Anda di halaman 1dari 5

Konsep Pohon Semesta dalam Pemikiran Kosmologi Ibnu Arabi

A. Pendahuluan
Berbicara mengenai penciptaan alam tidak akan pernah selesai. Hal ini merupakan kewajaran
karena kemampuan akal manusia yang terbatas. Sebenarnya, manusia sudah mulai mempelajari
asal-usul alam raya sejak 4,200 tahun yang lalu, atau kira-kira 2,200 tahun sebelum dimulainya
tahun Masehi. Sejumlah pakar astronomi pada masa itu mencatat hasil observasi mereka di
berbagai tempat yang berbeda, seperti di Cina, India, Mesir, Italia dan Yunani. Dan sekitar tahun
350 sebelum Masehi, ahli astronomi dan filsafat Yunani terkenal, Aristoteles menulis buku yang
mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam raya yang berbentuk bola raksasa.
Begitu pula halnya dalam dunia tasawuf penciptaan alam merupakan salah satu hal yang sering
dibahas. Seperti dalam pandangan-pandangan Ibnu `Arabi tentang alam semesta yang
penjelasannya penuh dengan visi mistik dan visi rasionil. Mengenai Ibnu Arabi, ia dikenal luas
sebagai ulama besar yang banyak pengaruhnya dalam percaturan intelektualisme Islam. Ia
memiliki sisi kehidupan unik, filsuf besar, ahli tafsir paling teosofik, dan imam para filsuf sufi
setelah Hujjatul Islam al-Ghazali. Lahir pada 17 Ramadhan 560 H/29 Juli 1165 M, di Kota Marsia,
ibukota Andalusia Timur (kini Spanyol), Ibnu Araby bernama lengkap Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Abdullah bin Hatim. Ia biasa dipanggil dengan nama Abu
Bakr, Abu Muhammad dan Abu Abdullah. Namun gelarnya yang terkenal adalah Ibnu Araby
Muhyiddin, dan al-Hatamy. Ia juga mendapat gelar sebagai Syeikhul Akbar, dan Sang Kibritul
Ahmar. Mengenai penciptaan alam semesta, Ibn' Arabi dengan berkonsepsi pada paham wahdat al
wujud sebagai dasar pijakan dalam tema kosmologinya. Semua itu tertuang dalam beberapa
karyanya seperti; "Futuhat Makkiyah", "Hakekat Muhammadiyyah" dan juga dalam bukunya
"Syajarotul Kaun". Khusus pada "Syajarotul Kaun" ini Ibnu Arabi secara panjang lebar
menguraikan pemikiran kosmologinya. Untuk itu, tulisan ini berusaha untuk menguak beberapa
pemikiran-pemikiran terutama konsep Kosmologi Ibnu Arabi dalam buku tersebut.
B. Biografi Ibnu Arabi
Ibnu Arabi bernama asli Abu Bakar Muhammad bin Ali. Ia berasal dari Kabilah Hatimi at-Ta'I dan
sebagai dengan gelar Syaikh al Akbar, Muhyidin, Ibnu Aflatun namun lebih dikenal dengan Ibnu
Arabi (Abdalla 1985: 11-12). Ibnu Arabi dilahirkan pada tanggal 28 Juli 1165 di Moorish
(Andalusia, Spanyol), kemudian dibesarkan di Seville, Cordoba dan Granada. Ia tumbuh besar di
tengah-tengah keluarga sufi, ayahnya tergolong seorang ahli zuhud, sangat keras menentang hawa
nafsu dan materialisme, menyandarkan kehidupannya kepada Tuhan. Sikap demikian kelak
ditanamkan kuat pada anak-anaknya, tak terkecuali Ibnu Arabi. Sementara ibunya bernama Nurul
Anshariyah. Seperti yang telah disebutkan diatas, pada 568 H keluarganya pindah dari Moorish ke
Sevilla. Perpindahan inilah menjadi awal sejarah yang mengubah kehidupan intelektualisme Ibnu
Arabi kelak; terjadi transformasi pengetahuan dan kepribadian Ibnu Arabi. Kepribadian sufi,
intelektualisme filosofis, fiqh dan sastra. Karena itu, tidak heran jika ia kemudian dikenal bukan
saja sebagai ahli dan pakar ilmu-ilmu Islam, bahkan juga ahli dalam bidang astrologi dan
kosmologi.
Pada 596 H/1201 M, Ibnu Arabi mengunjungi negeri Timur dan menetap di Kairo, lalu pindah ke
Makkah dua tahun kemudian. Dia berkunjung ke Baghdad, Yerussalem, dan Damaskus, dimana ia
dimakamkan disana pada 636H/1240M (Al-Faruqi 1986: 333). Menurut riwayat, Ibnu Arabi
menulis banyak karya, diantaranya: Al-Futuhat Al-Makkiyah, Fushushul Hikam, Turjumanul
Asywaq, Syajarotul Kawn dan beberapa karya lainnya.
C. Konsep Pohon Semesta dalam Pemikiran Kosmologi Ibnu Arabi
Secara etimologi, kosmologi atau kerap kali disebut Philosophy of Nature (Filsafat Alam Semesta)
berasal dari bahasa Yunani kosmos dan logos. Kosmos artinya "susunan atau keteraturan"; dan
logos artinya telaah atau studi. Istilah kosmos sering berlawanan dengan kata chaos yang artinya
"keadaan kacau balau". Secara terminology, kosmologi berarti telaah atau kajian tentang struktur
dan sifat alam yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional (Siswanto 2005: 1-2, 94).
Biasanya terdapat dua istilah dalam pembahasan kosmologi yang sering disebut, yaitu istilah
makrokosmos dan mikrokosmos. Makna yang dimksud dua istilah ini tidaklah sama dengan seperti
yang dimaknai oleh tradisi pemikiran Jawa, "jagad gedhe" (makrokosmos, alam semesta) dan
jagad cilik" (mikrokosmos, manusia). Makrokosmos adalah alam semesta dengan bintang dan
planet-planetnya (Siswanto 2005: 2).
Berpijak dari pengertian yang telah disebutkan diatas, konsep pemikiran Ibnu Arabi tentang alam
semesta dipenuhi penjelasan dengan visi mistik dan visi rasionil. Sebagai seorang sufi yang agung
Ibnu Arabi dikenal dengan sebutan Syakh al-Akbar dan dinisbatkan sebagai pencetus paham
wihdat al-wujud. Dengan konsepsi paham wihdat al-wujud inilah Ibnu Arabi mendasari pemikiran
kosmologinya yang oleh para pemikir muslim lainnya disebut dengan kosmologi sufi. Ibnu Arabi,
mengungkapkan betapa keseluruhan sifat kosmos itu merupakan gema dari berbagai nama dan
sifat Tuhan dan sesungguhnya hanya ada satu wujud, satu realitas, dan segala entitas yang ada
(termasuk makhluk alam) hanyalah refleksi nama-nama dan sifat-sifat Tuhan di atas cermin
noneksistensi (Syajarat al-Kaun: 3). Dasar landasan pemikiran ini berasal dari pemahaman Ibnu
Arabi tentang penciptaan yang terdapat dalam firman Allah:
Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya
mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia. (QS. an-Nahl ayat: 40)
Menurutnya, dalam ayat diatas diterangkan bahwa perkataan Allah itu adalah perbuatan Allah
sendiri dalam penciptaan alam semesta. Selain landasan dari ayat diatas, termasuk juga firman
Allah yang berbunyi:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan tentang perkataan
yang baik sebagai sebuah pohon yang baik, yang akarnya kokoh dan dahan-dahannya menjulang
tinggi?"(Q.S. Ibrahim, 24)
Mengacu pada dasar landasan diatas, Ibnu Arabi berpendapat bahwa alam semesta dengan
berbagai proses penciptaannya diibaratkan sebuah syajaroh (pohon). Pohon yang dimaksudkan
adalah pohon yang cahaya kehidupannya datang dari sebuah benih yang pecah ketika Allah berkata
kun! Benih dari huruf K dipupuk dengan huruf N dari nahnu (Kami), tercipta ketika Allah
berfirman :
Kami lah yang telah menciptakanmu (Q.S Al-Waqiah,57)
Menurutnya lagi, dari gabungan dua benih ini tumbuh dua tunas yang berbeda sesuai dengan janji
Allah :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fithrahnya (Q.S Al-Qamar,
49)
Ibnu Arabi menegaskan bahwa akar dari dari dua tunas ini hanyalah tunggal. Akar itu adalah
iradah (kehendak Sang Pencipta), dan apa yang menumbuhkannya adalah qudrah (kekuasaan-
Nya). Kemudian dari esensi huruf K dari kata ilahiah kun, lahirlah dua makna yang berlawanan
(Syajarah al-Kaun: 2):
1. Kamaliyah (kesempurnaan), sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta
Kupilihkan Islam sebagai agamamu. (Q.S. Al-Maidah,3)
2. Kufriyyah (keingkaran/kekufuran), sebagaimana firman Allah:
Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur (Q.S. Al-Baqarah, 253)
Demikian juga dari hakikat kata N berubah menjadi makna yang saling berlawanan dari nur al-
marifah (cahaya pengetahuan) dan nakirah (ketidak tahuan/kebodohan). Karena itu ketika Allah
mengeluarkan suatu harta dari mahluk-Nya, itu memiliki makna dari ketiadaan menuju eksistensi
(keberadaan), bersesuaian dengan keadaan dan bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya
(kodratnya), Dia memancarkan cahaya ilahiah-Nya. Siapapun yang terkena cahaya itu dapat
melihat Pohon Eksistensi yang tumbuh dari benih perintah ilahiah kun yang melingkupi seluruh
alam semesta. Dan mereka yang tercerahkan ini mengetahui rahasia K dalam kata kuntum (kamu),
sebagaimana firman Allah :
_ . _ >& ( & 9 1 ?
, 9 / _ ? 6 , 9 # ?
!/ 3
Kamu sekalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan, yang menyuruh pada kebaikan dan
mencegah dari kemunkaran dan kamu beriman kepada Allah. (Q.S. Ali Imran, 109)
Sehingga mereka dapat juga menembus makna tersembunyi dari kata terakhir N dari kun sebagai
nur (cahaya), sebagaimana firman Allah:
1 & !# ( 9 1 4 ?
9 / 4
Apakah dia yang hatinya telah Allah bukakan kepada Islam sehingga dia mengikuti cahaya dari
Tuhan-nya (tidak lebih baik dari dia yang keras hatinya)? (Q.S Az-Zumar,22)
Dalam konsep ini, Ibnu Arabi menjelaskan ketika Allah memancarkan cahaya ilahiah pada
mahluk-Nya, maka ia juga berkewajiban mengetahui makna tersembunyi dari huruf-huruf kata kun
sebagaimana Allah mengucapkannya. Namun barangsiapa yang dirinya tetap ada dalam kegelapan
akan gagal mengetahui kebenaran dan dalam benaknya memikirkan huruf K singkatan dari kufr,
yang maknanya kegelapan dimana mereka berada didalamnya, maka kemudian matanya pun akan
digelapkan dari segala sesuatunya. Setelah itu mereka pun membayangkan huruf N singkatan dari
nakirah, yang berarti kebodohan, maka kemudian mereka menjadi putus asa, dan dalam
keputusasaannya tidak dapat mempercayai Pencipta-nya. Sebagai ilustrasi dari konsep Pohon
Eksistensi diatas, dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Dengan demikian banyak dari segala sesuatu yang diciptakan tergantung pada bagian
pemahamannya atas misteri dua huruf tersebut, yang menjadi penyebab setiap eksistensi. Buktinya
ada dalam kata-kata Rasulullah, yang bersabda :

Sesungguhnya Allah menciptakan mahluk dalam alam kegelapan total, kemudian memancarkan
cahaya ilahiah-Nya terhadapnya. Barangsiapa yang terterangi oleh cahaya tersebut akan
tercerahkan dan terbimbing dengan baik. Dan barangsiapa tersembunyi dari cahaya tersebut dan
tak tersentuh dengannya akan sesat dan rugi.(Ahmad bin Hanbal)
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam makalah ini, maka sangatlah jelas bahwa
penciptaan alam semesta beserta isinya atau kosmos dalam teori Ibnu Arabi adalah konsep tajalli
(teofani, penampakan) wujud Tuhan pada alam empiris yang serba ganda (K dan N, positif dan
negatif). Konsep tajalli ini merupakan tiang filsafat Ibnu Arabi tentang wahdat al-wujud karena
tajalli ditafsirkan dengan penciptaan, yaitu cara munculnya yang banyak dari Yang satu tanpa
akibat, Yang satu itu menjadi banyak. Tuhan menciptakan kosmos agar dapat melihat diri-Nya dan
memperlihatkan diri-Nya. Dia mengenal diri-Nya dan memperkenalkan diri-Nya melalui eksistensi
kosmos. Ibnu Arabi banyak menggunakan istilah metaforis dalam mengungkapkan hubungan
Tuhan dan kosmos, salah satunya adalah tentang cermin. Kosmos ini adalah cermin tempat Tuhan
melihat diri-Nya. keingginan untuk melihat diri-Nya merupakan tujuan dan sebab penciptaan
kosmos.
Kosmos merupakan wadah manifestasi (locus of manifestation) dari tajalli nama-nama dan sifat-
sifat Tuhan. Sebagai wadah manifestasi Tuhan, kosmos dalam pemikiran Ibnu Arabi di istilahkan
dengan Syajarat al-Kaun (Pohon Eksistensi). Namun, manusia yang diciptakan Tuhan menurut
kesatuan nama-nama-Nya dengan kedua tangan-Nya menjadikan manusia sebagai khalifah dan
pengemban amanah sejati alam serta seluruh isinya. Untuk manusia perlu mengerti perbedaan
antara sifat-sifat:
1. Kamaliyah (kesempurnaan), sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu dan telah Kulengkapkan Rahmat-Ku padamu serta
Kupilihkan Islam sebagai agamamu. (Q.S. Al-Maidah,3)
2. Kufriyyah (keingkaran/kekufuran), sebagaimana firman Allah
Maka sebagian dari mereka beriman dan sebagian lagi kufur (Q.S. Al-Baqarah, 253)
Diharapkan bisa mencapai tingkat al-ma'rifah (cahaya pengetahuan) dan mendapat petunjuk,
sehingga menghindari nakirah (kebodohan dan keingkaran) dan tersesat dijalannya. Kemudian
dapat menyaksikan eksistensi nur cahaya Tuhan dialam semesta ini dan pada akhirnya akan
mencapai insan kamil (manusia yang sempurna). Wallahu a'lamu.
E. Daftar Pustaka
Abdallah, Riyadh. 1985, Syajarat al-Kaun limuallifihi asy-Syeikh al-Akbar Muhyiddin Ibni Arabi.
Beirut: Bibliotheca Alexandria.
Addas, Claude. 2004. Mencari Belerang Merah; Kisah Hidup Ibnu Arabi. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta.
Al-Faruqi, Ismail R., Lois Lamya al-Faruqi. 1986, Atlas Budaya Islam, Bandung: Penerbit Mizan.
Arabi, Muhyiidin Ibnu. Syajarat al-Kaun.
Siswanto, Joko. 2005, Orientasi Kosmologi, Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--fathuladhi-4927.
http://ummahonline.wordpress.com/2008/04/27/ibn-%E2%80%98arabi-rambu-rambu-tuhan/
http://ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Paramedia/article/viewFile/ 187/172
Diposkan oleh Hunaefa El-Qadiry di 07:39
Cahaya-Cahaya Cinta: Konsep Pohon Semesta dalam Pemikiran Kosmologi Ibnu Arabi:
http://hunaefa-elqadiry.blogspot.com/2011/07/konsep-pohon-semesta-dalam-
pemikiran.html

Anda mungkin juga menyukai