Anda di halaman 1dari 95

OPTIMALISASI PENGGUNAAN RADIO TRUNKING TETRA PADA PENGAMANAN VERY VERY IMPORTANT PERSON (VVIP) DI WILAYAH KODAM JAYA

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menjadi Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun Oleh : Nama NRP : Sri Wahyuningsih : 207. 415. 027

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI (S-1) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2011

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk diajukan Sidang

Nama

: Sri Wahyuningsih

Nomor Pokok : 207.415.027 Fakultas : Teknik

Program Studi : Teknik Industri Juduk : Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Tetra Pada Pengamanan Very Very Important Person (VVIP) di Wilayah Kodam Jaya

Jakarta,

Mei 2011

Pembimbing

( Ir. Sugeng Prayitno)

Kepala Program Studi

( Ir. Sugeng Prayitno)

OPTIMALISASI PENGGUNAAN RADIO TRUNKING TETRA PADA PENGAMANAN VERY VERY IMPORTANT PERSON (VVIP) DI WILAYAH KODAM JAYA

Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama NRP : Sri Wahyuningsih : 207.415.027

Telah dipertahankan dihadapan Komisi Penguji Jurusan Teknik Industri pada tanggal 19 Mei 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Persetujuan Komisi Penguji No. Jabatan Nama Tanda Tangan

1. 2. 3.

Ketua Anggota Anggota

DR. Ir. Reda Rizal, MSi Ir. Sugeng Prayitno Catur Kurniawan, SPd, MT

. . .

Jakarta,

2011

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Kepala Program Studi

( Ir. Sugeng Prayitno )

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul OPTIMALISASI PENGGUNAAN RADIO TRUNKING TETRA PADA PENGAMANAN VERY VERY IMPORTANT PERSON (VVIP) DI WILAYAH KODAM JAYA ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Strata-1 di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Ir. Sulistiono, MSi, selaku Dekan Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta. 2. Ibu Ir. Lilik Zulaihah, MSi selaku Wadek Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta 3. Bapak Ir. Sugeng Prayitno selaku Dosen Pembimbing dan Kepala Program Studi yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan serta saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Para Dosen Pengajar Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang telah memberikan dorongan moril dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan

Nasional Veteran Jakarta.

5.

Suami dan anak-anak tercinta yang telah memberi dorongan moril dan doa serta pengertian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, alhamdulilah dapat tepat waktu dan tanpa ada suatu halangan.

6.

Rekan-rekan kerja, Mahasiswa dan Staf Sekretariat Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta yang telah membantu selama perkuliahan berlangsung sampai dengan penyelesaian skripsi.

7.

Serta terimakasih untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Jakarta,

19 Mei 2011 Penulis

SRI WAHYUNINGSIH

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NRP : Sri Wahyuningsih : 207.415.027

Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini hasil karya sendiri bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain yang sudah pernah dipublikasikan atau sebagian sudah pernah dipakai untuk mendapatkan gelar di Universitas lain, kecuali pada bagian dimana informasi dicantumkan dengan cara sumber referensi yang semestinya. Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab serta saya bersedia menerima sangsi berupa pembatalan Tugas Akhir, apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap Tugas Akhir yang sudah ada.

Jakarta, 19 Mei 2011

Sri Wahyuningsih

DAFTAR ISI

BAB I.

PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7.

Halaman 1 3 3 4 4 5 6

Latar Belakang............................................................................................ Identifikasi Masalah.................................................................................... Ruang Lingkup Masalah............................................................................. Perumusan Masalah.................................................................................... Tujuan dan Kegunaan Penulisan................................................................ Sistematika Penulisan................................................................................. Pengertian...................................................................................................

BAB II.

LANDASAN TEORI 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. Konsep Perang Elektronika ( Pernika ) Modem......................................... Frekuensi Radio.......................................................................................... Pembinaan Frekuensi.................................................................................. Kemampuan Peralatan Komunikasi Radio Trunking................................. Dasar Pengembangan Radio Trunking Tetra dan Kondisi Sistem Komunikasi TNI Saat ini.................................................. 2.6. 2.7. 2.8. Kerangka Pemikiran................................................................................... Penyusunan Instrumen Penelitian............................................................... Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................. 24 34 35 35 8 13 14 19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. Persiapan Penelitian.................................................................................... Studi Pendahuluan...................................................................................... Pengumpulan Data...................................................................................... 36 37 38

3.4. 3.5. BAB IV

Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... Kesimpulan.................................................................................................

38 39

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. 4.2. 4.3. Deskripsi Obyek Penelitian........................................................................ Keamanan Radio......................................................................................... Gelar Komunikasi Keamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya Saat ini dan Rencana Gela Radio Komunikasi Trunking Tetra....................................................................... 4.4. Strategi Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya dengan Metode SWOT....................................................................... 4.5. Pembahasan................................................................................................ 61 68 53 41 47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. 5.2. Kesimpulan................................................................................................. Saran........................................................................................................... 72 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pengamanan terhadap obyek vital maupun para pejabat negara dan/atau diplomat merupakan tanggungjawab aparat keamanan. Pengamanan tersebut juga sekaligus menggambarkan potret sebuah negara dalam menjamin keamanan obyek vital maupun very very important person (VVIP), baik dari pihak sendiri maupun asing. Perkembangan pertumbuhan jumlah pengguna komunikasi yang sangat

pesat di beberapa daerah bisa terjadi peningkatan lalu lintas komunikasi, sehingga perlu alat komunikasi yang terintegrasi agar dapat membantu kelancaran komunikasi satuan-satuan yang bertugas di wilayah Kodam Jaya guna menjamin terciptanya pengamanan berita. Sistem Komando dan Pengendalian TNI yang dihadapkan pada gelar satuan TNI yang meliputi TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang terbentang diseluruh wilayah nasional dari Sabang sampai Merauke sangat dipengaruhi oleh organisasi TNI, tugas dan fungsi TNI, kemampuan dan kekuatan TNI serta sarana prasarana khususnya sarana komunikasi yang merupakan prioritas dalam sistem Kodal. Kondisi sistem komunikasi TNI saat ini masih menggunakan teknologi analog dengan kemampuan komunikasi konvensional terbatas pada voice (suara), dan morse. Peralatan komunikasi hanya dapat dioperasionalkan secara manual untuk hubungan secara hirarkis karena jenis dan tipenya yang berbeda-beda, juga dari sisi
1

kualitas maupun kuantitasnya. Disamping itu perlu adanya piranti lunak tentang operasional sistem TNI yang terintegrasi, gelar kepemimpinan TNI yang efektif dan efisien, sistem pengamanan berita serta kemampuan operasional Perwira Komlek yang belum optimal. Dihadapkan pada gelar satuan TNI yang sangat besar dan terdiri berbagai unsur angkatan yang secara terintegrasi diseluruh wilayah nasional hingga perbatasan negara dan pulau terluar. Dengan demikian untuk mewujudkan sistem komando dan pengendalian yang terintegrasi dan dapat menciptakan sistem informasi yang cepat dan tepat, maka diperlukan pembangunan sistem komunikasi yang berteknologi modern, yang didukung dengan peralatan berkemampuan tinggi dan memiliki berbagai fasilitas komunikasi serta dapat diintegrasikan dengan sistem komunikasi yang lain. Wilayah Kodam Jaya adalah merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan yang perlu mendapat Pengamanan yang ekstra,sehingga roda pemerintahan dan perdagangan dapat berjalan dengan baik. Jakarta yang

merupakan pusat pemerintahan yang sering menerima kunjungan tamu negara setingkat Kepala Negara dan Menteri perlu mendapatkan pengamanan VVIP dan VIP sehingga perlu disiapkan seluruh piranti keras dan piranti lunaknya, salah satunya adanya alat komunikasi yang aman agar tidak terdeteksi oleh alat komunikasi pihak lain/teroris. Banyaknya alat komunikasi yang tergelar di

wilayah Kodam Jaya sering terjadi benturan kanal-kanal frekuensi sehingga imformasi yang kita sampaikan/terima sering diketahui oleh pihak lain. Guna mengantisipasi bocornya informasi yang kita terima/sampaikan tersebut perlu kita peningkatan kemampuan alat komunikasi kita dengan

menggunakan teknologi Trunking Tetra EADS guna mendukung jaring pengamanan Wilayah wilayah Kodam Jaya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan upaya Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan observasi penulis, maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yang berkaitan pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya sebagai berikut : a. Perhubungan kodam Jaya selaku penyelenggara perhubungan belum optimal dalam melaksanakan keamanan komunikasi di satuan-satuan di wilyah Kodam Jaya . b. Belum optimalnya penggunaan Radio Trunking Tetra EADS di wilayah Kodam Jaya pada pengamanan VVIP dan jaring pengamanan satuan-satuan di wilayah kodam jaya. c. Belum optimalnya gelar BTS ( Base Telecomunication Station ) di wilayah Kodam Jaya. 1.3. Ruang Lingkup Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, maka penulisan ini dibatasi pada Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya. . dengan optimalisasi

1.4.

Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana gelar komunikasi pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya saat ini ? b. Bagaimana strategi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya?

1.5.

Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan upaya yang dapat dilakukan untuk optimalisasi penggunaan Radio Trunking

Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya b. Manfaat Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1) Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bahwa alat komunikasi sistem tetra ini dapat dijadikan sebagai solusi bagi optimalisasi pengamanan VVIP di seluruh wilayah lainnya sekaligus media untuk memahami dan menguasi keunggulan teknologi yang dimiliki alkom ini. 2) Manfaat Praktis. a) Bagi penulis. Sebagai wahana untuk menambah wawasan

dan informasi bagi kegiatan penulisan yang berkaitan dengan alkom Trunking sistem Tetra yang memiliki beberapa keunggulan teknologi dalam keamanan komunikasi.

b)

Bagi Lembaga.

Hasil penulisan ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan masukan bagi TNI AD khususnya Kodam Jaya dan Dithubad.

1.6.

Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan skripsi sitematika penulisan yaitu sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini yang dibahas adalah mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini berisikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah-langkah pemecahan masalah yang akan dikerjakan dalam bab selanjutnya. BAB III. METODE PENULISAN Dalam bab ini membahas mengenai langkah-langkah penulisan yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah yaitu metode penulisan, pengumpulan data, pengolahan data serta teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang analisis dari data yang telah diolah. Dalam hal ini untuk ini, maka dibuat suatu

mengetahui bagaimana gelar alat komunikasi bagi pengamanan VVIP di lingkungan Kodam Jaa dan bagaimana optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra jaring pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1.7. Pengertian. a. Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan atau info/berita melalui suatu media antara dua orang atau lebih, sehingga pesan dimaksud dapat dipahami oleh kedua pihak. b. Sistem Komunikasi adalah suatu jaringan kerja yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam penyelenggaraan komunikasi yang meliputi : hardware (piranti keras), software (piranti lunak), prosedur, brainware (SDM) dan Informasi itu sendiri. c. Trunking adalah suatu sistem komunikasi yang berteknologi digital dan merupakan integrasi dari berbagai jenis komunikasi serta integrasi dari berbagai peralatan komunikasi sehingga tercipta suatu sistem komunikasi yang memiliki berbagai fasilitas komunikasi, sistem pengamanan yang handal, penggunaan band frekuensi yang kecil dan sangat fleksibel. d. Modem (Modulation-Demodulation) /Interface adalah umumnya alat ini digunakan untuk merubah sinyal analog menjadi digital, sinyal audio menjadi sinyal tone dan sinyal video atau sebaliknya.
6

e.

Optimalisasi adalah suatu kondisi optimum upaya manusia dalam mengkreasikan kemampuannya, termasuk juga dalam hubungannya dengan penggunaan alat untuk memudahkan pekerjaannya. Dalam konteksnya dengan alat, optimalisasi diartikan sebagai keunggulan teknologi yang dimiliki alat tersebut sebagai hasil karya manusia yang dimanfaatkan untuk memudahkan, memperlancar usaha (kerja) operator (pengguna) alat tersebut.

ABSTRAK

Kota Jakarta sebagai ibukota Negara RI, merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan, sering dikunjungi tamu negara setingkat kepala negara atau presiden dan diplomat. Oleh Karena itu perlu adanya pengamanan VVIP. Pengamanan VVIP merupakan tanggung jawab aparat keamanan dalam hal ini TNI & Polri. Banyaknya alat komunikasi yang tergelar di wilayah Kodam Jaya sering terjadi benturan kanal-kanal frekuensi sehingga imformasi yang kita sampaikan/terima sering diketahui oleh pihak lain. Guna mengantisipasi bocornya informasi tersebut perlu peningkatan kemampuan alat komunikasi dengan menggunakan teknologi Trunking Tetra untuk mendukung jaring pengamanan Wilayah Kodam Jaya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan, belum optimalnya penggunaan Radio Trunking Tetra di wilayah Kodam Jaya pada pengamanan VVIP. Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi optimalisasi penggunanan radio trunking tertra digunakan analisis SWOT. Dari hasil analisis SWOT pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya berada pada kuadran III, hasil tersebut harus dihadapi dengan bertahan (defensif). Adapun langkah untuk mencapai strategi tersebut dapat dilakukan mengupayakan dan mengoptimalkan koneksi radio Trunking Tetra dengan radio jenis lain yang sudah dimiliki Kodam Jaya (Radio komunikasi Motorolla 338)., melakukan percepatan transfer teknologi radio trunking sehingga dapat diproduksi sendiri di dalam negeri, Dari hasil analisis didapat kesimpulan bahwa Radio Trunking Tetra membantu tugas pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya dengan hasil memuaskan, ketika diuji coba pengamanan Presiden AS, Barrack Obama pada pertengahan 2010 yang lalu. Menggiatkan sosialisasi pengoperasian dan teknologi radio Trunking Tetra agar operasional radio tersebut dapat optimal dalam mendukung pelaksanaan tugas pengamanan VVIP;

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pengamanan terhadap obyek vital maupun para pejabat negara dan/atau diplomat merupakan tanggungjawab aparat keamanan. Pengamanan tersebut juga sekaligus menggambarkan potret sebuah negara dalam menjamin keamanan obyek vital maupun very very important person (VVIP), baik dari pihak sendiri maupun asing. Perkembangan pertumbuhan jumlah pengguna komunikasi yang sangat

pesat di beberapa daerah bisa terjadi peningkatan lalu lintas komunikasi, sehingga perlu alat komunikasi yang terintegrasi agar dapat membantu kelancaran komunikasi satuan-satuan yang bertugas di wilayah Kodam Jaya guna menjamin terciptanya pengamanan berita. Sistem Komando dan Pengendalian TNI yang dihadapkan pada gelar satuan TNI yang meliputi TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang terbentang diseluruh wilayah nasional dari Sabang sampai Merauke sangat dipengaruhi oleh organisasi TNI, tugas dan fungsi TNI, kemampuan dan kekuatan TNI serta sarana prasarana khususnya sarana komunikasi yang merupakan prioritas dalam sistem Kodal. Kondisi sistem komunikasi TNI saat ini masih menggunakan teknologi analog dengan kemampuan komunikasi konvensional terbatas pada voice (suara), dan morse. Peralatan komunikasi hanya dapat dioperasionalkan secara manual untuk hubungan secara hirarkis karena jenis dan tipenya yang berbeda-beda, juga dari sisi
1

kualitas maupun kuantitasnya. Disamping itu perlu adanya piranti lunak tentang operasional sistem TNI yang terintegrasi, gelar kepemimpinan TNI yang efektif dan efisien, sistem pengamanan berita serta kemampuan operasional Perwira Komlek yang belum optimal. Dihadapkan pada gelar satuan TNI yang sangat besar dan terdiri berbagai unsur angkatan yang secara terintegrasi diseluruh wilayah nasional hingga perbatasan negara dan pulau terluar. Dengan demikian untuk mewujudkan sistem komando dan pengendalian yang terintegrasi dan dapat menciptakan sistem informasi yang cepat dan tepat, maka diperlukan pembangunan sistem komunikasi yang berteknologi modern, yang didukung dengan peralatan berkemampuan tinggi dan memiliki berbagai fasilitas komunikasi serta dapat diintegrasikan dengan sistem komunikasi yang lain. Wilayah Kodam Jaya adalah merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan yang perlu mendapat Pengamanan yang ekstra,sehingga roda pemerintahan dan perdagangan dapat berjalan dengan baik. Jakarta yang

merupakan pusat pemerintahan yang sering menerima kunjungan tamu negara setingkat Kepala Negara dan Menteri perlu mendapatkan pengamanan VVIP dan VIP sehingga perlu disiapkan seluruh piranti keras dan piranti lunaknya, salah satunya adanya alat komunikasi yang aman agar tidak terdeteksi oleh alat komunikasi pihak lain/teroris. Banyaknya alat komunikasi yang tergelar di

wilayah Kodam Jaya sering terjadi benturan kanal-kanal frekuensi sehingga imformasi yang kita sampaikan/terima sering diketahui oleh pihak lain. Guna mengantisipasi bocornya informasi yang kita terima/sampaikan tersebut perlu kita peningkatan kemampuan alat komunikasi kita dengan

menggunakan teknologi Trunking Tetra EADS guna mendukung jaring pengamanan Wilayah wilayah Kodam Jaya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan upaya Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan observasi penulis, maka dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yang berkaitan pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya sebagai berikut : a. Perhubungan kodam Jaya selaku penyelenggara perhubungan belum optimal dalam melaksanakan keamanan komunikasi di satuan-satuan di wilyah Kodam Jaya . b. Belum optimalnya penggunaan Radio Trunking Tetra EADS di wilayah Kodam Jaya pada pengamanan VVIP dan jaring pengamanan satuan-satuan di wilayah kodam jaya. c. Belum optimalnya gelar BTS ( Base Telecomunication Station ) di wilayah Kodam Jaya. 1.3. Ruang Lingkup Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan diatas, maka penulisan ini dibatasi pada Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya. . dengan optimalisasi

1.4.

Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana gelar komunikasi pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya saat ini ? b. Bagaimana strategi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya?

1.5.

Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan upaya yang dapat dilakukan untuk optimalisasi penggunaan Radio Trunking

Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya b. Manfaat Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : 1) Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bahwa alat komunikasi sistem tetra ini dapat dijadikan sebagai solusi bagi optimalisasi pengamanan VVIP di seluruh wilayah lainnya sekaligus media untuk memahami dan menguasi keunggulan teknologi yang dimiliki alkom ini. 2) Manfaat Praktis. a) Bagi penulis. Sebagai wahana untuk menambah wawasan

dan informasi bagi kegiatan penulisan yang berkaitan dengan alkom Trunking sistem Tetra yang memiliki beberapa keunggulan teknologi dalam keamanan komunikasi.

b)

Bagi Lembaga.

Hasil penulisan ini diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan masukan bagi TNI AD khususnya Kodam Jaya dan Dithubad.

1.6.

Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan skripsi sitematika penulisan yaitu sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini yang dibahas adalah mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI Pada bab ini berisikan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai dasar penentuan langkah-langkah pemecahan masalah yang akan dikerjakan dalam bab selanjutnya. BAB III. METODE PENULISAN Dalam bab ini membahas mengenai langkah-langkah penulisan yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah yaitu metode penulisan, pengumpulan data, pengolahan data serta teknik analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang analisis dari data yang telah diolah. Dalam hal ini untuk ini, maka dibuat suatu

mengetahui bagaimana gelar alat komunikasi bagi pengamanan VVIP di lingkungan Kodam Jaa dan bagaimana optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra jaring pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1.7. Pengertian. a. Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan atau info/berita melalui suatu media antara dua orang atau lebih, sehingga pesan dimaksud dapat dipahami oleh kedua pihak. b. Sistem Komunikasi adalah suatu jaringan kerja yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam penyelenggaraan komunikasi yang meliputi : hardware (piranti keras), software (piranti lunak), prosedur, brainware (SDM) dan Informasi itu sendiri. c. Trunking adalah suatu sistem komunikasi yang berteknologi digital dan merupakan integrasi dari berbagai jenis komunikasi serta integrasi dari berbagai peralatan komunikasi sehingga tercipta suatu sistem komunikasi yang memiliki berbagai fasilitas komunikasi, sistem pengamanan yang handal, penggunaan band frekuensi yang kecil dan sangat fleksibel. d. Modem (Modulation-Demodulation) /Interface adalah umumnya alat ini digunakan untuk merubah sinyal analog menjadi digital, sinyal audio menjadi sinyal tone dan sinyal video atau sebaliknya.
6

e.

Optimalisasi adalah suatu kondisi optimum upaya manusia dalam mengkreasikan kemampuannya, termasuk juga dalam hubungannya dengan penggunaan alat untuk memudahkan pekerjaannya. Dalam konteksnya dengan alat, optimalisasi diartikan sebagai keunggulan teknologi yang dimiliki alat tersebut sebagai hasil karya manusia yang dimanfaatkan untuk memudahkan, memperlancar usaha (kerja) operator (pengguna) alat tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Perang Elektronika (Pernika) Modern Sesuai teori pernika yang berkembang saat ini, menurut Darmawan (2006, 75-78) pernika di bagi menjadi tiga komponem kegiatan yaitu : 1. Perlawanan Elektronik (Electronic Attack/EA) Kegiatan pernika yang ditujukan untuk melawan sinyal elektromagnetik maupun peralatan elektronik lawan. Electronic Attack dengan menggunakan spektrum gelombang elekromagnetik baik secara pasif maupun aktif untuk to deny its use by an adversary dibandingkan dengan konsep pernika yang lama, bentuk EA dikenal dengan pernika awal electronic countermeasures (ECM) : a.. Aktif EA dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti : jamming, deception, active cancellation dan penggunaan EMP b. Pasif EA dilakukan dengan melakukan kegiatan seperti penggunaan chaff, towed, decoy, ballons, radar reflector, propelled and unpropelled winged decoys and pesawat siluman (stealth). Beberapa teknik modern EA menggunakan peralatan dengan klasifikasi teknologi tinggi. 2. Pencegahan Elektronik (Electronic Protection/EP) Kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kegiatan musuh dengan cara menghalangi/memprotek personel,

fasilitas,peralatan atau objek yang berkaitan dengan elektronik musuh. EP dapat juga diimplementasikan untuk pencegahan pasukan kawan dari
8

gangguan elektronika mereka sendiri pada saat melaksanakan EA. Bentuk lama dari EP adalah elektronic protective measures (EPM) and electronic counter countermeasures (ECCM) : a. Aktif EP merupakan kegiatan aktif berupa modifikasi teknik

terhadap peralatan radio seperti frekunsi hopping- spread spectrum. b. Passive EP merupakan kegiatan pasif berupa pendidikan terhadap operator (penekanan terhadap disiplin kirim terima berita dan disiplin penggunaan sinyal) dan modifikasi taktik pertempuran atau operasi yang menggunakan peralatan elektronik 3. Elektronic Support (ES) Pernika awal (ES) merupakan kegiatan yang bersifat pasif yang menggunakan spektrum electromagnetik untuk mendukung kemampuan intelejen tempur untuk mendukung kemampuan intelejen tempur untuk mendapatkan identitas, lokasi dan kemungkinan penyadapan (intercept potential) target. Bentuk lama ES dikenal dengan elektronic support measures (ESM). Kegiatan intelejen pada ES biasanya digunakan secara langsung seperti pada misi penembakkan meriam pada pasukan artileri atau

pengebomam dengan pesawat,untuk pergerakkan pasukan maupun pasukan kawan pada lokasi-lokasi khusus atau sasaran pada medan tempur atau pusat kegiatan EA/EP musuh. Operasi EA dapat dideteksi dengan menggunakan transmisi aktif ES,dimana dapat dilakukan tanpa diketahui lawan.Kegiatan EA meliputi kegiatan Sigint, Elint, Immint, dan Humint. Dibanyak negara-negara maju,

kegiatan tersebut menggunakan peralatan elektronik dan taktik Sebagai berikut : a. Sigint Sigint singkatan dari Signal (sinyal) intelligence yaitu kegiatan intelejen yang dialkukan dengan cara melaksanakan penyadapan ( interception) terhadap sinyal-sinyal elektromagnetik dengan menggunakan alat radio penyadap (radio interception) atau peralatan sejenisnya. Sigint pada dasarnya merupakan disiplin ilmu yang luas dimana terdapat beberapa sub-subperistiwa yang sama juga pernah dialami Amerika, yaitu pada saat Amerika memutuskan untuk terlibat dalam PD II. Keterlibatan Amerika pada PD II muncul karena didorong oleh keberhasilannya melakukan penyadapan dan memecahkan kunci crypto (decryption) telegram zimerman yang merupakan milik tentara jerman. Di lain pihak, karena ketidakseriusan para komandan militer inggris untuk melakukan analisa terhadap hasil penyadapan lalu lintas informasi dan komunikasi pada peralatan militer jerman yang telah diperoleh pasukan Inggris kehilangan kesempatan besar untuk memenangkan pertempuran di jutland melawan jerman. Untuk kepentingan operasi-operasi militer dilapangan

,penggunaan Sigint seringkali berkaitan dengan saran crypto, hal ini dilakukan agar isi berita dapat dilindungi meskipun lawan berhasil menyadap sinyal kita. Sigint sangat penting dilakukan karena analisa terhadap lalu lintas berita,mempelajari dari mana sinyal itu berasal
10

dan mendata sinyal,seringkali dapat menghasilkan informasi yang berharga,bahkan ketika sinyal tersebut tidak dapat dipecahkan sandinya. b. Elint Elint Singkatan dari Electronic Intelegence) yaitu Kegiatan intelijen dengan menggunakan perangkat sensor elektronik. Elinter adalah seseorang /badan yang melakukan kegiatan analisa terhadap data-data Elint Angkatan Darat Amerika memiliki badan AFCSC

(Air Force Spesially Code) yang bertugas mengeksploitasi sinyal intelejen elektronik. Kegiatan Elint difokuskan pada pencaharian non sinyal kom unikasi lawan. Identifikasi terhadap parameter-parameter sinyal Diperoleh dengan cara menganalisa sinyal-sinyal tersebut dan mencocokannya sesuai dengan kriteria atau merekam gelombang emiter yang berhasil dikumpulkan melalui data Elint. c. Imint Imint (Imergery intelegence) yaitu kegiatan intelejen dengan cara mengumpulkan informasi melalui citra satelit mata-mata atau foto udara. d. Satelit Mata-mata Ada beberapa ratusan satelit pengintai di luncurkan oleh beberapa negara maju sejak satelit mata-mata Sputnik milik rusia diluncurkan . Sebagian besar satelit mata-mata tersebut diluncurkan dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan rahasia negara atau militer (program informasi Corona AS),
11

khususnya saat terjadi perang dingin antara rusia dan Amerika hingga perang dingin berakhir. Bagian terpenting dari satelit mata-mata adalah kemampuan resolusi satelit. Makin tinggi kemampuan satelit menghasilkan citra secara detail.Resolusi sangat terkait dengan sistem optikal satelit. Secara sederhana dapat di jelaskan dengan rumus gaya tarik menarik.Rumusan resolusi sistem optikal diberikan oleh Rayleigh sebagai berikut : Sin E =1.22/D. dimana : E : sudut Resolusi : panjang gelombang cahaya D : garis tengah lensa atau cermin. Misalkan, suatu satelit mata-mata akan ditempatkan pada suatu garis edar (orbit) bumi terendah dan pada ketinggian 300 KM . Sebuah satelit mata-mata diharapkan memiliki jarak capai terhadap obyek layaknya manusia melihat dengan mata seperti pada teropong bintang Hubble, yang memiliki panjang 2.4 meter dan dapat menangkap objek dengan cahaya yang minim. Jika panjang gelombang cahaya antara 400 700 nanometer ,misalnya jarak ditentukan 550 nanometer, sudut resolusi sebesar 229 nrad, ketinggian satelit ditentukan 300 Km, maka obyek akan terlihat sampai ukuran 7 cm. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki kemampuan menangkap objek dengan baik ,bila termasuk factor blurring dari atmosfir. Tujuan utama dari kebanyakan satelit matamata adalah memonitor aktifitas di permukaan bumi secara detil.
12

Beberapa penggunaan satelit mata-mata lainya adalah untuk menghasilkan peta 3 D secara terperinci yang sering digunakan dalam operasi dan sistim pencarian proyektil serta monitoring informasi kondisi di bumi. Untuk menghindari ancaman mata mata dari langit beberapa negara seperti Amerika ,Rusia sudah mengembangkan sistim penghancur gelombang satelit mata-mata musuh dengan menggunakan udara yang menghasilkan tekanan seperti proyektil. 2.2. Frekuensi Radio Frekuensi radio menunjuk ke spektrum elektromagnetik di mana gelombang

elektromagnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke sebuah antena. Frekuensi seperti ini termasuk bagian dari spektrum di bawah ini: Tabel 2.1. Spektrum Frekwensi Radio

Nama band

Singkatan

band ITU

Frekuensi < 3 Hz

Panjang gelombang > 100,000 km 100,000 km 10,000 km 10,000 km 1000 km 1000 km 100 km 100 km 10 km 10 km 1 km 1 km 100 m 100 m 10 m 10 m 1 m 1 m 100 mm 100 mm 10 mm 10 mm 1 mm < 1 mm

Extremely low frequency Super low frequency Ultra low frequency Very low frequency Low frequency Medium frequency High frequency Very high frequency Ultra high frequency Super high frequency

ELF SLF ULF VLF LF MF HF VHF UHF SHF EHF

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

330 Hz 30300 Hz 3003000 Hz 330 kHz 30300 kHz 3003000 kHz 330 MHz 30300 MHz 3003000 MHz 330 GHz 30300 GHz Di atas 300 GHz

Extremely high frequency

13

2.3.

Pembinaan Frekuensi. 1. Frekuensi Nasional. Sesuai dengan racliuo regulation ITU pasal 125 s.d 135. Republik Indonesia termasuk dalam daerah /region 3 frekuensi yang diperuntukan bagi Repbulik Indonesia, dinamakan Frekuensi Nasional. 2. Proses Pembinaan Frekuensi Nasional Dalam pembinaan frekuensi Nasional Direktorat Jenderal Pengendalian Frekuensi Kementerian Perhubungan merupakan instansi yang berwenang membina frekuensi secara nasional. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan spectrum frekuensi Nasional dibuatlah peraluran-peraturan Nasional yang pada hakekatnya mertipakan pencerminan peraturan-peraturan

Internasional.

Garis besar kegiatan proses pembinaan frekuensi Nasional,

meliputi kegiatan pengujian, penelitian dan pencatatan (Notification. Examination Registration) dari frekuensi yang diajukan pada tingkat Nasional seluruh frekuensi yang digunakan dimasukan dalam daftar Frekuensi Nasional. 3. Pembinaan Frekuensi Mabes TNI. a. Frekuensi Mabes TNI. Untuk memenuhi kebutuhan frekuensi untuk Mabes TNI dari Ditjen Dalfrek dialokasikan frekuensi tertentu sesuai kebutuhan yang diajukan. Frekuensi yang diterima dari Ditjen Dalfrek tersebut kemudian diberikan (assign) kepada seluruh jajaran Mabes TMI digunakan dalam memenuhi kebutuhan dinas/stasion masingmasing.

14

b.

Sasaran Pembinaan. Sasaran Pembinaan frekuensi Mabes TNI mencakup : Terwujudnya alokasi frekuensi untuk menjamin kelancaran

secara keamanan pelaksanan tugas-tugas Mabes TNI : 1) Mampu melaksanakan Jukungan frekuensi secara efektif dan efisien. 2) Mampu menggapai secara cepat dan tepat sebagai

kebutuhan operasional Mabes TNI. c. Proses Pembinaan Frekuensi Mabes TNI. 1) Perencanaan. Mabes TNI melaksanakan perencanaan

frekuensi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tetap dan berlanjut baik secara sendiri-sendiri, terpusat dibawah koordinasi Dep. Mabes TNI. Untuk kebutuhan disesuaikan Selanjutnya yang bersifat semenatara dan perencanaannya yang ada.

dengan

siatuasi

kondisi harus

kebutuhan

frekuensi

berdasarkan

perencanaan ini. 2) Pengajuan. Frekuensi yang diperlukan Mabes TNI diajukan secara tertulis kepada Ditjen Dalfrek, sclaku Pembina Frekucnsi Nasional dengan disertai data-data teknis

selengkapnya dari peralatan yang akan digunakan tersebut. TNI mengajukan secara tertulis disertai data-data teknis yang lengkap dari Dep. Hankam (UI As Komlek) selaku 15pectru Frekuensi Mabes TNI dan selanjutnya Dep. Han akan mengajukan kepada Ditjen Dalfrek.
15

3)

Penerimaan. Berdasarkan penelitian terhadap frekuensi yang diajukan oleh Kemhan, Ditjen Dalfrek akan memberitahukan dapat/tidaknya frekuensi yang dimaksud digunakan. a) Bila frekuensi yang diajukan dapat dipergunakan Ditjen Dalfrek akan memberitahukan Kemhan secara tertulis. b) Bila frekuensi yang diajukan ditolak, karena tidak dapat dipergunakan, Ditjen Dalfrek juga akan memberitahukan secara tertulis kepada Hankam, yang selanjutnya diadakan pengajuan ulang

berdasarkan penelitan dan perhitungan baru. 4) Pencatatan. Frekuensi yang diterima dari Ditjen Dalfrek oleh Mabes TNI sebelumnya diteruskan kepada TNI, dimasukan dan dicatat dalam daftar induk frekuensi Mabes TNI dan berada di Skomlek Mabes TNI. Dalam daftar induk frekuensi Mabes TNI disamping daftar frekuensi Mabes TM yang ada di Kemhan daftar frekuensi TNI juga memuat daftar frekuensi yang ada dilingkungan masing-masing. 5) Frekuensi yang diterima dari Ditjen Dalfrek telah dicatat dalam daftar induk frekuensi Mabes TNI selanjutnya dibeikan kepada TNI dan Kemhan yang telah meminta sebelumrya dan menjadi inventaris setania dipergunakan. Dalam memberikan frekuensi kepada TNI dan Kemhan secara umum memuat ketentuan mengenai :

16

a) b)

Frekuensi yang diberikan. Keterangan peuggunaan frekuensi tersebut oleh yang bersangkutan antara lain mengenai lokasi dengan siapa dan untuk apa frekuensi digunakan.

c)

Dalam keadaan tertentu atau mendesak, pemberian frekuensi dapat dilakukan menyimpang dari

ketentuan tersebut pasal 24, 25 dan pasal 26 dengan raengambil dari daftar Induk Frekuensi Mabes TNI atau sumber lain. Pemberian ini bersifat sementara, dari harus dikembalikan ke daftar frekuensi Mabes TNI segera setelah penggunaan frekuensi selesal. d) Satuan Perhubungan penggunaan frekuensi yang telah ditentukan wajib segera dilaporkan kepada Kemhan untuk mendapatkan persetujuan : 6) Penggunaan. Setelah frekuensi yang diterima dari Ditjen Dalfrek dicatat dalam daftar Induk Frekuensi Mabes TNI dan telah diberikan kepada masing-masing angkatan, frekuensi dapat dipergunakan dalam penggunaan freknensi

semaksimalnya, penggunaan diatur sebagai berikut : a) b) Penggunaan digunakan secara tunggal atau bersama. Penggunaan tunggal. Frekuensi yang telah dibcrikan digunakan untuk sebuah stasion, dalam arti pada frekuensi tersebut tidak ada stasion lain yang menggunakan baik stasion dari Mabes TNl ataupun instansi lain.
17

7)

Penggunaan bersama (sharing) untuk dapat memanfaatkan sebaik-baiknya atas frekuensi-frekuensi dapat digunakan secara bersama oleh lebih dari satu stasion. Cara penggunaan bersama adalah dalam : a) Waktu . Penggunaan frekuensi yang sama oleh lebih dari satu stasion diatur dalam waktu yang tidak bersamaan (bergantian/bergilir). b) Tempat. Penggunaan frekuensi yang sama atau lebih dari satu stasion pada waktu yang bersamaan dilakukan dah tempat-tempat yang berlainan letaknya dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan.

8)

Jenis Dinas. Penggunaan bersama oleh jenis dinas yang berlainan berdasarkan pengaturan waktu serta tempat. Penggunaan semacam ini hanya dilakukan pada hal-hal yang penting dan tertentu saja. a) Penentuan penggunaan bersama-sama hanya

diberikan oleh Kemhan dalam hal-hal tertentu Angkatan/Kotama Ops Ban dapat menyarankan/ rneminta penggunaan frekuensi secara bersama. b) Penggunaan frekuensi hanya seperti yang diberikan pada dan tidak diperbolehkan untuk keperluan lain dari yang telah ditentukan kecuali atas persetujuan Kemhan.

18

4.

Pengawasan. Untuk menjamin terselenggaranya pembinaan frekuensi di

lingkungan Mabes TNI, Kemhan dengan TNI melaksanakan pengawasan dan pengendaliannya. Pengawasan dan pengendaliannya dilakukan dari hasil laporan monitoring dan observasi dan pengaduan diantaranya mevnuat frekuensi yang digunakan panggilan, waktu gangguan adalah dari Angkatan. Bila diperlukan TNI akan mcnyelesaikan. Penghapusan. Dalam hal frekuensi yang telah diberikan kepada TNI yang tidak diperlukan lagi, wajib segem dilaporkan dan mengcmbalikan kepada Kemhan. Selanjutnya Frekuensi Mabes TNL Dengan ijin Kemhan, frekuensi yang telah dikembalikan, dapat dikembalikan, dapat diberikan dan digunakan kepada pengguna yang mebutuhkan.

2.4.

Kemampuan Peralatan Komunikasi Radio Trunking. 1. Peralatan Sistem Komunikasi Radio Trunking. Merupakan integrasi dari peralatan komunikasi yang terdiri dari berbagai macam dan jenis, sehingga dapat bekerja secara terpadu menjadi suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana komunikasi berteknologi modern dan mengikuti perkembangan. a. Base Telecomunication Station (BTS) merupakan perpaduan peralatan komunikasi secara terintegrasi, sehingga diharapkan dapat bekerja secara otomatis sesuai fungsinya sebagai media komunikasi bagi radio HT/RBS. 1) Controller adalah peralatan pada BTS yang bekerja memancarkan signal secara terus menerus kepada radio
19

HT/RBS yang terdaftar dalam sistem, sehingga disamping radio tersebut dapat dikendalikan melalui BTS juga untuk mengetahui bahwa radio tersebut dalam keadaan on/off, serta masih dalam/luar carrier area BTS. 2) Moduller Digital Trunking Sistem (MDTS) merupakan peralatan yang bekerja sebagai pengendali semua peralatan yang ada dalam BTS dan memenuhi permintaan dari radio HT/RBS sesuai keinginan pengguna (user). 3) Repeater yaitu peralatan radio yang terdiri dari Transmitter (Tx) dan Receiver (Rx) yang berfungsi sebagai media komunikasi bagi radio HT/RBS setelah menerima perintah dari MDTS. 4) Counsole yaitu peralatan komputer untuk menyampaikan perintah berupa program-program kepada seluruh peralatan yang ada pada BTS sesuai fungsi masing-masing sehingga peralatan tersebut dapat bekerja secara terintegrasi sesuai perannya. 5). Antena Combiner yaitu peralatan untuk mengefisienkan antena yang digunakan oleh pancaran atau penerima gelombang elektromagnetik dari beberapa frekuensi secara bersamaan sesuai jumlah repeater. 6) Antena yaitu peralatan untuk menyalurkan pancaran

gelombang elektromagnetik dari repeater dan controller sesuai frekuansi yang digunakan.

20

7)

Coupller yaitu peralatan sebagai penyaring (filter) frekuensi yang dipancarkan atau yang diterima yang berfungsi menjadi pembawa interferensi. (carrier) informasi, sehingga tidak terjadi

8)

Modem / Interface / Intercome system yaitu peralatan untuk mengintegrasikan peralatan-peralatan yang ada pada BTS sesuai karakter dan fungsinya, sehingga peralatan bekerja secara sistem sesuai tugasnya masing-masing diantaranya yaitu : Modem Publik Switched Telephone Network (PSTN), Modem Radio Interface Board (RIB), Retrans.

b.

Radio Handy Talky (HT) yaitu peralatan komunikasi radio pemancarpenerima yang digunakan langsung oleh pengguna (user) dalam proses penyampaian informasi berupa voice dan data, memiliki pancaran Frekuensi Modulasi (FM) atau berbentuk garis lurus, daya pancar 3 watt, memiliki fasilitas display dan keypad serta bekerja pada band frekuensi UHF.

c.

Radio Base Station (RBS) yaitu suatu peralatan komunikasi yang radio pemancar-penerima, sebagai sarana berkomunikasi bagi pengguna dalam proses pemberitaan, merupakan station radio yang berdifat tetap ataupun station radio bersifat portable, memiliki pancaran gelombang Frekuensi Modulasi (FM), bekerja pada frekuensi UHF (Ultra High Frekuensi), memiliki daya pancar 25 watt, dilengkapi dengan keypad, antena mobil, antena tetap, power suply, extra mic dan display.

d.

Radio Link Microwafe adalah suatu peralatan radio transceiver yang terdiri dari beberapa chanel yang berfungsi sebagai media untuk menghubungkan
21

antara BTS yang satu dengan BTS lainnya sehingga fasilitas BTS yang satu dan yang lainnya sama. e. Repeater Link Microwafe adalah suatu peralatan radio transceiver yang terdiri dari beberapa chanel untuk menghubungkan antar Radio Link Microwafe pada BTS, sebagai media bagi BTS sehingga memiliki cara kerja dan fasilitas yang sama. f. Peralatan komunikasi V-Sat (Satelit) adalah suatu peralatan komunikasi yang berfungsi sebagai media bagi sistem komunikasi pengguna (user) yang dapat menghubungkan antar BTS yang jaraknya sangat jauh sehingga setiap BTS memiliki fungsi dan cara kerja yang sama. 2. Keunggulan Teknologi Peralatan Komunikasi Radio Trunking. Pada peralatan komunikasi radio trunking telah menggunakan teknologi digital dan dapat diintegrasikan dengan berbagai sarana komunikasi lain, sehingga akan menghasilkan kemampuan dan fasilitas komunikasi yang diinginkan oleh pengguna (user) serta sesuai dengan kebutuhan organisasi. a. Bekerja pada frekuensi UHF (Ultra Hight Frekuency). Dengan radio

berkerja pada frekuensi yang semakin tinggi, akan memiliki band wide yang semakin semakin sempit sehingga dalam membawa informasi semakin tajam. b. Memiliki sistem pancaran frekuensi modulasi (FM), karena pancarannya mendatar berupa garis lurus, maka radio ini tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca dan timbul noise pada saat berkomunikasi voice. c. Dapat bekerja secara hopping yaitu bahwa repeater-repeater yang terdapat pada BTS bekerja secara bergantian, dapar bekerja secara bersamaan dan berpindah secara otomatis.
22

d.

Dapat bekerja secara trunk yaitu dapat bekerja menyalurkan informasi voice dari sistem komunikasi radio ke media saluran telepon atau media komunikasi laiannya secara otomatis dan sebaliknya sesuai yang dikombinasikan.

e. f.

Dapat berkomunikasi secara voice, data dan gambar (video). BTS memiliki kemampuan bekerja secara romming terhadap semua radio HT sehingga bagi pengguna yang melaksanakan komunikasi secara berpindah-pindah baik dalam satu wilayah maupun ke wilayah lain, tidak perlu merubah channel atau frekuensi.

g.

Controller pada BTS berkemampuan mengirim signal kesemua radio HT yang bekerja dalam satu sistem, sehingga setiap radio HT dapat dipantau secara terus menerus.

h.

Dapat diintegrasikan dengan berbagai sistem komunikasi lain yaitu telepon, satelit dan radio serta komunikasi lainnya.

i.

Memiliki

sistem

pengamanan

komunikasi

yang

handal

karena

menggunakan frekuensi secara acak sehingga sulit disadp dan di jamming. j. Radio dapat bekerja secara roumming. Yaitu hubungan radio HT dengan radio HT lain atau telepon darimana saja, dan masih terpantau oleh BTS yang berada didaerah yang dituju dengan tidak merubah atau pindah channel tapi cukup melapor pada operator/satkomlek setempat k. Sistem komunikasi radio trunking memiliki berbagai fasilitas komunikasi yang diberikan pada setiap radio HT/RBS sesuai keinginan pengguna.

23

2.5.

Dasar Pengembangan Radio Trunking Tetra dan Kondisi Sistem Komunikasi TNI Saat ini Untuk dapat memahami dasar-dasar teknologi yang digunakan pada radio truking tetra, terlebih harus diketahui beberapa teori-teori dasar pengembangan radio komunikasi trunking ini sebagai berikut : 1. Teori dasar radio trunking. Teknologi radio trunking merupakan pengembangan dari radio

konvensional yang diciptakan dari hasil konsorsium, penelitian dan seminar bidang komunikasi oleh para mahasiswa dari negara maju yang menghasilkan terciptanya teknologi radio trunking sebagai teknologi komunikasi yang memiliki efisiensi band frekuensi, kecepatan

berhubungan, kerahasiaan terjamin, serta memiliki berbagai kemampuan dan fasilitas komunikasi. Hal ini terus dikembangkan oleh perusahaan

telekomunikasi dan di implementasikan dalam bentuk sarana komunikasi celluler yaitu Handphone (www.wikipedia.com). 2. Teori radio trunking tetra. Merupakan pengembangan teknologi komunikasi radio trunking yang terbaru dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna (user) dengan peralatan yang lebih kecil, memiliki kecepatan lebih tinggi dan kemampuan lebih besar sehingga semakin menarik minat masyarakat Internasional, karena semakin memudahkan dan mempercepat keinginan atau tercapainya suatu tujuan dalam sistem informasi serta tidak mengenal jauh dan dekat atau tidak mengenal batas wilayah dan negara.

24

3.

Teori komunikasi satelit. Merupakan repeater yang memiliki band frekuensi yang lebar yang ditempatkan pada lintasan gestationer yang dapat menerima dan memancarkan gelombang elektromagnetik dalam jangkauan yang sangat luas (seluruh dunia). Sehingga berfungsi sebagai media komunikasi bagi peralatan komunikasi yang berada di bumi.

4.

Teori propagasi. Merupakan teori yang mempelajari tentang ruang angkasa khususnya lapisan ionosfer, sebagai media yang dapat menghantar gelombang pancaran radio dan mempelajari tentang frekuensi sebagai pembawa (carier) informasi baik berupa audio (suara), data, maupun gambar (video). Dari teori tentang gelombang pancaran dan penggunaan frekuensi maka dapat diciptakan teori antenna sesuai jenis gelombangnya, tinggi rendahnya frekuensi dan ukuran antenna. Gelar komando TNI yang disusun secara mendalam dan fleksibel sesuai

taktis dan strategis, dihadapkan pada kondisi wilayah dan kemungkinan ancaman yang mungkin timbul baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Dari gelar kekuatan TNI yang terdiri dari TNI AD dengan satuan-satuan darat baik itu satuan kewilayahan maupun satuan tempur, TNI AL dengan satuan-satuan laut baik satuan tempur laut maupun pangkalan-pangkalan Angkatan Laut dan TNI AU dengan satuan-satuan angkatan udara baik satuan tempur udara dan pangkalan-pangkalan udara yang tergelar untuk untuk mengamankan dan menjaga wilayah nasional. Dihadapkan kepada sistem gelar kekuatan TNI yang sangat luas, dan mendalam, maka untuk mendukung sistem komando dan pengendalian bagi

25

pimpinan TNI dengan satuan-satuan jajarannya dan penyelenggaraan sistem informasi yang cepat. 1. Kualitas peralatan komunikasi TNI. a. Peralatan sistem komunikasi kewilayahan (Siskomwil). Sebagai

sarana komando dan pengendalian bagi satuan-satuan kewilayahan dijajaran TNI AD, TNI AL dan TNI AU, menggunakan peralatan komunikasi radio HF/SSB, radio UHF/FM, radio VHF/FM dan Telepon PT Telkom. Adapun alkom tersebut terdiri dari berbagai jenis, gelombang pancaran berbeda, band frekuensi yang berbeda dan menggunakan teknologi analog sistem konvensional, sehingga antar peralatan komunikasi tidak dapat diintegrasikan dan

berkomunikasi berdiri sendiri sesuai jenis alkomnya serta memiliki fasilitas komunikasi voice. Dengan demikian jaring komunikasi

diwujudkan secara berjenjang dan berurutan (hierarkis). b. Peralatan sistem komunikasi satuan tempur (Siskompur). Sebagai sarana komando dan pengendalian oleh pimpinan TNI terhadap Kotama operasi dari tiap-tiap angkatan dengan satuan-satuan tempur dalam jajarannya, menggunakan peralatan komunikasi radio HF/SSB, radio UHF/FM, radio VHF/FM dan Telepon PT Telkom. Adapun peralatan siskompur ini terdiri dari berbagai jenis dan macam, gelombang pancaran yang berbeda, bekerja pada band frekuensi yang berlainan, menggunakan teknologi analog dan sistem konvensional serta memiliki fasilitas komunikasi voice (audio). Maka dari itu antar peralatan komunikasi tidak dapat diintegrasikan dan dapat berkomunikasi secara sendiri-sendiri. Sehingga penataan
26

komunikasi dapat dilakukan secara berjenjang dan berurutan (hierarkis). c. Peralatan sistem komunikasi khusus (Siskomsus). Digunakan untuk mendukung sistem komando dan pengendalian bagi satuan intelijen pusat (BAIS) TNI dan satuan-satuan intelijen kotama TNI serta satuan-satuan intelijen jajarannya dengan menggunakan peralatan komunikasi radio HF/SSB untuk hubungan jarak jauh antar satuan intelijen dan radio UHF/FM (radio HT) dengan fasilitas repeater. Adapun peralatan komunikasi radio ini memiliki fasilitas

komunikasi voice, menggunakan teknologi analog dan sistem konvensional, sehingga hanya dapat berhubungan secara sendirisendiri dan berjenjang serta berurutan (hierarkis). d. Peralatan sistem komunikasi markas (Siskoma). Peralatan

komunikasi sentral telepon (TRO) digelar disetiap markas satuansatuan dilingkungan TNI sampai dengan markas satuan setingkat Batalyon, sebagai sarana koordinasi antar staf didalam markas. Adapun banyaknya extension (ranting) tergantung besar kecilnya markas satuan dan kewenangannya. e. Peralatan sistem komunikasi satelit V-Sat (Verry Small Aperture Terminal). Peralatan ini berupa Station Bumi Kecil (SBK), untuk mengakses langsung satelit dan berfungsi sebagai media komunikasi (repeater) dengan akses jangkauannya sangat jauh, bahkan mengakses keseluruh dunia. Adapun peralatan V-Sat telah

menggunakan teknologi digital dan dapat diintegrasikan dengan

27

sistem yang meliputi : radio, telepon, telex, fax dan informasi dan video conference. 2. Kuantitas peralatan Sistem Komunikasi TNI. a. Peralatan sistem komunikasi TNI AD. 1) Peralatan siskom satuan kewilayahan (Siskomwil) untuk mendukung satuan-satuan kewilayahan TNI AD yang meliputi 12 Kodam, 43 Korem, 284 Kodim, 3393 Koramil dan 62.806 Babinsa (Dephan, 2007, 104-105). rinciannya sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Untuk memenuhi kebutuhan radio HF/SSB pada satuan-satuan kewilayahan sebanyak 3732 unit dan saat ini terdukung sebanyak 2240 unit. b) Radio UHF/FM. Berupa radio HT dan radio RBS dengan fasilitas repeater, untuk mendukung Adapun

kebutuhan komunikasi satuan-satuan kewilayahan sampai dengan Babinsa sebanyak 78832 unit, telah terdukung 20% unit. c) Telephon Fasilitas PT. Telkom. Untuk mendukung antar markas satuan kewilayahan jajaran TNI AD sebanyak 7085 sst, dan telah terdukung sebanyak 70%. 2) Peralatan sistem komunikasi satuan-satuan tempur

(Siskompur).

Sebagai sarana Kodal bagi satuan-satuan

tempur jajaran TNI AD yang meliputi 2 Kotama Pusat, 12

28

Kotamaops, 2 Divisi Infanteri, 15 Brigade, 90 Yonif, 62 Yonbanpur, 3 Yon Banmin. a) Radio HF/SSB. Untuk mendukung satuan-satuan

tempur jajaran TNI AD sebanyak 1458 unit, saat ini telah terdukung sebanyak 70%. b) Radio VHF/FM. Untuk mendukung satuan-satuan tempur TNI AD berupa radio PRC sesuai kebutuhan sebanyak 6280 unit dan saat ini telah terdukung 40%. c) Radio UHF/FM. Berupa radio HT, untuk

mendukung satuan-satuan regu dan sebagai sarana komunikasi koordinasi antar pejabat dilingkungan TNI AD terdukung 70%. d) Telepon PT Telkom. Sebagai sarana komunikasi antar markas satuan-satuan tempur sebanyak 1458 SST. 3) Peralatan sistem komunikasi khusus (Siskomsus). Sebagai sarana kodal bagi satuan-satuan intelijen jajaran TNI AD yang meliputi, Pusintelad dengan 14 Denintel Kotama, 43 Tim Intelrem, 284 Unit Inteldim, dengan menggunakan peralatan komunikasi sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Kebutuhan untuk satuan-satuan

intelijen jajaran TNI AD sebanyak 327 unit. Dan dukungan saat ini mencapai 70%.

29

b)

Radio UHF/FM. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater sebagai sarana komunikasi antar satuan intel sebanyak 327 unit repeater dan 4400 unit radio HT.

c)

Telepon PT Telkom. Untuk mendukung sarana kodal diseluruh jajaran satuan intel menggunakan Telepon PT Telkom sebanyak 327 Satuan Sambungan Telepon (SST).

4)

Peralatan sistem komunikasi markas (Siskoma). Untuk mendukung sistem komunikasi didalam markas satuan sebagai sarana koordinasi menggunakan central telephone (PABX).

b.

Peralatan sistem komunikasi TNI AL. 1) Peralatan siskom satuan-satuan kewilayahan yang berupa pangkalan laut yang terdiri 2 Armada, 1 Guskamla, 11 Pangkalan Utama, 34 Lanal, 130 Kapal, 1 Kolinlamil, 2 Satlinlamil dengan rincian sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Untuk memenuhi kebutuhan radio HF/SSB pada satuan-satuan kewilayahan sebanyak 121 unit dan saat ini terdukung sebanyak 70%. b) Radio UHF/FM. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater, untuk mendukung kebutuhan komunikasi staf sebanyak 1190 unit radio HT dan 302 radio RBS, telah terdukung 20%. c) Telephon Fasilitas PT. Telkom. Untuk mendukung antar markas satuan kewilayahan jajaran TNI AL
30

sebanyak 1308 sst, dan telah terdukung sebanyak 70%. 2) Peralatan sistem komunikasi satuan-satuan tempur

(Siskompur).

Sebagai sarana kodal bagi satuan-satuan

tempur jajaran Angkatan Laut meliputi 2 Armada, 2 Guspurla, 130 Kapal, 1 Kormar, 4 Pasmar, 9 Yonmar, 2 Lanmar, 1 Denjaka. Kebutuhan peralatan komunikasi secara terinci sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Untuk mendukung satuan-satuan

tempur jajaran TNI AL sebanyak 355 unit, saat ini telah terdukung sebanyak 70%. b) Radio VHF/FM. Untuk mendukung satuan-satuan tempur TNI AL berupa radio PRC sesuai kebutuhan sebanyak 450 unit dan saat ini telah terdukung 70%. c) Radio UHF/FM. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater, untuk mendukung kebutuhan komunikasi staf sebanyak 2105 unit radio HT dan 415 radio RBS, telah terdukung 20%. d) Telepon PT Telkom. Sebagai sarana komunikasi antar markas satuan-satuan tempur sebanyak 1308 sst. 3) Peralatan sistem komunikasi khusus (Siskomsus). Sebagai sarana kodal bagi satuan-satuan intelijen jajaran TNI AL yang meliputi, Sat Intel Mabesal, Sat Intel Armabar dan

31

Armatim, Sat Intel Kolinlamil, Sat Intel Kormar dengan menggunakan peralatan komunikasi sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Kebutuhan untuk satuan-satuan Dan

intelijen jajaran TNI AL sebanyak 60 unit. dukungan saat ini mencapai 70%. b)

Radio UHF/FM. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater sebagai sarana komunikasi antar satuan intel sebanyak 265 unit radio HT dan 40 unit radio RBS, telah terdukung 20%.

c)

Telepon PT Telkom. Untuk mendukung sarana kodal di seluruh markas satuan intel menggunakan Telepon PT Telkom dan saat ini telah terdukung 70%.

4) c.

Peralatan sistem komunikasi markas (Siskoma).

Peralatan sistem komunikasi TNI AU. 1) Peralatan sistem komunikasi kewilayahan (Siskomwil). sebagai sarana Kodal bagi satuan-satuan kewilayahan yang meliputi 2 (dua) Koopsau, 42 Lanud sampai dengan pesawat yang menggunakan sarana komunikasi sebagai berikut : a) Radio HF/SSB untuk memenuhi kebutuhan peralatan komunikasi pada satuan-satuan kewilayahan

sebanyak 165 unit, sedang dukungan radio HF/SSB saat ini mencapai 70%. b) Radio VHF/FM. Berupa radio ground to air (GTA) untuk mendukung kebutuhan di pangkalan udara dan

32

pesawat sebanyak 284 unit, sedang saat ini telah terdukung sebanyak 70%. c) Radio UHF/FM. Dengan fasilitas repeater untuk

sarana kodal koordinasi saat satuan TNI AU sebanyak 1386 unit sedangkan dukungan saat ini sebanyak 70%. d) Telepon PT Telkom. Untuk memenuhi kebutuhan sarana kodal satuan sebanyak 878 SST, dan saat ini telah tergelar 70%. 2) Peralatan Siskompur. Yaitu peralatan untuk mendukung sarana kodal satuan-satuan tempur TNI AU yang meliputi 2 Kotamaops (Kohanudnas dan Kopaskhas), 4 Kosek, 4 Wing, 17 Satrad, 24 flight dengan menggunakan peralatan komunikasi sebagai berikut : a) Radio HF/SSB. Untuk memenuhi sarana kodal satuan-satuan tempur unsur TNI AU sebanyak 79 unit dan saat ini terdukung sebanyak 70%. b) Berupa radio PRC, untuk mendukung satuan-satuan regu dan sebagai sarana komunikasi koordinasi antar pejabat dilingkungan TNI AU. c) Radio VHF/FM (low band). Berupa radio PRC, untuk mendukung satuan Paskhas sebanyak 320 unit dan saat ini telah terdukung 70% unit. d) Radio UHF/FM. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater, sebagai sarana kodal yang bersifat
33

koordinasi staf satuan-satuan sebanyak 2418 set dan saat ini telah terdukung 70%. e) Telepon PT Telkom. Untuk mendukung kebutuhan sarana kodal pada setiap markas satuan tempur saat ini terdukung 70%. 3) Peralatan Siskomsus. Berupa radio HT dengan fasilitas repeater mendukung Siskodal bagi satuan-satuan intelijen jajaran TNI AU yang meliputi Sat intel Mabes AU, Satintel Koopasau, Satintel Kohanudnas dan Sat Intel Korpaskhas sebanyak 225 unit dan saat ini terdukung sebanyak 20%. 4) Peralatan Siskoma. Berupa sentral telepon (PABX), sebagai sarana kodal dalam markas satuan-satuan jajaran TNI AU, secara kuantitas kebutuhan sebanyak 63 unit dan saat ini terdukung 70%.

2.6.

Kerangka Pemikiran Alat Komunikasi Radio Tempur yang digunakan dalam suatu tugas pokok militer harus memiliki standar khusus yang disebut Military Standard, hal ini disebabkan dengan fungsinya sebagai alat komunikasi untuk berkoordinasi dan memberi komando pada satuan satuan yang terlibat dalam suatu tugas pokok militer atau pertempuran yang harus kuat menghadapi medan yang sulit serta cuaca yang ekstrim juga harus aman terhadap penyadapan dan jamming pihak lawan. Demikian pula halnya dengan radio komunikasi trunking Sistem Tetra yang digunakan dalam pengamanan VVIP di lingkungan Kodam Jaya harus bebas penyadapan dan mampu mengacak frekwensi sehingga informasi yang masuk dan keluar aman dari pihak musuh.
34

2.7.

Penyusunan Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa wawancara kepada responden yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dengan fokus pertanyaan pada analisis faktor-faktor internal (aspek kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan kendala) sesuai dengan format analisis SWOT.

2.8.

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah para perwira dan staf di lingkungan Perhubungan Kodam Jaya. Sementara sampel (responden) dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampling secara accidental purpossive sampling, artinya responden yang terpilih adalah para perwira dan staf yang memahami substansi penelitian (yang mengerti tentang radio komunikasi trunking sistem tetra) khususnya yang pernah mengoperasikannya dalam tugas operasi maupun latihan yang berhasil ditemui selama penelitian berlangsung.. Alasan penggunaan metoda sampling ini didasarkan pada pertimbangan esensi dari substansi penelitian agar lebih fokus serta efisiensi waktu pelaksanaan wawancara.

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu proses dimana rangkaian langkah-langkah dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan dari masalah yang diteliti. Langkah-langkah yang dilakukan harus baik dan saling mendukung satu

sama lainnya, agar penelitian mempunyai suatu nilai lebih dan bobot yang memadai serta memberikan suatu kesimpulan untuk menangani dan menjawab masalah yang diteliti. 3.1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dilakukan dengan mencari latar belakang masalah yang akan diteliti lalu mengidentifikasi masalah tersebut dan menetapkan tujuan, pembatasan dan perumusan masalah. 3.1.1. Latar belakang Dalam penelitian ini peneliti melakukan penetapan topik permasalahan yaitu dengan mencari latar belakang masalah optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya. Topik masalah yang akan diteliti perlu ditentukan terlebih dahulu

agar peneliti dapat mengetahui latar belakang dari masalah yang akan diteliti dan penelitian dapat dilakukan lebih terarah. 3.1.2. Identifikasi masalah Setelah mengetahui latar belakang masalah maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi masalah terkait dengan optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya.

36

3.1.3. Tujuan penelitian Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian. Penelitian

dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya. 3.2. Studi Pendahuluan Dalam studi pendahuluan ini peneliti melakukan studi pustaka dan studi lapangan serta melakukan pemilihan sampel dan mencari informasi tentang optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya. 3.2.1. Studi pustaka Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan referensi yang berhubungan dengan kinerja pegawai. Rumusan-rumusan

dan konsep-konsep teoritis dari berbagai literatur dipelajari agar diperoleh landasan teori yang baik dan tepat untuk dapat digunakan dalam mengembangkan konsep penelitian. Landasan teori ini memudahkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan kendala) bagi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya. 3.3.2. Studi lapangan Merupakan kegiatan untuk mencari keterangan atau informasi mengenai gambaran umum unit analisis (radio komunikasi trunking sistem tetra) dan populasi yang dituju yaitu dengan cara pengamatan langsung. Dari studi

lapangan ini dapat diperoleh gambaran yang jelas dari populasi penelitian ini dan berbagai informasi yang terkait dalam mendukung penelitian.

37

3.2.3. Pemilihan sampel Obyek atau lokus penelitian ini adalah para perwira dan staf di lingkungan Kodam Jaya khususnya Perhubungan Kodam Jaya yang dipilih secara selektif agar informasi yang diperoleh dapat lebih akurat dan fokus. 3.3. Pengumpulan Data Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data, namun sebelum pengumpulan data dilakukan peneliti terlebih dahulu harus mengetahui data-data apa saja yang diperlukan dan bagaimana data tersebut diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti

terlebih dahulu menyusun sejumlah pointer atau garis-garis besar sebagai acuan dalam wawancara, sehingga wawancara dapat berlangsung efektif dan tepat sasaran. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Permasalahan pertama penelitian dijawan dengan menggunakan analisis deskriptif, sementara permasalahan kedua dianalisis dengan metode SWOT.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities and Threat) Analysis adalah

analisis yang dilakukan untuk dapat melakukan identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan yang disebabkan oleh pengaruh internal, peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal. Manfaat analisis ini sebagai bahan acuan untuk

memperkuat dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan kelemahan dan menetralkan ancaman Analisis ini mencari masing-masing kekuatan dan kelemahan untuk disilangkan dengan peluang dan ancaman dalam rangka optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya, kemudian hasilnya diarahkan menjadi strategi yang diharapkan.

38

Hasil SWOT disajikan dalam bagan berikut Peluang (Opportunities)

Gunakan peluang untuk menanggulangi Kelemahan (Konsolidasi )

Gunakan kekuatan untuk Meraih peluang yang ada (Ekspansi)

II Kelemahan (Weaknesses)

IV

I Kekuatan (Strengths)

Bertahan

Gunakan kekuatan untuk Menghadapi ancaman yang ada (Diversifikasi)

III II Ancaman (Threats) Gambar 3.1 3.5. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut. Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kuadran SWOT

39

Persiapan Penelitian Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Pembatasan Masalah Latar Belakang Landasan Teori

Studi Pendahuluan Studi Lapangan


Informasi - Radio Trunking Sistem Tetra - Gelar Pam VVIP

Pengumpulan Data
Penentuan FaktorFaktor InternalEksternal Penyusunan Daftar Wawancara

Pemilihan Sampel Penelitian

Pengumpulan data

Pelaksanaaan Wawancara

Pengolahan Data
Rekapitulasi Data Hasil Wawancara

Perhitungan Analisis SWOT

Perumusan Startegi Berdasarkan hasil Perhitungan Analisis SWOT Analisis Deskriptif dan Perumusan Strategi Optimalisasi Penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya

Kesimpulan

Gambar 3.2. Tahapan Penelitian


40

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1.

Deskripsi Obyek Penelitian Radio komunikasi Trunking Tetra yang merupakan alat komunikasi berteknologi tinggi dengan karakteristik sebagai berikut : a. Jangkauan frekwensi 380 MHz s.d. 870 MHz b. Dapat bekerja 24 jam c. Tidak dapat disadap d. MTBF 800 jam e. Modulasi TDMA f. Pemanggilan cepat dibawah 30 ms g. Pengamanan end to end encryption h. Setengah rangkap dan rangkap penuh i. Mempunyai fasilitas pengacak signal j. Daya pancar BTS 25 Kw k. Daya pancar RBS 5 W l. Daya pancar radio HT 2 W m. Jenis pancaran FM (FM Modulation) n. Jangkauan pancaran BTS 30-50 Km o. Sensivitas RX 120 dB p. Teknologi digital q. Fleksibilitas tinggi r. Sistem carier secara duplex s. Repeater berteknologi TDMA/CDMA

41

Beberapa keunggulan kualitas yang dimiliki radio komunikasi Trunking Tetra antara lain : menggunakan teknologi modern dan digital, menggunakan bahasa program, bekerja secara otomatis, memiliki kecepatan yang tinggi, memiliki kemampuan yang besar dan mengikuti keinginan pengguna. Fleksibilitas yang tinggi yang dimiliki radio Trunking Tetra ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Terhadap kepentingan tugas, dimana pengamanan VVIP memerlukan

sarana komunikasi dengan tingkat keamanan informasi yang tinggi dan tidak dapat disadap oleh pihak lain; b. Terhadap organisasi c. Terhadap kondisi wilayah, wilayah ibukota memiliki gedung-gedung yang tinggi dan banyak seluler berkembang pesat dan penggunaan frekwensi lebih padat (ramai) sehingga dapat mengakibatkan gangguan komunikasi. d. Terhadap system komunikasi lain, dimana radio ini dapat diintegrasikan dengan berbagai sarana komunikasi lain seperti telepon PSTN, seluler maupun radio konvensional. organisasi, dapat dibentuk grup sesuai dengan kebutuhan

Base Telecomunication Station (BTS) dilengkapi dengan teknologi sebagai berikut : a) b) Sistem hopping: Siklus melalui beberapa kanal secara berloncatan Sistem trunking : dapat menentukan extention (ranting) dikehendaki secara automatis secara otomatis. c) Sistem billing: dapat mendata setiap radio ranting yang melakukan pemberitaan

42

d)

Incription: Modulasi

yang aman dari TBS ke terminal radio selanjutnya

dimana signal TDMA ini menggunakan algorithma tambahan pada sisi enkripsinya, yaitu TEA 1, 2 atau 3. Satu TBS dapat mengontrol maksiimum 32 carrier dalam 2 rack cabinet (1 rack cabinet maksimum 16 carrier) e) Dilengkapi dengan peralatan scrambler (frekuensi acak) : mengalirnya informasi melalui carier berupa fekuensi secara acak. f) Teknologi TDMA (Time Duplexser Multiple Accsess) : satu frekuensi untuk 4 kanel

g)

Memiliki sistem pengamanan yang tinggi yang dilengkapi sistem hopping, trunking, hunting, scrambler dan incryption serta billing system

h)

Gelar BTS Menggunakan sistem seluler : Teknis operasional radio merupakan tanggung jawab penyelenggara komunikasi/tidak dibebankan kepada pengguna.

Selanjutnya fasilitas komunikasi Radio Trunking Tetra (Fiture) terdiri atas : a). Individual Call (ID) Hubungan antara HT yang satu dengan radio HT yang lain secara point to point tanpa dapat dimonitor oleh radio HT yang lain b). Grouping Call Hubungan antara radio HT yang satu dengan beberapa radio HT yang lain dalam satu kelompok atau group tanpa dapat dimonitor oleh group lain c). Inclaude Call Dapat menghubungi semua radio HT yang beroperasi dalam sistem ini.

43

d).

Publik Switched Telephone Network (PSTN) Call. Hubungan timbal balik antara radio HT dengan Telp dan HP dengan tidak dapat dimonitor oleh radio HT yang lain.

e).

Private Automated Branch Exchange (PABX) Call Hubungan timbal balik antara radio HT dengan ranting telepon sentral (TRO/PABX) tanpa dapat didengar oleh radio HT yang lain

f).

Short Message Call (SMS) Pengiriman pesan berupa data dari radio HT yang satu kepada radio HT yang lain baik secara individu atau kelompok (grouping)

g).

Emergency Call Dapat memutuskan hubungan antar radio HT dengan HT atau telepon baik secara perorangan atau kelompok dengan cara langsung mengambil alih radio HT yang diperlukan.

h).

Priority Call Fasilitas yang memungkinkan radio berada dalam antrian komunikasi yang lebih depan dari radio yang terlebih dahulu berada dalam antrian komunikasi.

i).

Conference Call. Hubungan antara satu radio dengan beberapa radio dalam satu group maupun dengan lain group, tanpa dapat dimonitor oleh radio yang tidak diperlukan

j).

Point to Point (PTP) Call. Hubungan antara satu radio dengan radio lain secara konvensional, bila BTS tiba-tiba mati sehingga meskipun BTS mati (tidak aktif), antar radio tetap dapat berkomunikasi.

44

Gambar 4.1. Radio Komunikasi EADS Trunking Tetra

Adapun Gelar Base Telecomunication Station

(BTS) berada di sejumlah

titik (poin) yang ditempatkan di sejumlah gedung diantaranya : (1) (2) (3) (4) (5) Gedung Apartemen Cawang (cililitan) Gedung Gajah Mada Plaza ( Glodok) Gedung BABEK TNI (cilangkap) Gedung CBD Serpong (tanggerang) Gedung Point Square (pondok labu) Selanjutnya RBS (Radio Base Station) TMR 880I ditempatkan pada beberapa titik yang dianggap penting (markas satuan) seperti : (1) (2) (3) (4) (5) (6) Makodam Jaya Makorem 051/WKT & 052/WKR Makodim 0501/JP S.D 0508/DPK Mabrigif -1 PIK/JS Mamenarhanud 1f Mobil dinas Pangdam Jaya,Kasdam Jaya,Asops,Kotis mobile (2), Senhub Mobile, Danrem -051/WKT & Danrem -052/WKR

45

Sistem konfigurasi radio komunikasi Trunking Tetra dapat dijelaskan melalui tampilan gambar di bawah ini

Gambar 4.2. Sistem Konfigurasi Radio Komunikasi Trunking Tetra


Sumber : Hubdam Jaya, 2010

Uraian keunggulan dan kemampuan fungsi dari radio komunikasi Trunking Tetra seperti yang dijelaskan di atas potensial untuk digunakan VVIP. menggambarkan bahwa radio ini sangat

satuan-satuan TNI terkait dengan tugas pengamanan

Hal ini juga dibuktikan pada gelar pengamanan Presiden AS, Barrack

Obama pada pertengahan tahun 2010 kemarin menunjukkan bahwa radio cukup canggih dan handal untuk digunakan pada masa yang akan datang. Ketika diuji

fungsi kejernihan suara dari radio ini ketika dilakukan komunkasi dari Jakarta Pusat ke UI, Depok saat rombongan Presiden Obama memberikan berkunjung ke kampus tersebut. Uji coba tersebut menjelaskan kehandalan radio ini dihadapkan dengan

keterbatasan BTS yang dimiliki Kodam Jaya saat ini.

46

4.2.

Keamanan Radio. 4.2.1. Faktor Keamanan Radio. a. Untuk menjaga keamanan radio agar jalur komunikasi yang kita gunakan untuk mengirimkan berita tidak bisa disadap, ditangkap, dirahasiakan atau diganggu oleh musuh, maka perlu diperhatikan faktor-faktor keamanan radio. b. Pada dasarnya faktor macam : 1) 2) 3) Pemilihan antena. Pemilihan daya pancar. Pemilihan prosedur. keamanan transmisi dapat digolongkan 3

4.2.2. Pemilihan Antena a. Antena adalah batang konduktor dengan bentuk dan ukuran tertentu sebagai salah satu kelengkapan alat komunikasi radio yang

berfungsi : 1) Merubah daya gelombang listrik menjadi gelombang dari

elektromagnetik serta menyalurkan ke

udara bebas

sebuah pesawat pemancar (antena pemancar). 2) Menerima atau merubah energi gelombang elektromagnetik menjadi gelombang listrik dan memasukkannya ke pesawat penerima. b. Terdapat dua jenis pancaran gelombang radio yang berbeda, yaitu : 1) Radio FM (frekwensi modulasi) biasanya digunakan oleh

TNI yang sifat pancarannya gelombang lurus (LOS).

47

2)

Radio AM (Amplitudo modulasi) selain digunakan oleh TNI, umum juga wave. banyak menggunakan, sifat pancarannya sky

c.

Sifat perambatan gelombang radio tergantung pada sistem antena yang dipergunakan. Dari sifat perambatannya dikenal dua macam, yaitu gelombang tanah dan gelombang ruang (angkasa). 1) Gelombang tanah, dipancarkan oleh antena yang merambat ke segala arah diatas permukaan bumi. 2) Gelombang ruang, dipancarkan oleh antena yang

perambatannya keatas untuk kemudian dipantulkan oleh atmosfer dari angkasa menuju ke permukaan bumi lagi akan

dengan demikian kedua macam gelombang tersebut

dapat ditangkap dan kemudian didengar pembicaraannya oleh musuh. d. Kriteria pemilihan antenna yang digunakan dalam komunikasi agar komunikasi kita jangan sampai didengar musuh sehingga tercipta komunikasi yang aman perlu dipilih antena dengan kriteria sebagai berikut : 1) 2) Penggunaan antena yang terarah (directional antena). Pengarahan signal yang efektif untuk kepentingan taktis maupun teknis. 3) Impedansinya cocok (match) dengan saluran transmisi yang kita gunakan. Hal ini akan menjamin penyaluran daya yang maksimal ke antena.

48

4)

Pemilihan gain yang cukup baik feeder kecil.

dengan losses di sepanjang

4.2.3. Pemilihan daya pancar. Dalam berkomunikasi dengan menggunakan radio agar terjamin keamanan pemberitaannya kita harus menjaga setiap tindakan kita agar

musuh tidak melakukan intersepsi (penyadapan) terhadap sinyal kita. Ada beberapa cara yang perlu dilakukan : a. Menggunakan daya paling rendah daripada seharusnya. Setiap berkomunikasi dengan stasiun lain hendaknya bekerja pada power yang paling rendah. Pemakaian power yang berlebihan akan mengundang deteksi musuh. Bekerja pada power rendah tidak hanya melindungi dari deteksi musuh saja, tetapi juga akan memperkecil interferensi yang tidak perlu terhadap stasiun kawan. b. Memancar dilaksanakan dalam waktu pendek. Pemancar / transmitter tidak selalu bekerja diantara pengiriman

berita yang berturut-turut, karena hal itu dapat memberikan kesempatan kepada musuh untuk menangkap frekwensi pancar didalam operasi penerimaan dan penyadapan. Bila selalu bekerja, musuh akan menemukan dan bila sebaliknya musuh tidak akan menemukan. c. Bekerja tanpa power, dengan perkataan lain tidak memancar kecuali bila benar-benar terpaksa. Bila pemancar tidak aktif bekerja, maka musuh tidak akan bisa mendeteksi.

49

4.2.4. Pemilihan prosedur. Untuk menjamin keamanan komunikasi hal paling penting yang

harus dilakukan oleh personel yang langsung terlibat dalam lalu lintas komunikasi adalah mentaati prosedur yang ada. Agar komunikasi tidak bisa sampai jatuh ke tangan musuh harus ditaati prosedur keamanan radio diantaranya : a. b. c. d. Disiplin radio dengan cara membatasi waktu pancar. Penggunaan daya pancar minimal. Penggunaan antena terarah. Menggunakan identifikasi setiap akan mengirim berita dan legitmasi bila diperlukan. e. f. Penggunaan prosedur komunikasi radio yang baik. Melaksanakan pendiaman prosedur. g. Pengawasan dan membuat laporan-laporan radio seperti buku harian radio, jurnal dan perangkat pengendali lainnya. 4.2.5. Kegiatan berikut : a. b. c. Cara penyusunan berita-berita harus singkat. Penggunaan prosedur pemberitaan yang benar. perlindungan terhadap alamat dan isi berita dengan penyandian atau disamar. d. e. Penggunaan klasifikasi berita yang tepat. Penentuan sarana yang tepat sesuai derajat kecepatan dan klasifikasi keamanannya. keamanan pemberitaan meliputi beberapa kegiatan sebagai siaran dan pendiaman radio sesuai

50

f. g.

Pembatasan pembuatan berita (pemegang TLB). Pengarsipan berita sesuai ketentuan yang berlaku antara lain waktu penyimpanan arsip di kantor berita (satu tahun).

h.

Pemusnahan berita. 1) 2) Penghancuran administrasi berita. Pelaksanaan sesuai ketentuan yang berlaku ( sesuai waktu dan klasifikasi berita).

4.2.6. Keamanan Kriptografi. Keamanan kriptografio adalahsegala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang ditujukan untuk melindungi berita-berita atau informasi yang dikirim melalui sarana komunikasi dengan penyandian agar apabila tertangkap musuh/lawan tidak dapat diketahui artinya akan tetapi dengan mengetahui kuncinya maka stasiun kawan kita dapat mengetahui isi berita dalam bahasa asing. a. Usaha-usaha keamanan kripto/sandi. 1) 2) 3) 4) b. Sering ganti sandi dalam pengiriman berita. Tidak mengetahui sistim sandi/kode yang mudah dianalisa. Penyamaran personel melalui seleksi. Pengawasan yang lebih intensif.

Tindakan keamanan kriptografi dilaksanakan dengan pengusutan dan apabila berita bocor segera lapor ke atasan.

4.2.7. Keamanan Slidex. Keamanan slidex yaitu suatu cara penulisan sandi yang digunakan untuk menyelubungi bagian-bagian tertentu dari suatu berita yang perlu

51

dirahasiakan, agar tidak diketahui musuh/lawan atau pihak yang tidak berkepentingan. a. Alat perlengkapan slidex. 1) 2) 3) 4) 5) b. Kunci kata-kata / kartu slidex. Kunci kartu kata. Miststar pendek/mistar tegak. Mistar panjang/mistar mendatar. Alat kartu kata-kata dengan penjepit mistar.

Cara menggunakan slidex. 1) 2) Kartu slidex digunakan dengan msitar panjang dan pendek. Mengisi kolom-kolom pada mistar panjang dan pendek

dengan susunan huruf dari kunci kata yang berlaku pada saat itu. 3) Mistar panjang dan pendek yang berisi huruf sandi

dimasukan ke penjepit dari masing-masing tepi kartu kata. 4) Mengganti perkataan atau huruf/angka dengan huruf

koordinat dari mistar slidex. 5) Ada 3 (tiga ) macam menslidex. (a) (b) (c) Slidex perkataan. Slidex huruf. Slidex angka.

52

4.3.

Gelar Komunikasi Pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya Saat ini dan Rencana Gelar Radio Komunikasi Trunking Tetra Didasarkan pada (1) Peraturan Panglima TNI nomor Perpang 23/ IX/2007 tanggal 17 September 2007 tentang Bujuklak TNI tentang Operasi Pengamanan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan beserta keluarganya dan (2) Perintah Operasi Waskita-10

Kodam Jaya tentang pengamanan terhadap Presiden RI, Wakil Presiden RI dan tamu negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya, maka perlu optimalisasi pengamanan VVIP di lingkungan Kodam Jaya. Kodam Jaya dengan perkuatannya melaksanakan operasi pengamanan fisik tidak langsung jarak jauh terhadap Presiden RI, Wakil Presiden RI dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya mulai hari H jam J di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Depok dalam rangka mendukung tugas pokok TNI. Untuk mengefektifkan tugas operasi pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya perlu disusun struktur organisasi Satuan Tugas (satgas) Pengamanan VVIP sebagai berikut :

Gambar 4.3. Struktur Organisasi Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya

53

Adapun jabatan dan rincian tugas dan tanggung jawab dalam struktur Satgas Pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Jabatan Dalam Organisasi Pengamanan 1) 2) 3) Dansatgaspam dijabat oleh Pangdam Jaya / Pangarmada Dansubsatgas Bandara / Pelabuhan dijabat oleh Danlanud / Danlanal Dansubsatgas Rute dijabat oleh Danpomdam/Dandenpom / Pejabat yang sesuai. 4) 5) Dansubsatgas Penginapan dijabat oleh Dandim/Dansat setingkat Dansubsatgas Obyek dijabat oleh Danrem / Dandim BS.

b.

Tugas - Tugas Satgas Pengamanan VVIP 1) Dansatgaspam a) b) Merencanakan dan menyiapkan operasi pengamanan. Mengkoordinasikan seluruh unsur yang dilibatkan dalam pengamanan. c) d) e) Melaksanakan operasi pengamanan. Mengawasi dan mengendalikan operasional pengamanan. Menyiapkan sarana dan unit penyelamatan taktis dan medis beserta berupa Rantis, Ambulance, RS

prasarana

Rujukan, Heli kopter dan safe house. f) 2) Mengevaluasi pelaksanaan operasi pengamanan.

Subsatgas Intel a) Membuat perkiraan intelijen yang terkait dengan keamanan wilayah dan perkiraan ancaman di daerah.

54

b)

Menyelenggarakan perizinan tamu negara

masuk

senjata api pengawal

setingkat kepala negara / kepala pemerintah

sesuai dengan ketentuan 3) Paspampres a) Melaksanakan pengamanan fisik secara langsung jarak dekat terhadap setingkat Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara beserta

KepalaNegara/Kepala

Pemerintahan

keluarganya setiap saat dan di manapun berada. b) Mengamankan sarana yang akan digunakan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara setingkat Kepala

Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya. c) d) Melaksanakan pengamanan makanan dan medis. Mengevaluasi pelaksanaan pengamanan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara setingkat Kepala

Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya di Ring I.

4)

Dansubsatgas Bandara/Pelabuhan. a) b) Melaksanakan pengamanan di wilayah Bandara/ Pelabuhan. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pengamanan di wilayah Bandara/Pelabuhan. c) Mengevaluasi Bandara/Pelabuhan. pelaksanaan pengamanan di

55

5)

Dansubsatgas Rute. a) b) Melaksanakan pengamanan di rute perjalanan. Mengawasi dan perjalanan. c) Mengevaluasi pelaksanaan pengamanan di rute. mengendalikan kegiatan pengamanan rute

6)

Dansubsatgas Penginapan. a) b) Melaksanakan pengamanan di wilayah penginapan. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan wilayah penginapan. c) Mengevaluasi pelaksanaan pengamanan di penginapan. pengamanan di

7)

Dansubsatgas Obyek Kunjungan. a) b) Melaksanakan pengamanan di wilayah obyek kunjungan. Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pengamanan di

wilayah obyek kunjungan. c) 8) Mengevaluasi pelaksanaan pengamanan di obyek kunjungan.

Dansubsatgas Laut mengamankan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya di seluruh wilayah perairan yurisdiksi nasional.

9)

Dansubsatgas Udara. Mengamankan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu beserta Negara setingkat Kepala Negara / Kepala Pemerintahan

keluarga

dengan pemantauan pergerakan pesawat dan

kesiapan operasional penerbangan. 10) Dansubsatgas Komlek menyelenggarakan dukungan komunikasi dan

elektronika dalam rangka pengamanan Presiden, Wakil Presiden dan

56

Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya. 11) Dansubsatgas Banmin menyelenggarakan dukungan administrasi

dan logistik dalam rangka pengamanan Presiden, Wakil Presiden dan Tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan beserta keluarganya.

Dari struktur uraian tugas dan tanggung jawab Satgas Pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya seperti yang digambarkan diatas sangat jelas distribusi tugas masing-masing pihak yang apabila satgas ini juga didukung dengan sarana komunikasi yang handal akan sangat membantu bagi optimalisasi tugas

pengamanan VVIP di wilayah ibukota ini. Jika kita cermati kondisi dan kelengkapan sarana komunikasi yang dimiliki Kodam Jaya saat ini belumlah mampu mendukung upaya optimalisasi tugas pengamanan VVIP tersebut. a. Hal ini didasarkan pada beberapa aspek seperti :

Jumlah radio komunikasi yang memiliki teknologi Trunking masih terbatas hanya di satuan Perhubungan Kodam Jaya (hanya 35 unit radio komunikasi EADS Trunking Tetra).

b.

Keterbatasan jumlah BTS yang ada di wilayah Kodam Jaya (hanya 5 BTS, lihat Gambar 4.4, Gambar 4.5. dan Gambar 4.6 )

57

COVERAGE AREA SISKOM RADIO TRUNKING PAM IBUKOTA JAKARTA

GAJAH MADA PLAZA GLODOK

BABEK TNI PLUMPANG

APARTEMEN CAWANG CILILITAN

KODAM JAYA
CBD SERPONG TANGERANG

POINT SQUARE PONDOK LABU

17

Gambar 4.4. Cakupan Area Radio Trunking Tetra Saat ini

58

COVERAGE AREA SISKOM RADIO TRUNKING PAM IBUKOTA JAKARTA

KODIM UTARA

TOWER MATAHARI

GAJAH MADA PLAZA GLODOK

BABEK TNI PLUMPANG

KODIM BEKASI

APARTEMEN CAWANG CILILITAN

KODAM JAYA
CBD SERPONG TANGERANG

GUNUNG BUNDER

POINT SQUARE PONDOK LABU

GUNUNG HAMBALANG

17

RENCANA GELAR BTS


Gambar 4.5. Rencana Perluasan Cakupan Area Radio Trunking Tetra

59

Tabel 4.1. Rencana Kebutuhan Radio HT Trunking dan RBS Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya

No 1 2

Satuan Makodam Jaya Korem-051/WKT - Makorem-051/WKT - Kodim-0504/JS - Kodim-0505/JT - Kodim-0507/BKS - Kodim-0508/DPK

Jumlah radio (set) 35

Keterangan dibutuhkan 64 unit

6 12 12 20 11

Korem-052/WKR - Makorem-052/WKR - Kodim-0502/JU - Kodim-0503/JB - Kodim-0506/TGR - Kodim-0501/JP 6 10 11 24 12

Brigif-1PIK/JS - Mabrigif-1 PIK/JS - Yonif-201/JY - Yonif-202/TM - Yonif-203/AK - Yonkav-9/BU 4 3 3 3 3

Menarhanud-1/F - Mamerhanud-1/F - Yonarhanudse-6 - Yonarhanudse-10 - Denrual-003 4 3 3 3 3 3 3

Yonkav-7/Serse - Yonarmed-7/105 GS - Denzipur-3

Sumber : Hubdam Jaya, 2010

60

4.4.

Strategi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Tetra pada Pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya dengan Metode SWOT Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Sistem Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya digunakan analisis SWOT. SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dilakukan untuk dapat melakukan identifikasi

Analysis adalah analisis yang

terhadap kekuatan dan kelemahan yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan internal, peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal. Manfaat analisis ini sebagai bahan acuan untuk memperkuat kekuatan dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan kelemahan dan menetralkan ancaman. Sebagai langkah awal analisis dimulai dengan mengidentifikasikan berbagai faktor strategi internal dan eksternal yang menunjang optimalisasi penggunaan Radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya dan selanjutnya melakukan pembobotan atas berbagai faktor strategi sesuai dengan tahap analisis SWOT. 4.4.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Internal (Internal Faktor Analisis Strategi-

IFAS) merupakan sejumlah data berkaitan dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang berasal dari dalam keluar, terkait dengan IFAS, berdasarkan urgensinya adalah sebagai berikut : a. Kekuatan (Strengths) 1) Kehandalan teknologi Radio Komunikasi Trunking Tetra

yang sudah dimiliki Kodam Jaya 2) 3) Grand strategi Kodam Jaya dalam pengamanan VVIP Kesiapan personil Hubdam dalam pengoperasian radio

61

komunikasi Trunking Tetra 4) Tugas dan kewenangan Satgas Pengamanan VVIP Kodam Jaya sangat strategis b. Kelemahan (Weaknesses) 1) Radio komunikasi Trunking Tetra yang dimiliki Kodam Jaya masih terbatas jumlahnya. 2) 3) 4) Gelar komunikasi radio Trunking Tetra belum optimal Keterbatasan jumlah BTS di wilayah Kodam Jaya Keterampilan pengoperasian radio Trunking Tetra ini masih terbatas pada prajurit Hubdam Jaya

4.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis Lingkungan Eksternal (Eksternal Faktor Analisis Strategi- EFAS) merupakan sejumlah data berkaitan dengan peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang berasal dari luar kedalam, terkait dengan EFAS, urgensinya adalah sebagai berikut: a. Peluang (Oppurtunities) 1) Radio EADS Trunking Tetra yang dimiliki Hubdam Jaya dapat dikoneksikan dengan jenis radio komunikasi lainnya yang sudah dimiliki Kodam Jaya sebelumnya seperti Motorolla 338 2) Kemampuan dan keunggulan teknologi anak bangsa dapat berdasarkan

diberdayakan untuk percepatan transfer teknologi sampai dengan produksi radio sejenis Trunking Tetra. 3) Adanya political will pemerintah dalam membangun kemandirian Alutsista termasuk alat komunikasi.

62

4) b.

Tugas operasi pengamanan VVIP sangat penting dan strategis.

Tantangan/Ancaman (Threats) 1) Radio komunikasi pihak asing jauh lebih canggih dibanding teknologi radio yang dimiliki satuan di lingkungan Kodam Jaya. 2) Radio Trunking Tetra ini merupakan produk luar negeri sehingga

rawan bagi keamanan komunikasi oleh pihak asing (belum bebas penyadapan/jamming) dari negara produsen. 3) Keterbatasan alokasi anggaran pemerintah bagi pengadaan maupun produksi radio sejenis Trunking Tetra.

63

Tabel 4.2.

Analisis SWOT Strategi Optimalisasi Penggunaan Radio Komunikasi Trunking Tetra Pada Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya

Bobot No. A 1 Faktor Internal Kekuatan (Strengths) (c)

Skala (d) e=c xd

Kehandalan teknologi Radio Komunikasi Trunking Tetra Grand strategi Kodam Jaya dalam
2 0.30 4 1,20

pengamanan VVIP Kesiapan personil Hubdam dalam

0.25

0,75

pengoperasian radio komunikasi Trunking Tetra Tugas dan kewenangan Satgas


0.25 3 0,75

Pengamanan VVIP Kodam Jaya sangat strategis


Total Nilai A 0.20 1,00 3 0,60 3,30

Kelemahan (Weaknesses)

Radio komunikasi Trunking Tetra yang


1

dimiliki Kodam Jaya masih terbatas jumlahnya.


0,30 -4 - 1,20

64

2 3

Gelar komunikasi radio Trunking Tetra belum optimal Keterbatasan jumlah BTS di wilayah Kodam Jaya Keterampilan pengoperasian radio

-1,20 0,30 0,20 -4 -3 - 0,60

Trunking Tetra ini masih terbatas pada prajurit Hubdam Jaya


Total Nilai B 1,00 = -0,30 0,20 -3 - 0,60 - 3,60

Nilai A + Nilai B (3,30 - 3,60)

Bobot No. C Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) (c)

Skala (d) e=c xd

Radio EADS Trunking Tetra yang dimiliki


1

0.25

1,00

Hubdam Jaya dapat dikoneksikan dengan jenis radio komunikasi lainnya Kemampuan dan keunggulan teknologi
0.25 3 0,75

anak bangsa dapat diberdayakan Adanya political will pemerintah dalam


3 0.25 2 0,50

membangun kemandirian Alutsista

65

termasuk alat komunikasi Tugas operasi pengamanan VVIP sangat


4 0.25 4 1,00

penting dan strategis.


Total Nilai C D Ancaman (Threats) 1,00 3,20

Radio komunikasi pihak asing jauh lebih


1

canggih dibanding teknologi radio yang


0,40 -3 - 1,20

dimiliki satuan di lingkungan Kodam Jaya. Radio Trunking Tetra ini merupakan
2 0,30 -4 - 1,20

produk luar negeri Keterbatasan alokasi anggaran pemerintah


0,30 -3 - 0,90

bagi pengadaan maupun produksi radio sejenis Trunking Tetra


Total Nilai D

1,00

- 3,30

Nilai C + Nilai D Skala : Sangat baik = 4 Baik = 3 Untuk nilai negatif berlaku sebaliknya

(3,20 - 3,30) Buruk = 2

= - 0,10 Buruk Sekali = 1

66

Peluang (Opportunities)

- 0,30
Kelemahan (weaknesses) Kekuatan (strenghts)

- 0,10
Strategi Defensif (survival)

III

Ancaman (Threats)

Gambar 4.6. Posisi Optimalisasi Penggunaan Radio Komunikasi Trunking Tetra Pada
Pengamanan VVIP di Wilayah Kodam Jaya

dengan

Alternatif

Strategi yang Terpilih Berdasarkan hasil analisis SWOT

Dari hasil analisis SWOT yang tergambar dari posisi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya saat ini berada pada kuadran III (lihat Gambar 4.6). Hasil tersebut menggambarkan bahwa situasi yang tidak menguntungkan ini (kelemahan harus dihadapi dengan tegar/bertahan

dominan dan ancaman dominan) (defensif).

Adapun langkah untuk mencapai strategi tersebut dapat dilakukan bagi optimalisasi penggunaan Radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di

wilayah Kodam Jaya pada masa yang akan datang sebagai berikut:

67

1)

Mengupayakan dan mengoptimalkan

koneksi

radio Trunking

Tetra

dengan radio jenis lain yang sudah dimiliki Kodam Jaya dengan pengembangan riset. 2) Melakukan percepatan transfer teknologi radio trunking sehingga pada

masa mendatang radio sejenis dapat diproduksi sendiri di dalam negeri. 3) Menggiatkan sosialisasi pengoperasian dan teknologi radio Trunking

Tetra agar operasional radio tersebut dapat optimal dalam mendukung pelaksanaan tugas pengamanan VVIP. 4) Mempercepat penambahan BTS sesuai dengan rencana gelar komunikasi yang telah disusun Kodam Jaya untuk menjangkau seluruh wilayah

ibukota dan sekitarnya dengan lebih optimal. 5) Mendukung penuh tekad pemerintah untuk membangun kemandirian Alutsista khususnya alat komunikasi dalam mendukung tugas pokok dan operasional TNI, terkait. 6) Menyakinkan DPR untuk menambah alokasi anggaran bagi upaya modernisasi Alutsista TNI, khususnya alat komunikasi dalam upaya mengoptimalkan tugas pengamanan VVIP dan tugas-tugas lainnya. melalui kerjasama dengan berbagai stakeholders

4.5.

Pembahasan Dari hasil pengumpulan data di lapangan dan analisis data seperti yang diuraikan di atas, didapat sebuah realita bahwa tugas pengamanan VVIP di Tugas tersebut yang merupakan

wilayah Kodam Jaya masih belum optimal.

68

kewenangan Kodam Jaya yang tergabung dalam Satgas Pengamanan VVIP di wilayahnya menjadi sangat penting dan memiliki nilai strategis lebih,

dikarenakan Jakarta sebagai ibukota negara dengan banyaknya agenda-agenda dari para pejabat negara dan para diplomat asing yang harus dijamin

keamanannya. Selama ini Kodam Jaya belum memiliki peralatan radio komunikasi berteknologi trunking yang dikenal memiliki kehandalan dan bebas penyadapan (jamming) dan mampu mengacak frekwensi sehingga komunikasi radio ini sulit untuk dipantau oleh radio pihak lawan, sehingga keamanan informasi dan komunikasi lebih terjamin. Peralatan radio komunikasi terbaru yang dimiliki

satuan pemakai di jajaran Kodam Jaya sebelum radio EADS Trunking Tetra yaitu radio Motrolla 338 yang belum dilengkapi kemampuan anti jamming dan pengacak frekwensi. Namun keuntungannya ternyata radio Motrolla 338 ini

dimana jumlahnya cukup banyak dapat dikoneksikan dengan radio Trunking Tetra sehingga tugas operasi pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya masih dapat dijamin aman dan terkendali. Dengan dapatnya diinterkoneksikannya nilai manfaat dan efisiensi

radio ini dengan radio Trunking Tetra didapat

sehingga pengamanan VVIP masih dapat dilaksanakan dengan baik. Kalau dicermati karakteristik dan berbagai keunggulan teknologi yang dimiliki radio Trunking Tetra terjamin. ini, tugas pengamanan VVIP menjadi lebih

Keamanan informasi dan komunikasi radio ini jauh lebih terjamin

jika dibandingkan dengan berbagai jeniis radio yang belum dilengkapi dengan teknologi trunking. Kerawanannya hanya, jika kelemahan radio ini dimanfaatkan

69

pihak asing, mengingat radio EADS Trunking Tetra yang dimiliki Kodam Jaya saat ini masih produk luar negeri. Pada masa mendatang diharapkan bahwa radio dengan teknologi

trunking ini dapat diproduksi sendiri di dalam negeri sehingga keamanan dan kerawanan bocornya informasi dan komunikasi dapat diminimalkan.

Keinginan pemerintah untuk membangun kemandirian Alutsista, termasuk peralatan komunikasi yang menjadi prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II ini patut diberikan apresiasi tinggi dan didukung penuh. Harus dilakukan segera

langkah-langkah strategis dalam upaya percepatan pembangunan kemandirian tersebut, dengan menyamakan persepsi bahwa pembangunan industri pertahanan merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Penguasaan teknologi

merupakan kata kunci bagi keberhasilan upaya membangun kemandirian industri nasional, termasuk industri pertahanan setelah diperoleh kesamaan visi dan tekad dari semua stakeholders terkait. Bagi Kodam Jaya sendiri, penggunaan radio Trunking Tetra sangat membantu dalam optimalisasi pengamanan VVIP di wilayahnya. Kendala yang

ada saat ini antara lain keterbatasan radio dengan teknologi sejenis, keterbatasan BTS dan belum akrabnya teknologi ini di kalangan prajurit (operator) secara bertahap harus segera diatasi, sehingga pada masa mendatang optimalisasi pengamanan VVIP dan tugas-tugas operasi lainnya dapat diwujudkan.

Kemampuan para prajurit Kodam Jaya juga secara berkelanjutan harus terus ditingkatkan khususnya dalam penguasaan teknologi radio trunking ini, minimal memahami keunggulan dan pengoperasian radio ini dengan terampil.

70

Dari penelitian ini diharapkan pada masa mendatang, radio dengan teknologi trunking ini dapat dikembangkan dan diproduksi sendiri di dalam negeri dan menjadi radio komunikasi organik TNI sehingga tugas-tugas pokok dan operasi dapat dilaksanakan dengan baik dan lebih optimal.

71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan.

Dari hasil pengolahan dan analisis data

diperoleh beberapa

kesmpulan sebagai berikut: a. Dari jawaban responden melalui wawancara diperoleh fakta bahwa radio EADS Trunking Tetra sangat membantu tugas pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya dengan hasil yang memuaskan pengguna ketika diuji cobakan pada pengaman Presiden AS, Barrack Obama pada pertengahan 2010 yang lalu. b. Ternyata radio EADS Trunking Tetra ini dapat dikoneksikan dengan radio Motorolla 338 yang sudah dimiliki Kodam Jaya sebelumnya. Kenyataan

ini memberikan manfaat dan efisien, walau kondisi idealnya adalah komunikasi dengan sesama radio berteknologi trunking. c. Dari hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang dapat dilakukan saat ini bagi optimalisasi penggunaan radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya yaitu melaksanakan strategi defensif (kuadran III). Strategi tersebut berarti bertahan (survival) dengan kondisi yang ada saat ini dengan tetap berupaya untuk melakukan perbaikan bagioptimalisasi pengamanan VVIP. d. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan optimalisasi penggunaan radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya yaitu : (1) Mengupayakan dan mengoptimalkan koneksi radio Trunking Tetra dengan radio jenis lain yang sudah dimiliki Kodam Jaya dengan pengembangan riset; (2)
72

Melakukan percepatan transfer teknologi radio trunking sehingga pada masa mendatang radio sejenis dapat diproduksi sendiri di dalam negeri; (3) Menggiatkan sosialisasi pengoperasian dan teknologi radio Trunking Tetra agar operasional radio tersebut dapat optimal dalam mendukung pelaksanaan tugas pengamanan VVIP; (4) Mempercepat penambahan BTS sesuai dengan rencana gelar komunikasi yang telah disusun Kodam Jaya untuk menjangkau seluruh wilayah ibukota dan sekitarnya dengan lebih optimal; (5) Mendukung penuh tekad pemerintah untuk membangun kemandirian Alutsista khususnya alat komunikasi dalam mendukung tugas pokok dan operasional TNI, melalui kerjasama dengan berbagai stakeholders terkait dan (6) Menyakinkan DPR untuk menambah alokasi anggaran bagi upaya modernisasi Alutsista TNI, khususnya alat komunikasi dalam upaya mengoptimalkan tugas pengamanan VVIP dan tugas-tugas lainnya.

5.2.

Saran. Dari kesimpulan di atas dapat ditawarkan beberapa rekomendasi bagi optimalisasi penggunaan radio Trunking Tetra pada pengamanan VVIP di wilayah Kodam Jaya sebagai berikut : a. Perlu dilakukan upaya nyata percepatan transfer teknologi radio trunking sehingga diharapkan segera radio tersebut dapat diproduksi sendiri di dalam negeri. b. Rencana yang telah disusun Kodam Jaya bagi optimalisasi pengamanan VVIP di ibukota perlu didukung semua pihak, karena keberhasilan Kodam

73

Jaya dalam tugas operasi ini merupakan salah satu barometer tugas pengamanan yang dilakukan TNI pada umumnya. c. Bagi pemerintah dan parlemen untuk segera merevisi sejumlah peraturan dan kebijakan yang kontraproduktif bagi upaya modernisasi Alutsista TNI, khususnya alat komunikasi dengan teknologi tinggi sehingga keamanan informasi dan komunikasi lebih terjamin.

74

DAFTAR PUSTAKA

Clay Later, 1979. The Beginners Handbook of Amateur Radio. ST. Indianapolis Indiana USA. Howard W. Sams & Co., Inc. Darmawan, Teknologi Pernika : SIGINT, ELINT, IMMINT dan HUMMINT Pada Pernika Awal (Electronic Support/ES), Majalah Getaran Edisi II Tahun 2006 Dennie Roddy, Kamal Idris, John Coolen, 1990 Komunikasi Elektronika, Jakarta, Penerbit Erlangga Dephan RI, 2008, Postur Pertahanan Negara Jacob Millman and Christos C. Singapore Halkias, 1971 Integrated Electronics McGraw-Hill International Editions. International Telecommunication Union, 2003. Radio Regulation 2, dengan terjemahan dalam BAhasa Indonesia. John D. Kraus , 1984. Electromagnetics , Singapore McGraw-Hill, Inc. Koestomo.H MSc, 2005. Peperangan Elektronika (Pernika), Jakarta, Majalah Getaran Edisi I Tahun 2005. Kraus, J.D. 1984. Electromagnetics, Singapore: McGraw-Hill, Inc. Langie A. , 1992 Cryptography A Study of Secret Writings , Constable & Co Millman, J., Christos, C. & Halkias, S. 1971 Integrated Electronics, McGrawHill International Editions . Rinaldi Munir, 2007 Kryptografi , Informatika. Roddy, D., Kamal Idris, K. & Coolen, J. 1990. Komunikasi Elektronika, Jakarta: Penerbit Erlangga. Shrader Robert. L., 1989. Komunikasi Elektronika I jakarta, Penerbit Erlangga Sugiyono, (2004), Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung. Wasito S, 2004. Vademekum Elektronika, Jakarta. Utama. PT. Gramedia Pustaka

LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN PADA WAWANCARA KEPADA PERWIRA DAN STAF PERHUBUNGAN KODAM JAYA
A. Internal 1. Kekuatan. a. Alat Perhubungan yang ada di Kodam jaya: 1) 2) Hubdam Memakai Jenis Alat komunikasi Apa saja? Radio jenis apa yang menurut Hubdam selama ini paling aman digunakan ? 3) Dalam jaring pengamanan VVIP apa yang menjadi kendala selama ini? 4) Bagaimana Hubdam jaya mengatasi bila terjadi gangguan komunikasi dalam pengamanan VVIP? b. Selama ini bila ada kegiatan demonstrasi apakah alat komunikasi Hubdam bisa masuk/monitor komunikasi yang dilakukan oleh Polri, dan jenis alkom apa yang digunakan? c. Bagimanan tentang penggunaan Sistem Trunking Tetra yang baru di terima oleh Hubdam Jaya? d. Apakah sudah maksimal gelar komunikasi menggunakan sistem komunikasi Trunking Tetra saat ini ? e. Berapa jumlah radio Trunking Tetra yang sudah tergelar saat ini?

f.

Apakah seluruh personel Hubdam sudah menguasai tehnologi sistem komunikasi Trunking Tetra ini?

g.

Berapa kebutuhan ideal radio Trunking Tetra ini dalam pengamana VVIP dan wilayah Kodam Jaya?

h. 2.

Bagaimana grand desain sistem komunikasi Kodam Jaya kedepan

Kelemahan a. Apa kelemahan sistem komunikasi Trunking Tetra yang bapak ketahui? Apakah ada alih teknologi Radio Trunking Tetra ini dari pihak perusahaan penyedia? b. c. Bila terjadi kerusakan Radio Trunking Tetra ini kemana di perbaikinya? Bagaimana kiat-kiat menjaga Radio Trunking Tetra ini agar tetap baik dan mampu di gunakan secara maksimal? Apa saran-saran Bapak?

B.

Eksternal. 1. Peluang a. Kebijakan protektif 1) Apakah gelar radio Trunking Tetra ini sudah sesuai kebijakan Direktorat Perhubungan Angkatan darat ? 2) Bagaimana kebijakan Panglima terhadap Radio Trunking Tetra ini ? 3) Bila peneliti pelajari tentang fasilitas komunikasi Trunking

Tetra yang sangat kompleks apakah saat ini sudah dapat berfungsi semuanya?

4)

bila belum maksimal fasilitasnya, apa langkah-langka Hubdam selanjutnya agar fasilitas yang ada agar radio Trunking Tetra ini dapat berfungsi secara maksimal ?

b.

Apakah menurut bapak radio Trunking Tetra ini bisa di jumming oleh pihak lain ? 1) 2) Berapa harga satuan radio Trunking Tetra ini? apakah radio Trunking Tetra ini bisa di koneksikan dengan radio motorolla tipe 338 atau motorola lainnya? 3) Apa rencana Hubdam mengatasi kekurangan Radio Trunking Tetra ini ? 4). Apa saran yang bapak sampaikan tentang radio Trunking Tetra ini ? 5). 6). Berapa jumlah BTS yang sudah tergelar/terpasang ? Apakah wilayah Kodam Jaya sudah terjumper dengan gelar BTS yang ada ini? 7). Kalau belum, wilayah mana saja yang belum bisa terjangkau dengan radio Trunking Tetra ini ? 8). Alat komunikasi apa yang mereka gunakan sekarang (daerah yang tidak terjangkau Radio Trunking Tetra) ? 9). Disamping radio Trunking Tetra apakah Hubdam masih menggunakan alkom lain ? kalau ada jenis alkom apa ?

10).

Bagaimana

Hubdam Jaya melaksanakan

pengamanan jaring

VVIP, bila presiden/wapres berkunjung ke daerah yang belum terjangkau Radio Trunking Tetra? 11). Apakah selama ini ada dari pihak lain yang masuk ke frekuensi radio Hubdam ? 12). Apakah Hundam pernah merasakan komunikasi disadap oleh orang lain ? 13) Bila ada langkah-langka apa yang dilakukan dalam yang berjalan

mengantisipasi penyadapan tersebut ? c. Permintaan 1) Bagiamana grand desain komunikasi yang di programkan Hubdam Jaya ? 2) 3) Apakah ada kendala mewujudkan grand desain tersebut ? Bila ada kendala bagimana Hubdam Jaya mengatasinya?

2.

Ancaman/Tantangan a. b. c. Apakah yang menghambat komunikasi Kodam Jaya selama ini? Pernahkah terjadi trouble dalam jaring pengamanan VVIP ? Setelah menggunakan Radio trunking sistem tetra ini apa pernah ada gangguan dari frekuensi alat komunikasi ? Dari luar negeri apa saja? Berapa prosentasenya? d. Bagaimana kualitas suara yang dihasilkan Radio Trunking sistem tetra tersebut?

Anda mungkin juga menyukai