Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan HidayahNya sehingga

Tugas makalah planktonologi ini dapat diselesaikan pada waktu yang ditentukan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah, teman- teman, dan orang tua yang telah yang memberikan semangat dan dukungan demi terselesainya Tugas makalah planktonologi ini. Penulis juga menyadari bahwa di dalam penyelesaian Tugas makalah planktonologi tentang Blooming Plankton ini masih banyak terdapat kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan planktonologi tentang Blooming Plankton ini. Akhir kata wassalam.

Kendari, Oktober 2011 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .. i DAFTAR ISI .ii BAB I PENDAHULUAN ..1 A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah .2

C. Tujuan . 2 D. Manfaat .2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..3 BAB II PEMBAHASAN .5 A. Pengertian Blooming Plankton .5 B. Ciri-ciri terjadinya Red Tide atau blooming plankton .5 C. Dampak dari Red Tide .5 D. Faktor Pemicu Ledakan Populasi .7 BAB III PENUTUP .9 A. Kesimpulan ..9 B. Saran 9 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan fitoplankton di suatu perairan memberikan kontribusi terbesar terhadap produktivitas primer di satu perairan. Menurut Steeman-Nielsen (1952), kurang lebih 95% produktivitas primer di laut disumbangkan oleh fitoplankton. Namun ternyata tidak selamanya populasi fitoplankton yang padat dapat memberikan dampak positif pada kesuburan perairan. Pada beberapa kasus, ledakan populasi fitoplankton justru menjadi bencana bagi kehidupan biota lainnya. Hal inilah yang kemudian disebut blooming atau ledakan populasi. Pada umumnya,

fenomena blooming ditandai dengan berubahnya warna air laut yang dikenal dengan sebutan red tide atau pasang merah. Namun pada perkembangannya, istilah ini sering menyesatkan karena ledakan fitoplankton ternyata tidak selalu dicirikan dengan warna merah (red). Blooming fitoplankton juga dapat menyebabkan air laut berubah warna dari biru-hijau menjadi merah kecoklatan, hijau, atau kuning-hijau, bergantung pada pigmen yang dikandungnya (Nontji, 2006). Bahkan dalam beberapa kasus, ledakan fitoplankton tidak menimbulkan warna apa-apa di permukaan laut. Fitoplankton adalah organisme satu sel mikroskopik yang hidup di perairan tawar maupun laut. Kebanyakan fitoplankton tidak berbahaya selama pertumbuhannya normal dan tidak mengganggu ekosistem di sekitarnya karena pada dasarnya fitoplankton adalah produsen energi (produsen primer) pada suatu rantai makanan dalam ekosistem. Tetapi bila pada perairan tertentu terjadi pertumbuhan alga yang sangat berlimpah yang dikenal dengan nama ledakan alga atau Blooming Algae dan dikenal juga dengan istilah HABs (Harmful Alga Blooms) karena berlimpahnya nutrient pada badan air, maka akan berdampak besar terhadap lingkungan perairan tersebut Kelimpahan plankton dan distribusi sangat tergantung pada faktor-faktor seperti konsentrasi hara, keadaan air dan kelimpahan plankton lain. Kelimpahan fitoplankton bervariasi yaitu secara horizontal, vetikal, dan musiman. Sumber utama dari variabilitas ini adalah ketersediaan cahaya dan nutrisi. Untuk melengkapi dan menambah pengetahun dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi blooming plankton maka saya berinisiatif membuat makalah tentang blooming plankton agar mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang lebih mendalam dan secara spesifik mengetahui proses blooming plankton. B. Rumusan masalah Secara rinci rumusan masalah dalam makalah Blooming Plankton ini yaitu sebagai berikut : 1. Pengertian blooming plankton. 2. Cirri-ciri terjadinya red tides atau blooming plankton 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya blooming plankton. 4. Dampak dari blooming plankton bagi organisme perairan

C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang blooming plankton D. Manfaat Manfaat yang dapat kita peroleh dari penulisan makalah tentang blooming plankton ini diharapkan dapat digunakan dan membantu pembaca dalam menyelesaikan tugas serta memudahkan pembaca dalam memahami blooming plankton secara jelas.

