponen dc Vo dan harmonik pada switcing frequency fs dan multipelnya, sebagaimana yang tertera pada gambar 2.4b. Karakteristik low pass filters dengan damping provided menggunakan resistor R diperlihatkan pada gambar 2.4c. Frekuensi sudut fc dari low pass filter ini dipilih yang lebih rendah daripada pensaklaran frekuensi, maka dari itu esensinya adalah mengeliminasi ripel switcing frequency pada tegangan output. Selama interval ketika saklar on, dioda seperti pada gambar 2.4 a akan mengalami bias mundur dan input memberikan energi ke beban sebaik seperti pada induktor. Selama interval ketika saklar off, aliran arus induktor menuju dioda, pentransferan arus induktor ini menyimpan energi ke beban. Dalam analisis steady-state, kapasitor filter output diasumsikan menjadi sangat besar untuk menjamin tegangan output konstan vo(t) Vo.
Konverter Step-Up
Gambar 2.5 memperlihatkan sebuah konverter step-up. Contoh penerapan dari konverter step-up yaitu untuk meregulasi power supply dc dan rem regeneratif pada motor dc. Tegangan keluaran selalu lebih besar dari tegangan input. Ketika saklar on, maka dioda mengalami panjar mundur, maka dari itu saklar ini mengisolasi stage output. Input menyuplai energi ke induktor. Ketika saklar off, stage output menerima energi dari induktor
sebaik dari input. Dalam analisis steady-state, kapasitor filter output diasumsikan menjadi sangat besar untuk menjamin tegangan output konstan vo(t) Vo.
Konverter BuckBoost Konverter ini sering digunakan dalam meregulasi power supply dc, dimana sebuah polaritas negatif output diinginkan dengan mempertimbangkan common terminal dari tegangan input, dan tegangan output bisa lebih besar atau lebih kecil dari tegangan input. Konverter ini dapat dihasilkan dengan hubungan kaskode dari dua konverter dasar: konverter step-up dan step-down. Dalam keadaan steady state rasio konversi tegangan output ke input merupakan hasil dari rasio konversi dari dua konverter yang dikaskode (diasumsikan saklar dari dua konverter ini mempunyai rasio duty yang sama).
Vo 1 =D Vd 1 D
Tegangan output menjadi lebih besar atau lebih kecil dari tegangan input, berdasarkan pada rasio duty D. Hubungan kaskode dari konverter step-down dan step-up dapat dikombinasikan ke dalam satu konverter buck-boost seperti yang terlihat pada gambar 2.6. Ketika saklar tertutup, input memberikan energi ke induktor dan dioda dalam keadaan panjar mundur. Ketika saklar terbuka, energi yang tersimpan dalam induktor di trasnfer ke output. Tidak ada energi yang disuplai selama interval ini. Dalam analisis steady-state, kapasitor filter output diasumsikan menjadi sangat besar untuk menjamin tegangan output konstan vo(t) Vo.
Konverter CUK
Konverter CUK dapat dilihat pada gambar 2.7. Konverter ini dihasilkan dengan mengunakan dualisme prinsip pada rangkaian konverter buck boost. Sama dengan konverter buck-boost, konverter CUK menyediakan sebuah polaritas negatif tegangan output yang teregulasi dengan mempertimbangkan common terminal dari tegangan input. Pada rangkaian ini kapasitor C1 bekerja sebagai komponen penyimpanan utama dan mentransfer energi dari input ke output.
jadi :
Dalam keadaan steady-state, tegangan induktor rata-rata VL1 dan VL2 adalah nol, VC1 = Vd + Vo
VC1 lebih besar dibanding dengan Vd dan Vo. Dengan mengasumsikan C1 cukup besar nilai kapasitansinya, dalam keadaan steady-state variasi vC1 dari nilai rata-rata VC1 dapat diasumsikan menjadi kecil, walaupun vC1 tersebut menyimpan dan mentransfer energi dari input ke output. Ketika saklar off, arus induktor iL1 dan iL2 mengalir ke dioda. Rangkaian diperlihatkan pada gambar 1.12b. Kapasitor C1 diisi melalui dioda dengan energi dari kedua input dan L1. Arus iL1 berkurang, karena VC1 lebih besar daripada Vd. Energi disimpan dalam L2 menuju output. Untuk itu, iL2 juga berkurang. Ketika saklar on, VC1 membuat dioda panjar mundur, arus induktor iL1 dan iL2 mengalir menuju saklar, seperti yang tergambar pada gambar 2.8b. Sejak VC1 > Vo, C1 mengalami pengosongan melalui saklar, dan mentransfer energi ke output dan L2. Untuk itu, iL2 bertambah. Input memberi energi ke L1 yang menyebabkan iL1 bertambah.
Gambar 2.8 Bentuk gelombang konverter CUK (a) Saklar off; (b) Saklar on
Konverter Full-Bridge dc dc
Ada 3 aplikasi/penerapan dari konverter full bridge mode pensaklaran, yang tergambar pada gambar 2.9: Penggerak motor DC Konversi dc-to-ac (gelombang sinus) dalam satu fasa UPS (Uninterruptable ac Power Supply).
transformer-isolated dc
Walaupun topologi full-bridge sama dalam tiap 3 aplikasi tersebut, tipe pengendali tergantung dari penerapannya. Pada konverter full-bridge seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.9, input merupakan tegangan dc Vd yang mempunyai besar tertentu. Output dalam konverter ini merupakan sebuah tegangan dc Vo, yang besarnya dapat dikendalikan sebagus polaritas. Hal yang sama, besar dan arah output arus Io dapat dikendalikan juga. Maka dari itu sebuah konverter full-bridge seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.9 dapat beroperasi dalam semua 4 kuadran Io vo, dan daya mengalir through converter can be in either direction. Dalam sebuah topologi konverter, seperti pada konverter full-bridge yang dapat dilihat pada gambar2.9, dimana dioda dihubungkan pada antiparalel dengan saklar-saklar, sebuah perbedaan harus dibuat antara keadaan on versus keadaan konduksi dari sebuah saklar. Karena dioda-dioda dalam anti paralel dengan saklar-saklar, ketika sebuah saklar dion-kan, hal akan membuat sebuah arus akan mengalir atau tidak, hal ini tergantung dari arah arus output Io. Jika saklar mengalirkan sebuah arus, kemudian saklar ini dalam keadaan konduksi. Tidak ada perbedaan yang berarti jika saklar berada dalam keadaan off. Konverter full-bridge terdiri dari 2 kaki, A dan B. tiap kaki terdiri dari 2 saklar dan keduanya saling berhubungan antiparalel dengan dioda-dioda. Dua saklar tersebut pada tiap kaki di-switch-kan, dan salah satu dari saklar tersebut dalam keadaan off, maka saklar yang lain dalam keadaan on. Maka dari itu, dua saklar tersebut tidak pernah off secara simultan. Pada prakteknya, kedua saklar tersebut off pada interval waktu yang pendek, yang biasa disebut dengan blanking time, untuk menjaga hubung singkat pada input dc. Jika saklar-saklar konverter pada tiap kaki di-switch-kan dan kedua saklar pada sebuah kaki tidak dalam keadaan off secara simultan, maka arus output Io pada gambar 2.9 akan mengalir secara kontinu. Maka dari itu tegangan output tergantung dari status saklarsaklar.
Pada konverter single-switch, polaritas dari tegangan output unidirectional, dan oleh karena itu saklar konverter merupakan PWM dengan membandingkan sebuah bentuk gelombang sawtooth switching-frequency dengan tegangan kontrol vcontrol. Secara jelas tegangan output dari konverter full-bridge dapat berbalik arah dalam polaritas dan oleh karena itu, sebuah bentuk gelombang triangular switching-frequency digunakan untuk PWM dari saklar-saklar konverter. Dua strategi pensaklaran PWM dijelaskan dibawah ini: 1. PWM dengan pensaklaran tegangan bipolar, ketika (TA+,TB-) dan (TA-,TB+) dibuat sebagai dua saklar yang berpadangan; saklar-saklar pada tiap padang hidup dan mati secara simultan. PWM dengan pensaklaran tegangan unipolar, merupakan pensaklaran doubleswitching. Disini saklar-saklar pada tiap kaki inverter dikendalikan secara independen dari kaki yang lain.
2.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, arus output yang masuk pada konverter full-bridge PWM, ketika mensuplai beban dc seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.9, tidak akan menjadi diskontinu pada nilai Io yang rendah, tidak seperti konverter single-switch yang telah dijelaskan sebelumnya. Konverter full-bridge pada gambar 2.9, arus input Id merubah arah secara instan. Maka dari itu, hal ini penting bahwa input dari konverter ini yang akan dirubah menjadi sumber tegangan dc mempunyai sebuah impendansi internal yang rendah. Pada prakteknya, kapasitor filter yang besar yang digambarkan pada blok diagram gambar 2.1 menyediakan impedansi yang rendah. PERBANDINGAN KONVERTER DC DC Konverter step-down, step-up, buck-boost, dan Cuk dalam bentuk dasarnya dapat mentransfer energi hanya pada satu arah. Hal ini merupakan konsekuensi dari kemampuannya untuk menghasilkan hanya tegangan dan arus unidirectional. Konverter full-bridge merupakan jenis konverter yang mampu mengalirkan daya secara bidirectional (dua arah), dimana kedua Vo dan Io dapat berbalik (dibalik) secara independen dengan yang lain. Kemampuan untuk mengoperasikan ini dalam 4 kuadran dari bingkai Vo Io membuat konverter full-bridge dapat digunakan sebagai inverter dc-to-ac. Pada inverter dcto-ac, yang akan dijelaskan pada topik selanjutnya, konverter full-bridge beroperasi dalam 4 kuadran selama tiap siklus dari output ac.
Untuk mengevaluasi seberapa bagus kegunaan saklar pada rangkaian konverter, kita buat asumsi-asumsi:
1. Rata-rata arus adalah pada rate nilai Io. Ripel pada arus induktor dapat diabaikan; oleh karena itu iL(t) = IL keadaan ini secara tidak langsung merupakan sebuah mode kontinu-konduksi untuk semua konverter. 2. Tegangan output vo adalah pada rate nilai Vo. Ripel pada tegangan vo diasumsikan dapat diabaikan; oleh karena vo(t) = Vo. 3. Tegangan input Vd diizinkan bervariasi. Oleh karena dikendalikan untuk menahan Vo konstan. itu rasio duty saklar harus
Dengan kondisi operasi steady-state yang dahulu, saklar rate tegangan puncak VT dan rate arus puncak IT di kalkulasikan. Saklar rate daya dikalkulasikan sebagai PT = VTIT. kegunaan saklar diekspresikan sebagai Po/PT, dimana Po = VoIo merupakan daya output. Pada gambar 2.10 merupakan faktor penggunaan saklar Po/PT diplot untuk konverter-konverter yang telah dijelaskan dahulu. Gambar ini menjelaskan bahwa konverter step-up dan step-down , jika tegangan input dan tegangan outout mempunyai besar yang sama, kemudian penggunaan saklar sangat bagus. Pada konverter buck-boost dan Cuk, saklar sangat sedikit sekali digunakan. Maksimum penggunaan saklar dari 0,25 terealisasi pada D = 0,5, yang berhubungan langsung dengan Vo= Vd. Pada konverter full-bridge yang non-isolated, faktor penggunaan saklar diplot sebagai sebuah fungsi dari rasio duty dari satu saklar (contoh, saklar TA+ pada 7.27). Secara keseluruhan penggunaan saklar juga minim. Maksimum pada Vo = -Vd dan Vo = Vd.
INVERTER DC-AC
Pendahuluan
Inverter dc to ac biasanya digunakan untuk penggerak motor ac dan UPS (Uninterruptible ac Power Supply, dimana inverter tersebut berfungsi untuk menghasilkan sebuah output ac sinusoidal, yang besar dan frekuensinya dapat dikendalikan. Sebagai contoh, sebuah penggerak motor ac yang diperlihatkan pada gambar 3.1 dalam sebuah blok diagram. Tegangan dc dihasilkan dengan menyearahkan dan memfilter jaringan tegangan. Jadi inverter ini, seperti yang terlihat pada gambar 3.1 digunakan untuk merubah tegangan dc menjadi tegangan ac yang diinginkan.
