Anda di halaman 1dari 11

Penyakit Parkinson, juga dikenal sebagai penyakit Parkinson, PD, agitans kelumpuhan, dan gemetar palsy adalah gangguan,

secara bertahap progresif degeneratif neurologis yang biasanya merusak motor pasien keterampilan, pidato, menulis, serta beberapa fungsi lainnya. Penderita sering memiliki wajah, tetap ekspresif, tremor saat istirahat, memperlambat gerakan sukarela (bradykinesia), postur yang tidak biasa, dan kelemahan otot. Dalam kasus ekstrim ada hilangnya gerakan fisik (akinesia). Penyakit Parkinson adalah baik kronis dan progresif. Kronis berarti jangka panjang, sementara progresif berarti secara bertahap semakin memburuk. Parkinsonism adalah sindrom neurologis yang ditandai dengan tremor, kekakuan, instabilitas postural, dan hypokinesia (penurunan gerakan tubuh). Sindrom A adalah asosiasi fitur klinis beberapa dikenali, tanda-tanda, gejala, fenomena atau karakteristik yang sering terjadi bersamasama. Penyakit Parkinson adalah penyebab paling umum dari Parkinsonisme. Sederhananya Parkinsonisme termasuk tanda-tanda dan gejala yang menyerupai penyakit Parkinson. Sementara sekitar 5% dari individu dengan penyakit Parkinson berada di bawah usia 40 tahun, mayoritas adalah lebih dari 50. Ketika tanda-tanda dan gejala berkembang dalam individu berusia antara 21 dan 40 tahun, dikenal sebagai penyakit onset muda Parkinson. Sekitar 1 dari setiap 20 pasien yang didiagnosis dengan PD adalah di bawah 40 tahun. Ketika tanda-tanda dan gejala muncul pada orang di bawah usia 18 tahun, dikenal sebagai penyakit Juvenile Parkinson. Ini mempengaruhi kedua jenis kelamin; laki-laki sedikit lebih banyak daripada perempuan. Menurut National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang Amerika yang terkena penyakit Parkinson, sekitar 50.000 diagnosa baru yang dibuat setiap tahun. Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS), Inggris, memperkirakan bahwa sekitar 120.000 orang di Inggris terkena. Sebagai sejumlah besar pasien tua dengan gejala penyakit Parkinson awal berasumsi bahwa gejala mereka dapat membentuk bagian dari penuaan normal dan tidak mencari bantuan medis, mendapatkan statistik yang akurat mungkin mustahil. Ada juga beberapa kondisi yang berbeda yang kadang-kadang memiliki tanda dan gejala sebanding dengan PD. PD bernama setelah James Parkinson (1755-1824), seorang ahli bedah Inggris apoteker, ahli paleontologi, geologi dan aktivis politik. Dalam karyanya yang paling terkenal Sebuah Esai tentang Cerebral Gemetar (1817), ia adalah orang pertama yang menggambarkan agitans kelumpuhan, yang akhirnya bernama setelah dia. Penyakit Parkinson milik sekelompok kondisi yang disebut gangguan gerak. Gangguan gerak menggambarkan berbagai gerakan tubuh abnormal yang memiliki dasar neurologis, dan termasuk kondisi seperti cerebral palsy, ataksia, dan sindrom Tourette. Penyakit Parkinson hasil dari stimulasi penurunan korteks bermotor oleh ganglia basal, biasanya disebabkan oleh pembentukan cukup dan aksi dopamin. Tidak ada obat saat ini untuk penyakit Parkinson (April, 2010). Perawatan berfokus pada mengurangi gejala. Kadang-kadang pengobatan mungkin termasuk pembedahan.

Menurut kamus medis Medilexicon ini: Parkinsonism adalah: 1. Sebuah sindrom neurologis biasanya dihasilkan dari kekurangan dopamin neurotransmitter sebagai konsekuensi dari perubahan degeneratif, pembuluh darah, atau peradangan di ganglia basal, ditandai dengan tremor otot ritmik, kekakuan gerakan, festination, postur murung, dan fasies masklike. 2. Sebuah sindrom serupa dengan parkinson. Beberapa fitur terlihat dengan penyakit Parkinson yang terjadi dengan gangguan lainnya (palsy supranuclear progresif) atau sebagai efek samping obat tertentu (obat antipsikotik).

PARKINSON
DEGENERATIF PARKINSON

I. KONSEP DASAR A.DEFINISI Parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otat yang bertanggung jawab mengontrol dan mengatur gerakan. (Brunner & Suddarth,KMB vol 3.2001) Parkinsonisme adalah kelainan system ekstrapiramidal yang paling sering ditemukan dan mempunyai beberapa sebab. (Sylvia A Price,Lorraine M.Wilson.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6,2005)

Parkinson adalah kelompok kelainan neurology yang ditandai oleh hipokinesia,tremor,dan rigiditas muscular. (Kamus Kedokteran Dorland Edisi 25,1998) Kesimpulan Parkinson merupakan suatu penyakit gangguan neurologik yang mengenai pusat otak dengan kelainan system ekstremitas dengan manifestasi klinis yang bervariasi.

B. PATOFISIOLOGIS 1. Etiologi Pada kebanyakan pasien penyebab penyakit ini tidak diketahui.Penyakit Parkinson ini lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut ,terutama pada usia 60 tahun. Penyebab utama penyakit Parkinson ini adalah hilangnya neuron pigmen di dalam substasia nigra pada otak ( substansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum ). Pada bagian otak tengah ini sistem saraf pusatnya adalah dopamine. Dopamine ini mempunyai fungsi sangat penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan. 2. Manifestasi Klinis Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan,kaku otot,tremor,kelemahan otot dan hilangnya reflek postural. Tanda awal meliputi kaku ekstermitas dan menjadi kaku pada semua bentuk gerakan. Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit ini,mulai timbulnya tremor kepala dan tangan. Kepala membungkuk ke depan,berdiri kaku,kehilangan berat badan.mengeluarkan air liur,kemudian ke bagian tubuh lainnya. Adapun manifestasi lainnya mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,persepsi dan penurunan daya ingat.Sedangkan psikologisnya perubahan kepribadian,dimensia dan kompusia akut. 3. Komplikasi Adapun komplikasi dari penyakit Parkinson ini dilihat dari imobiilisasi seperti pneumonia,infeksi saluran perkemihan dan jika penderita terjatuh dapat menyebabkan kematian. Selain itu penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi gangguan fungsi pernapasan,gangguan okulomotorius ( pandangan yang kabur ). Kelelahan dan nyeri otot juga dialami oleh penderita Parkinson. C. PENATALAKSANAAN 1. Pemeriksaan medis 2. Farmakoterapi Terapi obat-obatan untuk penderita penyakit Parkinson mencakup : antihistamin, antikolinnergik, amantidin hidroklorida,levodopa,uinhibitor monoamine

oksidasi ( MAO )dan antidepresi. Antihistamin menpunyai efek sedative dan antikolinergik pusat ringan,dapat membantu dalam menghilangkan tremor. Terapi antikolinergik efektif untuk mengontrol tremor asetilkolin pada system saraf pusat. Efek sampingnya seperti : penglihatan kabur,wajah kemerahan,ruam pada wajah.konstipasi,retensi urin dan kondusi akut. Amantadin hidroklorida sebagai agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan,tremor dan bradikinesia. Efek samping terdiri dari konfusi,halusinasi,muntah,adanya tekanan pada epigastrium ,pusing,dan gangguan penglihatan. Terapi Levodopa,yang diubah dari (MD4)L (MD40-Dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat di dalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang yaitu pada pasien dengan penyakit Parkinson. Bisa saja gejala yang hilang diperoleh akibat kadar dopamine yang lebih tinggi yang ada bersamaan dengan levodopa. Levodopa selalu diberikan dalam kombinasi dengan inhibitor boksilase,karbidopa ( simenet ), yang memungkinkan konsentrasi levodopa lebih besar untuk mencapai otak dan menurunkan efek samping perifer. Diskinesia ( gerakan involunter abnormal ) adalah efek samping yang hampir umum,dan meliputi wajah meringis,gerakan tangan menjejak berirama,gerakan kepala singkat,gerakan mengunyah dan memukul dan gerakan involunter batang tubuh dan ekstremitas. Devirat Ergoet-Agonis Dopamin. Agens-agens ini dianggap menjadi agonis reseptor dopamine,agens ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi klinis ringan. Pergolid ( permax) adalah egens paling baru dari klasifikasi ini. Agens ini sepuluh kali lebih poten daripada bromokriptin,walaupun demikian terapi ini umumnya tidak dipilih. Inhibitor MAO, Eldepril adalah salah satu perkembangan farmakoterapi dalam penyakit Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamine,sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai. Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang biasanya juga terjadi pada penyakit Parkinson. 3. Intervensi Pembedahan Meskipun banyak pendekatan yang berbeda telah menjadi subjek riset saat,penatakaksanaan pada penyakit Parkinson masih menjadi penyelidikan dan controversial. Pada beberapa pasien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa berat,pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala pada pasien tertentu,namun hal ini tidak menunjukkan perubahan perjalanan penyakit atau perkembangan kearah permanent. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi. Transplantasi saraf pada medulla adrenal pasien ke dalam basal ganglia efektif dapat mengurangi gejala pada sebagian kecil pasien. Transplantasi sel-sel saraf menggunakan jaringan fetus telah dicoba,tapi prosedur ini masih menjadi perdebatan. Penelitian tentang pembedahan lain serta pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan. II. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Riwayat kesehatan dan pengkajian berfokus pada bagaimana penyakit mempengaruhi aktivitas pasien dan kemampuan berfungsi. Pasien diobservasi mengenai apakah mereka dapat melakukan

dan apakah terjadi perubahan dalam fungsi. Respon-respon setelah pemberian medikasi juga diperhatikan. Pasien ditanyakan apakah meraka mengalami perubahan atau tidak. Pertanyaan berikut dapat membantu : Apakah anda mengalami kekakuan tangan dan kaki ? Apakah anda mengalami sentakan tidak teratur pada ttangan atau kaki ? Apakah anda mengalami beku atau terpaku dan tidak mampu bergerak ? Apakah air yang dikeluarkan dari mulut anda berlebihan ? Pernahkah anda ( orang lain ) melihat diri anda meringis atau membuat gerakan wajah atau mengunyah ? Aktifitas fisik apa yang sukar anda lakukan ? Selama pengkajian ini,pasien diobservasi pada saat bergerak,berjalan,atau minum. 2. Diagnosa keperawatan Hampir setiap pasien dengan gangguan gerakan mengalami beberapa perubahan fungsi dan dapat mengalami disfungsi perilaku. Berdasarkan data pengkajian,diagnosa keperawatan pasien utama meliputi : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot kurangnya perawatandiri ( makan,minum,berpakaian hygiene ) yang berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktifitas perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tremor,pelambatan dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah disfungsi karena perkembangan penyakit Diagnosa keperawatan lain mencakup gangguan pola tidur,kurang pengetahuan,perubahan proses berfikir, dan koping keluarga yang tidak efektif.

3. Perencanaan 1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot Tujuan :meningkatnya kekuatan dan mengurangi kelemahan otot Kriteria hasil :Kekuatan otot meningkat Kelemahan otot teratasi Intervensi mandiri : Latihan jalan Latihan meregang Latihan postural 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pelambatan proses makan,kesukaran mengunyah dan menelan Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : berat badan normal

masalah nutrisi teratasi Intervensi mandiri : Anjurkan klien untuk makan porsi kecil tapi sering Anjurkan klien untuk banyak minum untuk mencegah mulut yang kering Intervensi kolaboratif : Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT 3. Konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas Tujuan : masalah konstipasi teratasi Kriteria hasil : pola eliminasi klien baik Intervensi mandiri : Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas ringan seperti berjalan Intervensi kolaboratif : Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian supositoria 4. Implementasi Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan kolaborasi dan membantu pencapaian tujuan yang ditetapkan memfasilitaskan koping. Tahapan tindakan ada 3 diantaranya: Persiapan : Perawat menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan keperawatan yaitu review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap intervensi. Menganalisa, pengetahuan kemampuan dan yang diperlukan untuk mengetahui komplikasi dari tindakan yang mungkin timbul. Menentukan kelengkapan serta menyiapkan lingkungan yang kondusif, mengidentifikasi aspek hukum, dan kode etik terhadap etika terhadap resiko dari kesalahan tindakan. Intervensi : Pelaksanaan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dan adapun sifat tindakan keperawatan yaitu; independent,interdependen, dan dependen. Dokumentasi : Mendokumentasi suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan yang terjadi selama pengkajian,analisa, intervensi dan implementasi keperawatan adapun tahap- tahap evaluasi antara lain: Mengukur pencapai tujuan dilihat dari kongnitif, afektif, dan psikomotor. Membandingkan data yang sudah ada dengan pencapaian tujuan komponen untuk mengevaluasi kualitas implementasi keperawatan antara lain.

Formatif :

Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai. Somatif : Evaluasi yang diperlukan rencana keperawatan dilakukan pada akhir tindakan keperawatan secara objektif, fleksibel, dan efisien.

