Anda di halaman 1dari 6

Perfect Competition

Merupakan pasar yang hanya ada secara teoritis. Biasa digunakan sebagai dasar untuk membandingkan struktur pasar lainnya. Industri terbaik yang mampu menjelaskan pasar persaingan sempurna adalah industry pertanian. Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)Ada banyak pembeli dan penjual. 2)Setiap penjual/produsen menghasilkan produk yang homogeny. 3)Pembeli dan penjual memiliki informasi yang sama banyak. 4)Tidak ada biaya transaksi. 5)Setiap orang bebas untuk masuk dan keluar dari pasar. Di dalam persaingan sempurna terdapat tiga langkah yang dapat diambil yakni memaksimalkan profit, meminimalkan kerugian atau menutup usaha. Prinsip permintaan pasar persaingan sempurna: Df = Pe = MR Prinsip penawaran pasar persaingan sempurna : P = MC(Q) Rumus: Marginal Reveneu adalah fungsi pendapatan, dalam pasar persaingan sempurna maka R=R(Q) , maka MR =dR/dQ = P, C(Q) = MC Profit dalam pasar persaingan sempurna = PQ-C(Q) Marginal Profit : d /dQ = P (dC(Q) / dQ) = 0 atau P = MC = dC/dQ Untuk Menghitung Profit yang didapat perusahaan yang ada di dalam diagram: Q*[Pe C(Q*)] = PeQ* - C(Q*) Q Pasar persaingan sempurna bergerak dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor produksi tetap dalam jangka pendek. Untuk memaksimalkan profit adalah dengan menghitung profit secara geometri di dalam diagram. Dalam memaksimalkan profit MR = MC. Maka dalam prinsip ini dapat dikatakan produksi yang stabil pada Q* sangatlah penting. Untuk meminimalkan kerugian yang harus dipertimbangkan adalah penjualan dari sebuah barang tentu melebihi biaya variabel rata-rata produk tersebut. Meskipun dalam jangka panjang ini berarti kerugian, dalam jangka pendek perusahaan masih bisa bertahan dengan membayarkan laba perproduk tersebut untuk biaya tetap produksi. Oleh karena itu perusahaan tetap memproduksi sebanyak Q*= Biaya Tetap Rata-rata. Penutupan Perusahaan dilakukan ketika setiap unit yang dijual perusahaan mengalami kerugian ATC(Q*) - Pe sehingga perusahaan hanya kehilangan biaya tetap bila tidak ada barang yang diproduksi. Secara geometris ditunjukkan dengan [ATC(Q*) AVC(Q*)]Q*

Dalam pengambilan keputusan jangka panjang para produsen memasuki pasar untuk mendapatkan kesempatan untuk profit. Ini menggeser harga keseimbangan pasar berubah. Di lain pihak, ketika kesempatan ini tidak dapat lagi diraih oleh produsen, mereka akan memutuskan untuk keluar dari pasar. Contoh Kasus: PanturaNews (Brebes) - Masuknya cabe merah impor ke pasaran Indonesia akhir-akhir ini, mempengaruhi harga komoditas itu di tingkat petani maupun pedagang turun. Hal tersebut membuat petani dan pedagang cabe merah lokal di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, resah. Saat ini, harga cabe merah di tingkat petani hanya Rp 25.000 per Kg, padahal sebelumnya mencapai Rp 27.000 per Kg hingga Rp 30.000 Kg. "Kami khawatir cabe impor yang masuk ke Indonesia ini akan merusak harga lokal yang sedang baik," keluh Cahrudin (41), petani sekaligus pedagang cabe di Pasar Sentra Cabe Sengon, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Kamis 27 Januari 2011. Cabe impor itu kini tidak hanya masuk ke pasaran Jakarta saja, tetapi sudah mencapai daerah. Bahkan, kini sudah merambah wilayah Tegal, Cirebon dan Brebes. Kondisi demikian, membuat pedagang dan petani khawatir. Pasalnya, jika masuknya cabe impor tidak terkontrol harga di pasaran akan turun drastis. Akibatnya, pedagang merugi karena saat membeli cabe di petani hargannya sudah mahal. Sementara, petani juga ikut merugi bila harga turun. Sebab, modal tanam yang mereka keluarkan tidak bisa tertutup. "Dengan harga sekarang petani masih bisa menikmati untung," tutur Cahrudin. Dia menjelaskan, harga cabe merah jenis TW untuk saat ini sudah mulai menurun. Itu diduga akibat dampat masuknya cabe impor. Kini harga cabe jenis itu ditingkat petani hanya Rp 25.000 per Kg, padahal sebelumnya mencapai Rp 27.000 per Kg hingga Rp 30.000 Kg. Sedangkan ditingkat pedagang harganya Rp 30.000 per Kg hingga Rp 32.000 per Kg, yang semula mencapai Rp 35.000 per Kg. "Kalau cabe impor masuk terus, harga pasti juga akan turun terus," ungkapnya. Stok cabe di tingkat petani saat ini masih sangat sedikit. Itu terjadi karena hasil panen petani banyak yang anjlok. Kondisi itu akibat tanaman cabe banyak yang terserang hama dan busuk karena faktor cuaca yang tidak menentu. "Untuk lahan seperempat hektar, saat ini paling banyak menghasilkan dua kwintal sekali petik. Padahal, saat kondisi baik bisa mencapai empat kwintal sekali petik. Ini jelas sangat mempengaruhi pendapatan petani," jelas Cahrudin. http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/mobileread/3006 Analisa kasus: Memang tidak ada kasus yang signifikan dan terlalu mencolok pada persaingan pasar sempurna. Namun melalui kasus di atas, ada hal yang patut kita perhatikan pula dalam

penentuan harga produk. Latar belakang dari kasus di atas adalah harga cabai di Indonesia yang terus meningkat tiap harinya. Bahkan tidak ada seorang pun yang tau harga cabai keesokan harinya meskipun cabai tergolong pasar persaingan sempurna. Petani lokal yang menanam sendiri mencoba mengambil keuntungan dari adanya masalah kekurangan cabai di Indonesia. Mereka memilih untuk menyimpan produksi mereka dan menjualnya dengan harga yang sangat mahal. Hal ini sangat meresahkan masyarakat. Para Importir pun dibuat resah dan mereka memilih untuk mengimpor cabai dari Luar negeri. Impor cabai secara besar-besaran ini sangat merugikan petani lokal yang ingin mengambil keuntungan dengan menjual produksinya dengan harga yang sangat mahal. Mereka tidak mampu bersaing dengan harga cabai impor yang lebih murah, sehingga mau tidak mau mereka harus menurunkan harga cabai mereka ke level yang semestinya. Dari sini dapat kita dapati bahwa dalam persaingan sempurna, penentuan harga ditentukan oleh pasar. Kita baik sebagai penjual ataupun pembeli tidak dapat menentukan harga sesuka hati kita. Apabila kita melakukan hal itu, seperti yang dilakukan oleh para petani lokal dalam kasus di atas, kita akan dirugikan sendiri karena pasar tidak akan mengikuti harga yang kita patok pada saat itu.

Monopoly
Berkebalikan dengan pasar persaingan sempurna, monopoli adalah struktur pasar dimana satu perusahaan menguasai dan melayani keseluruhan pasar tanpa adanya barang substitusi untuk produknya. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai monopolis.Sebagai penentu harga, seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi produk tersebut. Pasar monopoli terbagi memiliki empat sumber kekuatan yakni: 1)Economies of Scale : ketika dalam jangka panjang AC turun ketika jumlah produksi meningkat, 2)Diseconomies of scale: Dapat bertahan di pasar meski AC meningkat dengan meningkatkan kuantitas produksi, 3) Economies of scope: TC dari 2 produk lebih kecil bila diproduksi dalam satu pabrik dibanding dalam 2 pabrik terpisah. 4)MC satu produk berkurang bila produksi barang lain meningkat. Rumus:

MR= P[(1+E)/E] dengan pendapatan monopolis R(Q)=P(Q)Q Profit Rules : PM ATC(QM) x QM Atau PM = P(QM) Profit untuk Monopolis : = RQ-C(Q) Contoh Kasus: Kasus monopoli siaran liga Inggris yang dilakukan oleh Astro TV.Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeriyang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli danatau praktek persaingan usaha tidak sehat . Dengan demikan perjannjian dengan pihak luar negeri sebenarnya sah-sah saja dengan syarat perjanjian yang dibuat tidak menimbulkan praktek monopoli atau persaingan bisnis yang tidak sehat Monopoli di tangan Astro memang mengubah kebiasaan masyrakat banyak. Kini hanya mereka yang sanggup membayar Rp. 200 ribu per bulan dengan berlanggananAstro yang dapat menyaksikan sebuah liga sepakbola yang sering disebut sebagai paling kompetitif dan atraktif di dunia tersebut. Mayoritas penggemar lainnya akan hanya bisa mendengarkan cuplikan beritanya, karena satu alasan sederhana: tarif berlangganan itu terlalu tinggi untuk kondisi ekonomi mereka yang memang sangat terbatas. Namun tentu saja, yang mengeluh bukan hanya kaum miskin. Isu ini jugadiangkat oleh para pengelola lembaga penyiaran berlangganan pesaing Astro yang kehilangan salah satu program unggulan mereka. Yang dikuatirkan, monopoli ditangan Astro akan merebut pangsa pasar yang jumlahnya sudah sangat terbatas . Dari berbagai telaah yang dilakukan dan dikaji, penulis berkenan untuk menulis beberapa kesimpulan terkait monopoli siaran Liga Inggris yang dilakukanoleh Astro TV. Pertama, bahwa penyiaran siaran sepakbola Liga Ingris yangdilakukan oleh hanya satu-satunya tv terrestrial, yakni Astro TV jelas telah merenggutkebebasan publik untuk menikmati dan mengetahui informasi sesuatu. Nilai publik yang terpinggirkan ini jelas berbahaya dan merugikan. Karena dengan begitu, secara logis hanya para pelaku usaha yang memiliki modal besar yang dapat menguasai pasar, dan memaksakan siarannya atas nama hak siar eksklusif.Kedua, permainan tender yang dilakukan oleh Astro TV sungguh mencederaisisi keadilan bisnis. Apabila memang benar ada tender, maka pelaku usaha lain akan berusaha mendapatklan produk tertentu secara maksimal, dan tentunya pasar yang bersangkutan akan semakin kompetitif. Ketiga, kepercayaan terhadap kinerja pemerintah yang patut dikaji lebih lanjut. Contohnya adalah dalam pasal 16 UU No.5/1999, yang secara rancu menyebutkan pihak lain di luar negeri atau pihak luar negeri. Dengan adanya ketidakjelasan ini, masyarakat patut mempertanyakanlegitimasi pemerintah. Yang terakhir adalah imbasnya kepada

masyarakat, khususnyamasyarakat golongan ekonomi mengah ke bawah (low-end). Pada musim sebelumnya,2006/2007, siaran liga Ingggris dapat disaksikan di TV nasional (tidak berbayar),secara gratis. Dengan adanya monopoli ini, hanya masyarakat yang mampumembayar Rp. 200 ribu saja yang mampu menikmati siaran ini. Jelas ini memojokkan kepentingan masyarakat menengah ke bawah. Bahkan untuk menikmati siaransepakbola saja mereka tidak diperbolehkan. Sebuah diskriminasi hak dalam bentuk yang lain.

Monopolistic competition
Merupakan struktur pasar yang berada di antara monopoli ekstrim dan pasar persaingan sempurna. Pasar monopolistic memiliki ciri-ciri 1)memiliki banyak pembeli dan penjual, 2)Setiap perusahaan memiliki produk yang terdiferensiasi, 3)Mudah untuk keluar dan masuk pasar. Rumus: Profits=[P* - ATC (Q*)] x Q* Memaksimalkan pendapatan : MR(Q*)=MC(Q*), sehingga P*=P(Q*) Contoh Kasus: 26 MARET 2001 Danone Menguasai Aqua Investor asing berebut pasar air mineral Indonesia. Selasa pekan lalu, Grup Danone menggemukkan kepemilikan sahamnya di PT Aqua Golden Mississippi Tbk. Setelah tiga tahun lalu mengantongi 40 persen saham Aqua, kini perusahaan biskuit dari Prancis itu menguasai 74 persen. Danone memperolehnya dengan membeli saham milik keluarga Utomo, pemilik Aqua. Langkah Danone ini diambil setelah melihat keberhasilan Aqua memimpin persaingan air mineral di Indonesia. "Tahun lalu penjualan Grup Aqua meningkat 50 persen dan menguasai 1,8 miliar liter pasar air mineral," kata Diane d'Oleon, Direktur Komunikasi Danone. Tingkat penjualan bersih Aqua mencapai 91 juta Euro atau sekitar Rp 850 miliar. Akuisisi Danone ini membuat persaingan Aqua dan Ades makin ketat. Akhir tahun lalu PT Coca-cola Company membeli merk dagang Ades seharga US$ 19,9 juta. Pembelian itu sempat melambungkan harga saham Ades karena Coca-cola memiliki jaringan distribusi yang kuat. Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) memperkirakan kebutuhan air mineral tahun ini sekitar 5,4 miliar liter. Adapun data tahun 1999 menunjukkan produksi air mineral dalam kemasan mencapai 4,18 miliar liter. Aqua dan Vit menguasai 45 persen pasar, sedangkan Ades, Total, Club, 2 Tang, dan Oasis mengambil bagian 25 persen. Penjualan saham Aqua kali ini ternyata tak mempengaruhi harga sahamnya

di pasar modal. Menurut Achmad Amir, analis dari PT Vickers Ballas Tamara, pemegang saham lainnya cenderung menahan miliknya, karena saham Aqua masih cukup menarik untuk dikantongi. Selain itu, pengalihan saham kali ini tak akan banyak mempengaruhi kinerja Aqua. "Paling-paling secara manajerial membaik," kata Amir. Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/03/26/EB/mbm.20010326.EB78921.id.html Analisis Kasus: Pada kasus pasar monopolistic, menurut kami aqua adalah contoh yang paling tepat. Aqua adalah market leader dari produk air mineral kemasan. Di Indonesia, tidak ada ang tidak mengenal aqua. Namun seperti kita telah ketahui, penjualan dari air minum kemasan tidak hanya dikuasai oleh aqua. Penjualannya juga banyak dipengaruhi oleh Ades, Aquacui, Cleo, dan lain-lain. Bahkan dari berbagai penelitian kita ketahui Ades yang merupakan saingan terbesar Aqua terkadang mampu merebut market share air mineral dari Aqua. Namun bagaimanapun juga aqua tetap dikenal sebagai produk air minum kemasan oleh masyarakat Indonesia. Sebagai air mineral kemasan, aqua tetap dirujuk sebagai yang paling utama. Hal ini dikarenakan air mineral aqua adalah market leader di Indonesia. Nama Aqua sendiri juga mendukung masyarakat karena mudah diingat dan memang memiliki makna air. Brand Aqua sudah terlalu kuat dan konsumen mengasosiasikan merek tersebut sebagai agen dari produk kategori alias generik. Keuntungan dari popularitas brand seperti itu, tingkat awareness-nya sangat tinggi. Tetapi, karena menjadi merek generik, konsumen tidak selektif ketika menerima produk yang diberikan pedagang. Menurut Darmadi, penyebab perilaku konsumen seperti itu bukan hanya karena faktor merek, tetapi juga karena faktor jangkauan distribusi.

Anda mungkin juga menyukai