Untuk membuat inverter ini presisi, jadi inverter tersebut adalah sebuah konverter yang aliran dayanya dapat dibalik. Oleh karena itu konverter saklar-mode ini sering direfer sebagai inverter saklar-mode. Inverter ini sering direfer sebagai Voltage Source Inverter (VSIs). VSIs ini dapat dibagai menjadi tiga katagori umum: 1. Pulse-Width-Modulated Inverter. Pada inverter ini, tegangan input dc merupakan tegangan yang mempunyai besar yang konstan, seperti tergambar pada gambar 8.1, dimana sebuah dioda penyearah digunakan untuk menyearahkan tegangan jala-jala. Oleh karena itu inverter harus mengendalikan besar dan frekuensi tegangan output ac. Ini merupakan keuntungan inverter saklar menggunakan PWM dan oleh karena itu inverter biasanya disebut dengan inverter PWM. Square-Wave-Inverter. Pada inverter ini, tegangan input dc dikendalikan agar bisa mengendalikan besar tegangan output ac, dan oleh karena itu inverter harus mengendalikan hanya frekuensi dari tegangan output. Tegangan output ac mempunyai bentuk gelombang yang sama dengan gelombang kotak, dan karena itu inverter ini sering disebut dengan inverter gelombang kotak (Square Wave Inverter). Single-Phase Inverters With Voltage Cancellation. Inverter dengan output singel fasa memungkinkan mengendalikan besar dan frekuensi tegangan output inverter, walaupun input inverter merupakan sebuah tegangan dc konstan dan saklar inverter ini bukan merupakan inverter PWM. Oleh karena itu inverter ini menggabungngkan karakteristik dari kedua inverter sebelumnya.
2.
3.
Untuk memahami karakteristik inverter dc dc dari inverter satu kaki yang dapat dilihat pada gambar 3.3, pertama kita asumsikan bahwa tegangan input dc Vd adalah konstan dan saklar inverter merupakan Pulse-Width Modulated (PWM) untuk membentuk dan mengendalikan tegangan output.
INVERTER PUSH-PULL Gambar 3.7 memperlihatkan sebuah rangkaian inverter push-pull. Rangkaian ini membutuhkan sebuah transformator dengan sebuah center tap pada bagian primernya. Kita mengasumsikan bahwa arus keluaran Io mengalir secara kontinu. Dengan asumsi ini, ketika saklar T1 dalam keadaan on (dan T2 off), T1 mengarahkan/menjalankan nilai posiitif dari arus Io, dan D1 akan megarahkan sebuah nilai negatif dari arus Io. Oleh karena itu, tanpa memperhatikan arah dari arus io, vo = Vd/n, dimana n adalah rasio antara lilitan setengah primer dan sekunder, seperti yang terlihat pada gambar 3.7. Hal yang sama, ketika T2 on (dan T1 off), vo = -Vd/n. Sebuah inverter push-pull dapat dioperasikan pada sebuah mode PWM atau sebuah gelombang square dan bentuk gelombangnya identik (sama) seperti yang terlihat pada gambar 3.4 untuk inverter half-bridge dan full-bridge. Kelebihan utama dari rangkaian push-pull adalah tidak lebih dari satu saklar dalam satu seri pengarahan pada tiap saat. Hal ini bisa menjadi penting jika masukan dc ke konverter berasal dari sebuah sumber tegangan rendah, seperti sebagai sebuah batere, dimana tegangan turun lebih dari satu saklar dalam satu seri akan menghasilkan sebuah pengurangan yang signifikan dalam efisiensi energi. Juga devais-devais pengendali (pengontrol) untuk dua saklar mempunyai sebuah common ground. Hal ini bagaimanapun sulit untuk menghindari saturasi dc dari transformator dalam sebuah inverter push-pull.
Arus keluaran, yang merupakan arus sekunder dari transformator, adalah sebuah arus yang lambat pada frekuensi keluaran dasar. Hal ini dapat diasumsikan dapat menjadi konstan selama interfal pensaklaran. Ketika pensaklaran terjadi, pergeseran arus dari setengah ke setengah yang lain dari lilitan primer. Hal ini memerlukan coupling magnetik yang sangat bagus antara dua lilitan setengah ini agar mengurangi energi yang berhubungan dengan kekurangan induktansi dari dua lilitan primer. Energi ini akan mengalami disipasi pada saklar-saklar atau dalam rangkaian snubber yang digunakan untuk memproteksi saklar-saklar. Ini merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan semua konverter (atau inverter) dengan isolasi dimana arus dalam satu lilitan dipaksa untuk menjadi nol pada tiap pensaklaran. Penomena ini sangat penting dalam mendesign konverter/inverter. Dalam sebuah inverter push-pull PWM untuk menghasilkan keluaran sinusoidal, transformator harus desain untuk frekuensi keluaran dasar. Hasilnya dalam sebuah transformator yang kekurangan induktansi tinggi, yang proprorsinya ke bilangan kotak, menyediakan semua dimensi lain yang membuat tetap konstan. Hal ini membuat sulit untuk mengoperasikan sebuah modulasi gelombang sinus inverter push-pull PWM pada pensaklaran frekuensi lebih tinggi dari kira-kira 1 KHz.
Gambar 3.9 Bentuk gelombang PWM tiga fasa dan spectrum harmonik
Pada operasi mode gelombang square, inverter sendiri tidak bisa mengendalikan besar dari tegangan keluaran ac. Oleh karena itu, tegangan dc masukan harus dikendalikan agar dapat mengendalikan besar keluaran.
TRANSFORMATOR
Pada dasarnya transformator merupakan suatu komponen pasif dengan empat ujung. Sepadang ujung disebut primer dan pasangan yang lain disebut sekunder. Transformator digunakan untuk mengubah tegangan bolak-balik pada primer menjadi tegangan bolak balik pada sekunder, dengan menggunakan fluks magnetik. Transformator juga digunakan untuk transformasi atau pengubah impedansi. Skema transformator dan lambangnya ditunjukan pada gambar 4.1.
