Anda di halaman 1dari 34

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Sistem transportasi yang terbentuk dari komponen sarana, prasarana dan manusia adalah bagian hidup dari masyarakat saat ini. Pada saat tiap orang melakukan perjalanan untuk suatu maksud yang sama, pada tempat dan waktu yang sama pula maka akan terjadi penumpukan kendaraan. Dengan adanya penumpukan kendaraan akan berakibat terjadinya kemacetan, kecelakaan, penurunan kualitas lingkungan, antrian kendaraan, dan nilai waktu yang terbuang. Dalam suatu sistem jaringan jalan raya, perlintasan merupakan titik tempat konflik terjadi antara moda transportasi. Tingkat efisiensi jaringan jalan sangat ditentukan oleh kinerja perlintasan. Hal ini disebabkan bila terjadi permasalahan pada pertemuan, maka dampak seperti penurunan kecepatan dan penurunan kualitas lingkungan akan terjadi. Suatu perlintasan biasanya terbentuk dari pertemuan antara dua ruas jalan dengan arah yang berbeda. Pertemuan antara dua jenis prasarana transportasi seperti jalan raya dengan jalan rel juga merupakan bentuk pertemuan yang menimbulkan masalah. Peranan sistem kontrol pada pertemuan dua jalur prasarana transportasi tersebut saat ini banyak yang telah dioperasikan secara semi otomatis. Permasalahan yang tampak adalah walaupun sistem kontrol tersebut telah dioperasikan dengan benar, bila volume kendaraan pada pendekat lintasan sedemikian besar maka akan menimbulkan tundaan dan panjang antrian yang cukup berarti. Pada saat itu pula terciptalah suatu gangguan pada sistem transportasi, ditandai dengan kinerja perlintasan yang menurun dan bukan tidak mungkin akan menyebabkan timbul masalah lainnya. Lintasan kereta api Pasirhalang stasiun kereta api Padalarang Kab. Bandung Barat terletak pada jalan alternatif menuju pusat Kec. Ngamprah dan jalan alternatif menuju Lembang-Subang. Sebenarnya ada jalan alternatif lain untuk menuju pusat Kec. Ngamprah, akan tetapi karena jarak yang berputar
1

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

terlalu jauh, orang-orang cenderung lebih memilih melalui jalan Pasirhalang ini. Perlintasan kereta api ini menghubungkan perjalanan kereta api dari arah Jakarta menuju Bandung, begitu juga sebaliknya. Padatnya jadwal perjalanan kereta api membuat semakin seringnya buka tutup pintu perlintasan kereta api dan menyebabkan terjadi antrian kendaraan yang akan melewati perlintasan tersebut. Jika dilihat dari kondisi di lapangan, perlintasan kereta api ini memiliki beberapa masalah, diantaranya: 1. kondisi perlintasan kereta api yang berbatu, dan beda tinggi rel dengan jalan yang melebihi toleransi yaitu 0,5 cm (SK DIRJEN 770 tahun 2005) sedangkan pada kenyataannya mencapai 10 cm. Kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan berkurang karena kondisi tersebut bisa menyebabkan pengguna jalan tergelincir saat melintasi rel. Arus lalu-lintas pun menjadi lambat.

Sumber : Dokumentasi pribadi Gambar 1.1 Kondisi perlintasan kereta api

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

2. Pintu perlintasan kereta api yang dinilai kurang baik. Masih terdapat bukaan disamping pintu perlintasan sehingga para pengguna sepeda motor bisa melewati bukaan tersebut ketika pintu perlintasan sudah ditutup. Selain itu pengendara sepeda motor tetap nekat menerobos pintu perlintasan dengan mengangkat palang pintu perlintasan kereta api. Hal tersebut juga dapat membahayakan keselamatan para pengendara sepeda motor tersebut karena bisa saja tertabrak oleh kereta api yang melintas.

Terdapat bukaan disamping pintu perlintasan

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 1.2 Pengendara yang nekat menerobos palang kereta api

3. Lebar badan jalan 6,80 m dan lebar jalur lalu-lintas 3,725 m. Arus lalulintas 2 lajur dan 2 arah. Fungsi jalan tersebut merupakan jalan lokal
3

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

primer. Dan dengan adanya pasar dan pertokoan menyebabkan banyak kendaraan terutama sepeda motor yang parkir di sisi jalan maka berakibat membuat antrian yaitu 20 meter ketika ada kereta api melintas.

Sumber : Dokumetasi pribadi Gambar 1.3 Antrian kendaraan

4. Terdapat turunan/tanjakan yang cukup tajam sesudah/sebelum melintasi perlintasan kereta api tersebut (sesudah : dari arah jalan Cihaliwung, sebelum: dari arah Ngamprah). Turunan/tanjakan tersebut dapat berdampak negatif bagi keselamatan pengguna jalan. Karena apabila pintu perlintasan sedang ditutup, maka akan terjadi antrian dari sisi ngamprah. Jarak dari pintu perlintasan kearah turunan hanya 10 m, hal itu berarti jika ada mobil atau truk yang berhenti area tersebut hanya cukup untuk 1 truk dan 1 mobil, sedangkan mobil atau kendaraan selanjutnya terhenti di tanjakan tersebut dan bisa saja kendaraan tersebut tergelincir lagi kebelakang sehingga menyebabkan kecelakaan.

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Sumber : Dokumentasi pribadi Gambar 1.4 Turunan dan Tanjakan

5. Banyaknya tukang ojeg dan pedagang yang nekat berdiam diri di perlintasan kereta api. Keselamatan tukang ojeg dan pedagang dapat terancam karena berdiam diri di perlintasan kereta api. Tukang ojeg dan pedagang hanya sedikit bergeser ke area perlintasan kereta api yang tidak sedang dilalui oleh kereta api. Selain itu pemandangan di perlintasan kereta api jadi terlihat tidak rapih.

Sumber : Dokumetasi pribadi Gambar 1.5 Tukang ojeg dan pedagang yang nekat berada di perlintasan kereta api

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Berdasarkan masalah tersebut, penulis mencoba untuk melakukan studi kasus persimpangan kereta api Pasirhalang stasiun kereta api Padalarang Kab. andung Barat. 1.2. Lokasi Studi Kasus

Perlintasan kereta api

Lokasi Studi Kasus

Sumber : Google maps Gambar 1.6 Lokasi Studi Kasus

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Perlintasan kereta api

Lokasi Studi Kasus

Sumber : Google earth Gambar 1.7 Lokasi Studi Kasus

1.3. Tujuan studi Kasus Tujuan dari pembuatan studi kasus ini adalah : 1. Mendapatkan konstruksi yang tepat yang dapat digunakan pada perlintasan kereta api, sehingga dapat dilalui dengan aman dan nyaman oleh pengguna moda transportasi serta diharapkan dapat mengurangi antrian kendaraan dan kecelakaan yang disebabkan oleh penurunan kecepatan kendaraan pada saat melewati perlintasan sebidang kereta api. 2. Memiliki solusi alternatif mengenai jenis pemilihan model perlintasan kereta api yang efektif yang secara tidak langsung berdampak positif pada masyarakat dalam melakukan kegiatannya yaitu berupa pengurangan waktu tempuh kendaraan dan kenyamanan serta keselamatan pengguna jalan yang melintasi perlintasan kereta api tersebut.
7

