Anda di halaman 1dari 17

BAB II

GURU PROFESIONAL A. Menjadi Guru Peofesional

1. Kualitas Guru Kualitas guru kita, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan. Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD kita saat ini, hanya 8,3% nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang di hasilkan. Belum lagi masalah, dimana seorang guru sering mengajar lebih dari satu mata pelajaran yang tidak jarang, bukan merupakan corn/inti dari pengetahuan yang dimilikinya, telah menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal. 2. Masalah kesejahteraan guru Sudah bukan menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini, telah merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis dilingkungan sekolah dimana mereka mengajar tenaga pendidik. Peningkatan kesejahteaan guru yang wajar, dapat meningkatkan profesinalisme guru, termasuk dapat mencegah para guru melakukan praktek bisnis di sekolah. Apabila kita kaitkan juga dengan laporan dari UNDP, dimana berdasarkan laporan, Human Devlopment Report 2004, tersebut dinyatakan bahwa angka buta huruf dewasa (adult illiteracy rate) di Indonesia mencapai 12,1%. Ini berarti dari setiap 100 orang Indonesia dewasa yang berusia 15 tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak bisa membaca. Angka ini relatif jauh lebih tinggi, apabila kita bandingkan dengan negara-negara lain, seperti Thailand (7,4%), Brunai Darussalam (6,1%) dan Jepang (0,0%). Pada tahun yang sama (2004), UNDP juga telah mengeluarkan laporannya tentang kondisi HDI (Human Development Indeks) di Indonesia. Dalam laporan tersebut, HDI Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 175 negara. Posisi ini masih jauh dari Negaranegara tetangga kita, seperti Malaysia yang menempati urutan ke- 59, Thailand yang menempati urutan ke- 76 dan Philiphina yang menempati urutan ke- 83. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya menempati satu peringkat di atas Vietnam. Sebuah negara yang baru saja keluar dari konflik politik besar dan baru memulai untuk berbenah diri namun sudah memperlihatkan hasilnya karena membagun tekad dan kesungguhan hati.

Salah satu ciri guru yang profesional ialah bahwa guru itu harus meningkatkan profesionalnya secara terus menerus. Adapun secara umum ciri-ciri guru yang profesional ialah :

Jabatan guru adalah tugas memanusiakan manusia dan lebih dari sekedar mencari nafkah, maksudnya adanya komitmen mereka sendiri untuk menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada kepentingan dirinya sendiri. Mengajar mempersyaratkan pemahaman dan keterampilan yang tepat. Guru diharapkan selalu menambah pengetahuan jabatan agar terus bertambah dalam jabatan serta memilki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan. Meningkatkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan dan selalu ingin belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian. Memilki kode etik yang disepakati. Guru Profesional menurut para ahli :

Pak Aef Saefulloh, S.Pd.I Guru yang profesional yaitu: Profesionalisme formal, right man on right place. Maksudnya, guru adalah benar-benar seorang guru, dan ia memang sarjana pendidikan. Meskipun, mereka yang tidak sarjana pendidikan mampu mendirikan lembaga pendidikan. Skill, atau capability. Maksudnya, dalam realita, apakah semua guru mampu mengajar dengan baik di hadapan siswa. Makanya seorang guru yang profesionalisme memiliki kemampuan yang proporsionil juga ketika mengajar. Ciri-ciri guru yang profesional: a. Berwawasan luas. Meliputi segala ranahnya. Kapan dimulai pendidikan, siapa saja pelopornya, bagaimana perkembangannya dll. b. Kecakapan personal. Keperibadian pendidik (akhlaq) di dalam maupun di luar sekolah. Karena seyogyanya imej seorang guru akan terus melekat kapanpun dimanapun. Dan ini nampak, lebih berat dibanding yang di atas.( Aef Saefulloh, S.Pd.I)