MIASTENIA GRAVIS I . KONSEP DASAR 1. DEFINISI Miastenia gravis adalah gangguan transmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang ( volunteer ) 2. PATOFISIOLOGI 1. Etiologi Dasar ketidaknormalan pada Miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada transmisi inpuls syaraf menuju sel-sel otot karna kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan adanya penurunan 70% sampai 90% reseptor aseltilkolin pada sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap langsung

melawan reseptor aseltilkolin (AChR) yang merusak trasmisi neuromuskular. 2. Manifestasi klinis. Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah mengalami kelelahan,yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. Pasien dengan penyakit ini mengalami kelelahan hanya karena penggunaan tenaga yang sedikit seperti menyisir rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan segalanya untuk istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan otot yang terpengaruh. Otot-otot simestris terkena, umumnya itu dihubungkan dengan syaraf kranil. Karena otot-otot okular terkena, maka gejala awal yang muncul adalah Diplopia (penglihatan ganda) dan Ptosis (jatuhnya kelopak mata). Ekspresi wajah pasien yang sedang tidur terlihat seperti patung, hal ini disebabkan karna otot-otot wajah terkena. Pengaruhnya terhadap laring menyebabkan Disfonia (gangguan suara) dalam membentuk bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan kata-kata. Kelemahan pada otot-otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi. Beberapa pasien sekitar 15% sampai 20% mengeluh lemah pada tangan dan otot-otot lengan, dan biasanya berkurang, pada otot kaki mengalami kelemahan, yang membuat pasien jatuh. Kelemahan diafragma dan otot-otot intrakostal progresif menyebabkan gawat napas, yang merupakan keadaan darurat akut. 3.PENATALAKSANAAN a. Farmakologi Penatalaksanaan Miastenia gravis ditentukan dengan meningkatkan fungsi pengobatan pada obat antikolinesterase dan menurunkan serta mengelurkan sirkulasi antibodi. Teraapi mencakup agens-agens antikolinesterase dan terapi imunosupresif, yang terdiri dari plasmaferesisdan timektomi. Agens-agens antikolinesterase. Obat ini beraksi dengan meningkatkan konsentrasi asetilkolin yang relative tersedia pada persimpangan neuromuscular. Mereka di berikan untuk meningkatkan respons otot-otot terhadap impuls syaraf dan meningkatkan kekuatan otot. Kadang-kadang mereka diberikan hanya mengurangi simtomatik. Obat-obatan dalam pengobatan digunakan piridostigmin bromide (Mestinon), ambenonium khlorida (Mytelase), dan neostigmin bromide (Prostigmine). Banyak pasien lebih suka pada piridostigmin karena obat ini menghasilkan efek samping yang sedikit. Dosis ditingkatkan berangsur-angsur sampai tercapai hasil maksimal yang diinginkan (bertambahnya kekuatan, berkurangnya kelelahan), walaupun kekuatan otot normal tidak dapat tercapai dan pasien akan mempunyai kekuatan beradaptasi terhadap beberapa ketidakmampuan. Obat-obat antikkolinesterase diberikan dengan susu, krekers, atau substansi penyangga makanan lainnya. Efek samping mencakup kram abdominal, mual, muntah, dan diare. Dosis kecil atrofin, diberikan satu atau dua kali sehari, dapat menurunkan atau mencegah efek samping. Efek sammping lain dari terapi antikolinesterase mencakup efek samping pada otot-otot skelet, seperti adanya fasikulasi (kedutan halus), spasme otot dan kelemahan. Pengaruh terhadap system saraf terdiri dari pasien cepat marah, cemas, insomnia (tidak dapat tidur), sakit kepala, disatria (gangguan pengucapan), sinkope, atau pusing, kejang dan koma. Peningkatan ekskresi saliva dan keringat, meningkatnya sekresi bronchial dan kulit lembab, dan gejala-gejala ini sebaiknya juga dicatat. Terapi imunosupresif ditentukan untuk tujuan menurunkan produksi antibody antireseptor atau mengeluarkan langsung melalui perubahan plasma. Terapi imunosupresi mencakup

kortikosteroid, plasmaferesis dan timektomi. Terapi kostikosteroid dapat menguntungkan pasien dengan miastenia yang umumnya berat. Kostikosteroid digunakan mereka dengan efek terjadinya penekanan respon imun pasien , sehingga menurunkan jumlah penghabatan antibody. Pertukaran plasma (plasmaferesis) adalah teknik yang memungkinkan pembuangan selektif plasma dan komponen plasma pasien. Sel-sel yang sisa kembali dimasukan. Penukaran plasma menghasilkan reduksi sementara dalam titer sirkulasi antibody. b. Pembedahan Pasien dengan miastenia gravis dapat dilakukan timektomi ( pengangkatan timus ), yaitu mabuka stermun kerena selua limus harus dibuang. Tindakan ini mecegah pembentukan pembentukan reseptor antibody. Klisis miastenik adalah awitan tiba-tiba kelemahan otot pada pasien mistenia dan biasanya akibat dari kekurangan medikasi atau tanpa medikasi kolinergik sama sekali. Klinis kolinergik disebabkan oleh kelebihan obat-obatan kolinergik atau agens antikholinesterase,selain itu pasien juga mengalami gangguan gastrointestinal seperti mual.muntah,diare,berkeringat,peningkatan produksi saliva dan bradikardi.

IV. PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pasien miastenia gravis selalu dikelola di luar rumah sakit yang membutuhkan tes diagnostic atau untuk penatalaksaan gejala atau komplikasi. Riwayat kesehatan dan pengkajian berfokus pada klien dan pengetahuan keluarga tentang penyakit dan program pengobatan perlu dikaji. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data pengkajian,diagnosa keperawatan potensial pasien meliputi hal berikut : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunteer Resiko terhadap aspirasi berhubungan dengan kelemahan otot bulbar Diagnosa lain mencakup resiko terjadinya cedera nerhubungan dengan kelemahan otot volunteer,tidak toleran terhadap aktivitas;bersihan jalan nafas tidak efektif;cemas,perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan cairan tubuh. 3. Intervensi Dan Implementasi Mandiri : 1.Memperbaiki fungsi pernapasan 2.Meningkatkan mobilitas fisik 3.Meningkatkan komunikasi 4.Memberikan perawatan mata 5.Mencegah aspirasi 4. Evaluasi Hasil yang diharapkan :

1. Mencapai fungsi pernapasan yang adekuat a. Menunjukakan frekuensi dan kedalaman pernapasan normal dan kekuatan otot normal b. Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan c. Menyatakan bahwa tas resusitasi dan pengisapan portable digunakan di rumah d. Menghindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi yang dapat memperberat gejala 2. Beradaptasi pada kerusakan mobilitas a. Menetapkan program istirahat dan latihan yang seimbang b. Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat energi : melakukan sendiri c. Menggunakan alat-alat bantu d. Menetapkan dan mentaati jadwal medikasi yang memaksimalkan kekuatan otot 3. Tidak mengalami aspirasi a. Menunjukkan bunyi nafas normal b. Makan dengan lambat dan memilih diet ( lunak ) yang sesuai c. Menetapkan jadwal medikasi yang sesuai dengan waktu makan 4. Mengalami pemulihan krisis miastenik dan kolinergik a. Menyebutkan tanda dan gejela krisis b. Menaati program medikasi c. Menggunakan gelang waspada medikasi

Parkinson's disease is often accompanied by these additional problems:

Depression. Depression is common in people with Parkinson's disease. Receiving treatment for depression can make it easier to handle the other challenges of Parkinson's disease. Sleep problems. People with Parkinson's disease often have trouble falling asleep and may wake up frequently throughout the night. They may also experience sudden sleep onset, called sleep attacks, during the day. Difficulty chewing and swallowing. The muscles you use to swallow may be affected in the later stages of the disease, making eating more difficult. Urinary problems. Parkinson's disease may cause either urinary incontinence or urine retention. Certain medications used to treat Parkinson's also can make it difficult to urinate. Constipation. Many people with Parkinson's disease develop constipation because the digestive tract works more slowly. Constipation may also be a side effect of medications used to treat the disease. Sexual dysfunction. Some people with Parkinson's disease may notice a decrease in sexual desire. This may stem from a combination of psychological and physical factors, or it may be the result of physical factors alone.

Medications for Parkinson's disease also may cause a number of complications, including involuntary twitching or jerking movements of the arms or legs, hallucinations, sleepiness, and a drop in blood pressure when standing up.

Complications:
Parkinson's disease (PD) is not fatal, but it can reduce longevity. The disease progresses more quickly in older patients, and may lead to severe incapacity within 10 - 20 years. Older patients also tend to have freezing and greater declines in mental function and daily functioning than younger people. If PD starts without signs of tremor, it is likely to be more severe than if tremor had been present. Parkinson's disease can seriously impair the quality of life in any age group. The physical and emotional impact on the family should not be underestimated as the patient becomes increasingly dependent on their support. Treatment advances are increasingly effective in alleviating symptoms and even slowing progression of the disease. Taking many of the medications over time, however, can produce significant side effects. Newer drugs may help reduce these occurrences.

Anda mungkin juga menyukai