Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan 1.

Latar Belakang Erosi didefinisikan sebagai peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air, angin dan atau es. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment), pengangkutan (transportation) dan pengendapan (deposition) bahan bahan tanag oleh penyebab erosi (Asdak, 1995). Dua peristiwa utama erosi yaitu pelepasan dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Dalam proses erosi, pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan, tetapi pengangkutan tidak selalu diikuti pelepasan. Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan yang jatuh di permukaan tanah. Tetesan air hujan akan memukul permukaan tanah, mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas. Butir-butir tanah yang terlepas tersebut sebagian akan terlempar ke udara (splash) dan jatuh lagi di atas permukaan tanah dan sebagian kecil akan mengisi pori-pori kapiler tanah sehingga akan menghambat proses infiltrasi. Aliran permukaan akan terjadi apabila air hujan yang masuk ke dalam tanah telah melampaui kapasitas infiltrasinya. Aliran terbut mula-mula laminer, tetapi lama-kelamaan berubah menjadi turbulent karena pengaruh permukaan yang dilaluinya. Turbelensi aliran ini digunakan untuk melepas lagi butir-butir tanah dengan cara mengangkat dari massanya dan menggulingkan butirbutir tanah tersebut serta terjadi pula penggemburan butir-butir tanah dari massanya oleh butirbutir tanah yang terkandung dalam aliran permukaan. Aliran permukaan lama-kelamaan akan berkurang sejalan dengan berkurangnya curah hujan. Oleh karena itu, kemampuan pengangkutannya akan menyusut dan pada suatu saat saja akan berhenti. Dalam keadaan inilah terjadi pengendapan butir-butir partikel tanag yang merupakan proses terakhir terjadinya erosi. Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengolahan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan penggunaan lahan dan pengelolaannya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah model prediksi erosi. Karena rumitnya system erosi tanah dengan berbagai factor yang berinteraksi, maka pendekatan yang paling memberiharapan dalam pengembangan metode dan prediksi adalah dengan merumuskan model konseptual pada erosi itu.

1|Page

Permodelan erosi tanah adalah penggambaran secara matematik proses-proses penghancuran, transport dan deposisi partikel tanah di atas permukaan lahan. Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : a). Model Empiris, b). Model fisik dan c). Model konseptual. 2. Tujuan

A. Model AGNPS AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution Model) merupakan sebuah program simulasi komputer untuk menganalisa limpahan, erosi, sedimen, perpindahan hara dari pemupukan (Nitrogen dan Pospor) dan COD (Chemical Oxygen Demand) pada suatu areal pertanian. AGNPS dikembangkan oleh Robert A. Young, Chares A. Onsad, David D. Bosch, dan Wayne P. Anderson tahun 1987. Model AGNPS merupakan model terdistribusi dengan kejadian hujan tunggal dan homogen untuk seluruh DAS. Model ini dikembangkan dengan membagi DAS menjadi bujursangkar yang seragam, sehingga analisa untuk setiap sel dapat dilakukan. Dimana setiap sel memiliki parameter masukan dan keluaran seperti tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Masukan dan Keluaran Model AGNPS No. 1. 2. 3. 4. 5. Parameter DAS Nama dan Keterangan DAS Luas Tiap Sel Jumlah Sel Curah Hujan Energi Intensitas Hujan Keseluruhan DAS Nama dan Keterangan DAS Luas DAS Luas Setiap Sel Curah Hujan Energi Intensitas Hujan

No. 1. 2. 3. 4. 5. Nomor Sel

Parameter DAS

Keluaran pada Pelepasan DAS Volume Aliran Permukaan Laju Puncak Aliran Permukaan Aliran Permukaan Tiap Sel Sedimentasi (total dan setiap sel) Hasil Sedimentasi
2|Page

Nomor Sel Penerima Arah Aliran Bilangan Kurva Aliran Permukaan Kemiringan Lereng

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Faktor Bentuk Lereng Panjang Lereng Kelerengan Saluran Rata-rata Koefisien Kekerasan Manning Faktor Erodibilitas Tanah Faktor Pengelolaan Tanah USLE Teknik Konservasi Tanah Konstanta Kondisi Permukaan Tekstur Tanah Indikator Penggunaan Pupuk Ketersediaan Pupuk dalam Permukaan Tanah Point Source Indikator Sumber Erosi Tambahan Faktor Kebutuhan Oksigen Kimiawi Indikator Impoundment Indikator Saluran

Distribusi Sedimentasi Tiap Partikel Erosi Permukaan Erosi Saluran Jumlah Saluran Sedimentasi Tiap Sel Nisbah Pengayaan Nisbah Pelepasan Kandungan N dalam Sedimentasi Konsentrasi N Jumlah N dalam Aliran Permukaan Kandungan P dalam Sedimentasi Konsentrasi P Jumlah P dalam Aliran Permukaan Konsentrasi COD Jumlah COD

Model AGNPS merupakan gabungan antara model terdistribusi (distributed) dan model sequensial. Sebagai model terdistribusi penyelesaian persamaan keseimbangan massa dilakukan secara serempak untuk semua sel. Sedangkan model sequensial, air dan cemaran ditelusuri dalam rangkaian aliran di permukaan lahan dan di saluran secara berurutan. Model ini bekerja pada basis geografis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi lahan kering dan saluran (channel). Dasar prediksi yang digunakan adalah dalam satuan sel. Oleh karena itu, DAS yang akan diprediksi harus dibagi ke dalam sel-sel, dimana setiap sel dapat mencapai luas 4.6 Ha untuk luas DAS yang lebih kecil dari 930 Ha, atau luas sel dapat mencapai 18.6 Ha bila luas DAS yang diprediksi lebih luas dari 930 Ha.

B. Operasional Model AGNPS Dalam operasional perhitungan sedimen dengan menggunakan model AGNPS dibagi ke dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah perhitungan erosi inisial untuk seluruh sel dalam suatu
3|Page

DAS, yaitu melakukan pendugaan erosi permukaan, aliran permukaan, waktu hingga aliran permukaan terkosentrasi dan tingkat larutan polutan yang meninggalkan DAS dalam aliran permukaan. Tahap kedua adalah perhitungan volume aliran permukaan yang meninggalkan sel yang mengandung endapan dan impoundment untuk sel utama. Tahap ketiga, melakukan perhitungan laju aliran permukaan terkosentrasi, untuk menurunkan kapasitas transport kanal dan menghitung laju aliran endapan dan hara actual.

C. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan dari model AGNPS ini adalah: 1) Memberikan hasil berupa aliran permukaan, erosi, sedimentasi, dan unsur-unsur hara yang terbawa dalam aliran permukaan; 2) Membuat scenario perubahan penggunaan lahan; 3) Menganalisis parameter yang digunakan untuk memberikan skenario yang akurat terhadap sifat-sifat DAS. Adapun kelemahan dari model AGNPS ini adalah: 1) Pendugaan aliran permukaan model tidak mengeluarkan output dalam bentuk hidrograf, sehingga perbandingan antara hidrograf hasil prediksi dengan hidrograf hasil pengukuran tidak bisa diperlihatkan; 2) Waktu respon yang merupakan indikator untuk menentukan kondisi biofisik DAS tidak dinyatakan dalam keluaran model.

D. Pembuatan Sel Model AGNPS Pembuatan sel dilakukan dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan program ArcView. Tahapan pembuatan sel AGNPS adalah: 1) Pembuatan Grid. 2) Pembuatan Sel. 3) Penghapusan 4) Penomoran Sel.

4|Page

E. Perhitungan dalam Model AGNPS Beberapa persamaan yang digunakan dalam membangun model dalam Young et al. (1990) adalah: a. Erosi tanah Persamaan yang digunakan adalah persamaan Wischmeier dan Scmith (1978), yaitu:

Dimana : E = erosi (ton/acre) L = faktor panjang lereng S = faktor kemiringan lereng C = faktor tanaman P = faktor pengelolaan tanah

EI = energi intensitas hujan (feet.ton.inci/acre) K = erodibilitas tanah (ton.acre/feet.ton.inci) SSF = faktor bentuk permukaan tanah b. Volume aliran permukaan

Volume aliran permukaan dihitung dengan menggunakan persamaan USDA SCS (1972), yaitu:

Dimana : RF = run off (inci) S = factor penahan tanah = RL = hujan (inci) c. Kecepatan Aliran Permukaan

Dimana: V0 = kecepatan aliran permukaan (feet/detik) SSC = kondisi penutupan permukaan tanah S1 = Kemiringan lereng d. Kecepatan Aliran dalam Saluran ( Dimana: Vc = Kecepatan aliran dalam saluran (feet/detik)
5|Page

Sc = Kemiringan saluran Rh = Radius hidrolik e. Debit Aliran pada Saluran

Dimana: Q = Debit Ac = Potongan Melintang Saluran (square feet) Vc = Kecepatan Aliran dalam Saluran f. Puncak Aliran Permukaan

Dimana : QP = puncak limpasan (cfs) A = Luas Areal (acre) Sc = kemiringan saluran RF = Volume Limpasan Lc = Panjang Saluran (feet)

6|Page

Penutup AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution Model) merupakan sebuah program simulasi komputer untuk menganalisa limpahan, erosi, sedimen, perpindahan hara dari pemupukan (Nitrogen dan Pospor) dan COD (Chemical Oxygen Demand) pada suatu areal pertanian. Model ini terus berkembang dan telah diterapkan di beberapa Negara untuk menentukan langkahlangkah kebijakan dan evaluasi dalam kegiatan konservasi, seperti di Amerika, Canada dan Negara-negara di Eropa. Meski demikian, penggunaan model erosi skala DAS dengan parameter terdistribusi masih terbatas pada skala penelitian. Selain memerlukan input parameter yang relative banyak dan kompleks, input parameter model tersebut juga sering tidak tersedia di lapangan.

7|Page

Daftar Pustaka

Prawijiwuri Gitri, 2011. Model Erosion Hazard Untuk Pengelolaan Sub Daerah Aliran (DAS) Cisokan Provinsi Jawa Barat. di akses pada tanggal

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/lahankering/berlereng3.pdf 28 Maret 2012.

Vadari T, dkk. 2011. 3. Model Prediksi Erosi : Prinsip, Keunggulan dan Keterbatasan. di akses pada http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46231/E06kri.pdf?sequence=1

tanggal 23 Maret 2012.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai