Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmat dan hidayat-Nya saya

dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan makalah yang berjudul KANKER SERVIK, saya menyusun makalah ini dengan tujuan dapat memberikan infomasi tentang perhitungan cairan dan elektrolit. Setelah mencari referensi yang berkaitan dengan perhitungan cairan dan elektrolit melalui internet, buku-buku dan, akhirnya selesailah makalah saya dengan semaksimal mungkin. Saya mengucapkan banyak terima kasih karena terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak diantaranya : Ns. Neli Husniawati,Skep , selaku dosen bidang study MATERNITAS Keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil Teman-teman yang membantu baik suka maupun duka Dan semua pihak yang telah membantu, sehingga terselesainya makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar saya bisa lebih baik dalam membuat makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya saya sebagai pembuat makalah ini dan semoga Allah SWT selalu memberikan kita petunjuk dalam semua kegiatan kita, amin

Jakarta, 10 januari 2012

penyusun

Daftar isi

Kata pengantar................. Daftar isi.................. Bab I : pendahuluan ................... A. pengantar/pendahuluan.................... B. latar belakang.................. Bab II : Isi............................................................................. 1. Definisi kanker servik ......................................... 2. Etiologi .............................................................. 4. Patofisiologi ........................................................ 5. Manisfestasi klinis .............................................. 6. Komplikasi ......................................................... 7. Penatalaksanaan ............................................... 8. Asuhan keperawatan ........................................... Bab III : Penutup............................................................................... 1. kesimpulan........................................... .......... .. 2. saran................................................................ 3. daftar pustaka................................................... .

1 2 3 3 4 5 5 5 7 10 11 12 13 20 20 20 21

3. Tanda dan gejala kanker servik........................... 6

BAB I
A. Pendahuluan/Pengantar (1) Maksud dan tujuan penulisan : Mampu memahami arti dari penyakit kanker servik Mampu mengetahui tujuan pembelajaran kanker servik Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani masalah berhubungan dengan kanker servik Mengetahui prosedur kerja dengan berdasarkan asuhan keperawatan yang benar Agar mahasiswa/mahasiswi berfikir kritis dan kreatif dalam mempelajari tentang penyakit kanker servik dan cara penanganan yang tepat. (2) Ruang lingkup : Mengenai patology, manfes, Asuhan Keperawatan pada klien dengan kelainan kanker servik (3) Sistem penulisan Terdiri dari 3 bab yaitu : Bab I : pendahuluan Bab II : Isi Definisi patofisiologi etiologi manisfestasi klinis Asuhan keperawatan Maksud dan tujuan penulisan Ruang lingkup Sistem penulisan Latar belakang

Bab III : Penutup Kesimpulan Saran Daftar pustaka 3

B. Latar Belakang

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya, beberapa hal- hal yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker servik diantaranya adalah Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun). Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex). Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak bergantiganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia. o Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali o Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.

BAB II ISI

A. DEFINISI KANKER SERVIKS Kanker serviks adalah terjadinya pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali sehingga menimbulkan benjolan atau tumor pada serviks. Berawal dari serviks, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh (Mansjoer dkk, 2008). Kanker serviks dapat disebabkan oleh infeksiHuman Papilloma Virus (HPV). HPV sangat mudah menular dan dapat menginfeksi siapa saja yang sudah aktif secara seksual, baik pria atau wanita. Tujuh puluh persen penularan HPV terjadi melalui hubungan seksual sehingga kanker serviks dapat dikategorikan kedalam penyakit menular seksual. Golongan HPV yang menyebabkan kanker serviks disebut sebagai HPV onkogenik yang berperan dalam 99,7% kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan golongan high risk penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia B. ETIOLOGI 1. Kontrasepsi dengan hormonal (Hormonal Contraception (HC)), gaya hidup, kepatuhan penggunaan alat kontrasepsi. HC dapat menunjang terjadinya risiko kanker serviks, namun tidak sepenuhnya kanker serviks terjadi karena penggunaan HC. Penggunaan HC dalam jangka waktu yang panjang, ketidakpatuhan penggunaan kontrasepsi, gaya hidup berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, virus herpes tipe 2. dapat ditularkan melalui hubungan kelamin dan konsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet juga berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks, oleh karena itu disarankan pengguna HC melakukan skrining rutin dengan pap smear. 3. Genetik Genetik merupakan faktor predisposisi terjadinya kanker. Anggota keluarga

yang pernah menderita kanker servik atau jenis kanker yang lain akan lebih berisiko untuk terjadi kanker pada anggota keluarga yang lain. 4. Hubungan seksual dengan pria yang belum disirkumsisi Penis pria yang belum sirkumsisi berisiko terhadap infeksi HPV. Hubungan seksual dengan pria yang telah disirkumsisi dapat menurunkan risiko kanker serviks pasangannya. 5. Senggama di usia kurang dari 17 tahun Uterus perempuan diusia kurang dari 20 tahun belum sempurna sehingga sperma yang mengenai leher rahim pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai pengaruh untuk terjadi kanker servik. 6. Peradangan serviks karena kuman dan personal hygiene yang tidak baik. Human Papiloma Virus (HPV) ditularkan melalui aktivitas seksual dengan individu yang terinfeksi. Kondom tidak memberikan perlindungan, virus dapat ditularkan melalui kulit sehingga tetap dimungkinkan adanya kontak dengan virus. 7. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 8. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. 9. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks 10. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

11. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. C. TANDA DAN GEJALA KANKER SERVIKS Gejala seseorang terinfeksi HPV bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker serviks. Cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung karena hubungan seks (Hoffman and Denis, 2002). Gejala yang signifikan pada kanker serviks adalah perdarahan pascacoitus atau bercak antara menstruasi. Perdarahan tidak selalu muncul diawal sehingga seringkali kanker sudah bermetastasis ketika didiagnosa. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor gejala yang muncul adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan syaraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria dan perdarahan rectum.

D. PATOFISIOLOGI

Faktor penyebab radang pada serviks adalah infeksi HPV, hubungan seksual terlalu dini, jumlah kelahiran yang banyak.Perkembangan kanker serviks dimulai dari adanya lesi prakanker yang disebut servikal intraepitelial neoplasia (Cervical Intraepithelial Neoplasia = CIN). CIN terbagi menjadi 3 tingkatan, CIN 1 menandakan adanya replikasi HPV yang aktif dan jarang menjadi kanker, sebagian besar dapat sembuh spontan. CIN 2 dan 3 merupakan prekursor kanker yang potensial. CIN dapat berkembang menjadi kanker serviks invasif. Ini dimulai dari stadium mikroinvasif yang biasanya asimtomatis, tidak terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum dan harus didiagnosis secara histologis menggunakan sampel jaringan hasil konisasi. Kanker mikroinvasif kemudian menjadi kanker invasif yang lebih besar dan dapat menyebar ke vagina, dinding pelvis, kandung kemih, rektum, dan metastasis ke organ jauh. Stadium kanker servik menurut International Federation of Gynecology and Oncolog Pathway

E. MANIFESTASI KLINIK Kebanyakan sering asimptomatik. Saat terdapat rabas atau perdarahan yang tak teratur: 1. Rabas meningkat jumlahnya dan menjadi cair. Rabas ini berwarna gelap dan berbau busuk karena nekrosis dan infeksi dari massa tumor. 2. Perdarahan terjadi pada interval yang tak teratur antara periode atau setelah menopause; cukup besar dibandingkan hanya bercak yang terdapat pada pakaian dalam, dan biasanya terlihat setelah trauma ringan (hubungan seksual, douching, atau defekasi). 3. Dengan berjalannya penyakit, perdarahan mungkin persisten dan meningkat. 4. Sejalan dengan berkembangnya kanker, jaringan disebelah luar serviks terserang, termasuk kelenjar limfe anterior ke sakrum. Saraf yang terkena mengakibatkan nyeri yang sangat pada punggung dan tungkai. 5. Tahap akhir: kurus ekstrem dan anemia, sering dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami ulserasi, dan pembentukan fistula. F. KOMPLIKASI 1. Komplikasi yang terjadi karena radiasi Waktu fase akut terapi radiasi pelvik, jaringan-jaringan sekitarnya juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum dan kulit. Efek samping gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang abdominal, rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI. Diare biasanya dikontrol oleh loperamide atau atropin sulfate. Sistouretritis bisa terjadi dan menyebabkan disuria, nokturia dan frekuensi. Antispasmodik bisa mengurangi gejala ini. Pemeriksaan urin harus dilakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih. Bila infeksi saluran kemih didiagnosa, terapi harus dilakukan segera. Kebersihan kulit harus dijaga dan kulit harus diberi salep dengan pelembap
10

bila terjadi eritema dan desquamasi. Squele jangka panjang (1 4 tahun setelah terapi) seperti : stenosis pada rektal dan vaginal, obstruksi usus kecil, malabsorpsi dan sistitis kronis. 2. Komplikasi akibat tindakan bedah Komplikasi yang paling sering akibat bedah histerektomi secara radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot detrusor. Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula ureterovaginal, pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis intestinal atau kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal. G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Radiasi Radiasi merupakan perawatan standart pada penderita kanker servik untuk penyakit kanker yang sudah lanjut (stadium 1B keatas ) dan untuk wanita yang tidak cocok dengan pembedahan. Secara umum radioterapi akan memberikan efek secara fisik, psikologis dan sosial hidup penderita sehingga hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien yang mendapatkan perawatan dengan radiasi. Efek samping utama yang terjadi adalah diare, kelemahan, mual, dan abdominal kram. 2. Kemoterapi Tujuan pengobatan menggunakan kemoterapi tergantung jenis kanker dan fase saat diagnosis. Kemoterapi disebut sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan untuk mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif ketika kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat memberikan kualitas hidup yang baik. (Galle, 2000) Kemoterapi bekerja saat sel aktif membelah, namun kerugian dari kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel kanker dan sel sehat yang aktif membelah seperti folikel rambut, sel disaluran pencernaan dan sel batang sumsum tulang. Pengaruh yang terjadi dari kerja kemoterapi pada sel yang sehat dan aktif membelah menyebabkan efek samping yang umum
11

terlihat adalah kerontokan rambut, kerusakan mukosa gastrointestinal dan mielosupresi. Sel normal dapat pulih kembali dari trauma yang disebabkan oleh kemoterapi, jadi efek samping ini biasanya terjadi dalam waktu singkat. 3. Pembedahan Tahap awal dari kanker, biasanya Total Abdominal Hysterectomy (TAH) sering kali digunakan untuk mengendalikan perluasan, namun jika kanker sudah metastasis maka operasi, radiasi akan dikombinasikan. Kebanyakan ahli bedah dalam memberikan histerektomi dilakukan pada tumor atau kanker yang kecil seringkali <4cm. (Leaver,)

12

H. ASUHAN KEPERAWTAN 1. Anamnesa 1.1 Pengkajian A. Data dasar klien : a. Identitas klien. b. Keluhan utama. ( Perdarahan dan keputihan) B. Riwayat penyakit sekarang Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga. C. Riwayat penyakit terdahulu. Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi. D. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau penyakit menular lain. E. Riwayat psikososial Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

13

1.2 Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi Perdarahan keputihan 2) palpasi nyeri abdomen nyeri punggung bawah 1.3 Pemeriksaan Dignostik 1) Sitologi 2) Biopsi 3) Kolposkopi 4) Servikografi 5) Gineskopi 6) Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)

2. Diagnosa Keperawatan 1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. 3) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi. 4) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. 5) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi 6) Resiko tinggi terhap cedera berhubungan dengan trombositopenia 7) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. 8) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi.

14

3. Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia . Tujuan: Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan. Intervensi : Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit. Berikan cairan via IV Pantau dan atur kecepatan infus. Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Tujuan: Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh. Intervensi: Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan. Pantau masukan makanan oleh klien. Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

15

3. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi. Tujuan: Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. Intervensi: Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas. Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan. Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas. 4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu. Tujuan: Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. Intervensi: Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif. Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan Dorong harapan yang realistis. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai. Berikan dorongan spiritual.

16

5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi Tujuan: Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Intervensi : Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia. Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan. Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika. 6. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan: Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan Intervensi : Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan Trombosit) Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan. Observasi tanda-tanda perdarahan. Observasi tanda-tanda vital. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated) 7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

17

Intervensi :

Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota yang sakit

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi. Intervensi:

Baringkan pasien diatas tempat tidur. Kaji kepatenan kateter abdomen. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

18

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah : 1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi perdarahan. 2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh 3. Tidak ada tanda-tanda infeksi 4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan 5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal. 6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi. 7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran. 8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

19

BAB III Penutup KESIMPULAN HPV sangat mudah menular dan dapat menginfeksi siapa saja yang sudah aktif secara seksual, baik pria atau wanita. Tujuh puluh persen penularan HPV terjadi melalui hubungan seksual sehingga kanker serviks dapat dikategorikan kedalam penyakit menular seksual. Golongan HPV yang menyebabkan kanker serviks disebut sebagai HPV onkogenik yang berperan dalam 99,7% kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan golongan high risk penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia

SARAN : Saya sebagai penyusun, sangat menyadari bahwa makalah saya ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun sangat saya butuhkan. Atas perhatian,saya ucapkan terimakasih.

20

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta. Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4. ECG: Jakarta http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ca-serviks http://www.scribd.com/doc/77442630/askep-kanker-servik

21

Anda mungkin juga menyukai