Bapak Dede Sulaiman, S.Pd.I. Guru profesional itu adalah guru yang mempunyai basic keilmuan yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya ia mengajar matematika, maka seorang guru tersebut harus benar-benar menguasai ilmu matematika, misalnya fiqih ia juga harus benar-benar pakar dalam ilmu fiqih. (Dede Sulaiman, S.Pd.I.) Selain itu seorang guru profesianal secara formal atau akademis juga harus memiliki gelar yang sesuai dengan bidangnya. Artinya, kjepada para ketika dia dia mengajar matematika seyokjanya ia harus sarjana matematika, dan begitu seterusnya. Profesionalisme adalah sebuah kata yang tidak dapat dihindari dalam era globalisasi dan internasionalisasi yang semakin menguat dewasa ini, dimana persaingan yang semakin kuat dan proses transfaransi disegala bidang merupakan salah satu ciri utamanya. Guru sebagai sebuah profesi yang sangat strategis dalam pembentukan dan pemberdayaan anakanak penerus bangsa, memliki peran dan fungsi yang akan semakin signifikan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu pemberdayaan dan peningkatan kualitas guru sebagai tenaga pendidik, merupakan sebuah keharusan yang memerlukan penangan lebih serius. Profesinalisme guru adalah sebuah paradigma yang tidak dapat di tawar-tawar lagi. Dalam konteks pemberdayaan guru menuju sebuah profesi yang berkualitas diamana secara empiris dapat dipertanggung jawabkan, memerlukan keterlibatan banyak pihak dan stakeholders, termasuk pemerintah sebagai penyelengara Negara. Diperlukan sebuah kondisi yang dapat memicu dan memacu para guru agar dapat bersikap, berbuat serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang sesuai dengan bidang ke-ilmuannya masing-masing. Kondisi tersebut dapat disimpulkan sebagai faktor internal dan faktor eksternal. Profesi guru menurut Undang-Undang tentang Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu; Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme 2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya. 3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. 4. Mematuhi kode etik profesi. 5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasikerjanya. 7. Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan profesinya secara berkelanjutan. 8. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya. 9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Ciri-ciri guru yang profesional ialah :

Jabatan guru adalah tugas memanusiakan manusia dan lebih dari sekedar mencari nafkah, maksudnya adanya komitmen mereka sendiri untuk menjunjung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada kepentingan dirinya sendiri. Mengajar mempersyaratkan pemahaman dan keterampilan yang tepat. Guru diharapkan selalu menambah pengetahuan jabatan agar terus bertambah dalam jabatan serta memilki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan. Meningkatkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan dan selalu ingin belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian.

B. Guru Profesional Untuk Pendidikan Bermutu


Istilah profesi sudh cukup dikenal oleh semua pihak, dan senantiasa melekat pada guru karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan professional. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat, berikut ini akan dikemukakan pengertian profesi dan kemudian akan dikemukakan pengertian profesi guru. Biasanya sebutan profesi selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Ada beberapa istilah lain yang dikembangkan yang bersumber dari istilah profesi yaitu istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionaloisasi secara tepat, berikut ini akan diberikan pengkelasan singkat mengeni pengertian istilah0istilah tersebut. Professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya. Penyandangan dan penampilan professional ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan guru professional adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan guru professional juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan demikian, sebutan profesional didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1

ayat 4) dinyatakan bahwa: professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmenya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna proesional. Profesionalitas adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakantugasnya secara efektif. Profesionalisasi adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan menurut Undang-undang nomer 14 tahun 2005 yaitu berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus Sertifikasi Pendidikan. Pada dasarnya profesionalisasi merupakan sutu proses berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan dalam jabatan (in-service). Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengrahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.

Di samping dengan keahliannya, sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, Negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, social, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya. Tanggung jawab social diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dam moral. Ciri profesi yang selanjutnya adalah kesejawatan, yaitu rasa kebersamaan di antara sesama guru. Kesejawatan ini diwujudkan dalam persatuan para guru melalui organisasi profesi dan perjuangan, yaitu PGRI. Melalui PGRI para guru mewujudkan rasa kebersamaannya dan memperjuangkan martabat diri dan profesinya di atas, pada dasarnya telah tersirat dalam kode Etik Guru Indonesia sebagai pegangan professional guru. Sementara itu, para guru diharapkan akan memiliki jiwa profesionalisme, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas professional. Pada dasarnya profesionalisme itu, merupakan motivasi intrinsic pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah perwujudan profesional. Kualitas profesionalisme didukung oleh lima kompetensi sebagai berikut : Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar yang ideal. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal. Yang dimaksud dengan standar ideal ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan. Meningkatkan dan memelihara citra profesi Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perlaku profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru berdasarkan penilaian terhadap kinerjanya. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai cara misalnya penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dsb.

Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan meperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampiannya. Berdasarkan kriteria ini para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagi kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah misalnya lokakarya, seminar, symposium, dsb., (b) mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan, (c) melakukan penelitian dan pengabdian dana masyarakat, (d) menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah, (e) memasuki organisasi profesi (misalnya PGRI). Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi Profesionalisme ditandai kualitas derajat rasa bangga akan profesi yang dipegangnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, dedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan keyakinan akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan. Dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip professional sebagai berikut : a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya c. Memiliki kompetensis yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya d. Mematuhi kode etik profesi e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya g. Memiliki kesempatan untuk mengembnagkan profesinya secara berkelanjutan h. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas profesionalnya

i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hokum Undang-undang Guru dan Dosen sebagai peluang dan tantangan Dikaitkan dengan proteksi hak azasi dan profesi guru, undang-undang guru sangat diperlukan dengan tujuan : (1). Mengangkat harkat citra dan martabat guru, (2). Meningkatakan tanggung jawab profesi guru sebagai profesi pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing, dan manajer pembelajaran, (3). Memberdayakan dan mendayagunakan profesi guru secara optimal, (4). Memberikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru, (5). Meningkatakan mutu pelayanan dan hasil pendidikan, (6). Mendorong peran serta masyarakat dan kepedulian terhadap guru. Setelah melalui perjuangan panjang selama lima tahun sejak 1999, dengan melampaui empat presiden dan empat menteri pendidikan, saat ini UU Guru telah disahkan menjadi, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kelahiran Undang-undang Guru ini merupakan payung dan landasan hukum bagi terwujudnya guru professional, sejahtera, dan terlindungi. Pada gilirannya akan terwujud kinerja guru professional dan sejahtera demi terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Undang-undang ini memberikan landasan kepastian hokum yang untuk perbaikan guru di masa depan khususnya yang berkenaan dengan profesi, kesejahteraan, jaminan social, hak dan kewajiban, serta perlindungan. Beberapa substansi RUU Guru yang bernilai pembaharuan untuk mendukung profesionalitas dan kesejahteraan guru antara lain yang berkenaan : (1). Kualifikasi dan kompetensi guru : yang mensyaratkan kualifikasi akademik guru minimal lulusan S-1 atau Diploma IV, dengan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social. (2). Hak guru : yang berupa penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait tugasnya sebagai guru. (Pasal 15 Ayat )

(3). Kewajiban guru ; untuk mengisi keadaan darurat adanya wajib kerja sebagai guru bagi PNS yang memenuhi persyaratan. (4). Pengembangan profesi guru; melalui pendidikan guru yang lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian dan profesi dalam satu lembaga yang terpadu. (5). Perlindungan; guru mendapat perlindungamn hukum dalam berbagai tindakan yang merugikan profesi, kesejahteraan, dan keselamatan kerja. (6). Organisasi profesi; sebagai wadah independen untuk meningkatkan kompetisi karir, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteran dan atau pengabdian, menetapkan kode etik guru, memperjuangkan aspirasi dan hak-hak guru. Sertifikasi sebagai realisasi Dengan lahirnya undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, maka prospek guru di masa mendatang sebgai guru yang professional, sejahtera, dan terlindungi. Pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga professional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (pasal 2 dan 3). Sebagai guru professional disyaratkan para guru wajib memilki: (1) kualifikasi akademik sarjana atau diploma IV, (2) Kompetensi Pedagogik, kepribadian, social dan professional, (3) sertifikat pendidik, (4) sehat jasmani dan rohni, (5) kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 8 s/d 12). Sehubungan dengan persyratan sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang tersebut, maka guru wajib memilki sertifikat pendidik sebagai bukti formal sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidikan diperoleh melalui sertifikasi pendidik bagi guru diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memilki program tenaga kegandaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah (pasal 11 ayat 2). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan dan mewujudkan profesionalitas guru sekurang-kurangnya ada tiga ahal yang saling terkait yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru. Berkenaan dengan kualifikasi akademik guru, dalam pasal tiga RPP guru dinyatakan sebagai berikut: kualifikasi akademik guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ditunjukan dengan ijazah yang merefleksikan kemampuan yang dipersyaratan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidi pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang dia punya sesuai standar Nasional pendidikan. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui program pendidikan formal sarjana (S1) atau program p[endidikan diploma empat (D-IV) pada perguruan tinggi yang memilkimprogram pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi atau perguruan tinggi nonkependidikan yang terakreditasi. Selanjutnya berkenaan dengan kompetensi, diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimilki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksnakan tugas keprefosionalan. Kompetensi guru kompetensi pedagogic,

kopetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi, pelatihan, dan pengalaman professional. Untuk mewujudkan guru professional melalui sertifikasi ditempuh melalui pendidikan profesi. Pendidikan profesi terdiri atas dua bentuk yaitu pendidikan profesi bagi calin guru dan pendidikan profesi bagi guru dalam jabatan yang dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Sambil menunggu keluarnya peraturan pemerintah tentang guru, Menteri Pendidikan akan mengeluarkan peraturan menteri nomor 18 tahun 2007 yang berisi kebijakan mengenai sertifikasi guru. Berdasarkan peraturan tersebut, sertifikasi dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio yaitu pengakuan atas pengalaman professional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan: (a) kualifi9kasi akademik, (b) pendidikan dan pelatiahan, (c) pengalaman mengajar, (d) perencanan dan pelaksanaan pembelajaran, (e) penilaian dari atasan dan pengawas, (f) prestasi akademik, (g) karya pengenbangan profesi, (h) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (i) penglaman organisasi dibidang kependidikan dan social, dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

C. Guru Profesional Sebagai Jaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan


Secara esensial, perkataan mutu itu menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau diikenakan kepada barang (products) dan/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangen objektif atas bobot dan/atau kinerjanya. Jasa/pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan. Suatu jasa yang berorientasi mutu memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui jaminan mutu agar tidak terjadi keluhan-keluhan pelanggan dan begitupun dari pihak produsen tidak melakukan kesalahan-kesalahan (zerro defect). The Management of Quality Assurance menjelaskan Jaminan mutu (quality assurance) is all those planned and systematic actions necessary to provide adequate confidence that a product or service will satisfy given requirement for quality. Jaminan mutu mengikuti prosedur yang apik dengan melalui investigasi yang menyeluruh terhadap seluruh komponen system mulai dari input, proses dan produk sebagai satu kesatuan yang harus selalu dalam satu paket. Dengan demikian Jaminan mutu merupakan tindakan terencana dan sistematis yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang baik bahwa produk akan memuaskan. Guru merupakan komponen system pendidikan yang sangat penting, karena arti fungsi dan posisinya yang strategis. Keberadaan guru menjadi salah satu penjamin mutu pendidikan terutama dalam membekali kemampuan dan kepribadian peserta didik. Membentuk guru yang akan menjadi penjamin mutu pendidikan harus diarahkan pada

pembentukan guru profesional mulai dari input sampai produknya. Terutama perhatian ditujukan pada prosesnya, karena salah satu prinsip dari konsep qualty assurance adalah memindahkan perhatian dari produk ke proses dengan asumsi bahwa bila prosesnya baik maka produknya juga akan terjamin. Proses pendidikan guru dimulai dari rekrutmen mahasiswa calon guru yang benar dan memiliki passing grade yang unggul. Jangan memulai kesalahan ditahap ini dengan memberi toleransi kolusi pada siswa yang tidak kompeten, karena menurut bapak mutu (crosby) quality is free yang berarti mutu tidaklah mahal yang mahal adalah kesalahan yang terkenal dengan konsep zero deffect. Masukan siswa calon guru yang qualified digodok pada kawah candradimuka yang sangat dipersiapkan secara matang oleh institusi pendidikan penyelenggara pendidikan keguruan mulai dari kurikulum yang merujuk standar kompetensi, pelaksanaan pembentukan kompetensi yang didukung oleh dosen-dosen profesional yang ditunjang alat, media dan sumber belajar yang tepat dan canggih dengan penilaian yang terus menerus dikendalikan dan ditindaklanjuti, praktek latihan profesi yang mengembangkan professional development school serta uji kompetensi yang relevan dan memenuhi standar sertifikasi profesi guru merupakan proses pendidikan guru profesional yang dapat memberikan jaminan mutu pendidikan. Sertifikasi merupakan proses panjang yang setiap tahapnya tidak terlepas dari penegakan proses yang bermutu menjadi jaminan mutu pendidikan. Kinerja guru profesional senantiasa menunjukan kompetensinya secara terus menerus dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, guru senantiasa siap dengan audit akademis atau penilaian kinerja guru yang justru menjadi motivasi berkinerja lebih baik. Apabila guru sudah menjadi pendidik profesional dengan mendapat sertifikat pendidik, pemerintah wajib memberikan tunjangan profesi minimal sebesar gaji pokok guru PNS baik guru yang bekerja di satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, pemda, ataupun masyarakat. Dengan demikian, sertifikasi berdampak pada citra, wibawa dan kesejahteraan guru. Kinerja guru yang dapat menjamin mutu yaitu guru yang melaksanakan kompetensinya sesuai kualifikasi yang dipersyaratkan dengan komitmen yang tinggi pada pelaksanaan proses yang bermutu. Ellington dan Ross (1994) berpendapat bahwa untuk mengevaluasi pengajaran yang terintegrasi dengan jaminan mutu adalah sebagai berikut: 1) kompeten dalam menentukan tujuan dan arah pendidikan secara jelas; 2) memilih metode instruksional yang sesuai dengan disiplin ilmu sehingga memenuhi tujuan dan arah pendidikan yang diberikan; 3) kompeten dalam perencanaan, persiapan, penyampaian dan pengorganisasian aktivitas-aktivitas belajar; 4) memilih bahan pelajaran yang up to date;

5) kompeten dalam merancang instrument untuk menilai disiplin ilmu yang diajarkan dan menilai mahasiswa dengan metode yang dapat memenuhi tujuan dan arah pendidikan; 6) mengevaluasi keberhasilan proses instruksional; 7) berkinerja sebagai pribadi pengajar yaitu seperti sadar sebagai pengajar dan mendukung dan concern terhadap tugas; 8) pengembangan pribadi dan profesionalisme yaitu bahwa keahlian/kualifikasi/ performance perlu peningkatan merencanakan dan melaksanakan pengembangan pribadi sesuai kebutuhan, menjaga pengembangan untuk disiplin ilmu tertentu agar tidak ketinggalan jaman, secaa aktif terlibat penelitian/konsultasi sesuai dengan profesinya. Guru sebagai penjamin mutu dituntut professional dan tidak dapat sembarang orang boleh berdiri mengajar di depan kelas tanpa memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan keguruan. Persyaratan profesi guru terkait dengan tugas pokok guru sebagai pendidik yang merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran peserta didik. Implementasinya adalah bahwa guru mutlak harus memahami peserta didik dan pembelajaran harus difokuskan pada membelajarkan peserta didik sehingga mereka mau dan dapat belajar. Oleh karena itu, guru berperan sebagai pencipta organisasi pembelajar (learning organization). Guru profesional harus menjadi Organisator pembelajar yang setiap saat pelaksanaan profesinya senantiasa memusatkan diri pada terjadinya transformasi ilmu pengetahun dan tidak pernah berhenti belajar dan ingin menciptakan pembelajaran yang cerdas, sehingga tidak ada hari tanpa ada kegiatan belajar. Untuk memberikan ilmu pengetahuannya kepada peserta didik guru melaksanakan dua prinsip implementasi pembelajaran yaitu student oriented dan content oriented Guru profesional layanan pembelajarannya diarahkan pada penyampaian materi pelajaran. Guru harus betul-betul menunjukan profesionalismenya dalam penguasaan dan penyampaian materi dan ini menimbulkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari peserta didik akan kewibawaan guru. Guru yang melaksanakan pengajarannya berdasarkan pada content oriented dikenal sebagai guru efektif yang selalu meningkatkan kemampuannya dalam bidang keilmuan dengan mengikuti pembinaan profesi, mengajar dengan perencanaan yang seksama dan teliti, dan melakukan pengajaran secara berurutan dan berkelanjutan. Guru yang melaksanakan menitikberatkan pada pembelajarannya berdasarkan student oriented

(1) kebutuhan belajar peserta didik, (2) perbedaan individual, dan (3) kepribadian peserta didik.