Transformator digunakan dalam elektronika untuk menurunkan tegangan bolak-balik atau menaikan tegangan bolak balik pada listrik PLN. Transformator semacam ini disebut transformator daya. Di dalam elektronika, transformator ada yang digunakan untuk menyampaikan isyarat dari penguat daya ke beban. Transformator semacam ini disebut transformator keluaran. Transformator keluaran digunakan untuk mengubah impedansi. Teras besi pada transformator digunakan untuk membuat agar fluks magnetik oleh arus pada kumparan primer sebanyak mungkin menembus kumparan sekunder. Dengan demikian perubahan fluks yang disebabkan oleh arus primer akan menyebabkan tegangan gerak listrik induksi (imbas) pada kumparan sekunder. Peristiwa ini ditunjukan pada gambar 4.2.
Menurut hukum induksi faraday, nilai fluks magnetik I berubah dengan waktu, maka akan timbul tegangan gerak listrik
E2 =
N2 E1 N1
Dari gambar 4.2, misalkan arus yang ditarik dari sumber pada kumparan primer adalah I1, sedangkan arus yang ditarik dari kumparan primer pada kumparan sekunder adalah I2. Daya yang ditarik dari kumparan sekunder tidak akan lebih besar dari pada daya yang disampaikan oleh kumparan primer, oleh karena itu transformator adalah komponen pasif. Sebetulnya pada transformator banyak terjadi rugi daya. Rugi daya pada transformator disebabkan oleh daya joule yang lesap pada konduktor oleh karena arus primer, arus sekunder, atau arus pusar pada teras transformator. Untuk mengurangi arus pusar, teras dibuat dari lempeng-lempeng besi yang diisolasi satu dari yang lain. Rugi daya yang lain bersumber dari histeresis yang terjadi pada pemagnetan teras oleh karena arus bolak-balik yang mengalir pada kumparan primer maupun sekunder. Jika rugi daya diabaikan, daya pada kumparan primer P1 = E1 I1 haruslah sama dengan daya pada kumparan sekunder P2 = E2 I2, sehingga I 2 =
E1 I1 ;(E1/E2 = n), E2
persamaan ini diartikan jika tegangan sekunder menjadi n kali lebih kecil, arus yang dapat ditarik dari kumparan sekunder mempunyai n kali lebih besar daripada arus primer. Impedansi dilihat dari kumparan primer ke arah sumber adalah Z1 = impedansi dilihat dari keluaran kumparan sekunder adalah Z 2 =
E1 sedangkan I1
diarikan impedansi Z1 yang tampak dari kumparan primer jika melihat ke arah sumber, akan tampak mempunyai nilai sebesar
penurun tegangan. Sebaliknya persamaan tersebut dapat ditulis Z1 = n2 Z2. hubungan terakhir ini dapat diartikan adalah impedansi Z2 yang dilihat dari keluaran kumparan sekunder ke arah beban bila dilihat dari masukan kumparan primer tampak mempunyai nilai n2Z2 untuk transformator penurun tegangan. Persamaan-persamaan diatas adalah dasar penggunaan transformator untuk transformator impedansi, guna memperoleh kesesuaian impedansi. Suatu transformator daya biasanya mempunyai lebih dari dua ujung keluaran, seperti yang ditunjukan pada gambar 4.3. Suatu ujung yang dihubungkan dengan tempat tertentu pada lilitan sekunder disebut sadapan (tap). Sadapan yang ada ditengah-tengah kumparan di sebut sadapan pusat (center tap), ditulis sebagai CT. Jika diukur terhadap CT maka tegangan sadapan di atas CT berlawanan fasa dengan tegangan sadapan yang ada di bawah CT. pada gambar 4.3, vcb(t) dan vcd(t) mempunyai amplitudo sama akan tetapi berlawanan fasa jika diukur dengan voltmeter ac, Vab akan menunjukan nilai 18 V. nilai tegangan yang tertulis pada trafo adalah nilai rms.
Gambar 4.3 Lambang transformator
Transformator daya dengan CT lebih luwes dari pada tanpa CT. suatu transformator daya biasanya dinyatakan dengan tegangan sekunder yang tersedia serta arus sekunder maksimum yang dapat diambil dari kumparan sekunder tanpa menyebabkan jatuh tegangan sekunder oleh arus beban. Suatu transformator dengan keluaran 9 V, 3 A berarti, jika ditarik
arus hingga 3 A maka tegangan keluaran tetap bertahan pada 9 V. pada kenyataannya seringkali didapatkan tegangan keluarannnya telah jatuh 50 % walaupun baru ditarik arus beban setengah daripada arus yang tertulis pada transformator. Biasanya kemampuan arus yang tertulis berlaku untuk tegangan sekunder yang terendah. Suatu transformator yang berkualitas baik mempunyai tegangan keluaran yang bertahan walaupun dibebani arus sesuai dengan spesifikasi. Ini berhubungan dengan impedansi keluaran transformator, yang selanjutnya berhubungan dengan hambatan jenis kawat lilitan dan diameter kawat kumparan yang digunakan. Dalam membuat trafo mulamula harus kita tentukan berapa besar daya yang ditarik dari kumparan sekunder, serta berapa besar tegangan sekunder dan primernya. Dalam prakteknya orang menggunakan teras seperti pada gambar 4.4.
gambar 4.4 Bagan transformator daya yang digunakan dalam praktek (b) bentuk teras yang terbuat dari lempeng besi berbentuk I dan E
SAKLAR ELEKTRONIK
PENDAHULUAN
Disamping sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar dimana transistor dibuat agar hanya ada pada dua keadaan,yaitu keadaan saturasi dan keadaan terputus. Pada keadaan saturasi beda tegangan antara kolektor dan emitor sama dengan nol, dan arus yang mengalir mendekati nilai Vcc/Rc (gambar 5.1). Pada keadaan terputus tegangan antara kolektor dan emitor sama dengan Vcc dan arus kolektor sama dengan nol. Pada keadaan saturasi transistor dikatakan ON dan pada keadaan terputus transistor dikatakan padam OFF.
