Anda di halaman 1dari 15

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan Desember 2009 di Laboratorium Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, sedangkan pengukuran parameter dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Laboratorium Teknik Pertanian (untuk pengukuran kadar air), Laboratorim Sentral (untuk pengukuran kadar abu), Laboratorium Ilmu Tanah (untuk pengukuran densitas) dan Laboratorim Penelitian Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara (untuk pengukuran nilai kalor). Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jagung, tepung kanji, dan air sebagai campuran bahan perekat. 2. Alat Adapun alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah drum sebagai tungku pengarangan, lumpang dan alu untuk menumbuk bioarang, shave seckher 20 mesh untuk mengayak arang briket , neraca digital, gelas ukur untuk mengukur banyak air untuk membuat perekat kanji, alat pengaduk untuk mengaduk adonan agar campuran arang dan perekat kanji merata, cetakan briket, oven untuk mengeringkan bahan, desikator untuk mendinginkan bahan dan menjaganya dari kelembapan udara, label nama untuk menandakan sampel dari tiap perlakuan, parr oxygen bomb calorimeter untuk mengukur nilai kalor dari briket yang dihasilkan, tungku pengabuan sebagai tempat untuk proses pengabuan dari pembakaran briket, dan alat tulis untuk pencatatan data dalam penelitian. tongkol

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial, dengan tiga taraf sebagai berikut : P1 P2 P3 = 5% = 10% = 15%

Dengan (P) adalah komposisi bahan perekat. Model rancangan yang digunakan adalah: Yij = + Ti + ij Dimana : Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. = nilai tengah umum. Ti = pengaruh perlakuan ke-i. ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j. Parameter yang diamati: 1. Nilai kalor. 2. Kadar air. 3. Berat jenis (Densitas). 4. Kadar abu.

Universitas Sumatera Utara

Prosedur Penelitian

Mulai

Proses pengolahan bahan menjadi tepung arang

Proses pengolahan bahan perekat

Proses pencampuran tepung arang dan bahan perekat Proses Pencetakan briket Pengujian Parameter: 1. Nilai Kalor 2. Kadar air 3 Densitas Analisa Data

Selesai Gbr 1. Diagram alir Penelitian A. Proses pengolahan bahan menjadi tepung arang
1. Tongkol jagung dibersihkan dari kotoran yang terikut kemudian dipotong potong hingga berukuran tidak lebih dari 10 cm. Kemudian bahan dikeringkan dibawah sinar matahari selam 3 hari. 2. Proses pengarangan tongkol jagung dengan memasukkan bahan ke dalam tungku pengarangan secara terpisah dan bertahap. Kemudian bahan disulut dengan api dan dikeluarkan dari tungku pengarangan setelah bahan menjadi arang.

Universitas Sumatera Utara

3. Bioarang hasil pengarangan ditumbuk hingga menjadi tepung arang. Tepung arang yang telah ditumbuk tersebut kemudian diayak dengan shave seckher untuk mendapatkan ukuran material yang seragam. Dalam penelitian ini, ukuran material yang digunakan adalah 20 mesh. 4. Tepung arang tongkol jagung siap dicampur dengan perekat. B. Proses pencampuran tepung arang dan bahan perekat.

1. Disiapkan campuran perekat (kanji) yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1 : 4, kemudian dipanaskan. 2. Berat keseluruhan tepung arang dan perekat adalah 50 gram. 3. Ditimbang tepung arang tongkol jagung untuk persentase bahan perekat sebesar 5%. Hal ini dilakukan untuk tiga kali ulangan. 4. Ditimbang tepung arang tongkol jagung untuk persentase bahan perekat sebesar 10%. Hal ini dilakukan untuk tiga kali ulangan. 5. Ditimbang tepung arang tongkol jagung untuk persentase bahan perekat sebesar 15%. Hal ini dilakukan untuk tiga kali ulangan. 6. Setelah ditimbang perbandingan antara serbuk arang tongkol jagung dan perekat, lalu dicampur dalam mangkuk sehingga menjadi satu dan homogen. Diberikan label nama pada tiap adonan sesuai perlakuan.
C. Proses pencetakan briket 1. Dimasukkan bahan briket yang sudah dicampur ke dalam alat pencetak briket denga kuat tekan 2 ton. 2. Dimasukkan adonan seluruhnya ke dalam cetakan briket yang terletak pada bagian bawah alat pencetak. 3. Diputar pengunci tabung oli agar tekanannya tidak turun, kemudian dipompa alat pencetak hingga tekanan optimal.

Universitas Sumatera Utara

4. Kemudian dibuka pengunci tabung oli dan briket dapat dikeluarkan dari cetakan. 5. Briket dikeringkan dengan oven pada suhu 60 selama 24 jam. Briket yang dihasilkan kemudian diuji parameternya yaitu kualitas nilai kalor, kadar air, berat jenis (densitas), dan kadar abu.

Parameter yang Diamati 1. Nilai kalor. Pengukuran kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan menggunakan alat parr oxygen bomb calorimeter (kal/gr).

Gbr 2. Parr oxygen bomb calorimeter Cara pengujian kualitas nilai kalor pada briket bioarang tongkol jagung adalah dengan menimbang bahan sebanyak 0.15 gram dan diletakkan dalam cawan platina dan ditempatkan pada ujung tangkai penyala yang sudah dipasang kawat penyala, kemudian dimasukkan ke dalam tabung bom dan ditutup dengan erat. Oksigen diisikan ke dalam tabung dengan tekanan 30 bar dan dimasukkan kedalam tabung kalorimeter yang sudah diisikan air sebanyak 1250 ml, kemudian ditutup dengan alat pengaduknya. Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 menit dan dicatat temperatur yang tertera pada termometer. Penyalaan dilakukan dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian

Universitas Sumatera Utara

dicatat kenaikan suhu pada termometer. Dihitung nilai kalor dengan persamaan: HHV = (T - 0,05) x Cv 4,187 T1 T2

kal/g

Dimana :

= Temperatur sebelum pengeboman (0C) = Temperatur setelah pengeboman (0C)

HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g) Panas jenis bomb calorimeter (Cv) 0.05 2. Kadar air Analisa kadar air bahan dilakukan dengan cara menghitung berat kering oven. Sebelum bahan kering diovenkan, diambil sampel dari setiap perlakuan. Kemudian ditimbang setiap 2 gram di aluminium foil yang telah diketahui berat kosongnya. Dikeringkan di dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105C. Lalu didinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Kadar air dihitung dengan rumus : Kadar Air = BeratAwal BeratAkhir BeratAwal 3. Densitas Perhitungan berat jenis dapat didasarkan pada berat kering tanur, berat basah, dan pada berat kering udara. Sudrajad (1983) menyatakan bahwa berat jenis kayu sangat berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, zat terbang, karbon terikat, dan nilai kalor briket. Dijelaskan juga bahwa briket dengan kerapatan tinggi menunjukkan nilai kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, karbon terikat,
100 %

= 73529.6 (kJ/kg 0C)

= Kenaikan temperatur kawat penyala (0C)

Universitas Sumatera Utara

dan nilai kalor yang lebih tinggi dibanding briket dengan kerapatan rendah. Pada penelitian ini pengukuran berat jenis dilakukan pada berat kering udara yang ditentukan dengan rumus: D = Dimana: D = Densitas (gr/cc) 4. Kadar abu Penentuan kadar abu dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Cara pengujian kadar abu adalah dengan terlebih dahulu memanaskan cawan porselen ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Diletakkan 2 gram bahan ke dalam cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam tungku pengabuan dan dibakar secara perlahan selama 4 jam sampai suhu pembakaran akhir 580 6000C sehingga semua karbon hilang. Didinginkan cawan beserta isinya ke dalam desikator kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat abu. Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus :
W1 W2 100%

Berat Briket Volume Briket

Kadar Abu =

Dimana:

W1 W2

= Berat abu (gram). = Berat sampel yang dikeringkan (gram).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian pemanfaatan limbah tongkol jagung dalam pembuatan briket bioarang dengan perlakuan perbandingan jumlah konsentrasi bahan perekat dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data pengamatan hasil penelitian Perlakuan P1 = 5 % P2 = 10 % P3 = 15 % Nilai Kalor (kal/gr) 5326,96 6322,10 5912,34 Kadar Air (%) 3,06 4,40 5,15 Densitas (gr/cc) 0,79 0,89 0,95 Kadar Abu (%) 12,60 12,17 9,23

