Hari/ tanggal: Kamis/ 22 September 2011 Waktu PJP Asisten : 14.00-16.30 WIB : Waras Nurcholis, Ssi, Msi : 1. Resti Siti M, Ssi 2. Ridho Pratama 3. Sekar Arumsari BIOFISIK Kelompok 19 Firman Eka Permata Rizka Fitri Syarafina Sistha Pangastuti (B04100143) (B04100194) (B04100195)
Departemen Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Bogor 2011
I. PENDAHULUAN Biofisik ialah ilmu yang mempelajari fenomena fisika yang terjadi dalam tubuh suatu makhluk hidup. Fenoma fisika tersebut banyak sekali jenisnya, diantara lain bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat terhadap air pada volume yang sama dan suhu yang sama di udara. Penentuan bobot jenis
digunakan dalam pengidentifikasi suatu zat yang berbentuk padatan atau cairan. Biasanya penghitungan bobot jenis dilakukan terhadap zat yang berbentuk cairan, karena senyawa/zat tersebut memiliki bobot jenis yang berbeda-beda. Densiti atau bobot jenis dipengaruhi oleh suhu, yaitu apabila suhu meningkat maka molekulmolekul zat akan bergerak, mengembang, hingga menguap, sehingga bobot jenis akan berkurang. Namun apabila suhu turun, jarak antar molekulnya akan semakin rapat, sehingga zat akan mengkerut dan menyebabkan densiti bertambah atau semakin kental (Devie, 2010). Karena dipengaruhi oleh suhu maka diperlukan suatu faktor koreksi untuk pengukuran suhu selain 20o C. Faktor koreksi ini dihitung dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : F = (t ukur 20o C) x K F = faktor koreksi t ukur = suhu pada saat pengukuran (to C) K = bilangan koreksi pada literatur Bobot jenis dapat digunakan dalam mengenal keadaan zat, menentukan kemurnian suatu zat, dan kepekatan suatu larutan (Raharjo, 2008). Alat yang dipakai untuk mengukur bobot jenis cairan disebut densitometer. Densitometer digunakan untuk mengukur bobot jenis pada temperatur 60F. Adapula alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis urin yang disebut urinometer. Tegangan permukaan merupakan usaha lapisan tipis pada permukaan suatu cairan untuk mempertahankan luas permukaan cairan tersebut. Permukaan air dapat teregang karena adanya gaya tarik menarik antar molekul air di
permukaan, atau biasa disebut gaya kohesi (Mohtar, 2008). Gaya itulah yang selalu berusaha untuk memperkecil luas permukaan bidang cairan tersebut. Gaya gravitasi dan tegangan permukaan saling berkaitan. Cairan yang memiliki tegangan permukaan lebih kecil dibanding gaya gravitasi akan lebih mudah jatuh dan begitu sebaliknya. Emulsi adalah suatu sistem koloid yang terdiri dari dua atau lebih zat atau senyawa namun keduanya tidak saling melarutkan. Cairan tersebut tidak saling melarutkan karena salah satu senyawa atau zat mendispersi senyawa atau zat lainnya. Emulsi memiliki dua tipe, yakni W/O dan O/W. Percobaan ini bertujuan untuk mengamati sifat-sifat biofisik meliputi bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Manfaat dari praktikum ini ialah agar praktikan dapat menentukan bobot jenis suatu larutan dengan menggunakan alat densitometer dan urinometer untuk urin, praktikan dapat mengetahui bahwa bobot jenis setiap larutan berbeda, mengamati perbedaan tegangan permukaan berbagai jenis larutan, dan dapat mengamati perbedaan sifat berbagai jenis emulsi. II. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga, Bogor pada tanggal 22 September 2011 pukul 14.00-16.30 WIB. B. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan, yaitu : densitometer, urinometer, pipet, tabung reaksi, mikroskop, preparat, gelas penutup, termometer, gelas pengaduk, gelas arloji, gelas ukur. Selain itu bahan-bahan yang digunakan antara lain: NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, NaCl 20%, glukosa 5%, akuades, urin, air keran, air kelapa, larutan albumin 1%, cairan empedu, air sungai, air deterjen, alkohol, minyak tanah, gum arab, minyak kelapa, margarin, dan susu.
C. Prosedur Percobaan Praktikum ini terdiri dari tiga jenis percobaan yaitu, penentuan bobot jenis, pengamatan tegangan permukan berbagai jenis larutan, dan pengamatan sifat berbagai jenis emulsi. Pada penentuan bobot jenis berbagai larutan ilmiah dilakukan percobaan pengukuran bobot jenis terhadap akuades, larutan NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, glukosa 5%, air kelapa, air kran, dan larutan albumin 1% dengan menggunakan densitometer dan mengukur suhu dari masing-masing larutan tersebut dengan menggunakan termometer. Selanjutnya dilakukan juga percobaan bobot jenis terhadap urin beberapa praktikan dengan menggunakan urinometer, dan membandingkan hasil setiap praktikan. Pada pengamatan tegangan permukaan berbagai larutan terdapat dua percobaan. Percobaan pertama dilakukan pengamatan terhadap jarum dalam gelas arloji yang diberi beberapa cairan. Pertama dimasukkan cairan akuades ke dalam gelas arloji, setelah itu diletakkan jarum pada gelas arloji tersebut, dan diamati kondisi jarum mengapung atau tenggelam. Percobaan diulang dengan mengganti akuades dengan cairan empedu, air kelapa, air sungai, dan larutan deterjen. Selanjutnya untuk percobaan kedua adalah dengan menghitung jumlah tetesan pada beberapa larutan sebanyak 2ml seperti: akuades, larutan NaCl 20%, alkohol, minyak tanah, dan air sabun, kemudian dilakukan perbandingan untuk setiap hasil. Praktikum terakhir yaitu pengamatan sifat berbagai jenis emulsi terdapat lima percobaan, yaitu emulsi minyak kelapa dan air, emulsi minyak kelapa dan sabun, emulsi minyak kelapa dan gum arab, emulsi alamiah, dan emulsi industri. Percobaan pertama, masukkan air dan minyak kelapa pada tabung reaksi dengan jumlah volume yang sama, diamati lalu dilakukan pengocokan agak lama dan diamati perubahannya apakah, setelah itu dilakukan penambahan sudan merah untuk mewarnai minyak kelapa, kemudian dikocok dan diamati di bawah mikroskop. Percobaan diulangi dengan mengganti air dengan sabun. Kemudian untuk percobaan minyak kelapa dan gum arab, dilakukan pencampuran 1g gum arab dengan 5ml minyak kelapa dalam mortar, lalu digerus hingga homogen,
4
kemudian ditambahkan 3ml akuades, aduk hingga pekat setelah itu diberi 5ml akuades sedikit demi sedikit. Amati stabilitasnya dan periksa setetes emulsi di bawah mikroskop. Untuk percobaan emulsi alamiah digunakan susu segar. Amati emulsi susu di dalam tabung reaksi, lalu tentukan stabilitasnya, dan komponennya. Setelah itu amati susu dibawah mikroskop dan tentukan tipe emulsinya dan media yang berperan. Percobaan terakhir yaitu emulsi industri dengan menggunakan margarin. Margarin cukup diamati di bawah mikroskop. III. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Data pengukuran bobot jenis cairan dan urin T larutan (C) 29 29 28 30 29 28 28 28 BJ terbaca (g/ml) 1.016 1.000 1.003 1.007 1.034 1.015 1.000 1.000 BJ terkoreksi (g/ml) 1.019 1.003 1.006 1.010 1.037 1.018 1.003 1.003
Larutan Glukosa Albumin NaCl 0.3% NaCl 0.9% NaCl 5% Air kelapa Air kran akuades
Tabel 2. Data Pengkuran Bobot Jenis Urin T alat (C) 20 T larutan (C) 27.5 BJ terbaca (g/ml) 1.020 FK 0.003 BJ terkoreksi (g/ml) 1.023
Tabel 3. Tegangan Permukaan Cairan Alami Jenis Cairan Empedu Deterjen Air kelapa Air sungai Akuades Hasil Pengamatan Tenggelam Tenggelam Terapung Terapung Terapung
Tabel 4. Data Pengamatan Jumlah Tetesan Jenis Cairan Akuades NaCl 20% Alkohol Minyak tanah Air sabun Jumlah Tetesan 70 46 107 102 70
Tabel 5. Data Pengamatan Berbagai Jenis Emulsi Jenis emulsi Pengamatan Kestabilan Tipe emulsi Media pendispersi Media terdispersi Minyak + sabun Tidak Stabil W/O Minyak Air sabun Minyak + air Tidak Stabil W/O Minyak Air Minyak + gum arab Tidak Stabil W/O Minyak Air
Susu
Margarin
IV. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bobot jenis berturut-turut dari yang terkecil yaitu, akuades, air kran, dan albumin sebesar 1.000, kemudian NaCl 0.3% 1.003, NaCl 0.9% 1.007, Air kelapa 1.015, Glukosa 1.016, dan NaCl 5% 1.034. Pada data terlihat bahwa bobot jenis NaCl 5% > NaCl 0.9% > NaCl 0.3%. Hal ini sesuai dengan rumus yaitu bobot jenis = massa zat terlarut dibagi massa air pada volume dan temperatur yang sama. Sehingga semakin besar massa zat terlarut semakin besar pula bobot jenisnya. Sedangkan pada glukosa 5% dan NaCl 5% didapatkan bobot jenis NaCl lebih besar dibandingkan glukosa. Pengukuran bobot jenis ini dilakukan dengan menggunakan densitometer. Berdasarkan hasil percobaan urin praktikan memiliki bobot jenis yang normal, yaitu sebesar 1.023 g/ml. Bobot jenis urin normal adalah 1.003-1.030 (Wirawan, 2008). Bobot jenis urin bergantung pada konsentrasi bahan solid yang larut dalam air (Anonim, 2011). komposisi urin normal mengandung garam-garam amonium, belerang anorganik, belerang tak teroksidasi, klorida, dan kreatinin. Bobot jenis urin seseorang bergantung pada pola makan, aktivitas sehari-hari, jumlah air yang diminum, kesehatan, dan kandungan makanan yang dimakan. Dalam percobaan tegangan permukaan didapat hasil, jarum melayang pada cairan air kelapa, akuades dan air sungai, sedangkan pada cairan empedu dan deterjen jarum tenggelam. Hal ini berkaitan dengan tegangan permukaan dan kerapatan molekul. Dimana semakin rapat molekul suatu zat maka akan semakin besar konsentrasinya. Dan bila konsentrasi zat terlarut di permukaan lebih besar dibanding bagian dalamnya maka tegangan permukaan akan naik dan begitu sebaliknya. Dalam hal ini cairan empedu dan deterjen memliki konsentrasi yang tinggi, sedangkan air kelapa, akuades dan air sungai memiliki konsentrasi yang lebih rendah. Pada percobaan jumlah tetes didapat hasil untuk volume 1ml berturut-turut dari yang terkecil NaCl 20% 46 tetes, akuades dan air sabun 70 tetes, minyak tanah 102 tetes dan alkohol 107 tetes. Dalam hal ini tegangan permukaan memiliki hubungan dengan gaya gravitasi dalam menentukan jumlah tetesan suatu cairan. Semakin banyak jumlah tetesan larutan maka semakin kecil
tegangan permukaannya. Larutan NaCl 20% memiliki tegangan permukaan paling tinggi sedangkan alkohol memiliki tegangan paling rendah. Emulsi adalah salah satu jenis koloid dengan zat cair sebagai zat terdispersi. Emulsi dibedakan menjadi emulsi gas, emulsi cair, emulsi padat. Perbedaan ini berdasarkan medium pendispersinya. Dari hasil pengamatan diketahui susu merupakan emulsi stabil dengan tipe O/W, minyak + sabun, minyak + gum arab, dan margarin memiliki emulsi stabil dengan tipe W/O. dalam hal ini gum arab dan sabun merupakan emulgator atau penstbabil emulsi. Pada praktikum ini digunakan sudan merah yang berfungsi untuk mewarnai molekul minyak kelapa sehingga dapat dibedakan tipe emulsinya, lalu gum arab yang merupakan polimer heterosakarida yang merupakan hidrokoloid berfungsi sebahai emulgator atau penstabil emulsi.
V. KESIMPULAN Bobot jenis larutan glukosa, albumin, urin, NaCl 0.3%, NaCl 0.9%, NaCl 5%, air kelapa, air kran, akuades berturut-turut 1.016, 1.000, 1.020, 1.003, 1.007, 1.034, 1.015, 1.000, dan 1.000. Pada percobaan tegangan permukaan cairan alamiah, akuades, air kelapa dan air sungai memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dibandingkan cairan empedu dan detergent. Pada percobaan jumlah tetesan, larutan yang memiliki tegangan permukaan terbesar adalah larutan NaCl 20%, sedangkan larutan alcohol memiliki tegangan permukaan terbesar. Emulsi minyak + sabun, emulsi minyak kelapa + air dan emulsi minyak + gum arab merupakan emulsi yang tidak stabil dengan tipe W/O, emulsi susu merupakan emulsi yang stabil dengan tipe W/O, sedangkan emulsi mentega merupakan emulsi yang stabil dengan tipe O/W.
VI. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2011. Urin Normal. [terhubung berkala] www.JurnalDokter.com [25 september 2011]. Devie. 2010. Makalah. Teknologi Analisis Fisika-Penetapan Bobot Jenis dengan Densimeter, 9 Juli. Mohtar. 2008. Tegangan permukaan. [terhubung berkala]. http://www. mohtar. staff. uns. ac. id/ files/ 2008/ 08/ teganganpermukaan. doc [26 September 2011]. Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R. Biokimia Harper edisi 22. EGC. Raharjo SJ. 2008. Berat jenis. SJ. Raharjos-PI-M. [terhubung berkala]. http://www. sjraharjo. wordpress. com/ kimia-fisika/ [25 September 2011]. Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. 2008. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Cermin Dunia Kedokteran 30:36 [terhubung berkala] http://www. kalbe. co. id/ files/ cdk/ files/ 12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin. pdf/
10