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

1.4. Ruang Lingkup Studi Kasus Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penyusunan studi kasus ini adalah Studi kasus perlintasan kereta api Pasirhalang stasiun kereta api Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Dengan jangkauan penelitian kurang lebih 100 m di sekitar perlintasan kereta api. Aturan-aturan yang nantinya akan digunakan dalam pelaksanaan studi kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Dinas No. 10 Perencanaan Konstruksi Jalan Rel 2. MKJI 1997 3. SK Dirjen 770 Tahun 2005 Dalam pelaksanaan studi kasus ini, hal-hal yang akan di kaji adalah mengenai kondisi perlintasan kereta api Pasirhalang. Apakah kondisi perlintasan tersebut layak atau tidak, serta bagaimana kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan ketika melintasi perlintasan tersebut sehingga nantinya akan didapatkan alternatif solusi mengenai kondisi perlintasan kereta api tersebut. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan studi kasus ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang penyusunan, tujuan penyusunan studi kasus, lingkup permasalahan, metoda dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Berisi mengenai uraian-uraian yang disajikan berdasarkan studi pustaka dari berbagai referensi media massa maupun literatur literatur untuk digunakan dalam pembahasan. Dan membahas mengenai uraian dasar teori, sebagai pedoman dalam perancangan dan pembahasan. BAB III : METODOLOGI Berisi mengenai langkah-langkah yang dimulai dari tahap

identifikasi masalah, dan penentuan kebutuhan data-data, analisa data, perancangan sampai pemilihan alternatif solusi. BAB IV : PEMBAHASAN Berisi mengenai pembahasan masalah berdasarkan topik studi kasus yang telah ditetapkan. BAB V : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran hasil analisa permasalahan.

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori Tinjauan pustaka yang dilakukan dalam penyusunan studi kasus ini berdasarkan pada undang-undang, peraturan, MKJI 97 dan literatur serta jurnal yang berhubungan dengan materi bahasan. 2.1 Tinjauan Pustaka Pertemuan sebidang antara jalan raya dengan jalan rel merupakan bentuk pertemuan yang dapat menimbulkan masalah. Walaupun peranan sistem kontrol pada pertemuan dua jalur prasarana tersebut (di Indonesia di sebut lintasan) saat ini banyak yang telah dioperasikan secara semi otomatis (Studi Kasus Handoyo, Eko dan Fadli Bayu Laksono, 2007). Menurut Andi Syaifulamal, Permasalahan pada pertemuan seperti dampak penurunan kecepatan, tundaan, antrian kendaraan, kemacetan, kecelakaan, naiknya biaya operasi kendaraan dan penurunan kualitas lingkungan, ditambah seringnya kereta api yang melintasi persimpangan dan palang pintu lintasan kereta api ditutup akan membuat transportasi menjadi bentuk lain dari pemborosan energi dan ekonomi tinggi serta mengakibatkan waktu semakin bertambah. Menurut studi kasus yang dikerjakan oleh Estrada Witrias Putra, sebagai salah satu moda angkutan massal yang banyak diminati oleh masyarakat, kereta dalam operasionalnya tidak dapat dihindari bila jalan relnya bersinggungan dengan jalan umum. Konflik kepentingan ekonomi masyarakat dengan konflik kelancaran operasional kereta api dan konflik kelancaran lalu lintas jalan raya Kaligawe berkumpul menjadi satu simpul di perlintasan kereta api Kaligawe. tempuh perjalanan

10

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

2.2 Dasar Teori Menurut Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor : SK,770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api Pasal 1 menyebutkan (1) Perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta api dibuat dengan prinsip tidak sebidang (2) Pengecualian terhadap prinsip tidak sebidang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya bersifat sementara, yang dapat dilakukan dalam hal : a. letak geografis yang tidak memungkinkan membangun perlintasan tidak sebidang; b. tidak membahayakan, tidak membebani serta tidak mengganggu kelancaran operasi kereta api dan lalu lintas jalan; c. untuk jalur tunggal tertentu. pembangunan perlintasan sebidang harus memenuhi persyaratan: 1) Permukaan jalan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dengan kepala rel,dengan toleransi 0,5 cm. 2) Terdapat permukaan datar sepanjang 60 cm diukur dari sisi terluar jalan rel. 3) Maksimum gradien untuk dilewati kendaraan dihitung dari titik tertinggi di kepala rel adalah : a) 2 % diukur dari sisi terluar permukaan datar untuk jarak 9,4 meter. b) 10 % untuk 10 meter berikutnya dihitung dari titik terluar sebagai gradien peralihan. 4) Lebar perlintasan untuk satu jalur maksimum 7 meter.

11

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

5) Sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan sekurang-kurangnya 90 derajat dan panjang jalan yang lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel. 6) Harus dilengkapi dengan rel lawan (dwang rel) atau konstruksi lain untuk menjamin tetap adanya alur untuk flen roda. 7) Tatacara persyaratan ini dapat dilihat pada gambar 2.1

Sumber : SKDIRJEN 770 Tahun 2005 Gambar 2.1 Kemiringan jalan pada perlintasan jalan dengan jalur kereta api

Keterangan : Garis putus-putus menyebutkan bahwa kondisi di lapangan dapat berupa turunan maupun tanjakan. Dalam pasal 6 pada Peraturan Dinas 10 menyebutkan bahwa, Lebar perlintasan sebidang kereta api bagi jalan raya dalam keadaan terbuka atau tanpa pintu, harus sama dengan lebar perkerasan jalan raya yang bersangkutan. Perlintasan sebidang yang dijaga dilengkapi dengan rel-rel lawan untuk

menjamin adanya alur untuk flen roda kecuali untuk konstruksi lain yang tidak memerlukan rel lawan. Lebar alur tersebut sebesar 40 mm dan harus selalu bersih dari benda-benda penghalang. Panjang rel lawan 0,8 meter di luar
12

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

perlintasan dan dibengkokan kedalam agar tidak terjadi tumbukan dengan roda dari rangkaian. Sambungan rel di dalam perlintasan harus dihindari.

Sumber : Perencanaan Konstruksi Jalan Rel dan Penjelasan Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10) Gambar 2.2 Potongan melintang perlintasan sebidang kereta api dengan plat beton

Sumber : Perencanaan Konstruksi Jalan Rel dan Penjelasan Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10) Gambar 2.3 Potongan melintang perlintasan sebidang kereta api dengan balok kayu

13

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Sumber : Perencanaan Konstruksi Jalan Rel dan Penjelasan Peraturan Perencanaan Konstruksi Jalan Rel (Peraturan Dinas No.10) Gambar 2.4 Potongan melintang perlintasan sebidang kereta api dengan perkerasan aspal

2.2.1 Karakteristik Komponen Lalu lintas Menurut MKJI (1997) aspek-aspek kinerja lalu lintas meliputi : 1. Tipe kendaraan a. Kendaraan Ringan (Light Vehicle) Kendaraan bermotor ber as dua dengan 4 roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet, mikrobis, pick-up dan truck kecil)

14

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Sumber : Google Gambar 2.5 Kendaraan Ringan

b. Kendaraan Berat (Heavy Vehicle) Kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda (meliputi : bis, truk besar, truk gandeng dan lain-lain)

Sumber : Google Gambar 2.6 Kendaraan berat

c. Sepeda Motor (Motor Cycle) kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda 3)

Sumber : Google Gambar 2.7 Sepeda Motor

15

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

d. Kendaraan Tak Bermotor (Unmotorcycle) Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan. (meliputi : sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong)

Sumber : Google

Gambar 2.8 Kendaraan tak bermotor 2. Konversi satuan arus kendaraan/jam ke smp/jam dilakukan dengan mengkalikan arus kendaraan (yang dipisahkan berdasarkan jenis

kendaraannya) terhadap faktor konversi. Untuk Kendaraan ringan (light vehicle) emp selalu 1,0 sedangkan untuk sepeda motor (motorcycle) dan kendaraan berat (heavy vehicle) tergantung pada lebar jalur lalu-lintas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1

16

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat
Tabel 2.1 Ekivalensi Kendaraan Penumpang (emp) Untuk Jalan 2/2 UD

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 97

2.2.2 Arus (Flow) Jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend), smp/jam (Qsmp) atau LHRT (Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan). Semua nilai arus lalu-lintas (per arah dan total) dikonversikan menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan

menggunakan ekivalensi mobil penumpang (emp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan ringan (light vehicle), kendaraan berat (heavy vehicle), sepeda motor (motorcycle). Sedangkan kendaraan tak bermotor (unmotorcycle) dimasukkan dalam faktor penyesuaian hambatan samping.

