Anda di halaman 1dari 10

Sterilisasi

Posted on Juni 18, 2011 by monruw Sterilisasi adalah segala proses dimana suatu objek, material atau lingkungan dijadikan steril. Steril adalah kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis sel hidup, spora dan virus. Metode sterilisasi dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu metode fisik, metode kimia, dan kombinasi fisik dan kimia. Metode fisik antara lain mencakup pemanasan, pembakaran, penyaringan, penggunaan radiasi, dan penggunaan gelombang ultrasonik. Pemanasan adalah metode yang paling lazim digunakan. Efek mematikan panas adalah mendenaturasi protein dan asam amino dari suatu organisme. Pada suhu sterilisasi, membran akan menjadi labil, asam amino akan terdeaminasi, terdepurinasi atau terdegradasi. (Singleton dan Sainsbury, 2006). Menurut Singleton dan Sainsbury (2006), beberapa contoh sterilisasi dengan panas antara lain :

Sterilisasi panas kering, umumnya digunakan untuk peralatan gelas atau keramik yang tahan panas, dan dilakukan dalam oven. Pada kondisi panas kering, protein akan terdenaturasi, sitoplasma akan kering, dan berbagai komponen sel dan virus teroksidasi. Radiasi infamerah (pada panjang gelombang 7.5105 to 4102 cm) digunakan untuk peralatan medis yang berukuran kecil. Pembakaran digunakan untuk menghancurkan peralatan yang sudah digunakan atau terkontaminasi atau untuk mesterilkan alat yang tahan panas (terbuat dari besi baja, platina atau nikrom. Panas basah (menggunakan uap air), lebih mematikan dibandingkan panas kering pada suhu yang sama. Hal ini disebabkan kehadiran molekul air membantu memecahkan ikatan hidrogen pada membran. Sterilisasi panas basah ini biasanya dilakukan dengan alat autoklaf.

Filtrasi dilakukan untuk memisahkan mikrobia dari suatu cairan atau gas. Filtrasi dilakukan untuk bahan-bahan yang rentan terhadapa panas seperti serum dan enzim. Cairan atau gas yang disterilisasi akan melewati suatu penyaring yang dapat berupa membrane, tanah diatom, asbes, dan lain-lain. Untuk mempercepat cairan atau udara melewati membran, dapat digunakan pompa vakum atau menggunakan tekanan. Contoh alat sterilisasi yang menggunakan prinsip filtrasi adalah vacuum filter dan milipore filter yang memfiltrasi cairan, dan laminar air flow yang memfiltrasi udara (Thompson, 2003). Radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 240-300 nm diserap dengan mudah oleh basa DNA dan dapat menyebabkan dimer yang akan menyebabkan mutasi dan kematian sel. Lampu UVR germisida adalah lampu yang memancarkan cahaya ultraviolet dengan panjang gelombang 254nm yang digunakan untuk mensterilkan udara atau permukaan suatu benda. Contoh penggunakan lampu UVR adalah pada laminar air flow (Allen, 2001). Metode sterilisasi kimia menggunakan disinfektan atau mikrosida untuk membunuh mikrobia. Disinfektan tersebut antara lain alkohol, etilen oksida, klor dan formaldehid. Penggunaan dan dosis disinfektan ini bervariasi tergantung jenis mikrobia yang akan dibunuh (Creighton, 1999).

Metode sterilisasi kombinasi fisik dan kimia, menggabungkan kedua metode sebelumnya. Salah satunya adalah sterilisasi uap formadehid temperature rendah, adalah untuk mensterilisasi endoskop, selimut bedah dan peralatan medis, dilakukan dalam ruang vakum pada suhu 73C selama 2 jam (Wilson, 2008). Beberapa alat sterilisasi yang lazim digunakan di laboratorium adalah : a. Milipore Filter

Milipore filter adalah alat sterilisasi yang menggunakan prinsip fisik mekanis, yaitu filtrasi. Alat ini terdiri dari filter dan tabung syringe. Filternya menggunakan membrane milipore, yaitu membrane yang terbuat dari selulosa dengan pori-pori yang berliku-liku dan berukuran 0,45 0,22m. Lewatnya cairan dipercepat dengan cara menggunakan tekanan dari tabung syringe. Dengan menekan syringe, cairan akan didesak melewati membrane. Saat menekan syringe, harus berhati-hati agar tidak terlalu keras karena dapat merobek membrane. Cairan yang telah melewati membrane akan melewati jarum syringe dan dapat ditampung dalam suatu wadah. b. Vacuum Filter