BAB II TINJAU AN PUSTAKA Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan ituSelain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.(Suin,2002)

Kasus blooming plankton menjadi bencana bagi biota lainnya. Pada umumnya fenomena blooming plankton ditandai dengan berubahnya warna air laut yang dikenal dengan sebutan Red tide atau pasang merah. Namun dalam perkembangannya ternyata tidak selamanya ledakan plankton berwarna merah tetapi perairan berubah menjadi warna dari biru-hijau menjadi merah kecoklatan, hijau, atau kuning-hijau, tergantung pada pada pigmen yang dikandungnya (Nontji, 2006). Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering sekali membentuk permadani filamen yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992). Perairan dikatakan blooming fitoplankton jika kelimpahan fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/1. Akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang dikenal dengan alga bloom. Hal ini dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya menjadi semakin meningkat serta banyak enceng gondok yang bertebaran di danau/waduk. Kualitas air menjadi rendah yang diikuti rendahnya kosentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol. Hal ini menyebabkan ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik pada akhirnya terjadi kematian missal ikan. Alga bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekresional, dan pariwisata. Salah satu cara untuk menjaga kondisi waduk yaitu pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder). Cara ini merupakan tekhnik pengendalian pencemaran biologis ( Goldman dan Horne, 1983). Seperti kita ketahui bahwa plankton adalah makhluk mikroskopis yang hidup dalam perairan baik di laut maupun pada fresh water, plankton ini tersuspensi dalam air bergerak melawan atau mengikuti arus dalam suatu perairan. Plankton pada umumnya dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan tumbuhan fitoplankton (plankton nabati) yang pada umumnya memiliki klorofil dan dari golongan hewan zooplankton (plankton hewani). Peranan plankton sangatlah besar dalam suatu perairan khususnya di perairan laut, terdapat berbagai jenis plankton di laut yang sangat berpengaruh sebagai penyedia energi dalam suatu perairan tersebut energy yang dihasilkan tersebut pada dasarnya berasal dari hasil fotosintesis dari gas CO terlarut dengan HO dan zat nutrient yang mendapat sinar matahari sehingga menghasilkan bahan organic yang siap pakai (Wibisono.MS).

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Blooming Plankton Red tide atau blooming plankton merupakan fenomena yang terjadi akibat ledakan perkembangan (blooming) yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton, misalnya Ptychodiscus brevis, Prorocentrum, Gymnodinium breve, Alexandrium catenella dan Noctiluca scintillans dari kelompok dinoflagelata (Phyrropyta) yang dapat menyebabkan perubahan warna dan konsentrasi air secara drastis, kematian massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan, bahkan keracunan dan kematian pada manusia. B. Ciri-ciri terjadinya Red Tide atau blooming plankton: Perubahan warna air laut atau estuaria dari hijau biru menjadi merah, merah kecoklatan, hijau atau kuning hijau. Banyaknya ikan mati. Perubahan bau.

C. Faktor Pemicu Ledakan Populasi : Populasi blooming fitoplankton di suatu peraian di sebabkan oleh faktor-faktor lingkungan perairan yaitu sebagai berikut: Upwelling Upwelling sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi ledakan alga, dapat didefinisikan sebagai peristiwa menaiknya massa air laut dari lapisan bawah ke permukaan (dari kedalaman 150 250 meter) karena proses fisik perairan. Proses upwelling terjadi karena kekosongan massa air pada lapisan permukaan, akibat terbawa ke tempat lain oleh arus. Upwelling dapat terjadi di daerah

pantai dan di laut lepas. Di daerah pantai, upweling dapat terjadi jika massa air lapisan permukaan mengalir meninggalkan pantai. Untuk laut lepas, proses upwelling dapat terjadi karena adanya pola arus permukaan yang menyebar (divergence), sehingga massa air dari lapisan bawah permukaan akan mengalir ke atas mengisi kekosongan yang terjadi karena menyebarnya arus. Adanya proses ini ditandai dengan turunya suhu permukaan laut yang cukup mencolok (sekitar 2oC untuk daerah tropis, dan > 2oC untuk daerah sub tropis). Upwelling dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. Jenis tetap (stationary type), yang terjadi sepanjang tahun meskipun intensitasnya dapat berubah ubah. Di sini akan berlangsung gerakan naiknya massa air dari lapisan bawah secara mantap dan setelah mencapai permukaan, massa air bergerak secara horizontal ke luar, seperti yang terjadi di lepas pantai Peru. 2. Jenis berkala (periodic type) yang terjadi hanya selama satu musim saja. Selama air naik, massa air lapisan permukaan meninggalkan lokasi air naik, dan massa air yang lebih berat dari lapisan bawah bergerak ke atas mencapai permukaan. 3. Jenis silih berganti (alternating type) yang terjadi secara bergantian dengan penenggelaman massa air (sinking). Dalam satu musim, air ringan di lapisan permukaan bergerak ke luar dari lokasi terjadinya air naik dan air lebih berat di lapisan bawah bergerak ke atas yang kemudian tenggelam. Masuknya nutrisi atau eutrofikasi kedalam laut akan bertanggung jawab terjadinya proses peledakan algae, baik itu mikro algae yang berkembang didaerah perairan dangkal atau diperairan yang dalam yang dapat berasosiasi dengan endemic hipoksia didasar. Penolakan pemakanan oleh predator herbivora terhadap jenis plankton yang beracun Adanya hujan lebat serta masuknya air tawar ke laut dalam jumlah yang besar. Pada musim semi terjadi kelimpahan plankton, Musim semi membawa suhu hangat dan sinar matahari meningkat, menciptakan termoklin yang memerangkap nutrisi pada permukaan laut. Hal ini memungkinkan fitoplankton untuk menyerap energi dan mengambil dalam nutrisi yang mereka butuhkanuntuk berfotosintesis dan berkembang biak. Nutrisi (unsure hara) yang melimpah dalam perairan untuk energy dan pertumbuhannya, sehingga meningkatkan pertumbuhan fitoplankton dengan cepat, D. Dampak dari Red Tide

Peningkatan populasi fitoplankton yang sangat tinggi dan cepat akan berakibat pada beberapa hal, antara lain : 1. Ikan dan Kerang : Tingginya populasi fitoplankton di dalam air, ini akan menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan, seperti : o2 berkurang sehingga air mengandung racun yang menyebabkan kematian organisme yang ada dalam perairan seperti ikan,Terjadinya kontaminasi sea food, dan perubahan struktur komintas ekosistem 2. Manusia Penyakit atau kematian manusia melalui konsumsi makanan laut yang terkontaminasi oleh alga beracun Sistem saraf, pencernaan dan pernapasan terganggu Iritasi kulit dan mata

3. Perikanan Toksin yang dihasilkan oleh melimpahnya suatu kelompok fitoplankton (dinoflagelatta) sehingga membunuh organisme seperti ikan. Kerusakan mekanik organisme lain, seperti gangguan jaringan epitel insang pada ikan, sehingga asfiksia Menghilangnya ikan-ikan dari lokasi penangkapan atau terjadinya kematian massal pada ikan. 4. Ekonomi Hasil tangkapan nelayan menurun. Hasil pendapatan penjual ikan dan sea food berkurang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Red tide atau blooming plankton merupakan fenomena yang terjadi akibat ledakan perkembangan (blooming) yang begitu cepat dari sejenis fitoplankton, misalnya Ptychodiscus brevis, Prorocentrum, Gymnodinium breve, Alexandrium catenella dan Noctiluca scintillans dari kelompok dinoflagelata (Phyrropyta) yang dapat menyebabkan perubahan warna dan konsentrasi air secara drastis, kematian massal biota laut, perubahan struktur komunitas ekosistem perairan,

bahkan keracunan dan kematian pada manusia. Ciri-ciri jika terjadi red tides tu blooming plankton adalah sebagai berikut: Perubahan warna air laut atau estuaria dari hijau biru menjadi merah, merah kecoklatan, hijau atau kuning hijau. Banyaknya ikan mati. Perubahan bau.

B. Saran Saran saya yaitu blooming bukan hanya berdampak positif tetapi berdampak negatif juga. Oleh karena itu kita harus mengetahui dan lebih memahami lagi tentang blooming ini.

DAFTAR PUSTAKA http://benihikan.net/waduk-danau/pemanfaatan-ikan-pemakan-plankton-plankton-feeder-untuk-mengatasiblooming-alga-di-danauwaduk/ diakses tanggal 5 November 2011 http://groups.yahoo.com/group/melb-disc/message/9566 diakses tanggal 5 november 2011 http://www.stp.dkp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=320:predator-biang-kegagalanpenyerbukan-laut&catid=71:berita-umum&Itemid=108 diakses tanggal 5 november 2011 http://fizar24.blogspot.com/2010/06/pembahasan-plankton.html diakses pada tanggal 5 november 2011 http://wwwscienceletter07.blogspot.com/2009/11/plankton.hstml diakses pada tanggal 5 november 2011 http://entahsiapa15.wordpress.com/2009/01/16/pengertian-dan-penggolongan-plankton/ diakses pada tanggal 5 november 2011 Mas, M. and Garcs, E. 2006. Harmful Microalgae Blooms (HAB); The Problematic and Conditions that Induce Them. Marine Pollution Bulletin 53 (2006): 620 630.

Anda mungkin juga menyukai