Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KIMIA FARMASI ANALISIS ANALISIS KARBOHIDRAT OLEH NAMA NIM KELAS ANGKATAN : NOVA AYUBA : 821310027 :A : 2010

JURUSAN D-3 FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2012

Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan hasil hidrolisisnya, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-a-glikosida (a=alfa) ANALISA KUALIATIF KARBOHIDRAT 1. Uji Molisch Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol dalam pereaksi molish. Uji molish sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan monosakarida, disakarida dan polisakaida pada larutan karbohidrat. Komposisi pereaksi molisch : 10 g alfa-naftol dalam 100 ml etilalkohol 95% Pada uji Molisch jika direaksikan dengan karbohidrat maka akan terbentuk cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut : H CH2OHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 Pentosa O CH + Furfural OH -naftol

H CH2OHHCOHHCOHHCOHHCOHC=O + H2SO4 Heksosa O H2C CH + OH OH 5-hidroksimetil furfural -naftol Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut: O H2C C __SO3H OH

Cincin ungu senyawa kompleks 2. Uji Seliwanoff Merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga menjadi dasar dari uji Seliwanoff. Berikut reaksinya : CH2OH H OH H OH CH2OH O OH OH +HCl H2C CH + kompleks berwarna OH merah jingga 5-hidroksimetil furfural resorsinol

Komposisi pereaksi seliwanoff adalah : 0,05 g resorcinol 100 ml HCL encer 3. Uji Benedict Merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan. Komposisi pereaksi benedict adalah : 173 g Na-sitrat 100 g Na2CO3 anhidrat 17,3 g CuSO4 air ad 1000 ml

Berikut reaksi yang berlangsung: O O 2+ RCH + Cu 2OH RCOH + Cu2O Gula Pereduksi Endapan Merah Bata 4. Uji Barfoed Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sample. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah orange. Ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi

monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed. Komposisi pereaksi barfoed adalah : 48 g tembaga asetat 50 ml asam laktat 85% air ad 1000 ml Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya : O O 2+ Cu asetat RCH + RCOH + Cu2O+ CH3COOH n-glukosa E.merah monosakarida bata

5. Uji Iodin Digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru. Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu. Sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat. Komposisi pereaksi iodium adalah : 0,05 M iodium --> 10 g KI 2,5 g Iodium air ad 1000 ml 2N NaOH --> 80 g NaOH dalam 1000 ml air

6. Uji Fehling Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi

(monosakarida, laktosa, maltosa, dll). Uji positif ditandai dengan warna merah bata. 7. Uji Osazon Uji osazon digunakan untuk mengidentifikasi monosakarida, disakarida, dan sebagian polisakarida. Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, didapatkan gambar penampang yang berbeda-beda, hal ini karena masing-masing bahan memiliki rantai hidrokarbon yang berbeda-beda pula, ada yang rantai hidrokarbonya lurus dan ada pula yang bercabang. Pembentukkan osazon pada uji osazon terlihat dengan adanya endapan yang terjadi. jadi dapat disimpulkan bahwa uji osazon digunakan untuk mengamati perbedaan yang spesifik bagi tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang dihasilkannya. Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang memiliki gugus aldehida atao keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk hidrazon atao osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas., sebaliknya osazon monosakarida tidak larut dalam air mendidih. Berikut reaksinya : H H OH H H CH2OHCCCCC=O+H2NNHC6H5 (D-glukosa + fenilhidrazin) OH OH H OH

H H OH H H

CH2OHCCCCC=O+NNHC6H5 + H2 (D-glukosafenilhidrazon) OH OH H OH 2 C6H5 NHNH2

H H OH H CH2OHCCCCC=O+NNHC6H5 (D-glokosazon / Ozsazon kuning) OH OH H NNH C6H5

UJI KUANTITATIF KAROHIDRAT 1. Metode Fisika

Ada dua (2) macam, yaitu : a. Berdasarkan indeks bias Cara ini menggunakan alat yang dinamakan refraktometer, yaitu dengan rumus : X = [(A+B)C - BD)] 4 dimana : X = % sukrosa atau gula yang diperoleh A = berat larutan sampel (g) B = berat larutan pengencer (g) C = % sukrosa dalam camp A dan B dalam tabel D = % sukrosa dalam pengencer B b. Berdasarkan rotasi optis Cara ini digunakan berdasarkan sifat optis dari gula yang memiliki struktur asimetrs (dapat memutar bidang polarisasi) sehingga dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan polarimeter atau polarimeter digital (dapat diketahui hasilnya langsung) yang dinamakan sakarimeter (http://food4healthy.wordpress.com/2008/10/11/analisis-karbohidrat/ 2009). Menurut hokum Biot; besarnya rotasi optis tiap individu gula sebanding dengan konsentrasi larutan dan tebal cairan sehingga dapat dihitung menggunakan rumus : [a] D20 = 100 A LxC dimana : [a] D20 = rotasi jenis pada suhu 20 oC menggunakan D = sinar kuning pada panjang gelombang 589 nm dari lampu Na A = sudut putar yang diamati C = kadar (dalam g/100 ml) L = panjang tabung (dm)

sehingga C = 100 A L x [a] D20 2. Metode Kimia Metode ini didasarkan pada sifat mereduksi gula, seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa (kecuali sukrosa karena tidak memiliki gugus aldehid). Fruktosa meskipun tidak memiliki gugus aldehid, namun memiliki gugus alfa hidroksi keton, sehingga tetap dapat bereaksi. Dalam metode kimia ini ada dua (2) macam cara yaitu : a. Titrasi Untuk cara yang pertama ini dapat melihat metode yang telah distandarisasi oleh BSN yaitu pada SNI cara uji makanan dan minuman nomor SNI 01-2892-1992. b. Spektrofotometri Adapun untuk cara yang kedua ini menggunakan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat sehingga terbentuk suatu komplek senyawa berwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm. 3. Metode Enzimatik Untuk metode enzimatis ini, sangat tepat digunakan untuk penentuan kagar suatu gula secara individual, disebabkan kerja enzim yang sangat spesifik. Contoh enzim yang dapat digunakan ialah glukosa oksidase dan heksokinase Keduanya digunakan untuk mengukur kadar glukosa.

a. Glukosa oksidase

D- Glukosa + O2 oleh glukosa oksidase Asam glukonat dan H2O2 H2O2 + O-disianidin oleh enzim peroksidase 2H2O + O-disianidin teroksdasi yang berwarna cokelat (dapat diukur pada l 540 nm). b. Heksokinase D-Glukosa + ATP oleh heksokinase Glukosa-6-Phospat +ADP Glukosa-6-Phospat + NADP+ oleh glukosa-6-phospat dehidrogenase Glukonat-6Phospat + NADPH + H+ Adanya NADPH yang dapat berpendar (memiliki gugus kromofor) dapat diukur pada l 334 nm dimana jumlah NADPH yang terbentuk setara dengan jumlah glukosa.

Sumber: Farmakope ed IV lehninger, A , Dasar-dasar biokimia, 2005, jakarta : erlangga fessenden ralph j. , 1990, kimia organik ed III , jakarta : erlangga http://jejaringkimia.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai