Anda di halaman 1dari 7

BAB II PERENCANAAN PABRIK

2.1. Alasan Pendirian Pabrik Senyawa asam asetat merupakan satu dari sekian banyak bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan penunjang dari industri kimia. Asam asetat dengan nama lain Etonoic Acid, Vinegar Acid atau Methyl Carboxylic Acid adalah golongan asam karboksilat yang merupakan bahan kimia organik yang sangat penting sebagai pelarut dan bahan baku utama pada beberapa produk kimia, seperti industri Asam Tereptalat (pure Terephtalic Acid), industri Etil Asetat (Ethyl Acetate), industri benang karet, industri tekstil dan industri asam cuka pada konsentrasi rendah yang dapat digunakan sebagai bahan makanan serta sebagai koagulan lateks. Sampai saat ini industri yang menghasilkan asam asetat di Indonesia seperti PT. Indocitama Chemical Industry (PT. CIA) dan PT. Intan Pentacid Chemical belum mampu mencukupi kebutuhan asam asetat yang terus meningkat setiap tahunnya. Akibatnya, impor asam asetat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan asam asetat bagi industri industri pemakainya, maka perlu dilakukan suatu pemikiran untuk mendirikan pabrik asam asetat baru di Indonesia. Dengan adanya pabrik asam asetat ini diharapkan kebutuhan akan asam asetat sebagai bahan baku industri dapat terpenuhi. Dan bila mungkin produk dari pabrik ini dapat diekspor ke mancanegara. Di lain pihak dengan dibangunnya pabrik pembuatan asam asetat dapat menyerap banyak tenaga kerja sehingga secara langsung mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, terutama untuk masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Dan secara tidak langsung, berdirinya pabrik ini akan mendorong berdirinya pabrik

10

pabrik lain yang akan menggunakan asam asetat sebagai bahan baku produksinya. Dengan alasan alasan tersebut di atas, maka pendirian pabrik asam asetat ini dirasakan sangat perlu untuk menciptakan keterikatan antara sektor sektor industri dan memungkinkan dilakukannya ekspor sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Untuk pasaran dalam negeri, asam asetat antara lain dikonsumsi oleh industri pure Terephthalic Acid (pTA), industri pencelupan kain, industri barang barang karet, industri Etil Asetat dan beberapa industri lainnya. Sebagai konsumen terbesar industri ini adalah produsen pure Terephthalic Acid dan Etil Asetat.

2.2. Pemilihan Kapasitas Penentuan kapasitas produksi asam asetat yang akan dibangun ditentukan berdasarkan data impor asam asetat di Indonesia. Data ini cukup mewakili kebutuhan asam asetat di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik terlihat adanya peningkatan impor asam asetat seperti yang terlihat pada table 2.1 :

Tabel 2.1. Tabel Impor Asam Asetat Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kebutuhan( ton / tahun) 80920,589 86503,424 90145,255 95270,594 101055,882 107306,815

Sumber : Biro Pusat Statistic Sumatera Selatan

11

Dari data diatas, secara regresi linier diperkirakan kebutuhan asam asetat di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 142.584,6601 ton/tahun, dan tahun tahun berikutnya akan terus meningkat. Oleh karena itu dipilih kapasitas pabrik 78.000 ton/tahun, dengan harapan 55 % kebutuhan asam asetat di Indonesia dapat terpenuhi.

2.3. Pemilihan Bahan Baku Pemilihan bahan baku adalah hal yang sangat penting pada suatu produksi, karena kualitas dari suatu produk sangat bergantung padanya. Pabrik asam asetat ini menggunakan bahan baku methanol dan karbon monoksida. Adapun pemilihan bahan baku tersebut didasarkan atas pertimbangan pertimbangan sebagai berikut :
a.

Bahan baku utama metanol mudah diperoleh karena diproduksi industry di dalam negri diantaranya dua industri terbesar di Kalimantan Timur yaitu PT Kaltim Metanol Industry dan Medco Energy Plant di pulau bunyu. PT. Kaltim Metanol Industri memproduksi metanol dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan Medco 330.000 ton/tahun

b. CO diperoleh dari PT. Pupuk Kaltim di Bontang

2.4. Pemilihan Proses Dalam pembuatan asam asetat ada beberapa proses yang umum digunakan, yaitu : a. b. c. Oksidasi Asetaldehid Oksidasi fase liquid n-Butana Oksidasi Etana

12

d.

Karbonilasi Methanol

Table 2.2. Perbandingan Proses Pembuatan Asam Asetat Uraian Oksidasi Asetaldehid Bahan Baku Asetaldehid Oksigen Oksidasi Butana Butana Oksigen a gen

Oksidasi Etana Etan

Karbonilasi Methanol Methanol C O

Oksi

T oC P atm

260 280 30 - 60 Curprous Oxide

150 200 50 100 Mangan

150 200 78 Molibdenum

150 250 15 30 Rhodium

Katalis

13

Konversi

90 %

60 %

90 %

98 %

Berdasarkan perbandingan proses diatas, pertimbangan dalam memilih proses Karbonilasi Methanol adalah : 1. Bahan baku yang mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang memadai di dalam negeri.
2. Proses berlangsung dengan kondisi operasi yang relatif rendah yaitu temperatur

(150 250) oC dan tekanan (15 30) atm, sehingga pengendalian proses relatif mudah.
3. Kemurnian produk yang dihasilkan juga cukup tinggi yaitu 98 % dibandingkan

dengan proses yang lainnya.

2.5 Uraian Proses Pembuatan asam asetat dengan proses karbonilasi methanol, menggunakan bahan baku Methanol dan CO dengan bantuan katalis Rhodium. Feed CO berasal dari CO pipeline yang didalamnya masih terkandung gas inert CO2 dengan tekanan 1 atm dinaikkan tekanannya menggunakan kompresor (K-01) hingga 32 atm. Sebelum masuk ke Reaktor (R 01), aliran feed CO dipanaskan menggunakan HE 02 dengan pemanfaatan panas keluaran bottom Reaktor dan Heater 02 hingga

14

mencapai kondisi operasi. Sedang feed methanol berasal dari tangki 01 (T 01), dimana diuapkan terlebih dahulu menggunakan Vaporizer (Vap 01) dan disesuaikan dengan kondisi operasi reaktor (30 atm, 188 C) menggunakan Kompresor 02 (K 02), HE 01 dan Heater 01 (H 01). Gas CO dan Methanol bereaksi di dalam reaktor PFR dengan bantuan katalis Rhodium kompleks (katalis Rhodium, metil asetat, metil iodida, Litium, air dan asam asetat). Larutan katalis rhodium kompleks berasal dari tangki 02 (T 02). Konversi Methanol menjadi Asam Asetat sebesar 92 %. Reaksi yang terjadi : CH3OH CH3COOH + + CO CH3OH CH3COOH CH3COOCH3 + H2O

Keluaran Reaktor terbagi menjadi top dan bottom. Keluaran top reaktor mengandung gas inert CO2. Aliran ini dikondensaikan sebagian menggunakan Parsial Condenser 01 (PC 01) untuk mempermudah pemisahan gas CO2 yang akan dibuang melalui top Knock Out Drum (KOD 01). Keluaran bottom reaktor dengan temperatur 188oC, dimanfaatkan panasnya untuk menaikkan temperatur feed reaktor dengan menggunakan HE 01 dan HE 02. Aliran ini selanjutnya dialirkan menuju MixPoint untuk bercampur dengan keluaran bottom KOD 01, setelah itu masuk ke Evaporator (Evap 01) untuk merecycle larutan katalis kembali ke reaktor. Aliran top EV 01 dikondensasikan sebelum masuk ke Kolom Distilasi (KD 01). Keluaran bottom KD 01 berupa produk utama yaitu asam asetat 99,5 % dialirkan menuju Tangki 03 (T 03) , sedang keluaran top KD 01 mengandung metil asetat, metil iodida, asam asetat dan air dialirkan menuju KD 02 untuk proses permurnian selanjutnya. Keluaran top KD 02 merupakan recycle promotor katalis yang akan bercampur dengan aliran makeup dari Tangki katalis (T 02) dan recycle EV 01, untuk dikembalikan ke R - 01. Keluaran bottom KD 02 dialirkan menuju KD 03

15

dengan aliran top berupa produk samping metil asetat 98 % dialirkan dan aliran bottom berupa produk samping asam asetat 70 %.

Anda mungkin juga menyukai