17

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

2.2.3 Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) Derajat kejenuhan adalah rasio arus terhadap kecepatan. Digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu-lintas pada suatu simpang dan juga segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukan apakah segmen jalan akan mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang dinyatakan dalam satuan smp/jam.

Di mana : Ds : Derajat kejenuhan Q : Arus (kendaraan/jam) C : Kapastitas (smp/jam)

2.2.4 Kapastias (Capacity) Kapastitas adalah arus maksimum yang dapat dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Dan untuk jalan dua lajur dua arah didefinisikan untuk arus dua arah (kombinasi). Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).

Di mana : C Co : Kapasitas (smp/jam) : Kapasitas dasar (smp/jam)

Fcw : Faktor penyesuaian lebar jalan FCsp : Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
18

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan

2.2.5 Kecepatan (Speed) Kecepatan adalah jarak yang ditempuh kendaraan per satuan waktu. Biasanya dinyatakan dalam m/detik atau km/jam. Salah satu kegunaan dari survai kecepatan yaitu dapat digunakan untuk perencanaan geometrik. Menurut buku Rekayasa Lalulintas yang ditulis oleh Alik A. Alamsyah direkomendasikan bahwa waktu survai hendaknya dilakukan pada jam sibuk (peak hour) dan lamanya survai satu jam atau tidak boleh kurang dari 50 kendaraan. Kecepatan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Kecepatan setempat (spot speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan. b. Kecepatan bergerak (running speed) adalah kecepatan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur tersebut (waktu henti tidak diperhitungkan). c. Kecepatan perjalanan (journey speed) adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (tundaan) lalu-lintas (waktu henti diperhitungkan).

2.2.6 Kepadatan (Density) Kepadatan adalah jumlah kendaraan yang berada di lokasi jalan pada jarak tertentu pada saaat tertentu dalam satuan kendaraan/km atau smp/km. Kecepatan adalah rate of motion (jarak dibagi waktu). Time mean speed (TMS ), yaitu kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melintasi suatu titik/garis
19

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Space mean speed (SMS), yaitu kecepatan rata-rata semua kendaraan yang melintasi sepenggal jalan

Kepadatan = Flow / SMS

Dengan : D F SMS = kendaraan per kilometer = kendaraan per jam = Space mean speed (km/jam)

2.2.7 Tundaan Tundaan adalah waktu tempuh yang diperlukan untuk melewati suatu ruas jalan dengan adanya hambatan bila dibandingkan dengan situasi tanpa hambatan. Hambatan di sini dapat berupa persimpangan, perlintasan sebidang kerta api, dll. Tundaan dapat terjadi karena dua hal, yaitu : a. Tundaan Lalu Lintas (DT), yaitu karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya pada suatu ruas jalan. b. Tundaan Geometrik (DG), yaitu karena perlambatan dan percepatan saat melintasi suatu ruas jalan karena adanya faktor geometrik, misalnya pada simpang adanya lampu merah, pada perlintasan sebidang kereta api adanya tanjakan, atau turunan.

20

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

METODOLOGI

3. Metodologi 3.1 Jenis Metode Pengambilan Data Metodologi penelitian adalah faktor yang menentukan terhadap hasil yang akan dicapai. Pada studi ini dilakukan beberapa metode pengumpulan data diantaranya sebagai berikut : 1. Melakukan studi literature. Yaitu mendapatkan data yang diperlukan melalui penelitian kepustakaan, mencari buku-buku, peraturan-peraturan/pedoman serta mencari data melalui internet. Sebagai bahan referensi serta landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas. 2. Menentukan kebutuhan data yang diperlukan dalam perencanaan teknis jalan. 3. Melakukan survai lokasi yaitu pada perlintasan kereta api Pasirhalang stasiun kereta api Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Ada beberapa macam kegiatan yang dapat dilakukan pada survai di lapangan, diantaranya : a. Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengolah berbagai dokumentasi yang didapat dari hasil survai di lapangan berupa foto yang berkaitan dengan perlintasan sebidang kereta api. b. Visual Pengumpulan data dengan cara mengamati kondisi secara langsung di lapangan agar data yang didapat lebih akurat.

21

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

3.2 Metoda Pengambilan Data Metodologi yang digunakan pada studi kasus ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
Mulai

Permasalahan Lalu-lintas yang ada di kota Bandung/Cimahi

Analisa masalah Permasalahan Lalu-lintas Lain tidak

Kondisi Perlintasan sebidang kereta api

ya

Masalah yang disebabkan oleh kondisi perlintasan sebidang kereta api yang kurang baik

Melakukan survey visual tentang lokasi perlintasan sebidang kereta api yang dinilai kurang baik

Lokasi tinjauan

Permasalahan : 1. Kinerja Perlintasan 2. Kondisi Perlintasan 3. keamanan pengendara

Survey Lokasi

Kebutuhan Data

Analisa Permasalahan

tidak

Pengumpulan Data

Pengolahan data

Analisa Data

Alternatif Solusi

ya Alternatif Terpilih

Selesai

Gambar3.1Bagan Alur Pelaksanaan Studi Kasus

22

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Tujuan dari proses ini adalah agar jenis dan tipe data yang diperlukan benar-benar sesuai dengan keperluan analisis. Secara garis besar data yang terkumpul diperlukan untuk : 1. Menganalisa masalah lalu-lintas yang terjadi pada perlintasan sebidang kereta api. 2. Membuat alternatif solusi pada konstruksi perlintasan kereta api. Data yang dipergunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa masalah lalu-lintas ataupun untuk membuat suatu alternatif solusi adalah data yang didapatkan secara langsung maupun tidak langsung dari area studi kasus. Dalam hal ini yaitu data primer dan data sekunder. 3.2.1 Data Primer Merupakan data yang didapatkan oleh pencari data secara langsung dari sumber penelitian dalam rangka mencapai tujuan penelitian. (Alamsyah Alik, Rekayasa Lalulintas). Data primer pada studi kasus ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan bagan alur pengambilan data primer dapat dilihat pada Gambar 3.2
Tabel 3.1 Kebutuhan Data Primer

Data Primer 1 2 Jenis data Visual Arus Lalu-lintas (Q) Kebutuhan Digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi perlintasan sebidang kereta api tersebut. Mengetahui berapa jumlah kendaraan yang melewati perlintasan tersebut (Lajur/Arah) dalam satuan waktu (kendaraan/jam). Untuk mengetahui kecepatan rata-rata pengendara saat melintasi perlintasan sebidang. Berapa lama kendaraan itu terhenti saat melewati perlintasan sebidang kereta api. Mengetahui berapa dimensi jalan sebelum perlintasan dan sesudah perlintasan sebidang kereta api.

3 4 5

Kecepatan (V) rata-rata Tundaan Kendaraan Geometrik

23

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Mulai

Penentuan Data Primer yang dibutuhkan

Survai Lokasi

Rencana Pengambilan Data Primer

Pengambilan Data Primer

Data Primer

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alur Pengambilan data Primer

3.2.2.1 Survai Volume Arus Lalu-lintas Survai arus lalu lintas dilakukan dengan menghitung satuan mobil penumpang (smp) yang dibagi menurut kelas kendaraan (LV, HV, MC, UM). Perhitungan dilakukan pada hari kerja pada saat peak hour selama 1 jam, selama 2 hari atau lebih pada hari kerja dan hari libur. SDM yang dibutuhkan pada pelaksanaan survai ini adalah 2 orang untuk menghitung arus kendaraan pada setiap lajurnya dan 1 orang melakukan pencatatan untuk perhitungan arus yang sudah diapatkan. 1 orang bertugas untuk menghitung kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat (HV), dan 1 orang lagi bertugas untuk melakukan perhitungan kendaraan bermotor 2 atau 3 roda (MC) dan kendaraan tidak bermotor (UM) dengan menggunakan traffic