Vacuum filter juga merupakan alat sterilisasi yang menggunakan prinsip fisik mekanis, yaitu filtrasi. Komponen alat ini adalah dua wadah penampung yang dibatasi oleh filter, serta sebuah lubang untuk pompa vakum. Wadah pertama yang terletak di bagian atas berfungsi untuk menampung cairan yang akan disterilisasi, dan wadah penampung kedua yang terletak dibawah berfungsi untuk menampung cairan yang sudah disterilisasi. Kedua wadah ini dibatasi oleh filter berpori-pori besar. Filter ini akan dilapisi lagi dengan membrane sesuai dengan kebutuhan. Wadah bagian bawah memiliki lubang yang dapat dihubungkan dengan pompa vakum. Saat bagian bawah vakum, cairan dari wadah atas akan tertarik untuk melewati filter menuju bagian bawah. c. Inkubator

Inkubator adalah alat untuk menginokulasi suatu media atau sampel pada temperatur tertentu dan dalam periode tertentu. Tujuan alat ini adalah untuk menyediakan suatu kondisi terkontrol yang pas untuk pertumbuhan mikrobia pada suatu media. Inkubator sebenarnya tidak tergolong alat sterilisasi karena tidak dapat digunakan untuk mensterilkan alat atau bahan. Kompunen inkubator adalah ruang inkubasi yang ditutup oleh 2 lapis pintu, pintu besi dan pintu kaca. Pintu besi untuk mengamankan serta mengisolasi ruang, sementara pintu kaca dibagian dalam memudahkan kita untuk mengecek sampel. Komponen lain adalah pelat pemanas elektrik yang suhunya dapat dikontrol, dengan jangka suhu 25- 73C, serta panel pengatur suhu dan pengatur lamanya waktu (timer). d. Oven

Oven atau sering juga disebut hot-air oven, adalah alat sterilisasi yang menggunakan prinsip panas kering. Oven digunakan untuk mensterilisasi alat gelas yang berongga atau material seperti minyak yang tidak dapat disterilisasi dengan autoklaf karena tidak permeable terhadap uap air.

Alat ini terdiri dari pemanas elektrik, pengontrol suhu, dan ruang insulasi yang umumnya dilengkapi kipas untuk mensirkulasikan udara sehingga panas rata. Kondisi sterilisasi yang umum adalah 160-170C dalam waktu 1 jam. e. Autoklaf

Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC. Lama waktu untuk mensterilakan alat kurang lebih 15-20 menit, sedangkan lama waktu untuk mensterilkan bahan kurang lebih 10-15 menit. Komponen-komponen autoklaf :

Tombol pengatur waktu mundur (timer) Katup pengeluaran uap pengukur tekanan klep pengaman Termometer Lempeng sumber panas Laminar Air Flow

f.

Laminar Air Flow adalah alat sterilisasi yang menggunakan prinsip filtrasi udara dan penggunaan radiasi ultraviolet. Laminar air flow digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan laboratorium yang membutuhkan kondisi steril, seperti membuka alat yang telah disterilisasi dan menyiapkan samel mikrobia. Lingkungan dalam laminar air flow disterilisasi dengan 2 cara. Sebelum digunakan, laminar air flow ditutup dan lampu UVR dinyalakan sehingga mikrobia di udara dan permukaan ruang mati, lalu saat bekerja, kondisi udara dijaga stabil dengan filtrasi udara. Komponen laminar air flow antara lain ruang kaca steril yang dilengkapi dengan tutup, filter udara di bagian belakang, lampu UVR di langit-langit ruang, lampu biasa untuk membantu proses kerja, serta panel tombol untuk menyalakan lampu UVR, filter dan lampu biasa. DESINFEKSI Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di RS dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.

Kriteria desinfeksi yang ideal: Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban Tidak toksik pada hewan dan manusia Tidak bersifat korosif Tidak berwarna dan meninggalkan noda Tidak berbau/ baunya disenangi Bersifat biodegradable/ mudah diurai Larutan stabil Mudah digunakan dan ekonomis Aktivitas berspektrum luas Tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi adalah:

Mencegah terjadinya infeksi Mencegah makanan menjadi rusak Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

DEKONTAMINASI
Dekontaminasi merupakan langkah pertama yang penting dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor. Segera setelah digunakan, rendam seluruh bagian benda-benda yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Ini akan cepat mematikan virus hepatitis B dan HIV. Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24 jam atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh. Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan) -1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25% 1. Jumlah bagian air = (5,25% : 0,5%) 1 = 10,5 1 = 9,5 2. Tambahkan 9 bagian (pembulatan kebawah dari 9,5) air ke dalam 1 bagian larutan klorin 5,25 % Air tidak perlu dimasak Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin kering : Jumlah bagian air = (% larutan yang diinginkan : % konsentrat) x 1000 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin yang bisa melepaskan klorin (seperti kalsium hipoklorida) yang mengandung 35% klorin 1. Gram/liter = (0,5% : 35%) x 1000 = 14,3 gram/liter 2. Tambahkan 14 gram (pembulatan kebawah dari 14,3) bubuk klorin 35% ke dalam 1 liter air bersih.

Pemrosesan Alat Tiga langkah pokok dalam pemrosesan alat dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi yaitu : - Dekontaminasi - Pencucian dan pembilasan - Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi Setiap benda, baik instrumen metal yang kotor maupun sarung tangan memerlukan penanganan dan pemrosesan khusus agar : a. Mengurangi resiko perlukaan aksidental atau terpapar darah atau duh tubuh terhadap setiap pembersih dan ruang tangga. b. Membersihkan hasil akhir berkhualitas tinggi (umpamanya instrumen atau benda lain yang

steril atau yang didesinfeksi tingkat tinggi (DTT). Adapun pemrosesan peralatan bekas pakai dapat dilihat pada bagan dibawah ini : a. Dekontaminasi (Pakai sarung tangan dan pelindung lain seperti kacamata, visors atau google) b. Cara yang diinginkan cara yang biasa diterima Sterilisasi DTT. B. Dekontaminasi 1. Definisi Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Proses yang membuat benda mati menjadi lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi HBV, HBC dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi. 2. Produk-produk dekontaminasi - Larutan klorin 0,5% dan 0,1% - Etil 70% - Alkohol - Bahan fenolik atau karbol 0,5% - 3% Bahan klorin mempunyai daya kerja yang cepat untuk mematikan virus hepatitis B dan HIV, bila benda-benda yang terkontaminasi direndam dalam larutan klorin selama 10 menit. Namun daya kerja tersebut akan cepat mengalami penurunan sehingga larutan tersebut harus diganti paling sedikit setiap 24 jam atau lebih cepat jika terlihat lebih kotor atau keruh. Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair. - % Larutan konsentrat Jumlah bagian air = -1 % larutan yang diinginkan Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari bubuk klorin kering. % Larutan konsentrat Jumlah bagian air = x 1000 % konsentrat 3. Tips-tips Dekontaminasi - Gunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar mencegah : 1) Tumpulkan pisau (misal gunting) saat bersentuhan dengan container logam 2) Berkaratnya intrumen reaksi kimia (elektrolisis) yang terjadi antara dua logam yang berbeda (misal intrumen dan wadah) bila direndam dalam air. - Jangan merendam intrumen logam yang berlapis elektro (artinya tidak 100% baja tahan gores) meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan berkarat. Setelah dekontaminasi, instrument harus segera di cuci dengan air dingin untuk menghilangkan beban organic sebelum dibersihkan secara menyeluruh. Jarum habis pakai dan semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untuk dikubur. Apabila akan digunakan kembali maka jarum dan semprit harus dibersihkan dan dicuci secara menyeluruh setelah didekontaminasi. Sekali

instrument atau benda lainnya telah didekontaminasi maka selanjutnya diproses dengan aman. C. Pencucian dan Pembilasan 1. Definisi Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. 2. Perlengkapan / bahan-bahan untuk mencuci peralatan - Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks - Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi) - Tabung suntik (minimal ukuran 10mL; untuk membilas bagian dalam kateter termasuk kateter penghisap lendir. - Wadah plastik atau baja antikarat (stainless steel) - Air bersih - Sabun atau deterjen 3. Kegunaan pencucian - Sebagai cara yang efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme terutama endospora yang menyebabkan tetanus pada peralatan dan instrument tercemar. - Sebagai langkah awal, sebelum instrument di sterilisasi atau didesinfeksi tingkat tinggi. Karena tidak ada prosedur sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) yang efektif tanpa melakukan pencucian terlebih dahulu (Porter, 1987). 4. Tahap-tahap pencucian dan pembilasan - Pakai sarung tangan yang tebal pada kedua tangan - Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati bila memegang peralatan yang tajam seperti gunting dan jarum jari). - Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam. - Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati : 1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran 2) Buka engsel gunting dan klem 3) Sikat dengan seksama terutama dibagian sambungan dan pojok peralatan 4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan 5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih baik jika diperlukan dengan air dan sabun atau deterjen. 6) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih - Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain - Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi (misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT. Karena peralatan yang masih basah akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif. - Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau direbus atau di sterilisasi didalam otoklaf atau open panas kering tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT

atau sterilisasi dimulai. - Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih. - Gantungkan sarung tangan dan biarkan dengan cara di angin-anginkan. 5. Tips-tips pencucian dan pembilasan - Gunakan sarung tangan saat membersihkan instrument dan peralatan - Gunakan pelindung mata (plasti, pelindung muka, googles atau kacamata) dan rok plastic jika ada, saat membersihkan alat untuk meminimalkan risiko cipratan cairan yang terkontaminasi pada mata dan badan. - Instrument harus dibersihkan dengan sikat yang lembut (sikat gigi bekas baik untuk digunakan) dalam air sabun. - Semprit (berbahan kaca atau plastic) saat akan digunakan kembali harus dilepas setelah didekontaminasi atau dibersihkan dengan air sabun. - Sarung tangan bedah harus dibersihkan dalam air sabun, kedua bagian dalam dan luar dibersihkan dan dicuci dengan air bersih sampai tidak ada sabun yang tersisa. - Karet atau tabung plastik, misalnya tabung penghisap nasogatik atau proses kelahiran bila akan digunakan kembali harus dibersihkan secara menyeluruh, dicuci dan dikeringkan. - Endoskopi operasi (misalnya laparoskop) harus secara hati-hati dibersihkan karena pembersihan yang tidak benar merupakan penyebab utama masalah mekanis, begitupula dengan penularan infeksi kepada pasien berikutnya (Weber & Rutala, 201). - Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir, lakukan tahap-tahap berikut ini : 1) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan. 2) Lepaskan penutup wadah penempung lendir (untuk kateter penghisap lendir) 3) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun 4) Bila kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih 5) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT. - Kateter harus didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) secara kimiawi karena kateter bias rusak bila didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara direbus.

Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit. Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain. Orang yang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang menderita penyakit dari golongan ini Penyebab utama infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organisme). Kuman-kuman ini menyebar dengan berbagai cara dan vektor. A. Contoh-contoh penyakit infeksi : 1. Penyebab penyakit adalah bakteri (jasad renik atau kuman)

TBC : ditularkan melalui udara Tetanus : melalui luka yang kotor Mencret : lalat, air dan jari yang kotor Pneumonia : lewat batuk (udara) Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek)

2. Penyebab penyakit adalah virus (kuman yang lebih kecil daripada bakteri)

Selesma, influensa, campak, gondok : ditularkan melalau udara, batuk, ataupun lalat Rabies : melalui gigitan binatang Penyakit kulit : melalui sentuhan

3. Jamur

Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha: ditularkan melalu sentuhan atau dari pakaian yang dipakai secara bergantian

4. Parasit internal (hewan yang berbahaya yang hidup di dalam tubuh)


Disentri: ditularkan dari kotoran ke mulut Malaria: melalui gigitan nyamuk

5. Parasit eksternal (hewan yang berbahaya yang hidup pada permukaan tubuh)

Kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis: penularannya dari orang-orang yang telah terinfeksi atau melalui pakaian.

B. Pengobatan Infeksi dengan Antibiotika

Terkadang antibiotika merupakan obat yang mujarab dan penting untuk mengatasi infeksi. Antibiotika yang sering digunakan dan ditemui di pasaran adalah penicillin, tetracycllin streptomycin, dan chloramphenicol. Masing-masing antibiotika bekerja dengan cara berlainan terhadap suatu infeksi khusus. Akan tetapi, antibiotika juga memiliki efek samping dan perlu digunakan secara hati-hati. Dan perlu digunakan secara terbatas dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. Reaksi dan efek peracunan Antibiotik tidak hanya membunuh bakteri, tetapi juga berbahaya bagi tubuh. Efek peracunannya maupun karena kemungkinan terjadi alergi sangat besar. Banyak orang meninggal dunia setiap tahunnya karena mereka menggunakan antibiotik yang sebetulnya tidak diperlukan bagi dirinya. 2. Mengganggu keseimbangan alami Tidak semua bakteri di dalam tubuh bersifat membahayakan. Sebgaian di antaranya diperlukan oleh tubuh agar dapat berfungsi secar wajar. Antibiotik sering kali mematikan bakteri yang bergunan bagi tubuh bersama-sama dengan bakteri yang berbahaya. Bayi yang mendapat antibiotika kerapkali mengalami infeksi jamur pada mulutnya atau kulitnya. Keadaan ini dikarenakan bakteri yang sedianya membantu mengendalikan pertubuhan ikut terbunuh oleh antibiotika. 3. Kekebalan terhadap pengobatan Dalam jangka panjang, alasan yang paling penting mengapa penggunaan antibiotika harus dibatasi ialah khasiatnya berkurang jika antibiotika digunakan terlalu sering. Apabila bakteri diserang berkali-kali dengan antibiotik yang sama, bakteri tersebut menjadi lebih kuat dan menjadi imun. Peringatan : Jangan menggunakan antibiotika untuk infeksi yang dapat diatasi oleh tubuh sendiri. Simpanlah antibiotika tersebut untuk saat-saat yang sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai