Anda di halaman 1dari 9

4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Persiapan Lahan Tanah merupakan bagian kulit bumi terluar yang digunakan untuk media tumbuh tanaman. Tanah yang digunakan diolah dengan cangkul atau dengan alat modern. Proses penanaman dengan melakukan plot-plot yang sudah terbentuk dan dibuat lubang tanam sedalam 3-5 cm dengan cara ditugal atau dilubangi dengan jarak tanam tertentu dan setiap lubang diberi 2-3 biji tanaman. Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, masing-masing lubang tanam disisakan satu tanaman yang tumbuh terbaik. Pendaringan dan penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur tiga minggu dan bila tumbuh gulma (Sumaryo dan Suryono, 2000). Kelembaban tanah dipengaruhi oleh sifat koloidal. Sekitar 20% berat tanah liat merupakan kelembaban yang tersedia, Sedangkan tanah yang bertekstur lebih kasar, seperti pasir halus hanya 7% dari beratnya merupakan kelembaban yang tersedia. Berdasarkan volume tanah, pada kapasitas lapang, tanah liat mengandung sekitar 17 cm air yang tersedia permeter kedalaman tanah, sedangkan pada pasir halus kurang dari 8 cm (Brady, 1974). Faktor paling utama terkait dalam hal pertumbuhan tanaman adalah tanah, energi penyinaran dan udara. Fungsi utama tanah antara lain penyedia unsur mineral, medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan hara, penyedia air dan sebagai resvour, tempat berpegang, bertumpu atau berjangkarnya tanaman untuk tegak. Struktur tanah yang baik yaitu remah sangatlah penting untuk pertumbuhan. Tanah yang berbutir-butir memiliki aerasi yang baik dan mempunyai daya pegang air yang tinggi karena ukuran kenaikan ruang pori-pori tanah. Bahan organik bertindak sebagai basa, dapat menyerap sejumlah air dibanding beratnya, bahan organik juga merupakan sumber mineral yang menjadi tersedia bila telah terurai. Bahan organik tersebut dapat berada pada lapisan atas yang disebut humus, dan di tanah yang tercuci ke dalam tanah (Harjadi, 1994).

Sistem pengolahan tanah terdiri dari olah tanah tanpa olah, olah minimum dan olah intensif. Pada sistem olah tanpa olah tanah, tanah tidak diolah sama sekali. Pada sistem olah tanah minimum, tanah diolah seperlunya saja. Sedangkan pada sistem tanah intensif, tanah dicangkul setiap kali akan bertanam dan tanpa mulsa. Pada kedua sistem awal, gulma diberantas dengan herbisida dan sisa-sisa tanaman musim sebelumnya dikembalikan ketanah sebagai mulsa. Dosis pemupukan nitrogen yang digunakan adalah

0, 100, 200 Kg N/Ha (Sarnu et.al, 1999). Tanah Alfisols mempunyai pH masam (kurang dari 6) dan kejenuhan basa rendah. Analisis terhadap unsur hara antara K tersedia dan n total tanah yang rendah, menunjukkan bahwa sebagian besar unsur hara tidak tersedia bagi tanaman. Untuk mengatasi permasalahan tanah tersebut dengan pemupukan (seimbang) terutama N, P, K dan pupuk hayati atau pupuk kandang (Minardi, 2004). B. Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih Benih yang digunakan dalam penanaman sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik, maupun fisiologisnya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak bercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih (Anonim, 2009). Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah tantang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat benih murni (pure seed). Berat benih murni ini meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui, yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian di laboratorium. Kemudian biji herba merupakan biji tanaman yang tidak dikehendaki dan kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji yang tidak berupa benih (Justice, 1972). Daya kecambah benih dapat diartikan sebagai mekar dan

berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang

menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Sehingga kita dapat mengetahui berapa jumlah benih yang akan ditanam sitiap lubang tanamnya (Danuarti, 2003). Usaha pemurnian benih juga memudahkan pengawas benih.

Pengawasan dalam mengamati tingkat kemurnian suatu pertanaman produksi benih maupun analisis benih di laboratorium untuk menguji kemurnian fisik benih. Bagi pengujian benih, beratnya contoh kerja untuk masing-masing benih telah ada ketentuannya, kecuali untuk beberapa benih tertentu

(Relawati, 2001). Jarak tanam akan mempengaruhi populasi tanaman dan koefisiensi pengairan cahaya, juga dapat mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggerakkan air dan zat hara. Dengan demikian akan mempengaruhi hasil produktivitas tanaman itu sendiri. Penerapan pemupukan berat, rupanya populasi yang lebih besar akan mendatangkan keefisienan penggunaan pupuk karena tercapainya keefisienan penggunaan cahaya (Setyati, 1991). C. Penanaman, Pemeliharaan dan Panen 1. Jagung (Zea mays) Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga

sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan) (Anonim, 2009). Tahap pemanenan tanaman jagung dilakukan dua hari setelah rambut tongkol keluar (silking) pada pagi atau sore hari. Setelah tongkol keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja bisa mengurangi kualitas jagung. Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan diperoleh jagung yang masih terlalu lunak. Sehingga ujung tongkol lebih mudah patah kualitasnya menurun (Anonim, 2009). Kebutuhan jagung di Indonesia dan di dunia semakin meningkat. Peningkatan ini dikarenakan semakin berkembangnya pemanfaatan jagung sebagai bahan baku pangan, pakan, industri, dan bahan bakar.

Pengembangan bioetanol membawa dampak pada peningkatan kebutuhan jagung dunia. Bahan baku bioetanol menggunakan amilase dan

glukoamilase dari jagung manis. Berdasarkan datastatistik, permintaan jagung tumbuh rata-rata sebesar 3,5 % per tahun atau meningkat sebesar 87 % dari tahun 1995 sampai 2020 di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara (Tri Hastini et.al, 2008) Pupuk daun adalah pupuk yang bahan atau unsur yang diberikan melalui daun dengan cara disemprotkan secara langsung menggunakan alat penyemprotan atau penyiraman mahkota tanaman agar dapat langsung diserap guna mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan

perkembangannya. Penyemprotan hanya dapat dilakukan dengan pupuk yang mudah terlarut dalam air, agar unsur-unsur yang terkandung dalam larutan pupuk buatan itu dapat diserap oleh daun atau batang tanaman. Sehingga, tidak saja akar yang dapat menyerap unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk, daun dan batang tanaman juga dapat melakukannya (Mulyani, 1993). Aplikasi pupuk yang terutama dipakai untuk memberi unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu) untuk pertumbuhan tanaman pada tanah yang

memfiksasi unsur-unsur tersebut dalam unavailable yang cukup tinggi. Namun demikian, penelitian telah menunjukkan bahwa selama pengisian biji terjadi akumulasi beberapa unsur hara yang cukup berarti dalam biji-biji yang sedang berkembang. Translokasi dari dua pengurasan beberapa unsur hara (khususnya N, P, K dan S) dalam daun dan bagian vegetatif lainnya akan meningkatkan laju fotosintesis dalam daun dengan suatu penurunan dalam gula-gula terlarut di berbagai bagian tanaman. Jadi, aplikasi hara lewat daun selama periode pengisian biji merupakan suatu potensi untuk meningkatkan hasil (Barley, 1995). Berbeda varietas tanaman jagung, jagung varietas unggul