24

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

counter. Setelah perhitungan selesai dilakukan, data yang didapat dilaporkan kepada pencatat data. Bagan alur pengambilan data volume lalu-lintas dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan posisi penempatan surveyor dapat dilihat pada gambar 3.4

Mulai

Menentukan titik survey

Persiapan alat dan SDM Perhitungan jumlah kendaraan Input data : Light Vehicle Heavy Vehicle Motorcycle Un Motorcycle

1. 2. 3. 4.

Analisis

Tingkat pelayanan jalan

Selesai

Gambar 3.3 Bagan Alur Pengambilan Data Volume Lalu-lintas

Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan survai kecepatan ini diantaranya adalah : 1. Traffic counter 2. Pulpen atau pensil 3. Papan dada 4. Form survai arus lalu-lintas

25

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

SURVAI ARUS LALU-LINTAS Lokasi Survai : Hari/Tanggal : Arah : Kelas Kendaraan Cuaca: Waktu : Durasi : Jumlah Kendaraan

LV (Light Vehicle)

HV (Heavy Vehicle)

MC (Motor Cycle)

UM (Unmotorcycle)

26

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

3.2.2.2 Survai Kecepatan Setempat Pada pengambilan data survai kecepatan setempat dilakukan dengan cara menentukan jarak tempuh telebih dahulu. Jarak tempuh yang digunakan pada pelaksanaan survai kecepatan setempat yaitu sepanjang 20,70 meter. Survai ini di bagi menurut kelas kendaraan (LV, HV, MC, UM), dan menurut lajur nya. Pada setiap lajurnya diambil 5 kendaraan ringan (light vehicle) dan 15 untuk sepeda motor (motorcycle). SDM yang dibutuhkan pada pelaksanaan survai kecepatan ini sebanyak 2 orang pada setiap lajur untuk melakukan pengambilan data kecepatan kendaraan dan pencatatan. Pelaksanaan survai ini dilakukan dengan cara menghitung kecepatan kendaraan ketika mulai memasuki perlintasan kereta api sampai ketika kendaraan keluar dari perlintasan kereta api. Sehingga untuk pelaksanaanya 1 orang bertugas untuk menghitung kecepatan kendaraan dan 1 orang lagi bertugas untuk mencatat kecepatan kendaraan pada setiap lajurnya. Penempatan posisi surveyor dapat dilihat pada Gambar 3.4 Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan survai kecepatan ini diantaranya adalah : 1. Stopwatch 2. Pulpen atau pensil 3. Papan dada 4. Form survai kecepatan

27

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

SURVAI KECEPATAN SETEMPAT Lokasi Survai Hari/Tanggal Arah : : : Cuaca : Waktu : Durasi :

MOTOR CYCLE

LIGHT VEHICLE

NO

WAKTU

JARAK

KECEPATAN

NO

WAKTU

JARAK

KECEPATAN

28

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

3.2.2.3 Survai Kecepatan Bergerak dan Kecepatan Perjalanan Survai ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan survai kecepatan setempat dan volume lalu lintas. Sedangkan untuk pelaksanaan survai ini, pada sepenggal ruas jalan tersebut dibutuhkan 2 orang. Satu

orang bertugas untuk mengendarai sepeda motor mengikuti sebuah mobil dan satu orang lagi bertugas untuk melakukan perhitungan waktu tempuhnya dengan menggunakan stopwatch kemudian mencatat waktu yang didapat. Dibutuhkan dua buah stopwatch dalam melakukan survai ini, satu stopwatch digunakan untuk menghitung waktu tempuh, dan satu stopwatch lagi digunakan untuk menghitung waktu ketika kendaraan terhenti karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya atau karena sadanya perlambatan percepatan karena faktor geometrik pada suatu ruas jalan tersebut. Penempatan posisi surveyor dapat dilihat pada Gambar 3.4 Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan survai kecepatan ini diantaranya adalah : 1. Stopwatch 2. Pulpen atau pensil 3. Note book atau kertas

Sumber : Dokumentasi pribadi Gambar 3.4 Lokasi Penempatan Surveyor

29

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Keterangan : Posisi surveyor arus Posisi surveyor kecepatan setempat

3.2.2 Data Sekunder Merupakan data yang didapatkan oleh pencari data dari sumber lain. Sumber ini dapat berupa instansi pemerintah ataupun instansi swasta yang antara lain dapat berbentuk laporan penelitian, laporan hasil sensus, peta dan foto (Alamsyah Alik,Rekayasa Lalulintas). Data skunder pada studi kasus ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan bagan alur pengambilan data sekunder dapat dilihat pada Gambar 3.5
Tabel 3.2 Kebutuhan Data Sekunder

Data Sekunder 1 2 Jenis Data Arus Kereta Api Data Struktur Perlintasan Kebutuhan Untuk mengetahui berapa jumlah kereta api yang melewati perlintasan tersebut. Untuk mengetahui struktur pada perlintasan sebidang kereta api

30

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Mulai

Penentuan data sekunder yang dibutuhkan

Pengambilan data

tidak

Surat permohonan permintaan data dari jurusan

Perizinan penelitian dan pengambilan data PT. Kereta Api DAOP II Bandung

ya

Pengambilan data yang dibutuhkan

Data Sekunder

Selesai

Gambar 3.5 Bagan Alur Pengambilan Data Sekunder

4. Prediksi Alternatif Solusi Setelah melakukan survai pendahuluan secara visual, dengan

memperhatikan kondisi perlintasan kereta api Pasirhalang stasiun kereta api Padalarang Kab. Bandung Barat, baik dari segi geometrik, tata guna lahan di sekitar perlintasan kereta api, volume kendaraan yang melintasi perlintasan kereta api Pasirhalang, dan volume kereta api yang melintasi perlintasan tersebut, penulis memiliki predikisi alternatif solusi yang mungkin nantinya dapat
31

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

dijadikan alternatif solusi bagi persimpangan kereta api Pasirhalang, diantaranya adalah : 1. Peningkatan geometrik dengan overpass atau underpass 2. Peningkatan perlintasan dengan Rekayasa Lalu-lintas dan Manajemen Lalulintas.

5. Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan studi kasus ini dapat dilihat pada tabel 5.1

32

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jadwal Rencana Pelaksanaan Studi Kasus

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kegiatan Penetapan topik dan dosen pembimbing Survai Pendahuluan Penyusunan Proposal SK Seminar proposal SK Revisi Proposal Pengambilan Data Sekunder Pengambilan Data Primer Penyusunan Data Base Penyusunan Laporan SK Penyempurnaan Kelengkapan Laporan dan Bimbingan Sidang SK Terjadwal Revisi laporan SK Pengumpulan laporan dan kelengkapan SK

Oktober M1 M2 M3 M4 M1

November M2 M3 M4 M1

Desember M2 M3 M4 M5 M1

Januari M2 M3

Keterangan:

Libur natal & Tahun Baru 2012

33

Studi Kasus Perlintasan Kereta Api Pasirhalang Stasiun Kereta Api Padalarang Kabupaten Bandung barat

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A.A. 2008. Rekayasa Lalu-lintas. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997

Peraturan Dinas NO. 10, Perencanaan Konstruksi Jalan Rel

Peraturan

Direktur

Jendral

Perhubungan

Darat

Nomor

SK,770/KA.401/DRJD/2005. Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api

http://lib.unnes.ac.id/113/

www.google.com

www.google earth.com

www.google maps.com

34

Anda mungkin juga menyukai