Saklar transistor hanyalah merupakan satu macam saklar elektronik. Disatu pihak saklar transistor digunakan dalam multivibrator, yang terdiri dari dua saklar transistor yang saling berinteraksi. Saklar transistor dalam bentuk yang lebih umum membentuk pintu-pintu logika (logic gates ) yang bersama multivibrator merupakan komponen-komponen utama dari elektronika digital. Pada arah yang lain, saklar elektronik digunakan dalam industri guna menghantarkan dan memadamkan arus listrik dalam alat-alat berdaya tinggi. Saklar elektronik ini terutama berupa suatu komponen semikonduktor yang bernama Silicon Controlled Rectifier (SCR). Komponen ini terbuat dari bahan semikonduktor p dan n, yang membentuk struktur pnpn. Satu pemakaian lagi dari saklar elektronika adalah sebagai pemotong (cooper). Pemotong memotong-motong isyarat ac frekuensi rendah atau dc menjadi pulsa-pulsa. Pengertian pemotong ini digunakan pada bagian piranti seperti penguat dc, pengubah tegangan dc menjadi ac (inverter), integrator boxcar untuk pengolah isyarat, dan akhir-akhir ini sedang berkembang pesat yaitu regulator saklaran.
SAKLAR TRANSISTOR
Rangkaian dasar saklar transistor ditunjukan pada gambar 5.2a
Gambar 5.2b menunjukan karakteristik keluaran beserta garis bebannya. Pada rangkaian ini akan tampak bahwa bila arus basis IB = IB0 maka transistor tepat akan saturasi. Pada keadaan ini beda potensial antara kolektor dan emitor sangat kecil, yaitu sama dengan VCE(SAT), arus kolektor yang mengalir hampir sama dengan Vcc/Rc, dan hambatan kolektor adalah kebalikan dari kemiringan kurva saturasi dari transistor. Bila arus basis diperbesar menjadi IB1 atau IB2 atau lebih besar lagi, tegangan kolektor (VCE) atau arus kolektor IC tak berubah nilainya , yaitu masing-masing tetap sama dengan VCE(SAT) dan
VCC . Inilah RC
mengapa keadaan ini diberi nama keadaan saturasi atau keadaan jenuh, sebab nilainya tak berubah walaupun arus basis diambah terus. Nilai arus basis bergantung kepada tegangan VS yang digunakan untuk menghantarkan transistor (membuatnya ON) dan juga kepada hambatan RB yang dipasang seri dengan basis. Arus basis I dapat dihitung
IB =
VS VBE VS 0,6V = RB RB
hubungan antara arus basis dan arus kolektor adalah linier, yang berarti arus kolektor berbanding lurus dengan arus basis kurang dari IB0, yaitu arus basis yang tepat mengakibatkan keadaan saturasi. Bagian dari garis beban antara q1 dan q2 pada gambar 5.2 disebut daerah linier. Dapatlah disimpulkan bahwa daerah linier, yaitu: IC = hFEIB = IB Pada persamaan di atas tetapan hFE adalah untuk arus dc. Jadi belum tentu sama dengan parameter hfe untuk isyarat kecil (ac). Mungkin kita berfikir bahwa transistor hanya dapat digunakan untuk menghantarkan arus yang kecil-kecil saja, akan tetapi teknologi semikonduktor terus berkembang dengan pesat. Pada saat perusahaan semikonduktor Motorola telah membuat transistor bipolar darlington, yaitu MJ10500 yang dapat menahan beda potensial 400V antara kolektor dan emitor, serta melewatkan arus hingga 200 A. Dipihak lain perkembangan FET untuk daya tinggi telah menghasilkan transistor dengan kemampuan tegangan 400 V dan mampu
mengalirkan arus 7 A secara kontinyu. Transistor ini yaitu transistor Hexfet IRF 350, dibuat oleh perusahaan semikonduktor International Rectifier.
TRANSISTOR PEMOTONG
Seringkali transistor digunakan untuk menghantarkan dan mematikan arus listrik secara berulang. Dikatakan bahwa transistor bekerja sebagai pemotong. Pemotong digunakan pada penguat isyarat dc atau penguat frekuensi sangat rendah, misalnya 1 Hz. Isyarat dc dipotong-potong dahulu kemudian dibuat searah dan dihaluskan dengan filter. Pada masa kini pemotong digunakan pada regulator saklaran untuk regulasi catu daya. Pada regulator ini tegangan dc dipotong-potong sehingga menjadi pulsa-pulsa dengan frekuensi tinggi 1000Hz. Lebar pulsa dapat diatur sesuai dengan arus beban sehingga dihasilkan tegangan dc yang konstan dalam batas-batas arus beban tertentu. Regulator saklaran atau dikenal sebagai switcher, mempunyai efisiensi tinggi dan tidak mempunyai induktansi tinggi untuk filter. Pada masa kini telah dibuat catu daya saklaran (switch mode power supply SMPS) dengan kemampuan arus 300 A untuk tegangan 5 V dengan ukuran kecil. Sekarang marilah kita tinjau beberapa rangkaian pemotong transistor. Satu rangkaian pemotong sederhana dengan transistor bipolar dilukiskan pada gambar 5.3
Peristiwa pemotongan isyarat VI(t) oleh VS(t) dapat dipahami dari gambar 5.4
Gambar 5.4 (a) Bentuk isyarat pemotong (b) Kurva karakteristik keluaran
Antara t1 dan t2, VS mempunyai nilai VP sehingga transistor saturasi. Akibatnya pada selang waktu ini isyarat keluaran VO 0 V. selanjutnya antara t2 dan t3, VS = 0, maka transistor ada pada keadaan terputus, yaitu arus kolektor IC = 0 A. Akibatnya pada selang waktu ini tegangan kolektor sama dengan VI. Demikian seterusnya terjadi secara berulang, sehingga
isyarat keluaran VO menjadi terpotong-potong seperti gambar 5.4a. Pada gambar 5.4b ditunjukan garis-garis beban untuk berbagai nilai VI. Bila isyarat VI negatif maka penguatan arus mempunyai nilai yang sangat kecil. Akibatnya untuk membuat agar transistor saturasi perlu arus basis IB yang jauh lebih besar dari pada kolektor yang mempunyai tegangan positif. Agar prilaku pemotong simetrik terhadap polaritas isyarat masukan, artinya untuk saturasi transistor diperlukan arus basis yang sama, kita dapat gunakan rangkaian seperti pada gambar 5.5.
Suatu rangkaian pemotong FET sederhana dilukiskan pada gambar 5.6. Perhatikan bahwa rangkaian ini isyarat V harus mengambang (floating). Transistor FET juga dapat digunakan untuk pemotong. Karakteristik keluaran FET adalah simetris terhadap polaritas beda tegangan antara drain dan source. Dengan kata lain drain dapat berfungsi sebagai source dan sebaliknya. Hal lain yang menguntungkan bila FET digunakan untuk pemotong adalah FET diatur oleh tegangan gate, sedangkan transistor bipolar diatur oleh arus pada kolektor. Untuk pemotong arus yang besar diperlukan arus basis yang besar pada pemotong transistor bipolar.
Gambar 5.6 (a) Rangkaian FET pemotong (b) Karakteristik keluaran FET
Pada masa lalu keberatan dari FET untuk pemotong adalah beda tegangan antara drain dan source pada keadaan saturasi (VDS(SAT)) mempunyai nilai lebih besar dari pada VCE(SAT) untuk transistor bipolar. Ini berhubungan erat dengan hambatan chanel rd pada keadaan saturasi, yang biasanya dinyatakan sebagai rd(ON). Besaran ini adalah sama dengan kebalikan dari kemiringan bagian saturasi dari kurva karakteristik keluaran transistor. Suatu MOSFET yang dibentuk secara khusus dan dikenal sebagai HEXFET IRF
350 telah dibuat agar mampu menahan tegangan V = 400 volt, arus ID(kontinu) = 11 A, dan mempunyai rD(ON) = 0,3 . FET daya lain yang sering digunakan untuk pemotong adalah VMOS. Transistor ini mampu memotong arus dengan frekuensi tinggi untuk daya yang tinggi. Pada gambar 7.10a, perhatikan bahwa isyarat pemotong VS(t) mempunyai nilai negatif. Ingat bahwa JFET harus diberi panjar mundur pada gate, dan pada VGS = 0 mengalir arus drain IDSS. Kita harus memasang RL cukup besar agar garis beban memotong bagian saturasi dari kurva karakteristik keluaran sehingga VDS(SAT) sekecil mungkin. Ini dapat dicapai dengan membuat agar pada keadaan saturasi ID(SAT) << IDSS. Dengan demikian pada waktu VGS = 0 maka transistor akan betul-betul jenuh. Bila VGS > 0 maka arus IG dibatasi oleh RS.
Gambar 6.1 Power Supply linier (a) Skematik (b) pemilihan turn ratio transformator
Ada dua point penting pada power supply linier, yaitu: 1. Dibutuhkan tranformator dengan frekuensi rendah, kira-kira 60 Hz. 2. Transistor beroperasi pada pada daerah aktifnya. Pada daerah tersebut terjadi kehilangan daya yang signifikan. Oleh karena itu efisiensi dari power supply linier biasanya berkisar pada range 30 60%. Sisi positif dari power supply ini adalah rangkaiannya yang sederhana dan oleh karena itu biayanya lebih kecil rating daya (<25 W). juga, power supply ini tidak menghasilkan EMI yang lebih besar dengan peralatan lain.
Dalam kebanyakan penerapan, keluaran multipel (positif dan negatif) dibutuhkan. Keluraran-keluaran ini harus terisolasi listrik antara satu dengan lainnya, tergantung dari
penerapannya. Gambar 6.3 memperlihatkan diagram blok dari sebuah switcing power supply dimana hanya satu keluaran Vo1 yang diregulasi dan dua yang lainnya tidak teregulasi. Jika Vo2 dan atau Vo3 membutuhkan untuk diregulasi, maka regulator linier dapat digunakan untuk meregulasi keluaran yang lainnya.
Dua kelebihan utama dari switching power supply dibanding dengan power supply linier, yaitu: Elemen switching (transistor daya atau MOSFET) bekerja sebagai saklar. Dengan menghindari beroperasi pada daerah aktif, maka kehilangan daya akan berkurang secara signifikan. Hasilnya mempunyai efisiensi yang lebih tinggi dengan range 70% - 90%. Selain dari itu, transistor yang bekerja dalam mode on/off mempunyai kapabilitas penanganan daya lebih besar dibanding dengan mode linier. Pada waktu transformator isolasi frekuensi tinggi digunakan, ukuran dan berat switching power supply dapat dikurangi dengan secara signifikan.
Pada sisi negatif, switching power supply lebih rumit, dan pengukuran yang tepat harus dilakukan untuk menghindari EMI karena pensaklaran frekuensi tinggi. Kelebihan-kelebihan dari switching power supply yang telah disebutkan diatas (dibanding dengan power supply linier) diluar pertimbangan kekurangan/kelemahan rate daya tertentu. Switching power supply dc, secara umum, menggunakan modifikasi 2 jenis konverter: 1. Konverter dc dc mode switch, dimana saklar-saklar beroperasi pada mode pensaklaran. 2. konverter resonant, yang menggunakan switching tegangan nol (zero-voltage) dan atau arus nol (zero-current).
