Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan dberikannya. Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini. I.2. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan agar kita semua dapat gambaran mengenai bakteri khususnya pada saluran pencernaan yang banyak ditemukan. Sehingga diharapkan para masyarakat dapat melakukan pencegahan atau pengobatan dalam mengatasi bakteri ini. I.3. Metode Penulisan

-1-

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur, dengan mencari dan mengumpulkan data penting dari berbagai sumber seperti website dan situs-situs internet serta buku-buku yang ada. I.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah ini dibagi menjadi 3 bagian, meliputi : Bab I pendahuluan I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan Penulisan I.3 Metode Penulisan I.4 Sistematika Penulisan Bab II Isi II.1 Patogenesitas Bakteri II.2 Bakteri pada saluran pencernaan II.2.1 Escherichia coli II.2.2 Shigella sp. II.2.3 Salmonella sp. II.2.4 Helicobacter pylori II.2.5 Clostridium perfringens II.2.6 Vibrio cholerae II.2.7 Vibrio parahaemolyticus II.2.8 Vibrio vulnficus II.2.9 Bacillus cereus Bab III Penutup III. 1. Kesimpulan III. 2. Saran

-2-

BAB II ISI II.1 Patogenesis Bakteri Patogenisitas adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit pada organisme inang. Mikroba mengungkapkan patogenisitas mereka dengan cara virulensi, sebuah istilah yang mengacu pada tingkat patogenisitas mikroba. Oleh karena itu, faktor-faktor penentu virulensi patogen adalah salah satu dari genetik atau biokimia atau struktural fitur-fiturnya yang memungkinkan untuk menghasilkan penyakit pada inang. Yang mendasari Mekanisme Patogenisitas Bakteri 1. Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi mekanisme untuk kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal), produksi zat ekstraselular yang memfasilitasi invasi (invasins) dan kemampuan untuk memotong atau mengatasi mekanisme pertahanan inang. 2. Toxigenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan racun. Bakteri dapat menghasilkan dua jenis racun disebut exotoxins dan endotoksin. a. Exotoxins adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri dan dapat bertindak bakteri. b. Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri hasil dari pertahanan inang efektif (misalnya lisozim) atau kegiatan antibiotik tertentu. 1. Kolonisasi Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan patogen di portal masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan inang yang berhubungan dengan lingkungan eksternal. 2. Kepatuhan spesifik Bakteri to Cell dan Jaringan Permukaan di bagian jaringan yang menghapus situs pertumbuhan

-3-

Beberapa jenis pengamatan memberikan bukti tidak langsung untuk spesifisitas kepatuhan bakteri ke inang atau jaringan. 1. Tissue tropisme: bakteri tertentu diketahui memiliki preferensi yang jelas untuk jaringan tertentu atas orang lain. 2. Spesifisitas Spesies: bakteri patogen tertentu hanya menginfeksi spesies tertentu. 3. Genetik kekhususan dalam suatu spesies: strain tertentu atau ras dalam suatu spesies secara genetik kebal terhadap pathogen. 3. Mekanisme Kepatuhan to Cell atau Jaringan Permukaan Mekanisme untuk kepatuhan mungkin melibatkan dua langkah: 1. Nonspesifik kepatuhan : lampiran reversibel bakteri untuk eukariotik permukaan (kadang-kadang disebut" docking) 2. kepatuhan Tertentu: lampiran permanen reversibel mikroorganisme ke permukaan (kadang-kadang disebut "penahan"). Situasi umum adalah bahwa lampiran lampiran reversibel mendahului ireversibel tetapi dalam beberapa kasus, situasi sebaliknya terjadi atau kepatuhan tertentu mungkin tidak akan pernah terjadi. kepatuhan nonspesifik melibatkan pasukan menarik spesifik yang memungkinkan pendekatan bakteri ke permukaan sel eukariotik. Kemungkinan interaksi dan pasukan yang terlibat adalah: 1. interaksi hidrofobik 2. atraksi elektrostatik 3. atom dan molekul getaran yang dihasilkan dari dipol berfluktuasi frekuensi yang sama 4. Brown 5. Perekrutan dan menyaring oleh polimer biofilm berinteraksi dengan glycocalyx bakteri (kapsul) -4-

II.2 Bakteri pada Saluran Pencernaan Pada saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menjangkit saluran pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan. II.2.1. Escherichia coli a. Ciri-ciri:
Berbentuk batang Bakteri gram negatif Tidak memiliki spora Memiliki pili Anaerobik fakultatif Suhu optimum 370C Flagella peritrikus Dapat memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas Patogenik, menyebabkan infeksi saluran kemih

-5-

Gambar 1. Esherichia coli

b. Habitat

Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan manusia tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada 37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total bakteri dalam saluran usus dewasa.

c. Virulensi dan Infeksi Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya dapat menghancurkan selsel yang melapisi saluran pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak dan orang tua. E. coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi makanan dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini adalah mencuci tangan dengan sabun. d. Patogenesis Untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan adalah diare. E. coli sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya dan setiap grup klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang berbeda-beda. a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC) E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya -6-

sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang. b. E. Coli Enterotoksigenik (ETEC) Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta diare, dan berlangsung selama beberapa hari. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas. Prokfilaksis antimikroba dapat efektif tetapi bisa menimbulkan peningkatan resistensi antibiotic pada bakteri, mungkin sebaiknya tidak dianjurkan secara umum. Ketika timbul diare, pemberian antibiotic dapat secara efektif mempersingkat lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini terjadi pada manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel bakteri) untuk mengikat sel sel enterocit di usus halus. ETEC dapat memproduksi 2 proteinous enterotoksin: dua protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama pada struktur dan fungsi toksin kolera hanya lebih kecil, ST enterotoksin menyebabkan akumulasi cGMP pada sel target dan elektrolit dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus. ETEC strains tidak invasive dan tidak tinggal pada lumen usus. c. E. Coli Enterohemoragik (EHEC) Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinya pada sel Vero, suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin. EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginja akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus EHEC dapat dicegah dengan memasak daging sampai matang. Diare ini ditemukan pada manusia, sapi, dan kambing. d. E. Coli Enteroinvansif (EIEC) Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan shigellosis. Memproduksi toksin Shiga, sehingga disebut juga Shiga-toxin producing strain(STEC). Toksin merusak sel -7-

endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan yang kemudian masuk ke dalam usus. EIEC menimbulkan penyakit melaluii invasinya ke sel epitel mukosa usus. e. E. Coli Enteroagregatif (EAEC) Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.

Gambar 2. Patogenesis Escherichia coli e. Penularan Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah Tidak mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang. II.2.2. Shigella sp. -8-

a. Ciri-ciri:
Batang pendek gram negatif Tunggal Tidak bergerak Suhu optimum 370c Tidak membentuk spora Aerobik, anaerobik fakultatif Patogenik, menyebabkan disentri

Secara morfologis tidak dapat dibedakan dari salmonella, tetapi dapat dibedakan berdasarkan reaksi-reaksi fermentasi dan uji serologis. Tidak seperti salmonella, shigella memfermentasikan berbagai karbohidrat, dengan pengecualian utama laktosa untuk menghasilkan asam tanpa gas.

Organisme Shigella dysentriae Shigella flexneri Shigella boydii Shigella sonnei

Produksi Pencairan H2S Gelatin -

Reduksi Nitrat + + + +

Produksi Fermentasi Karbohidrat Indol Glukosa Laktosa Sukrosa Manitol + Variabel Asam Asam Asam Asam Asam Asam Asam Asam

Dulsitol Variabel -

Tabel 1. Reaksi biokimiawi spesies-spesies Shigella

-9-

Shigella dysentriae merupakan penyebab penyakit yang paling parah karena menghasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik dan enterotoksik. Jadi, anakanak yang terjangkiti shigelosis dapat menderita kejang. Eksotoksin ini adalah protein terlarut yang tidak tahan panas. Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat bagi shigelosis.

Gambar 3. Shigella sp. b. Habitat Habitat pada Shigella sp. ini adalah saluran pencernaan manusia. Dia dapat tumbuh subur di usu manusa. c. Virulensi dan Infeksi Bakteri Shigella sp. dalan infeksinya melewati fase oral. Bakteri ini mampu mengeluarkan toksin LT. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus, berkembang biak di daerah invasi tersebut. Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase). Akibat invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya selsel epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil di daerah invasi. Akibatnya, sel-sel - 10 -

darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus dan akhirnya keluar bersama tinja lalutinja bercampur lendir dan darah. Masa inkubasi berkisar 1-7 hari, yang paling umum yaitu sekitar 4 hari. Gejala mula-mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri. Diare biasanya terjadi setelah 48 jam, diikuti oleh disentri 2 hari kemudian. Pada kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah, lendir, dan nanah. d. Patogenesis Shigella sp. Shigella mempenetrasi intraseluler epitel usus besar Terjadi perbanyakan bakteri Menghasilkan edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis S. Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik dan enterotoksik

Gambar 4. Patogenesis Shigella sp. e. Penularan Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh dari makanan yang sudah terkontaminasi, walaupun keliatannya makanan itu terlihat normal. Air pun juga dapat menjadi salah satu

- 11 -

hal yang terkontaminas dengan bakteri ini. Artinya, infeksi Shigella dapat terjadi jika ada kontak dengan feses yang terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi. II.2.3 Salmonella sp. a. Ciri-ciri:
Batang gram negatif Terdapat tunggal Tidak berkapsul Tidak membentuk spora Peritrikus Aerobik, anaerobik fakultatif Patogenik, menyebabkan gastroenteritis

Gambar 5. Salmonella sp.

Menurut reaksi biokimiawinya, salmonella dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies: S. typhi, S. choleraesuis dan S. enteriditis.

- 12 -

Uji atau Substrat S. typhi Produksi H2S Reduksi nitrat Produksi indol Pencairan gelatin Laktosa Sukrosa Glukosa Maltosa Manitol Dulsitol + + A A A -

S. enteriditis + + AG AG AG V

S. choleraesuis V + AG AG AG V

Tabel 2. Reaksi biokimiawi spesies Salmonella


V=variabel; A=asam; G=gas

b. Habitat Terdapat pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi melalui kulit,akan tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan manusia.

C. Infeksi Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa menularkan bakteri salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.

d.

Patogenesis - 13 -

Menghasilkan toksin LT. Invasi ke sel mukosa usus halus. Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel. Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan infiltrasi sel-sel radang.

Gambar 6. Patogenesis dari salmonella

e. Penularan Melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan makanan. Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar makanan yang terjangkit atau terkontaminasi bakteri. II.2.4. Helicobacter pylori

- 14 -

Gambar 7. Helicobacter pylori a. Ciri-ciri:


Berbentuk batang melengkung Bakteri gram negatif Mikroaerofilik Memiliki 4-6 flagella Dapat mengoksidasi hidrogen Menghasilkan oksidase, katalase, dan urease Patogenik, menyebabkan gastrointestinal

b. Habitat Awal saluran pencernaan manusia.

c. Virulensi dan Infeksi H. Pylori

Helicobacter pylori memproduksi toksin yang disebut vacuolating cytotoxin A. Racun ini dapat menyerang sel dalam vakuola, yang merupakan rongga terikat membran dalam sel, menyebabkan gastritis dan bisul parah. Pada titik tertentu dalam siklus kehidupan bakteri, beberapa bentuk perubahan organisme dari bakteri bentuk spiral untuk coccoid. Alasan di balik ini juga tidak jelas apakah itu adalah suatu usaha untuk beradaptasi dengan situasi stres, tahap tidak aktif, atau sinyal kematian sel.

- 15 -

d. Patogenesis

Setelah H. pylori tertelan, bakteri memasuki lumen lambung, atau rongga. Karena memiliki flagela Helicobacter pylori dapat menahan kontraksi otot perut. Setelah sekrup. tiba di lapisan lendir, bakteri kemudian melubang lapisan tersebutmenggunakan flagela dan bentuk heliks untuk membuat gerakan seperti

Gambar 8. Patogenesis Helicobacter pylori

II.2.5. Clostridium perfringens a. Ciri-ciri: - 16 -

Batang gram positif Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai Berkapsul Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik Anaerobik Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah)

Gambar 9. Clostridium perfringens

Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada toksintoksin yang secara antigenik berbeda, yang dihasilkan oleh setiap galur. Tipe A adalah galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens. Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga usus. Spora akan menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga menyebabkan penyakit. b. Habitat

- 17 -

Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan di tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau hewan. c. Infeksi dan virulensi Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan perfringens yang merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang disebabkan oleh C. perfringens . Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C. perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan. Keracunan perfringens didiagnosis dari gejala-gejalanya dan waktu dimulainya gejala yang agak lama setelah infeksi. Lamanya waktu antara infeksi dan timbulnya gejala merupakan ciri khas penyakit ini. Diagnosis dipastikan dengan memeriksa adanya racun dalam kotoran pasien. Konfirmasi secara bakteriologis juga dapat dilakukan apabila ditemukan sangat banyak bakteri penyebab penyakit di dalam makanan atau di dalam kotoran pasien. Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh C. perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang telah disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah makanan dimasak, dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat menyebabkan keracunan selama proses pendinginan dan penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan kaldu merupakan makanan-makanan yang paling sering terkontaminasi. Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian makan bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah perawatan, penjara, dll.) di mana sejumlah besar makanan disiapkan beberapa jam sebelum disajikan. d. Patogenesis Menghasilkan toksin LT Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga hipersekresi air dan klorida dalam usus. Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan diare.

- 18 -

Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif yang khusus.

pada waktu membentuk spora di

rongga usus. Pengobatannya hanya menghilangkan gejala karena tidak ada pengobatan lain

Gambar 10. Patogenesis Clostridium perfringens e. Penularan Menelan makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana makanan tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan kuman berkembangbiak.

II.2.6. Vibrio cholerae a. Ciri-Ciri:


Bakteri gram negatif Batang lurus dan agak lengkung

- 19 -

Terdapat tunggal dan dalam rantai berpilin Tidak berkapsul Tidak membentuk spora Bergerak flagella tunggal polar Aerobik, anaerobik fakultatif Patogenik, menyebabkan kolera

Vibrio cholera terdapat dalam dua biotipe atau galur: biotipe klasik dan biotipe El Tor. Dinamakan El Tor karena organism tersebut diisolasi di pos karantina El Tor di Teluk Suez pada thun 1905.

Uji Uji Voges-Proskauer untuk asetilmetilkarbinol Produksi Indol Pencairan gelatin Produksi H2S Fermentasi glukosa Fermentasi laktosa Hemolisis butir darah merah domba atau kambing Hemaglutinasi butir darah merah

Klasik + + + Lambat -

El Tor + + + + Lambat +

+ ayam Tabel 3. Reaksi biokimiawi biotipe Vibrio cholerae

- 20 -

Gambar 11. Vibrio cholerae b. Habitat bakteri Bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi seperti di air laut dan perairan payau. Tumbuh dan berkembang biak di dalam usus manusia. c. Infeksi dan vilurensi Menyebabakan penyakit kolera (cholera) yang penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Apabila dehidrasi tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kearah hipovolemik dan asidosis metabolik dalam waktu yang relatif singkat dan dapat menyebabkan kematian bila penanganan tidak adekuat. Pemberian air minum biasa tidak akan banyak membantu, Penderita (pasien) kolera membutuhkan infus cairan gula (Dextrose) dan garam (Normal saline) atau bentuk cairan infus yang di mix keduanya (Dextrose Saline).

d. Patogenesis Pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan, antaralainialah : Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan

- 21 -

putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk. Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak. Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya. Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat. Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tandatandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian. e. Penularan Kolera dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. Bakteri vibrio cholerae berkembang biak dan menybar melalui feces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. II.2.7. Vibrio parahaemolyticus a. Ciri-ciri:
Bentuk koma atau batang lurus gram negatif Terdapat tunggal Tidak berkapsul Tidak membentuk spora

- 22 -

Falgelum tunggal mengutub Aerobik, anaerobik fakultatif Mmebutuhkan garam Hemolitik

Patogenik, menyebabkan gastroenteritis

Gambar 12. Vibrio parahaemolyticus b. Habitat Tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 43C, pH 4.8 11, terdapat di perairan laut dan berkembang pada hewan-hewan seafood. Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37C) dengan waktu generasi hanya 910 menit. c. Virulensi dan Infeksi Penyebab penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh produk hasil laut (seafood ), terutama yang dimakan mentah, dimasak tidak sempurna atau terkontaminasi dengan seafood mentah setelah pemasakan. Gastroenteritis berlangsung akut, diare tibatiba dan kejang perut yang berlangsung selama 48 72 jam dengan masa inkubasi 8 72 jam. Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri juga menyebabkan septisemia. Kasus keracunan karena Vp lebih banyak terjadi pada musim panas. Kondisi ini berkorelasi positif dengan prevalensi dan jumlah kontaminasi Vp pada sampel seafood lingkungan yang juga meningkat dengan

- 23 -

meningkatnya suhu perairan. Tingkat salinitas air laut juga berpengaruh pada tingkat kontaminasi. d. Patogenesis - Masa inkubasi: 8-72 jam - Gejala utama: sakit perut, diare, mual, dan muntah - Disertai sedikit demam & rasa kedinginan - Sembuh dalam waktu 2-5 hari - Tidak disebabkan toksin e. Penularan Dengan mengkonsumsi makananan laut yang sudah terkontaminasi II.2.8. Vibrio vulnficus a. Ciri-ciri:
Berbentuk batang melengkung Bakteri gram negatif Bergerak aktif, memiliki flagella Habitat di air laut Patogenik, menyebabkan selulitis atau keracunan darah dan gastroenteritis

- 24 -

Gambar 13. Vibrio vulnficus b. Habitat Banyak ditemukan di dalam air laut hangat. Tumbuh dan berkembang pada hewan laut seperti kerang. Selnjutnya dapat tumbuh pada usus manusia jika terkontaminasi melalui makanan.

c. Virulensi dan Infeksi Patogen pada orang yang makan makanan laut yang terkontaminasi atau memiliki luka terbuka yang terkena air. Menyebabkan muntah, diare, dan sakit perut. Dalam sistem kekebalan, terutama mereka dengan penyakit hati kronis, V. vulnificus dapat menyerang baik dari luka atau dari saluran pencernaan, menyebabkan penyakit yang disebut septikemia primer, ditandai dengan demam, gerah, shock septik dan kematian.sebaiknya setiap orang sangat disarankan untuk tidak mengkonsumsi mentah atau dimasak tidak cukup makanan laut.

d. Patogenesis - Masa inkubasi: biasanya 12 72 jam sesudah mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang - Masa penularan: dianggap tidak terjadi penularan dari orang ke orang baik langsung atau melalui makanan yang terkontaminasi kecuali pada keadaan tertentu. e. Penularan Penularan terjadi diantara mereka yang mempunyai risiko tinggi, yaitu orang-orang yang immunocompromised atau mereka yang mempunyai penyakit hati kronis, infeksi

- 25 -

terjadi karena mengkonsumsi seafood mentah atau setengah matang. Sebaliknya, pada hospes normal yang imunokompeten, infeksi pada luka biasanya terjadi sesudah terpajan dengan air payau (misalnya kecelakaan ketika mengendarai perahu/boat) atau dari luka akibat kecelakaan kerja (pengupas tiram, nelayan).

II.2.9. Bacillus cereus a. Ciri-ciri:


Berbentuk batang Bakteri gram positif Dapat membentuk endospora Tidak memiliki flagel Anaerobik fakultatif Menghasilkan enterotoksin Patogenik, menyebabkan mual, muntah, dan diare

Gambar 14. Bacillus cereus b. Habitat


Sangat umum berada di dalam tanah dan tumbuh-tumbuhan.

- 26 -

c. Virulensi dan Infeksi Ada dua jenis penyakit yang berhubungan dengan Bacillus cereus. Yang paling umum adalah penyakit diare disertai dengan sakit perut. Sebuah masa inkubasi 4 sampai 16 jam diikuti dengan gejala-gejala berlangsung 12 hingga 24 jam. Jenis penyakit kedua adalah penyakit yg menyebabkan muntah sering dikaitkan dengan konsumsi beras tidak benar didinginkan setelah memasak. Penyakit ini ditandai dengan muntah dan mual yang biasanya terjadi dalam 1 sampai 5 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi.

- 27 -

BAB III PENUTUP III. 1 Kesimpulan Bakteri merupakan makhluk hidup yang memiliki variasi atau keberagaman. Karena perbedaan itu habitat, patogenesis, cara infeksi, dan penularannya pun berbedabeda. Ada yang terdapat pada saluran pernfasan, urogenital, dan tentu saja pada saluran pencernaan. Pada saluran pencernaan umumnya mereka dapat berpengaruh pada feses manusia dan umumnya menyebabkan diare walaupun tidak hanya itu saja. Cara infeksinya berbeda-beda dan pengobatannya pun juga berbeda-beda.

III. 2. Saran Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan diri.

- 28 -

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Jenis dan patogenesis Mikroorganisme penyebab diare. www.scribd.com. 1 April 2010, pk 19.00 Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta : Universitas Indonesia. Anonim. Bacillus cereus. www.life.umd.edu. 2 April 2010, pk. 18:15 Anonim. Clostridium prefingens. www.microbewiki.kenyon.edu. 2 April 2010, pk 18:40 Anonim. Escherichia coli. www.eid.ac.cn. 2 April 2010, pk 18:53 Anonim. Helicobacter pylori. www.bioweb.uwlax.edu, pk 19:39 Anonim. Vibrio vulnificus. www.nwfsc.noaa.gov. 2 April 2010, pk 20:15 Anonim. Vibrio parahaemolyticus. www.pathmicro.med.sc.edu. 2 April 2010, pk 20:20 Todar Kenneth. 2009. Bacteri pathogenesis. www.textbookofbacteriology.net. 4 April 2010, pk 23:30

- 29 -

Anda mungkin juga menyukai