mempunyai batang lebih tinggi dibanding dengan jagung varietas lokal, sehingga diduga boros asimilat. Suatu penelitian simulasi secara mekanik telah dilakukan dengan tujuan memperhitungkan kemungkinan peningkatan hasil biji jagung varietas unggul dengan memperpendek batang tanaman. Hasil penelitian menunjukkan meskipun pemotongan batang tidak mengubah indeks luas daun. Pemotongan yang membuat batang lebih pendek menyebabkan cahaya lebih cepat teredam, sehingga dicapai titik kompensasi cahaya pada indeks luas daun kumulatif lebih kecil. Menurut perhitungan, peningkatan hasil biji yang berasal dari pemendekan batang maksimal hanya mencapai 4,15 %, terjadi pada tanaman yang dipendekkan tiap ruas batangnya sepanjang 50 % (Didik Indradewa et.al, 2005). 2. Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Kacang tanah biasanya ditanam di lahan kering pada awal atau akhir musim kemarau, dengan cara tanam tunggal atau tumpang sari dengan jagung atau ubi kayu. Budidaya kacang tanah umumnya menggunakan teknologi sederhana (rendah pupuk dan pestisida). Kondisi daerah tropika yang lembap dapat memacu tumbuh dan berkembangnya berbagai hama dan penyakit, termasuk Aspergillus flavus, kapang penghasil mikotoksin yang dikenal dengan aflatoksin. Aflatoksin, terutama B1 diketahui sangat toksik dan bersifat karsinogenik, hepatotoksik dan mutagenik bagi manusia, mamalia, dan unggas (Astanto Kasno, 2004).

P roduktivitas kacang tanah di Indonesia baru mencapai 1,20 t/ha, jauh lebih rendah dibanding potensi hasilnya yang dapat mencapai 2,50 t/ha. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tersebut adalah serangan penyakit virus belang yang disebabkan oleh peanut stripe virus (PStV). Kehilangan hasil kacang tanah akibat infeksi PStV dapat mencapai 50%, terutama pada pertanaman musim kemarau yang terserang berat oleh virus sejak tanaman masih muda (Nasir Saleh, 2003). Laju produksi bahan kering oleh tanaman (terutama kacang) sangat tergantung pada penyinaran datang yang diserap oleh tajuk tanaman. Karena penanaman yang ditanam dengan pengelolaan yang baik akan mencapai penyekapan cahaya penuh pada permulaan pembungaan, laju produksi bahan kering kemudian akan tergantung pada perbandingan luas daun yang menggunakan cahaya yang diserap dan laju fotosintesis serta pernapasan (Quebedeauz, 1995). Pupuk yang diperlukan oleh kacang tanah adalah Nitrogen dan Fosfat. Sedangkan pada tanah tertentu yang kurang subur diperlukan tambahan Kalium. Adapun pupuk diberikan setelah tanah dicangkul beberapa kali sesauai dengan struktur tanahnya lalu diratakan sehingga siap tanam dan dibiarkan satu sampai dua hari. Sehari sebelum tanam pupuk disebar dipermukaan tanah secara merata, lalu diaduk dengan cangkul agar masuk dan bercampur merata dalam tanah. Selain itu tanaman kacang tanah perlu pengapuran terutama pada tanah yang pH nya rendah dan dilakukan empat minggu sebelum tanam atau saat pengolahan tanah (Pusri, 2005). Penimbangan berat bersih bertujuan untuk menentukan berat awal sebelum pengeringan. Waktu pengeringan yang relatif lama akan mempengaruhi kadar air yang rendah dibandingkan dengan suhu pengeringan dan lama waktu pengeringan yang relatif singkat, sehingga dapat mempengaruhi tekstur. Dengan pengeringan, disamping kadar air menjadi kecil, volume juga menjadi kecil. Berbagai cara pengeringan diantaranya adalah dengan penjemuran, pembuatan panas buatan,

10

penganginan dan tekanan udara. Alat yang digunakan biasanya oven (Desrosier, 1998). 3. Kangkung Darat (Ipomoea reptana) Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, atau Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya. Di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar (Barrow, 1993). Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah (Soeryowinoto, 1997). Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya un organik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan pasar (Quebedeauz, 1995).

11

Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air (Wu et all., 2003) adalah sebagai berikut : a. Warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga putih bersih. b. Bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. c. Kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang. Teknologi budidaya kangkung darat meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Benih Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi. b. Persiapan Lahan Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit. c. Pemupukan Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih

12

merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam (Ngarmsak, 1991). d. Penanaman Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah

dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris). e. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. f. Panen Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah. g. Pasca Panen Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin (Irwan, 2006).

Anda mungkin juga menyukai