Tabel perbandingan secara umum antara Switching Power Supply dengan Linier Power Supply Hal Efisiensi Kenaikan Temperatur Tegangan Kerut Switching Power Supply Linier Power Supply Umumnya antara 65% sampai 85%, Umumnya 25% sampai 50%, 500oC suhu 200oC sampai 400oC masih sampai 1000oC tidak umum, diterima tergantung pada teknik pembuangannya. Umumnya diperolehantara 20 50 tidak sulit mendapatkan tegangan mVpp. untuk memperoleh tegangan kerut sebesar 5 mV, yang lebih kerut yang lebih kecil sulit dilakukan kecil bisa dibuat tapi harganya mahal. Spesifikasi umum adalah 0,3%. Sulit Umumnya 0,1%, dan untuk regulasi untuk memperoleh regulasi yang yang lebih baik masih dapat lebih baik. diperoleh dengan harga yang lebih tinggi 60 watt per kilogram 1 inchi kubik per watt 20 30 watt per kilogram 2 3 inchi kubik per watt, tergantung dari metoda pembuangan panasnya
Regulasi keseluruhan
Berat Volume
Sangat baik, seringkali lebih besar Sangat kurang dibanding dengan dari 60dB. jenis switching. Jala-jala yang bersifat noise dapat mengganggu beban. Dapat mengganggu, memerlukan Sedikitnya dapat merupakan faktor perhitungan, penekanan dan yang merugikan penapisan Beberapa rancangan dapat Perlu magnetis 60 Hz yang mahal menyalurkan magnetis 60 Hz yang dan besar dalam tingkat daya yang besar. lebih tinggi. Rancangan dipusatkan agar lebih Semakin tinggi temperatur kerja handal dengan temperatur kerja semakin berkurang kehandalan. yang lebih dingin. Melihat pesatnya teknologi semikonduktor ada kemungkinan pembuatannya bisa lebih murah dibanding dengan linier Umumnya lebih murah, tapi dengan faktor-faktor yang ada dalam sistem, faktor harga dapat menjadi lebih tinggi.
Magnetis
Keandalan
Harga
Pendahuluan
Seperti yang sudah terlihat pada blok diagram gambar 6.2, isolasi listrik pada switching power supply dilengkapi dengan sebuah transformator isolasi frekuensi tinggi. Gambar 6.4a memperlihatkan karakteristik inti transformator khusus yang merupakan loop B-H (hysteresis). Pada kurva ini Bm merupakan batas rapat fluks maksimum yang mana pada batas itu terjadi saturasi dan Br merupakan rapat fluks sisa. Macam-macam tipe konverter dc-dc (dengan isolasi ) dapat dibagi kedalam dua karakteristik dasar, yang berdasar pada penggunaan inti transformator: 1. Eksitasi inti unidirectional dimana hanya bagian positif (quadrant I) dari loop B-H yang digunakan. 2. Eksitasi inti bidirectional dimana antara bagian positif dan negatif dari loop B-H digunakan sebagai alternatif.
Gambar 6.4 Representasi transformator (a) Tipe loop B H inti transformator (b) dua lilitan transformator (c) rangkaian setara
Tegangan keluaran dari konverter-konverter ini diregulasi dengan menggunakan switching PWM.
Untuk menganalisa rangkaian-rangkaian ini, saklar-saklar tersebut dibuat ideal dan kehilangan daya pada induktif, kapasitif, dan elemen-elemen transformator yang diabaikan. Kehilanagan daya ini membatasi kemampuan operasional dari rangkaian ini. Semua rangkaian ini dianalisa pada kondisi operasi steady-state, dan kapasitor filter pada keluaran diasumsikan sangat besar. Analisa dipresentasikan hanya untuk mode Continuous-Conduction.
Konverter Flyback
Konverter flyback diperoleh dari konverter buck-boost, yang bisa dilihat pada gambar 6.6a. Dengan menempatkan sebuah lilitan kedua pada induktor, hal ini memungkinkan untuk membuat isolasi listrik, seperti yang terlihat pada gambar 6.6b.
Gambar 6.7a memperlihatkan rangkaian konverter dimana dua lilitan induktor direpresentasikan dengan rangkaian ekivalennya. Ketika saklar on, dioda pada gambar 6.7a akan mengalami bias mundur. Pada saat saklar off dan energi tersimpan pada inti menyebabkan arus megalir pada lilitan sekunder dan dioda, seperti yang terlihat pada gambar 6.7b.
Konverter Forward
Konverter forward diperoleh dari konverter step-down, yang bisa dilihat pada gambar 6.8. Pada sebuah konverter praktis, arus magnetisasi transformator harus diperhitungkan agar pengoprasiannya tepat. Sebaliknya, energi yang tersimpan pada inti transformator akan menghasilkan kegagalan/kesalahan konverter. Sebuah pendekatan yang mengijinkan
energi magnetik transformer direkover dan feedback pada supply masukan yang diperlihatkan pada gambar 6.9a. hal ini membutuhkan sebuah demagnetisasi lilitan ketiga. Dalam gambar 6.9b memperlihatkan transformator dengan rangkaian ekivalennya.
Konverter Push-Pull
Gambar 6.10a memperlihatkan susunan rangkaian untuk sebuah konverter push-pull dc-dc. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan inverter push-pull digunakan untuk menghasilkan sebuah gelombang kotak ac pada input dari transformator frekuensi tinggi. Skema switching PWM pada gambar 6.5 digunakan untuk meregulasi (mengatur) tegangan keluaran. Sebuah center-tap kedua digunakan, agar menghasilkan hanya satu tegangan dioda yang drop pada bagian sekundernya.
Harus menjadi catatan bahwa dalam inverter push-pull pada pembahasan sebelumnya, dioda balikan dalam anti paralel mempunyai hubungan dengan saklar-saklar yang dibutuhkan untuk membawa arus reaktif dan interval konduksinya tergantung kebalikan dari faktor daya dari beban keluaran. Pada konverter push-pull dc-dc, dioda-dioda anti paralel ini yang terlihat pada gambar 6.10a dibutuhkan untuk memberikan sebuah saluran bagi arus yang dibutuhkan karena kebocoran fluks dari transformator.
Dalam rangkaian push-pull, karena perbedaan yang tidak dapat dihindarkan pada waktu pensaklaran dari dua saklar T1 dan T2, selalu ada ketidakseimbangan antara nilai puncak dari dua arus pensaklaran. Ketidakseimbangan ini dapat dikurangi dengan pengatur mode arus yang akan dibahas berikutnya.
induktor masukan menyuplai stage keluaran. Oleh karena itu, rangkaian ini beroperasi sama halnya dengan konverter step up. Dalam mode konduksi arus kontinu, menjadi rasio transfer tegangannya dapat diperoleh
Konverter sumber arus mempunyai kekurangan, yaitu mempunyai rasio powerweight yang rendah dibandingkan dengan konverter sumber tegangan.
Pada konverter dengan topologi eksitasi inti bidireksional, adanya gap udara mencegah saturasi inti di bawah star-up dan kondisi transien tetapi tidak mencegah saturasi inti jika ada sebuah tegangan kedua yang tidak seimbang selama dua setengah siklus operasi. Pada implementasi praktis, ada beberapa penyebab yang membuat ketidakseimbangan tegangan kedua, seperti drop tegangan konduksi yang berbeda dan waktu pensaklaran yang berbeda dari saklar-saklar. Cara yang terbaik untuk menghindari saturasi inti dengan memonitor arus saklar (switch). Dengan menggunakan IC juga akan mengeliminasi saturasi di bawah start up dan kondisi transien. Cara lain untuk mencegah saturasi inti karena ketidakseimbangan tegangan yaitu dengan menggunakan sebuah kapasitor blok yang dibuat seri dengan lilitan primer dari inverter half-bridge dan full-bridge. Kapasitor blok harus dipilih dengan tepat sehingga tidak terlalu besar yang akan mengakibatkan ketidakefektifan dibawah kondisi transien dan tidak terlalu kecil yang mengakibatkan drop tegangan ac yang besar, hal ini mengakibatkan kondisi operasi dibawah steady-state. Pada konverter push-pull, kontrol mode arus digunakan untuk mencegah arus switch dari yang akan membuat manjadi berbeda. Pada inti dua lilitan induktor dari konverter flyback, harus ada gap udara untuk menyediakan kemampuan menyimpan energi. Adanya gap udara ini, yang lebih besar dibanding dengan topologi sebelumnya, sisa rapat fluks Br harus nol dan karakteristik BH akan menjadi linier. Banyaknya kebutuhan induktansi untuk mengoperasikan hanya pada mode diskontinu dapat dihitung dari tegangan konverter yang diberikan dan frekuensi pensaklaran.
Gambar 6.13 Regulasi tegangan (a) sistem kendali feedback (b) liniearisasi sistem kendali feedback
Gambar 6.15 (a) Duty-ratio PWM ver (b) Kendali mode arus
Ada tiga tipe dasar kontrol mode arus: 1. Tolerance band control 2. Constant-off-time control 3. Constant frekuency control with turn on at clock time. Pada semua tipe kontrol ini, baik arus pada induktor maupun arus pada saklar, yang sebanding dengan arus induktor keluaran, diukur dan dibandingkan dengan tegangan kontrol. Pada tolerance band control, tegangan kontrol vc mendikte nilai rata-rata dari arus induktor sebagaimana yang terlihat pada gambar 6.16a. IL merupakan parameter desain. Pensaklaran frekuensi tergantung pada IL, parameter konverter, dan kondisi operasi. Pada constant-off-time control, tegangan kontrol mendikte IL, sebagaimana yang terlihat pada gambar 6.16b. Pensaklaran frekuensi tergantung pada parameter konverter dan kondisi operasi. Constant frequency control with a turn on at clock time, saklar hidup pada permulaan tiap perioda waktu pensaklaran pada frekuensi konstan. Tegangan kontrol mendikte IL dan sesaat kemudian saklar mati, sebagaimana yang terlihat pada gambar 6.16c. Saklar mati sampai permulaan siklus pensaklaran selanjutnya.
Pada prakteknya kontrol mode arus, sebuah kompensasi kemiringan ditambahkan pada tegangan kontrol, sebagaimana terlihat pada gambar 6.17, agar memberikan stabilitas, mencegah osilasi subharmonik. Kontrol mode arus mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan kontrol rasio PWM: 1. Membatasi switch arus puncak. 2. Menghilangkan satu kutub dari fungsi transfer kontrol-keluaran ( vo ( s ) / vc ( s ) 3. Mengujinkan desain modular dari power supply dengan pembagian arus yang sama dimana beberapa power supply dapat dioperasikan secara paralel dan memberikan arus yang sama, jika tegangan kontrol yang sama mengalir pada semua modul. 4. Memberikan tegangan masukan feed-forward, sebagaimana yang terlihat pada gambar 6.17.
1.15 R T (k) x CT ( F )
gelombang gigigergaji dibandingkan dengan keluaran penguatan kesalahan dalam komparator untuk menentukan duty ratio dari saklar. Keluaran osilator merupakan pulsa clock yang sempit (3.5 V) dengan lebar pulsa 0.5 S, yang ditentukan dengan menggunakan persamaan di atas.
Gambar 6.18 PWM UC1524A (a) Diagram blok (b) fungsi transfer
PROTEKSI TEGANGAN
Proteksi kelebihan tegangan dan kekurangan tegangan dapat tergabung dengan menambahkan sedikit komponen eksternal pada kaki shut-down (10).
PEMBATASAN ARUS
Untuk proteksi kelebihan arus pada keluaran, arus keluaran rangkaian dapat diketahui dengan mengukur tegangan yang melewati sebuah resistor peraba. Tegangan ini dapat diterapkan pada kaki 4 dan 5. Ketika tegangan peraba ini melebihi ambang pintu temperatur yang sudah dikompesasi (200mV), keluaran dari penguatan kesalahan ditarik ke ground dan pengurangan secara linier lebar pulsa keluaran.
Gambar 6.19 Isolasi listrik pada loop feedback (a) kontrol bagian skunder (b) kontrol bagian primer
Alternatif lain dalam kontrol bagian primer adalah dengan menggunakan osilator modulasi amplitudo seperti UC1901 yang terlihat pada gambar 6.20. Keluaran osilator frekuensi tinggi dikopel melewati transformator sinyal frekuensi tinggi ke sebuah demodulator yang menyuplai tegangan eror dc ke kontroler PWM.
Cd = 2 x
dimana Vd,min dipilih pada range 60 75 % dari tegangan masukan nominal Vd,nominal dan adalah efesiensi daya pada power supply,