Anda di halaman 1dari 3

Abstrak Pasien anak 1,5 tahun memiliki keluhan gatal dan adanya patch eritem, papul dan vesikel

di gluteal dan genital, hingga di extremitas inferior dan manus terutama bagian sinistra. Pasien diketahui selalu menggunakan popok setiap harinya. Diaper Rash atau diaper dermatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi iritasi yang berkembang pada kulit yang ditutupi oleh popok. Diaper rash adalah dermatitis yang paling umum ditemukan pada bayi. Prevalensi telah variable dilaporkan 4-35% dalam 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tiga kali lipat pada bayi dengan diare.

Kata kunci : diaper rash, dermatitis popok

Kasus Pasien anak umur 1,5 tahun datang karena kejang satu kali selama 15 menit, pasien sudah sering dirawat di rumah sakit karena bangkitan kejang. Pasien dikonsulkan kebagian kulit dan kelami karena terdapat bentol-bentol pada selangkanan hingga tangan dan kaki. Riwayat pasien adalah 4 HSMRS anak sering menggaruk- garuk selangkangan, kaki dan tangan. Muncul bentol-bentol kemerahan di kaki dan tangan anak. 2 HSMRS anak demam (+), muntah (-), batuk (+), pilek (+), BAB anak normal, BAK normal. Hari masuk rumah sakit pasien kerjang 1 kali selama 15 menit. Menurut Orang tua anak sudah menjaga kebersihan anak dengan memandikan anak 2 kali sehari, mengganti pempers 4x sehari. Orang tua tidak mengganti pempers setiap anak BAB atau BAK. Dari pemeriksaan fisik ditemukan N : 120 x/menit, T: 38 C, RR: 20x/min. UKK : Adanya patch eritem, papul dan vesikel di gluteal dan genital, hingga di extremitas inferior dan manus terutama bagian sinistra. Lab darah rutin didapatkan leukositosis.

Diagnosis Diaper rash

Penatalaksanaan Pada pasien untuk diaper rash nya diberi salep hidrocortisone 1% 2x sehari, serta tablet Mebhydroline 12,5 mg.

Diskusi Pasien ini merupakan pasien dengan KDK karena lama kejang nya dan juga terdapat rash pada bagian yang ditutupi popok. Riwayat popok yang digunakan oleh pasien yang tidak menjaga anaknya karena berkerja dan meninggalkannya pada orang lain bisa merupakan penyebab kurang dijaganya kebersihan anak dengan tidak mengganti popok jika kotor. Diaper Rash atau diaper dermatitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi iritasi yang berkembang pada kulit yang ditutupi oleh popok. Ini adalah salah satu masalah kulit yang paling umum pada bayi dan anak-anak, mempengaruhi antara 7 dan 35% bayi. Diaper rash terjadi paling sering pada bayi antara usia sembilan dan 12 bulan, namun dapat terjadi kapan saja saat anak memakai popok.

Diaper Dermatitis disebabkan oleh overhydration kulit, maserasi dan kontak lama dengan urin dan feces, sabun yang tertahan di popok, merupakan contoh prototipikal dari dermatitis kontak iritan. Tanda dan gejala biasanya terbatas dibagian yang tertutup oleh popok. Diaper Rash terjadi karena keadaan basah di daerah popok membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan oleh fisik, kimia, dan mekanisme enzimatik. Kulit basah meningkatkan penetrasi bahan iritan. Superhydration enzim urease

ditemukan dalam stratum korneum membebaskan amonia dari bakteri kulit. Urease memiliki efek iritasi ringan pada kulit. Lipase dan protease dalam campuran feces dengan urine pada kulit dan menyebabkan permukaan pH basa, dan menambah iritasi. (Feces pada bayi yang meminum ASI memiliki pH lebih rendah, dan bayi ASI kurang rentan terhadap diaper dermatitis) Para empedu dalam feces meningkatkan aktivitas enzim feces. Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kelembaban kulit dan pH. Keadaan basah yang berkepanjangan menyebabkan maserasi (pelunakan) pada kulit. PH kulit normal adalah antara 4,5 dan 5,5. Ketika urea dari campuran urine dan feces, urease membongkar urin, penurunan konsentrasi ion hydrogen (meningkatkan pH). Peningkatan pH meningkatkan hidrasi kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya, amonia diyakini menjadi penyebab utama diaper dermatitis. Penelitian terbaru telah menyangkal ini, menunjukkan bahwa ketika amonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, tidak ada kerusakan kulit jelas terjadi. Candida albicans telah diidentifikasi sebagai faktor lain untuk diaper dermatitis. Hal ini didapatkan dari perineal sebanyak 92% dari anak-anak dengan diaper dermatitis. Agen mikroba lain telah diisolasi lebih jarang, mungkin lebih sebagai akibat dari infeksi sekunder. Anak dengan diaper dermatitis ditandai dengan eritematosa pada area popok sering kali bersisik dengan lesi papulovesicular atau bulosa, fissure, dan erosi. Lesi ini dapat menyebar ke abdomen dari umbilikus ke femoralis, meliputi alat kelamin, perineum, dan gluteus. Anak-anak dengan diaper rash ditandai dengan ketidaknyamanan dari peradangan intens. Diaper dermatitis adalah peradangan dermatosis terutama yang mempengaruhi permukaan bidang kontak terdekat dengan popok basah atau kotor. Gluteus, genital , abdomen bagian inferior, dan atas paha. Dalam bentuk paling ringan hanya ada eritema, tetapi dengan peningkatan keparahan, papula, vesikel, erosi kecil, dan bisul yang lebih besar mungkin terjadi. Diaper Dermatitis dapat dinilai sesuai dengan tingkat keparahan:

Grade 1: eritema sedikit, mungkin dengan skuama; Grade 2: sedang hingga eritema berat, mungkin dengan skuama; atau beberapa papula dan beberapa edema. Grade 3: eritema sedang hingga parah, mungkin dengan skuama, sedang sampai parah edema dan papula, atau awal ulserasi;

Grade 4 : eritema yang parah, mungkin dengan scaling, atau edema berat, papula, dan ulserasi. Pengobatan diaper rash mencakup kombinasi tindakan, yang paling efektif bila digunakan bersama. Huruf-huruf ABCDE adalah cara yang berguna untuk mengingat semua langkah :

A (air) = kulit dapat mendapatkan udara dengan membiarkan anak untuk tidak selalu menggunakan popok. B (barrier) = penghalang; menggunakan pasta atau ointment untuk melindungi kulit C (clean) = bersih; menjaga kulit bersih D (disposable) = popok sekali pakai; selama episode dari diaper rash, pertimbangkan untuk menggunakan sekali pakai. E (education) = mendidik, mendidik diri sendiri tentang bagaimana mencegah terulangnya diaper rash

Periode tanpa popok- Cara paling efektif untuk mengobati diaper rash adalah dengan mengurangi kontak kulit dengan urin dan feces (yaitu dengan menghentikan atau membatasi penggunaan popok). Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memungkinkan anak untuk secara berkala waktu bebas popok, memungkinkan kulit terkena langsung ke udara.

Ketika anak memakai popok, sering mengganti popok sangat direkomendasikan, sebuah interval yang disarankan mungkin setiap dua sampai tiga jam, dan segera setelah setiap anak BAB.

Kesimpulan Diaper Dermatitis disebabkan oleh overhydration kulit, maserasi dan kontak lama dengan urin dan feces, sabun yang tertahan di popok. Diaper Rash terjadi karena keadaan basah di daerah popok membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan oleh fisik, kimia, dan mekanisme enzimatik. Refernsi

Agrawal, R. 2011. Diaper Dermatitis. University of medicine New Jersey. Didownload dari emedicine.medscape.com/article/911985-overview Horri, K. 2008. Patien Information : Diaper Rash in Infant and Children. Didownload dari www.uptodate.com/contents/topic.do?topicKey=PI/1176 Kellen E,P. 1990. Diaper Dermatitis : Defferensial Diagnosis and Management. University of Saskatchewan. Shiled, T. 2011. Diaper Rash.Didownload dari http://www.emedicinehealth.com/diaper_rash/article_em.htm Ratif, C. 2007. Threatment of incontinence Associated Dermatitis ( Diaper Rash ) in an neonatal unit. WOCN. Lippincott William and Wilkins

Penulis Mohamad Yugo HarioSakti Dua stase ilmu Penyakit kulit dan kelamin rumah sakit Tidar Magelang.

Anda mungkin juga menyukai