Upaya transfer pengetahuan oleh guru telah melalui berbagai pendekatan dan sesuai dengan kajian filsafat kontruktivitik, maka guru harus memusatkan perhatiannya kepada pembelajaran peserta didik, atau guru sebagai fasilitator bagi peserta didik belajar. Dalam melaksanakan layanan belajar tidak dapat dipisahkan proses evaluasi. Guru senantiasa melaksanakan evaluasi yang terus menerus dan harus ditindaklanjuti serta dikomunikasikan kepada siswa sehingga mereka paham kekurangan dan mengetahui kemampuannya. Keseluruhan proses profesional guru menjadi ciri guru profesional penjamin mutu pendidikan.

D. Profesionalisme Guru
Profesionalisme adalah salah satu kunci sukses yang esensial di dalam menjalin hubungan dengan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan berprilaku profesional adalah berperilaku sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam pekerjaannya, dapat mengendalikan emosi dengan baik, dan bersikap rasional.Profesionalsime sendiri berasal dari kata profesus (bahasa latin), yang berarti siap tampil di depan publik. Jadi untuk tampil di depan umum, seorang professional harus telah siap untuk menghadapi semua masalah dan menyelesaikannya dengan baik. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme guru adalah bisa didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru adalah kompetensi professional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan Guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan mendalam dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme Guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Berbagai kendala yang dihadapi sekolah terutama di daerah luar kota, umumnya mengalami kekurangan guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan subjek atau bidang studi yang sesuai dengan latar belakang guru. Akhirnya sekolah terpaksa menempuh kebijakan yang tidak popular bagi anak, guru mengasuh pelajaran yang tidak sesuai bidangnya. Dari pada kosong sama sekali, lebih baik ada guru yang bisa mendampingi dan mengarahkan belajar di kelas. Oleh karena itu profesionalisme guru adalah seseorang yang memiliki kapabelitas pemahaman baik dalam ruang lingkup konsep atau metode dan juga adalah pemahaman yang bersifat universal terhadap tugas tugas pokok keguruan itu sendiri.

E. Langkah Langkah Peningkatan Profesionalisme Guru


Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya

persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Diperlukan orangorang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Ada beberapa langkah strategis yang harus dilakukan dalam upaya, meningkatkan profesionalisme guru, yaitu : 1. Sertifikasi sebagai sebuah sarana Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan akademis. Dalam issu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing. 2. Perlunya perubahan paradigma Faktor lain yang harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah, perlunya perubahan paradigma dalam proses belajar menajar. Anak didik tidak lagi ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan diperankan sebagai obyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus memposisikan dirinya lebih tingi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini, guru di tuntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal, ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yang aktual berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, out put dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ (intelegensia Quotes), tetapi mencakup pula EQ (Emotional Quotes) dan SQ (Spiritual Quotes). 3. Jenjang karir yang jelas Salah satu faktor yang dapat merangsang profesionalisme guru adalah, jenjang karir yang jelas. Dengan adanya jenjang karir yang jelas akan melahirkan kompetisi yang sehat,

terukur dan terbuka, sehingga memacu setiap individu untuk berkarya dan berbuat lebih baik. 4. Peningkatan kesejahteraan yang nyata Kesejahteraan merupakan issu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan. Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan. 5. Gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup diriny dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putraputrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil. 6. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu. Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru prmula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru. 7. Pelatihan dan sarana Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan. Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihanpelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya

BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu komponen pendidikan adalah peran guru yang menjadi faktor salah satu faktor utama keberhasulan pendidikan di Indonesia. Guru juga merupakan fasilitas yang

perlu pengembangan dan kualita syang memadai guna upaya keberhasilan pendidikan dan tranfer ilmu untuk kehidupan generasi penerus bangsa. Prifesionalisme guru harus terus ditingkatkan agar kemampuan pengajar atau guru pada khususnya dapat bekerja maksimal dmempunyai kompetensi yang baik. B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan

Anda mungkin juga menyukai