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P2 sebesar 6322,10 kal/gr sedangkan nilai kalor terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 5326,96 kal/gr. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3 sebesar 5,15 %, sedangkan kadar air terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 3,06 %. Densitas (kerapatan partikel) yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P3 sebesar 0,95 gr/cc sedangkan densitas terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 0,79 gr/cc. Kadar abu yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 12,60 % sedangkan kadar abu terendah diperoleh dari perlakuan P3 sebesar 9,23 %. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari setiap perlakuan yang diberikan terhadap parameter nilai kalor, kadar air, densitas, dan kadar abu yang diamati dapat dilihat pada daftar analisa sidik ragam dari masing-masing parameter, yang selanjutnya diuji dengan uji least significant range (LSR). 1. Nilai kalor

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah konsenstrasi bahan perekat memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh jumlah konsenstrasi bahan perekat terhadap nilai kalor untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji LSR pengujian jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap nilai kalor Jarak 2 3
Keterangan :

LSR 0,05 0,01 Perlakuan P1 1.338,4113 1.384,8302 2.026,9581 2.131,4006 P2 P3

Rataan 5.326,96 6.322,10 5.912,34

Notasi 0,05 a a a 0,01 A A A

Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada pada taraf 5 % dan berbeda sangat tidak nyata pada taraf 1 %.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan P1, P2, dan P3 memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap parameter yang diamati pada taraf 5 % dan berbeda sangat tidak nyata pada taraf 1 % sehingga pengujian beda rataan tidak dilanjutkan. 2. Kadar air Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah konsenstrasi bahan perekat memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh jumlah konsenstrasi bahan perekat terhadap kadar air untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji LSR pengujian jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar air Jarak 2 0,7442 1,1271 LSR 0,05 0,01 Perlakuan P1 P2 Rataan 3,06 4,40 Notasi 0,05 a b 0,01 A B

Universitas Sumatera Utara

3
Keterangan :

0,7700

1,1851

P3

5,15

Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada pada taraf 5 % dan berbeda sangat tidak nyata pada taraf 1 %.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan P2 dan P3 pada taraf 5 %, sedangkan pada taraf 1 % perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Dari tabel 5 juga dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi sebesar 5,15% diperoleh pada perlakuan P3 dan terendah pada perlakuan P1 sebesar 3,06%. Hubungan dari perlakuan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar air dapat dilihat pada gambar 4.

6.00 5.00 Kadarair(%) 4.00 3.00 2.00 0 5 10 Jumlah bahan perekat (%) 15 20 y = 0.2087x + 2.114 R = 0.9746
2

Gambar 4. Grafik hubungan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar air (%).

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah konsentrasi bahan perekat maka akan semakin tinggi kadar air pada briket. Hal ini sesuai dengan Anonimous (1989) dalam Rohyan (2003) yang mengatakan bahwa dalam bahan pengikat kanji terkandung kadar air sebesar 10,70 % dengan demikian semakin banyak jumlah konsentrasi bahan perekat yang digunakan maka semakin besar kadar airnya. 3. Densitas

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah konsenstrasi bahan perekat memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap densitas. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh jumlah konsenstrasi bahan perekat terhadap densitas untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji LSR pengujian jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap densitas Jarak 2 3
Keterangan :

LSR 0,05 0,0305 0,0316 0,01 0,0462 0,0486 Perlakuan P1 P2 P3

Rataan 0,79 0,89 0,95

Notasi 0,05 a b c 0,01 A B C

Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada pada taraf 5 % dan berbeda sangat tidak nyata pada taraf 1 %.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan P2 dan P3 pada taraf 5 %. Sedangkan pada taraf 1 % perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2 dan P3. Hubungan dari perlakuan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap densitas dapat dilihat pada gambar 5.

1.10
Densitas(gr/cc)

0.90 y = 0.0167x + 0.7089 0.70 0.50 0 5 10 Jumlah kadar perekat (%) 15 20 R = 0.9868
2

Gambar 5. Grafik hubungan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap densitas (gr/cc).

