Anda di halaman 1dari 6

Nararia Askarningsih / 1106154343 THE MICROSTRUCTURE AND AGEING OF CELLULOSE FIBER REINFORCED CEMENT COMPOSITES.

I.

Pendahuluan Lignocellulosic fibers sudah banyak dikembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini pada fiber reinforced cement composites (biasa disebut fiber reinforced cement composites) yang bebas kandungan asbestos[1]. Wood fibers ini banyak digunakan karena memiliki banyak keuntungan dibandingkan asbestos dari segi keberadaan, harga, proses produksi dalam membuat fiber reinforced cement composites dengan berbagai macam bentuk, kemampuannya untuk didaur ulang dan tidak bersifat hazard. Pada studi sebelumnya ditemukan bahwa pulped wood fibers dapat menggantikan asbestos fibers sebagai pengganti dari produk bangunan yang memanfaatkan sifat fibercement[2]. Penggantian asbestos ke cellulose fiber sangat menekan harga tanpa mengurangi sifat mekanis dari komposit. Cellulose fibers memiliki sifat yang meningkatkan kekuatan tarik dan fleksural juga ketangguhan dari komposit, yang dipengaruhi oleh kandungan dan panjang fiber yang digunakan. Masalah yang mungkin terjadi, yaitu fiber dapat mengalami kerusakan dari tingginya sifat alkali matriks semen dan kelembapan lingkungan yang tinggi. Sehingga perlu dilakukan studi untuk memahami perilaku cellulose fiber reinforced cement composites pada perubahan iklim atau cuaca yang terjadi di lingkungan sekitarnya [1]. Perilaku jangka panjang dari material yang dipengaruhi oleh lingkungan dapat dilihat dari observasi langsung pada material yang terekspos oleh kondisi lingkungan dalam beberapa tahun. Hanya saja metode tersebut tidak efisien dikarenakan butuh waktu yang sangat lama. Metode yang lebih cepat, efisien namun representatif adalah dengan melakukan pengujian accelerated ageing [1].

Nararia Askarningsih / 1106154343


II. Metode, Mekanisme dan Mikrostruktur Ageing pada Cellulose Fiber reinforced cement composites Pada dasarnya proses ageing pada fiber reinforced cement composites bergantung dari komposisi matriks, dan sifatnya dapat berubah dalam kondisi autoclaved atau komposit yang mengalami normal curing [3]. Selain itu tipe dari fiber juga pretreatmentnya juga dipertimbangkan guna mendapatkan hasil yang representatif untuk menggambarkan performa fiber reinforced cement composites pada waktu yang lama. Komposit yang diperkuat dengan cellulose fibers mengandung lignin dan hemicelluloses yang tinggi pada lamellae fiber dan dapat menyebabkan serangan alkali dan degradasi kimia pada matriks cement. Berikut mekanisme yang terjadi pada ageing cellulose fiber reinforced cement composites yang mengakibatkan perubahan sifat mekanis (kehilangan kekuatan dan penggetasan) [3] : a. Hidrolisis alkali dari molekul selulosa yang mengakibatkan degradasi rantai molekul dan menghasilkan reduksi derajat polimerisasi dan kekuatan tarik. b. Disolusi dari lignin dan hemicelluloses pada matriks alkali yang merusak sambungan antara sel individu fiber. c. Peningkatan ikatan pada fiber-matriks dapat menghasilkan penggetasan, namun pada kondisi tertentu dapat meningkatkan kekuatan. d. Serangan mikrobiologis yang terjadi pada matriks yang sudah mengandung sedikit alkali. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa mekanisme ageing pada cellulose fiber reinforced cement composites menggunakan natural weathering dan accelerated ageing pada lingkungan CO2 menghasilkan peningkatan kekuatan fleksural dan kekakuan dari cellulose fiber reinforced cement composites [4]. Peningkatan tersebut diperkirakan akibat proses carbonation pada matriks cement. Bentur et al. meneliti korelasi antara perubahan mikrostruktur setelah ageing dengan sifat mekanis dari cellulose fiber reinforced cement composites [3]. Ageing yang diberikan pada komposit adalah ageing pada lingkungan normal dan lingkungan CO2 Mikrostruktur perpatahan tarik komposit cellulose fiber reinforced cement composites tanpa perlakuan penuaan ditunjukkan pada Gambar 1 dan komposit yang diberi perlakuan penuaan di lingkungan normal ditunjukkan pada Gambar 2a sedangkan Gambar 2b di lingkungan CO2.

Nararia Askarningsih / 1106154343

Gambar 1. Mikrostruktur cellulose fiber reinforced cement composites yang tidak diberi perlakuan ageing [3]

Gambar 2. Mikrostruktur ageing cellulose fiber reinforced cement composites pada (a) lingkungan normal (b) lingkungan CO2 [3]

Gambar 1 menunjukkan perpatahan matriks yang terbuka pada permukaan patahan patahan cellulose fiber reinforced cement composites. Perpatahan pada komposit yang tidak diberi perlakuan ageing ini mengalami retak pada matriks dan bahkan komposit mengalami debonding. Pada Gambar 2a terlihat ada fiber yang rusak namun matriksnya masih cenderung padat. Pada kondisi tersebut terjadi debonding antara cellulose fiber dengan matrix disekitarnya. Sedangkan pada Gambar 2b, tipe perpatahan dari komposit cenderung getas dengan fiber yang rusak pada bidang perpatahan. Mikrostruktur tersebut dibandingkan dengan komposit yang mengalami natural ageing selama 5 tahun yang ditunjukkan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa serat mengalami perpatahan getas, dan menunjukkan matriks yang padat dan keras. Tidak terjadi debonding pada komposit ini.

Nararia Askarningsih / 1106154343

Gambar 3. Mikrostruktur cellulose fiber reinforced cement composites yang mengalami natural ageing selama 5 tahun (a) perpatahan getas dengan matriks padat (b) perpatahan getas dengan matriks yang berpori [3]

Berdasarkan mikrostruktur diatas dapat disimpulkan tipe perpatahan dari cellulose FRCC adalah : a. Ductile pull-out Fiber tertarik keluar dari matriks dan matriks disekitar fiber cenderung berpori. Terjadi pada komposit yang tidak diberi perlakuan ageing b. Brittle hollow Fiber mengalami kegagalan dekat dengan permukaan patahan yang menunjukkan struktur rongga dari fiber. Terjadi debonding antara matriks dengan fiber yang menyebabkan komposit menjadi getas dan kehilangan kekuatannya. Perpatahan ini terjadi pada komposit yang diberikan perlakuan ageing di lingkungan normal. c. Brittle pertrified Fiber mengalami kegagalan pada permukaan patahan yang memperlihatkan kepadatan matriks. Tidak terjadi debonding antara matriks dengan fiber. Kekuatan dan modulus elastisitas dari komposit ini meningkat hampir 80 %. Perpatahan ini merupakan karakteristik dari komposit yang diberikan perlakuan ageing di lingkungan CO2. Berdasarkan tiga mode perpatahan diatas, dapat disimpulkan bahwa perpatahan brittle-petrified terjadi peningkatan kekuatan komposit. Hal tersebut dikarenakan siklus dry and wet pada lingkungan normal melemahkan fiber sehingga terjadi kegalalan

Nararia Askarningsih / 1106154343


premature pada fiber. Karena siklus tersebut, cellulose mengalami perubahan dimensi yang siklik sehingga menyebabkan retak dan kehilangan kekuatan. Debonding yang terjadi pada matriks dan fiber merupakan hasil dari ketidakstabilan fiber. Hal sebaliknya terjadi pada komposit yang di-ageing pada lingkungan CO2. Pada lingkungan tersebut terjadi carbonation dimana produknya mengisi pori-pori dari fiber sehingga terjadi peningkatan kekuatan dan kekakuan komposit. Fiber pada perpatahan brittle-petrified tidak mengalami debonding dengan matriksnya yang menunjukkan kestabilan dimensinya. Yang harus diperhatikan disini adalah kekuatan selalu mengorbankan ketangguhan. Peningkatan kekerasan dari fiber dapat menyebabkan efek pelemahan dari fiber, yang mungkin terjadi adalah kegagalan fleksural yang prematur karena fiber mengalami perubahan derajat polimerisasi. MacVical et al. meneliti cellulose fiber reinforced cement composites dengan natural weathering dibiarkan selama 5 tahun pada lingkungan sekitar dan dibandingkan dengan metode accelerated ageing dengan carbonation. Metode carbonation ini adalah mengekspos cellulose fiber reinforced cement composites dengan sikluas penuaan panas (heat ageing), setelah itu direndam air yang diikuti oleh pemberian atmosfir karbon jenuh. Siklus yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Merendam komposit selama 16 jam pada air yang telah di destilasi pada temperatur 20 C b. Komposit dikeringkan didalam oven pada temperatur 80 C c. Setelah itu di full vacuum selama 5 menit d. Selama 7 jam komposit tersebut dikondisikan pada lingkungan CO2 pada temperatur 20 C dengan tekanan sekitar 0.124 MPa e. Kembali ke tahap a dan b Sampel komposit diambil setelah 0, 1, 4, 9 16, 25, dan 36 siklus untuk selanjutnya dilakukan pengujian fisik dan mekanis. Metode ageing selanjutnya yang digunakan adalah cyclic freeze taw. Metode ini terdiri dari siklus 3 hari yaitu : 24 jam perendaman komposit pada air temperatur 20 C, setelah itu dibekukan selama 24 jam pada temperatur -17 C, 2 jam pelelehan pada temperatur 20 C, dan 22 jam dikeringkan pada oven temperatur 80 C. Komposit diambil setelah 0, 3, 7, 14, dan 21 siklus untuk selanjutnya diberi pengujian fisik dan 5

Nararia Askarningsih / 1106154343


mekanis. Parameter yang diperhatikan adalah porositas dan permeabilitas gas yang terdapat pada komposit, semakin kecil maka ketahanan komposit semakin baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan porositas dari komposit seiring dengan peningkatan siklus carbonation-ageing. Hanya saja penurunan porositas ini terdeteksi optimum 16 siklus lalu sesudah itu mengalami kenaikan porositas. Penurunan porositas mungkin diakibatkan oleh densifikasi dari matriks cement yang dihasilkan dari penyusutan akibat carbonation atau kelanjutan dari proses hidrasi matriks. Atmosfir CO2 menghasilkan accelerated ageing yang lebih cepat karena menghasilkan carbonation yang juga lebih cepat. Hal tersebut diakibatkan produk carbonation mengisi struktur matriks, meningkatkan densitas dari matriks dan mengurangi porositas sehingga sifat mekanisnya, dalam hal ini adalah compressive shear strength, semakin baik. Metode freeze-thaw menunjukkan tidak ada perubahan trend yang berarti atau hampir sama dengan metode CO2 exposure. Sehingga dapat disimpulkan bahwa exposure dari CO2 lebih efektif dalam simulasi kondisi natural ageing.

REFERENSI 1 R. MacVicar, L.M. Matuana, J.J. Balatinecz. (1999). Aging mechanisms in cellulose fiber reinforced cement composites. Cement & Concrete Composites, 189-196. 2 3 Coutts RSP, Ridikas V. (1982). Refined wood fibre-cement products. Appita. A. Bentur, S. A. S. Akerst. (1989). The microstructure and ageing of cellulose fibre reinforced cement composites cured in a normal environment. The International Journal of Cement Composites and Lightweight Concrete 11. 4 W. R Sharman, B. P Vautier (1989). Accelerated durability testing of autoclaved wood fiber reinforced cement sheet composites.

Anda mungkin juga menyukai