Anda di halaman 1dari 5

Lycopodium nummularifolium Blume

Lycopodium nummularifolium Blume Famili : Lycopodiaceae Nama Lain : Clubmosses, Firmmosses, Fir-clubmosses, Fern allies (Inggris) Huperzia nummularifolia (Blume) T.C. Chamber, Jermy and Crabbe 2n = 68 (4x) 2n = 216 Asal-usul dan penyebaran geografi Tanaman ini diperkirakan berasal dari Asia Tenggara beriklim tropis, dengan pusat endemik di sekitar semenanjung Melayu, di Malaysia bagian timur, Indonesia di sekitar Kalimantan hingga Filipina bagian selatan, Irian dan Papua nugini. Beberapa penelitian eskplorasi akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa Lycopodium nummularifolium juga diketemukan tumbuh secara alami di hutan-hutan sebelah timur Papua nugini hingga bagian utara Australia. Penyebaran secara alami diperkirakan dengan menggunakan spora yang ringan dan dapat terbang terbawa oleh angin serta dapat bertahan lama hingga mencapai tempat tumbuh yang kondusif untuk berkecambah. Kerabat-kerabatnya dalam satu genus, mempunyai area dispersal yang luas hingga ke daratan Amerika yang beriklim tropis. Kegunaan Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering digunakan pada acara teaterikal. Spora kering ini digunakan untuk memberikan efek seperti kobaran api. Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi dengan panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian batang potong atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen dalam rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada taman. Beberapa spesies Lycopodium juga digunakan salah satu bahan pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk bahan obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern spesies Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan suatu sistem pengobatan yang aman dan efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional.

Produksi dan perdagangan Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanaman Nuansa terang karena daya terbakar spora yang cepat dengan suhu rendah pada efek teateritikal diduga karena spora mengandung unsur Aluminium yang tinggi.

Pertelaan Merupakan jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis. Dibandingkan dengan kerabat

Source: Balai Penelitian Tanaman Hias

Page1/5

Lycopodium lain yang tumbuh merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah dan menjalar membentuk sistem perakaran baru (rhizoma). Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi batang yang berfungsi selain sebagai alat trasport air dan nutrient untuk proses photosynthesis, juga sebagai alat perekat tanaman pada tempat tumbuhnya. Tergantung pada tempat tumbuhnya, rizhoma berakar adventif dapat menjalar di atas maupun di bawah media tempat tumbuhnya hingga mencapai kedalaman 5 - 15 cm. Rizhoma-rhizoma ini pun berpotensi untuk membentuk tunas baru yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman baru (vegetative reproduction). Daun kecil (microphyll) berwarna hijau, berbentuk bulat hingga oval lonjong/lanceolate (scale-like leaves), pipih dengan satu tulang daun yang berada di tengah helaian. Daun melekat pada segmen-segmen batang yang mirip buku dengan susunan duduk daun berpasangan dengan sedikit alternasi (opposite, slightly alternate). Sudut duduk daun berjarak seragam pada batang. Susunan daun-daun pada batang tanaman overlap linier dengan daun yang lain pada buku yang berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian radial mirip mata rantai dengan bidang datar yang rata. Untuk reproduksi seksual, tanaman ini membentuk organ yang disebut strobilus yang biasanya tumbuh pada dasar duduk daun (microphyll axils). Sporangium sebagai sebagai tempat sel induk spora terdapat pada strobilus, berbentuk seperti ginjal. Pada fase gametofit, spora akan membentuk organ-organ gametangia, seperti arkegonium dan anteridium sebagai penghasil gamet-gamet jantan dan betina. Pertumbuhan dan perkembangan Siklus hidup tanaman ini terdiri atas dua fase yaitu fase gametofitik (n) yang biseksual dan sporofitik (2n). Siklus hidup tanaman ini sangat tergantung pada kondisi tempat tumbuhnya. Pada fase sporofitik, tanaman akan berkembang biak lebih sering dengan cara vegetatif, yaitu dengan cara fragmentasi batang berizhoma dan tumbuh menjadi tanaman baru. Pada fase ini pula, tanaman tumbuh membentuk organ-organ vegetatif (mikrofil, rhizoma, batang) dan strobilus. Pada strobilus, terdapat sporangium di mana terdapat sel induk spora. Sel induk spora ini kemudian akan berkembang lebih lanjut (membelah diri secara meiosis) menghasilkan spora yang seragam/identik (homospore). Spora yang terbentuk dapat bertahan dan tetap viabel hingga lebih dari 7 tahun. Spora-spora ini kemudian akan berkembang membentuk organ-organ gametofitik independen yang tidak berklorofil dan mempunyai rambut-rambut pada bagian dorsal dan rhizoid pada bagian ventral. Organ gametofitik dapat bertahan hidup hingga lebih dari 10 tahun. Bagian lateral organ gametofitik ini bersifat meristematis sebagai basis pembelahan mitosis/reproduksi aseksual. Pertumbuhan ini akan membentuk organ-organ gametangia, yaitu arkegonium dan anteridium. Kedua gametangia ini terdapat dalam bagian organ gametofitik yang bernama thallus. Hanya bagian leher arkegonium yang menonjol hingga ke permukaan thallus. Anteridium biasanya akan matang terlebih dahulu dari arkegonium, secara bertahap dari bagian ujung ke bagian lateral. Bila sudah matang, sel-sel pembungkus anteridium akan terdisintegrasi dan sel gamet jantan akan keluar dari anteridium. Sel gamet jantan berflagela lebih dari satu dan dapat berenang menuju sel telur dalam arkegonium. Ketika sel telur dalam arkegonium telah matang, sel bagian ujung leher arkegonium akan terpisah, sehingga leher arkegonium akan terbuka dan sel gamet jantan dapat masuk dan berfusi (fertilization) dengan sel telur membentuk zygote yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman sporofitik baru. Tanaman muda sporofitik dapat menghasilkan organ strobilus, setelah berusia 4 hingga 6 tahun. Satu siklus hidup lengkap tanaman ini dari spora-fase gametofitik-tanaman sporofitik dapat mencapai lebih dari 20 tahun. Informasi botani lainnya Genus Lycopodium pada kelas Lycopodiopsida termasuk dalam ordo Lycopodiales. Dalam ordo ini, selain Lycopodium, genus yang diketahui mempunyai banyak spesies adalah Huperzia. Dahulu Lycopodium nummularifolium diklasifikasikan dalam beberapa posisi sistematika botani, sehingga

Source: Balai Penelitian Tanaman Hias

Page2/5

banyak nama sinonim yang mengidentifikasi tanaman ini pada posisi sistematika yang berbeda. Nama-nama ini di antaranya adalah Huperzia nummularifolia, Phlegmariurus nummularifolius (Blume) Ching (Acta Bot. Yunnanica 3: 298, 1981), Urotachys nummularifolius (Blume) Herter (Phillip. Sci. 22: 182, 1923), dan Lycopodium rotundifolium Roxb (Calcutta J. Nat. Hist. 4: 473, 1844). Genus Lycopodium dan Huperzia dahulu dikelompokkan menjadi satu, yang kemudian oleh beberapa ahli botani dipisahkan, walaupun studi molekuler pada beberapa spesies mengindikasikan terdapat hubungan kekerabatan yang dekat antara 2 genus ini. Dalam arti sempit, spesies-spesies yang termasuk dalam Genus Huperzia adalah jenis-jenis yang tumbuh di daerah terestrial subtropik/temperate hingga artik, bertipikal berumpun dan tidak menjalar/merambat. Sedangkan, pada Lycopodium, termasuk spesies-spesies yang tumbuh epifitik pada daerah hutan tropik dan subtropik. Ekologi Habitat asli tanaman ini adalah di bawah rindangan tajuk hutan tropis bebas frost. Tanaman ini termasuk tumbuhan paku perrenial, evergreen, berizhoma dan biasanya tumbuh sebagai epiphyte yang tumbuh menggantung atau merambat di bawah vegetasi hutan pada intensitas cahaya rendah. Tanaman ini menyukai tempat tumbuh berupa bahan organik atau pada tegakan kayu/pohon sebagai tempat melekatnya tanaman dengan lingkungan yang lembab, basah tetapi tidak tergenang. Tanaman ini termasuk sensitif terhadap kekeringan, dan sangat sensitif terhadap kondisi media tumbuh dengan kadar garam tinggi (salinitas) dan alkalis serta suhu lingkungan yang rendah. Perbanyakan dan penanaman Tanaman sporofitik dapat dikembangbiakkan melalui kultur jaringan dan vegetatif konvensional. Secara vegetatif konvensional, tanaman pun ini dikenal sulit untuk dikembangbiakan, sekalipun pada habitat aslinya tanaman sporofitik berkembang biak secara klonal. Perbanyakan dengan menggunakan stek batang tanpa rizoma hingga saat ini belum memuaskan. Cara pembiakan vegetatif yang umum dilakukan adalah fragmentasi batang berizhoma. Batang berizhoma yang mempunyai tajuk percabangan dipotong, kemudian ditanam pada media organik, seperti pakis, moss atau spagnum. Tanaman hasil biakan ini kemudian dipelihara secara intensif. Pemeliharaan dan perawatan Pemeliharaan yang paling utama pada tanaman ini adalah modifikasi kondisi lingkungan tempat tumbuh sehingga mirip/mendekati kondisi habitat aslinya. Secara komersial, tanaman ini biasanya ditanam pada pot plastik atau tanah dengan posisi menggantung atau ditempatkan pada kayu/batang tanaman di bawah rindangan pohon. Media tanam yang digunakan dapat berupa media yang telah disebutkan di atas atau bahan-bahan lain beraerasi baik dan mempunyai sifat menahan air yang besar. Tanaman ini juga dikenal sensitif terhadap pH media yang tinggi, sehingga pH media diusahakan tidak terlalu basa, pH media untuk pertumbuhan optimal berkisar antara 5 5.5. Pemupukan dianjurkan sekitar 2,7 - 3,2 g nitrogen aktual/pot/bulan dengan rasio pupuk 3-1-2 atau 2-1-2 yang dapat diaplikasikan melalui daun. Kondisi intensitas cahaya rendah dapat diberikan dengan memberikan lindungan atap plastik atau paranet hitam. Tanaman ini dapat tumbuh pada kisaran intensitas cahaya 1.500 3.000 fc dan tumbuh optimal pada intensitas cahaya 2.000 fc. Tanaman Lycopodium dapat tumbuh pada kisaran suhu 18 35 0C, tetapi akan tumbuh optimal pada kisaran suhu lingkungan yang stabil pada 20 27 0C. Stabilitas kelembaban udara di sekitar pertanaman juga diusahakan agak tinggi dan dapat dilakukan dengan memberikan kabut air secara frekuentif. Stabilitas suhu lingkungan dan kelembaban guna mengurangi evapotranspirasi dapat juga diusahakan dengan membuat bak-bak air di bawah pertanaman. Problem-problem fisiologis yang sering muncul pada pertanaman Lycopodium adalah graying, yaitu tanaman berubah warna menjadi abu-abu kecoklaatan dan menjadi kering. Kondisi ini diakibatkan karena suhu lingkungan yang tinggi, kelembaban udara yang terlalu rendah atau tanaman

Source: Balai Penelitian Tanaman Hias

Page3/5

kekurangan air. Penanggulangannya yaitu dengan memberikan air pada tanaman dengan cukup dan memberikan pengkabutan (bila memungikinkan) untuk menaikkan kelembaban dan menurunkan suhu lingkungan. Problem fisiologis lain adalah tunas/percabangan yang tumbuh overgrowth. Biasanya daun mikrofil berubah warna menjadi hijau gelap, lemah, sukulen dan kualitas pertumbuhan tanaman secara keseluruhan menurun. Gejala ini lebih banyak disebabkan oleh intensitas cahaya yang terlalu rendah. Penanggulangannya yaitu dengan memindahkan tanaman ke tempat yang intensitas cahayanya lebih tinggi atau mengurangi jumlah naungan untuk meningkatkan intensitas cahaya yang masuk dalam areal pertanaman. Gejala terbakar pada daun dan apikal tumbuh juga dapat terjadi, disebabkan oleh kadar garam (salinitas) dan pH media tumbuh yang terlalu tinggi. Gejala serupa juga dapat disebabkan oleh fitotoksisitas karena kandungan unsur kimiawi tertentu dari air siraman/semprotan. Cara penganggulangannya yaitu dengan menyiram media tanam dengan air bersih hingga jenuh untuk menurunkan salinitas dan pH media. Hama dan penyakit Serangga hama yang sering menyerang tanaman Lycopodium kebanyakan berasal dari keluarga Arthropoda diantaranya adalah ulat dari ngengat, aphids, kutu putih (mealybug), kutu tempurung (scale insect), lalat buah, dan thrips serta spider mites (Brevipalpus spp.). Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman ini adalah busuk akar yang disebabkan oleh Phytium sp., lanas daun dan batang oleh Rhizoctonia solani, serta lession pada rhizoma yang disebabkan oleh nematoda Pratylenchus spp. Pemanenan Tanaman Lycopodium dapat dipanen/dipasarkan dalam bentuk potongan untaian batang dan tanaman dalam pot. Untaian potong biasanya digunakan sebagai filler/penghias dalam rangkaian bunga atau spora tanaman yang dapat digunakan dalam efek teaterikal. acara. Batang yang menggantung dapat dipanen dengan cara memotong batang pada ruas pada basal batang terhadap batang/ruas batang masak, yaitu setelah spora telah terlepas/keluar dari tanaman dan membiarkan batang yang belum masak. Cara panen seperti ini akan tetap menjamin kelangsungan hidup tanaman, sebab tidak/sedikit memberikan gangguan pada rhizoma dan memungkinkan tanaman membentuk cabang-cabang baru untuk pemanenan berikutnya. Pemanenan dianjurkan bergantian pada setiap satu hingga dua tahun, untuk memberikan kesempatan pada tanaman bereproduksi seksual. Hasil Sebagai tanaman hias pot biasanya ditempatkan pada pot gantung atau sebagai salah satu ornamen landscape dan taman. Tanaman dalam pot dapat dipasarkan setidaknya setelah tanaman mempunyai 2 cabang dikotomi pertama. Semakin tua umur tanaman, biasanya ditandai dengan semakin panjang batang aerial dan rimbunnya percabangan, akan menambah daya tarik dan keeksotikan tanaman ini. Penanganan pasca panen Spora yang terkumpul, kemudian dikeringkan dan disimpan dalam kondisi suhu rendah dan kering, hingga siap untuk digunakan/dipasarkan. Batang-batang aerial yang dipanen dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kondisi lembab dengan aerasi yang baik hingga siap untuk dikirim dan diterima pada florist/dekorator dalam keadaan segar. Sedangkan tanaman dalam pot, perlu diperhatikan masalah kesehatan tanaman. Kesehatan dan performa fisik tanaman sangat mempengaruhi harga jual tanaman. Memastikan kondisi tanaman dalam keadaan sehat sebelum dipasarkan sangat dianjurkan. Beberapa negara importir, seperti Jepang dan Uni Eropa juga menerapkan peraturan yang sangat ketat terhadap kesehatan tanaman yang masuk dan beredar di negaranya.

Source: Balai Penelitian Tanaman Hias

Page4/5

Sumber daya genetika Genus Lycopodium mempunyai diversitas spesies yang tinggi dengan tingkat distribusi penyebaran geografi yang luas. Beberapa spesies mempunyai karakteritik yang tipikal, seperti Lycopodium squarrosum, yang mempunyai mikrofil lebih besar dan alternasi mikrofil yang lebih lebar, Lycopodium clavatum yang bertipikal tumbuh merumput, Lycopodium annotinum yang mempunyai mikrofil lebih kecil dan merambat. Beberapa jenis Lycopodium baru juga diketemukan di beberapa tempat seperti Filipina dan Malaysia juga memperlihatkan variasi bentuk morfologi yang beraneka ragam. Pemuliaan Beberapa jenis fern baru dari jenis Pteridophyta hasil rekayasa genetika (mutasi) telah banyak dihasilkan dan menambah variasi genetik yang ada. Rekayasa genetik melalui mutasi telah dilakukan pada kelompok Nephrolepis dan Polypodium. Hingga saat ini rekayasa genetik pada spesies-spesies Lycopodium belum banyak dilakukan. Propek Daerah beriklim tropis seperti Indonesia, sangat cocok untuk budidaya tanaman ini. Sifat tumbuh yang lambat kemungkinan merupakan salah satu sebab belum banyak grower mengusahakannya secara komersial. Negara-negara ekspotir tanaman ini di antaranya adalah USA, dan negara-negara di Amerika tropis. Negara-negara tujuan ekspor komoditas ini adalah Jepang dan negara-negara Eropa, tetapi di beberapa negara importir ini juga menerapkan peraturan yang ketat terutama menyangkut kesehatan tanaman dan jenis media tanam yang digunakan pada tanaman yang diperdagangkan yang masuk ke negara-negara tersebut.

Source: Balai Penelitian Tanaman Hias

Page5/5

Anda mungkin juga menyukai