Universitas Sumatera Utara

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah konsentrasi bahan perekat maka akan semakin tinggi densitas pada briket. Hal ini sesuai dengan pernyataan Komarayati dan Gusmailina, (1995) bahwa dengan bertambahnya bahan perekat maka ikatan antar partikel akan semakin kuat, kerapatan antar material juga semakin besar dan ruang pori lebih sedikit. 4. Kadar abu Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jumlah konsenstrasi bahan perekat memberi pengaruh berbeda nyata terhadap kadar abu. Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh jumlah konsenstrasi bahan perekat terhadap kadar abu untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji LSR pengujian jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar abu Jarak 2 3
Keterangan :

LSR 0,05 1,5286 1,5816 0,01 2,3150 2,4343 Perlakuan P1 P2 P3

Rataan 12,60 12,17 9,23

Notasi 0,05 a a b 0,01 A A B

Notasi yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada pada taraf 5 % dan berbeda sangat tidak nyata pada taraf 1 %.

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pada taraf 5 % perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap perlakuan P2 tetapi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan P3. Sedangkan pada taraf 1 % perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda sangat tidak nyata terhadap perlakuan P2 tetapi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3.

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 7 juga dapat dilihat bahwa kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 sebesar 12,6 % dan kadar abu terendah diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 9,23 %. Hubungan dari perlakuan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar abu dapat dilihat pada gambar 6.
14.00 12.00 Kadarabu(%) 10.00 8.00 6.00 0 5 10 Jumlah bahan perekat (%) 15 20

y = -0.3367x + 14.7 R = 0.8447


2

Gambar 6. Grafik hubungan jumlah konsentrasi bahan perekat terhadap kadar abu (%).

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah konsentrasi bahan perekat maka akan semakin rendah kadar abu pada briket. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu perekat lebih rendah dibanding kadar abu bahan dasar, sehingga dengan penambahan jumlah konsentrasi bahan perekat akan memicu turunnya kadar abu arang briket (Kardianto, 2009).

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan 1. Jumlah konsentrasi bahan perekat memberi pengaruh berbeda tidak nyata terhadap nilai kalor, berbeda sangat nyata terhadap kadar air dan densitas, dan berbeda nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan. 2. Nilai kalor tertinggi dalam penelitian ini diperoleh pada jumlah konsentrasi bahan perekat 10 % sebesar 6.322,10 kal/gr. Nilai kalor tidak memenuhi standar mutu briket buatan Inggris, tetapi memenuhi standar mutu briket buatan Jepang dan Amerika. 3. Kadar air yang diperoleh dari penelitian ini untuk masing-masing jumlah konsentrasi bahan perekat 5%, 10%, dan 15 % adalah sebesar 3,06 %, 4,40 %, dan 5,15 %. Nilai kadar air yang diperoleh seluruhnya memenuhi standar mutu briket buatan Inggris, Amerika dan Jepang. 4. Densitas yang diperoleh dari penelitian ini untuk masing-masing jumlah konsentrasi bahan perekat 5%, 10%, dan 15 % adalah sebesar 0,79 gr/cc, 0,89 gr/cc, dan 0,96 gr/cc. Nilai densitas yang diperoleh seluruhnya memenuhi standar mutu briket buatan Jepang. 5. Kadar abu yang diperoleh dari penelitian ini untuk masing-masing jumlah konsentrasi bahan perekat 5%, 10%, dan 15 % adalah sebesar 12,60 %,

Universitas Sumatera Utara

6. Dilihat dari parameter yang diamati, maka briket yang terbaik adalah dengan jumlah konsentrasi bahan perekat 10 % (P2) dengan mempertimbangkan nilai kalor,kadar air, dan densitas yang terkandung dalam briket tersebut.

Saran

1. Untuk mencegah terjadinya asap yang terlalu besar dan tebal pada saat karbonisasi, maka sebaiknya bahan tersebut harus benar-benar kering. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan interval jumlah konsentrasi bahan perekat yang lebih kecil serta lebih banyak perlakuan yang digunakan untuk mendapatkan briket bioarang dengan kualitas yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai