Anda di halaman 1dari 36

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sebagian besar dari berbagai saraf sensorik melerai impuls dari alat-alat indra melalui rantai 3 dan 4- neuron ke tempat tertentu di korteks serebri. Impuls impuls ini berperan untuk persepsi dan penentuan letak letak tiap sensasi. Namun, untuk dapat dipersepsikan, kesan ini harus diproses oleh otak yang sadar. Paling tidakpada golongan mamalia, terdapat rentang kesadaran mulai dari keadaan tidur pulas sampai tidur ringan, tidur REM, dan dua kesadaran sadar: sadar-istirahat dan sadar-siaga penuh. Ada pola kegiatan listrik otak tertentu untuk setiap rentang kesadaran tersebut, termasuk pola elektroensefalografik (EEG). Dalam tahun-tahun belakangan ini, hubungan timabal balik dalam korteks serebri dan antara talamus dan korteks mendapat perhatian sebagai penghasil EEG dan kemungkinan penentu keadaan perilaku. Pola keadaan siaga dan sadar EEG dan pelepasan impuls talamus dapat dihasilkan oleh rangsang sensorik dan oleh impuls yang naik di inti retikuler otak tengah. Tidur dan pola tidur dapat dihasilkan dengan merangsang otak depan bagian basal dan daerah tidur lain. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan tidur ? 1.2.2 Bagaimana anatomi yang berhunbungan dengan tidur ? 1.2.3 Bagaimana fisiologi, tahapan dan siklus tidur (Irama Sirkadian) ? 1.2.4 Apa saja fungsi tidur ? 1.2.5 Apa saja faktor yang mempengaruhi tidur ? 1.2.6 Apa saja masalah gangguan tidur ? 1.3 Tujuan Penulisa untuk Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang tidur, fisiologi tidur dan irama sirkadian. Sedangkan untuk tujuan umumnya adalah 1.3.1 Untuk lebih memahami tentang tidur 1.3.2 Untuk lebih memahami tentang anatomi yang berhubungan dengan tidur 1.3.3 Untuk lebih memahami fisiologi, tahapan dan siklus tidur
1

1.3.4 Untuk lebih memahami fungsi tidur 1.3.5 Untuk lebih memahami faktor yang mempengaruhi tidur 1.3.6 Untuk lebih memahami masalah gangguan tidur 1.4 Manfaat Penulisan Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang Tidur dan Irama Sirkadian. Kemudian penyusunan makalah ini menambah pengalaman dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah makalah.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah sadar dimana orang tersebut tidak dapat dibangunkan. Terdapat berbagai tahap dalam tidur, dari tidur yang sangat ringan sampai tidur yang sangat dalam; para peniliti tidur juga membagi tidur menjadi dua tipe yang secara keseluruhan berbeda, yang memiliki kualitas yang berbeda pula, yaitu sebagai berikut. Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) tidur gelombang lambat, sebab pada tipe ini gelombang otaknya sangat lambat, seperti yang akan dibahas kemudian , dan (2) tidur dengan gerakan cepat mata (REM sleep), sebab pada tipe tidur ini mata bergerak dengan cepat meskipun orang tetap tidur. Setiap malamnya, sebagian besar masa tidur terdiri atas gelombang lambat yang bervariasi; yakni tidur yang nyenyak/dalam, istirahat/ketenangan yang dialami seseorang pada jam-jam pertama tidur sesudah terjaga selama beberapa jam sebelumnya. Selama tidur, episode tidur REM timbul secara periodic, dan meliputi sekitar 25 persen dari seluruh masa tidur, dan pada orang dewasa muda normal terjadi setiap 90 menit. Tipe ini tak begitu tenang, dan biasanya berhubungan dengan mimpi yang hidup, seperti yang akan kita bicarakan nanti. Ketika orang sedang beristirahat, biasanya mereka merasa relaks secara mental, bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik. Istirahat tidak berarti tanpa aktivitas, meskipun setiap ornag sering berfikir tentang hal itu seperti duduk dikursi yang nyaman atau berbaring ditempat tidur. Ketika orang sedang beristirahat mereka berada pada keadaan aktivitas mentaldan fisik yang menyegarkan mereka kembali bergairah kembali, dan siap untuk menyelesaikan aktivitas hari itu. Semua orang memiliki kebiasaan mereka sendiri untuk memperoleh istirahat dan menemukan cara cara untuk menyesuaikan sebaik mungkin dengan lingkungan yang baru atau kondisi yang mempenagruhi kemampuan beristirahat. Istirahat dapat diperoleh dengan membaca buku, mempraktikkan latihan relaksaai atau berjalan kaki yang jauh.
3

Perawat seringkali merawata klien yang tirah baring di berbagai tatanan pelayang kesehatan. Pengobatan ini membuat klien terbaring ditempat tidur untuk mengurangi tuntutan fisik dan psikologis terhadap tubuh. Orang seperti itu tidak selalu merasa beristirahat. Meraka mungkin tetap merasa cemas secara emosi yang mencegah relaksasi penuh. Sebagai contoh, perhatian terhadap keterbatasan fisik atau takut tidak dapat kembali ke pola hidup mereka sebelumnya dapat menyebabkan stress dan tidak mampu untuk relaks. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang ulang, perubahan status keadaan yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur cukup, mereka merasa tenangnya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya. Pola istirahat dan tidur yang biasanya dari seorang yang masuk rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dengan mudah dipengaruhi oleh penyakit atau ritinitas pelayanan kesehatan yang tidak dikenal. Keluasan perubahan pola tidur dan istirahat yang biasa tergantung pada status fisiologis, psikologis, dan lingkungan fisik klien., seperti kebisingan ruangan dan pola kerja dari pemberian pelayanan. Perawat harus selalu menyadari kebutuhan klien untuk istirahat. Kurang istirahan selama periode yang lama menyebabkan penyakit atau memperburuk penyakit yang ada. Perawat dapat membantu klien belajar mengenai pentingnya istirahat dan cara cara untuk meningkatkan istirahat pada saat dirumah dan dalam lingkungan pelayananan kesehatan. 2.1.1 Teori Dasar Tidur Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi retikular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otask setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik, ternyata otak tak pernah tertidur. Dengan kata lain, ada

beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya. 2.2 Anatomi yang Berperan dalam Siklus Tidur 1. Nukleus talamus Ditinjau dari aspek perkembangan dan topografi, talamus dapat dibagi menjadi 3 bagian: epitalamus,talamus dorsal, dan talamus ventral. Epitalamus memiliki hubungan ke sistem penciuman, sedangankan proyeksi serta fungsi talamus ventral masih belum dipastikan. Talamus dorsal dapat dibagi menjadi nukleu-nukleus yang berproyeksi ke bagian-bagian neokorteks dan sistem limbik spesifik. Nukleus yang berproyeksi ke semua bagian neokorteks adalah nukleus garis tengah dan nukleus intralaminar. Nukleus talamus dorsal yang berproyeksi ke daerahdaerah spesifik termasuk nukleus relai sensori spesifik dan nukleus yang berperan dalam mekanisme pengaturan eferen. Nukleus relai sensorik spesifik (specific sensory relay nuclei) mencakup korpus genikulatum lateral dan medial yang meneruskan impuls pendengaran dan penglihatan ke korteks pendengaran dan penglihatan dan kelompk nukleus ventrobasal yang meneruskan informasi somatestetik ke girus postsentralis. Nukleus yang berperan dalam mekanisme kintrol eferen mencakup beberapa nukleus yang berperan dalam fungsi motorik. Nukleus ini menerima masukan dari ganglia basalis dan serebelum dan berproyeksi ke korteks motorik. Juga tercakup dalam kelompok ini adalah nukleus anterior, yang menerima eferen dari korpus mamilaris dan berproyeksi ke korteks limbik. 2. Organisasi korteks Neokorteks secara umum tersusun dalam 6 lapisan. Neuron yang paling banyak adalah sel piramidal dengan percabangan dendritik ventrikal yang luas yang mungkin mencapai permukaan korteks. Akson dari sel-sel ini biasanya membentuk kolateral rekuren yang kembali dan bersinaps di bagian superfisial percabangan dendritik aferen dari nukleus-nukleus spesifik talamus terutama berakhir dilapisan korteks 4 sedangkan aferen non spesifik tersebar di lapisan 1-4.

3. Formasio retikularis & reticular activating system Formasio retikularis, inti retikularis otak yang secara filogenetis berusia tua, menempati di bagian midventral medula oblongata dan medula tengah (mid brain). Bagian ini pada pokoknya adalah suatu daerah anatomik yang tersusun oleh serat-serat dan kelompok-kelompok saraf dengan fungsi tersendiri. Misalnya, mengandung badan sel dan serat dari banyak sistem serotonergi, noradrenergik, dan andrenergi. Bagian ini juga mengandung banyak daerah yang berperan dalam pengaturan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan pernafasan yang dibahas di bab 31 dan 36. Sebagian serat serat desenden di dalamnya menghambat penyaluran jaras sensorik medula spinalis. Berbagai daerah retikular dan jaras jaras dari daerah daerah tersebut berperan dalam spatisitas dan penyesuaian reflek regang. Reticular Activating System ( RAS ) dan komponen etikular terkait yang beperan dalam kesadaran dan tidur akan dibahas dalam bab ini. RAS adalah suatu jaras polisinaps yang kompleks. Kolateral yang menuju ke dalamnya tidak saja dari traktus sensorik asendens panjang tetapi juga dari sistem trigeminus, pendengaran, dan penglihatan serta sistem penciuman. Kompleksnya jaringan neuron dan derajat konvergensi di dalamnya menghilangkan spesifitas modalitas, dan sebagian besar neuron retikular mudah digiatkan oleh bermacam macam rangsangan sensorik. Dengan demikian sistem ini tidak spesifik, sedangkan jaras sensorik klasik adalah spesifik yang serat seratnya digiatkan oleh hanya oleh satu jenis rangsangan sensorik. Sebagian RAS melewat talamus untuk berproyeksi secara difus ke korteks. Sebagian lagi berakhir di nukleus intralaminar dan nukleus talamus terkait dan dari sana, berproyeksi secara difus dan non spesifik ke seluruh nokorteks. 2.3 Fisiologi Tidur Proses proses listrik yang terjadi di korteks ssetelah perangsangan suatu alat indra dapat dipanyau dengan memasang sebuah elektroda pencatat yang dihubungkan dengan elektroda lain di pasang di suatu titik netral yang terletak agak jauh. Pada binatang percobaan dengan anastesia barbiturat, yang meniadakan sebagian besar kegiatan listrik latar, dapat dicatat jawaban yang khas. Apabila elektroda pencatat diletakkan di daerah korteks primer untuk indra tertentu, timbul gelombangpositif permukaan dengan masa laten 5 12 mdet. Hal ini kemudian diikuti oleh gelombang negatif kecil lalu kadang kadang diikuti oleh defleksi positif yang lebih besar dan
6

berlangsung lebih lama dengan masa laten 20 28 mdet. Rangkaian gelombang positif negatif pertama adalah primary evoked potential yang kedua adalah respon sekunder difusi. Potential bangkitan primer sangat spesifik dalam letaknya dan hanya dapat diamati di tempat berakhirnya jaras dari suatu alat indra tertentu. Elektroda dipermukaan korteks yang menghadap piameter. Mengambil contoh kegiatan listrik sampai kedalam hanya 0,3 0,6 mm. Respons primer lebih bersifat negatif dari pada positif apabila diukur dengan mikroelektroda yang dimasukan dilapisan 2-6 korteks dan gelombang negatif di dalam korteks diikuti oleh gelombang positif. Rangkaian negatif-positif ini menandakan depolarisasi pada dendrit dan soma sel-sel di korteks, diikuti oleh hiperpolarisasi. Rangkaian gelombang positif-negatif yang tercatat dari permukaan bersifat relatif positif terhadap kenegatifan awal, lalu relatif negatif terhadap hiperpolarisasi dalam. Pada hewan atau manusia yang tidak dianestesi, potensial bangkitan, primer sebagian besar ditutup oleh aktivitas spontan otak, tetapi potensial tersebut dapat dibuktikan dengan pencatatan-pencatatan tamabahan yang akan meniadakan kegiatan listrik latar. Pada hewan yang tidak dianestesi potensial tersebut bersifat lebih difus tetapi tetap terbatas dibandingkan dengan respon sekunder difus. Respon sekunder difus permukaan tidak seperti respon primer, respon sekunder tidak terlokalisasi dengan baik. Respon ini tampak pada saat yang sama dihampir seluruh korteks disebabkan oleh aktivitas di proyeksi dari nukleus garis tengah dan talamus lainnya yang terkait. 2.3.1 Elektroensefalogram Aktivitas listrik latar pada otak hewan yang tidak dianestesi pertama kali dilaporkan pada abad-19. Kemudian hal ini mulai dianalisis secara sistematik oleh psikiater Jerman, Hans Berger, yang mengajukan istilah Elektroensefalogram (EEG) untuk menyatakan catatan variasi potensial listrik otak. EEG dapat diukur dengan elektroda kulit kepala melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda yang diletakkan diatas atau di dalam otak. Istilah elektrokortikogram (EcoG) kadang-kadang digunakan untuk pencatatan yang diperoleh dari elektroda yang dipasang dipermukaan korteks yang menghadapi mamater. Pencatatan EEG dapat bipolar atau unipolar. Pencatatan bipolar memperlihatkan perbedaan potensial antara elektroda korteks dengan elektroda yang secara teoritis indiferen di bagian tubuh lain yang jauh dari korteks.
7

Dasar Fisiologi EEG, Kesadaran, dan Tidur. EEG merupakan pencatatan kegiatan listrik unit neuron korteks dalam suatu konduktor volume. Biasanya pencatatan dilakukan melalui tulang dan kulit kepala sehingga fultase yang dicatat lebih rendah dari pada pencatatan dari permukaan korteks atau kulit kepala menunjukkan adanya gelombang positif bila ada listrik mendekati elektroda dan gelombang negatif bila arus listrik menjahui permukaan. Dipol-dipol korteks Adanya gelombang pada hampir semua keadaan pada EEG menunjukkan kegiatan listrik yang meningkat dan menurun di daerah korteks serebri yang di sadap oleh EEG. Bila kegiatan terjadi secara pelepasan inplus akan saling

meniadakan dan ada gelombang yang dihasilkan. Tetapi masih hal yang belum diketahui mengenai irama-irama hubungannya dengan keadaan baik perilaku kesadaran. Namun, ada bukti kuat gelombang kegiatan dalam korteks. Hubungan sirkuit yang timbal balik antara thalamus dan korteks. Dendrite sel korteks merupakan hutan unit-unit yang berorientasi sama dan terkemas rapat dilapisan superficial korteks serebrum.potensial listrik yang dihantarkan dapat dibentuk di dendrite.selain itu ,kolateral dari akson rekuren berakhir pada dendrite dilapisan superficial. Akan tetapi,dendrite biasanya merupakan tempat perubahan potensial yang local dan tidak dihantarkan seperti hipopolarisasi. Sewaktu waktu ujung-ujung eksitatorik dan inhibitorik pada dendrite tiap tiap sel menjadi aktif,arus mengalir pada tempat ini ketempat lainnya pada prosesus dendritik dan badan sel. Dengan demikian,hubungan sel-dendrit adalah hubungan dipole yang berubah ubah.aliran srus dari dipole ini menghasilkan fluktuasi potensial mirip dengan gelombang dalm konduktor volume. Apabila gelombang dendritik relatif lebih negative daripada sel,sel mengalami hipopolarisasi dan menjadi lebih peka ransang; apabila jumlah tersebut positif,sel mengalami hiperpolarisasi dan kurang peka rangsang. Korteks serebelum dan hipokampus adalah 2 tempat lain disusunan saraf pusat dengan prosesus prosesus dendritik yang parallel dan kompleks terletak dibawah piameter dalam beberapa lapisan sel-sel. Dikedua bagian,terdapat fluktuasi ritmik
8

disebabkan naik turunnya

potensial permukaan yang khas dan serupa dengan yang dijumpai pada EEG korteks. Gelombang Osilasi Talamokortikal Sumber gelombang EEG lain ialah kegiatan timbale balik antara nucleus garis tengah thalamus dengan korteks serebri. Neuron thalamus mengalami hiperpolarisasi dan melepaskan kegiatan listrik hanya dengan cetusan cetusan fasik yang mirip dengan kumparan tidur pada keadaan tidur gelombang lambat. Selama keadaan sadar neuron terdepolarisasi sebagian dan akan melepaskan impuls secara tonik dengan frekuensi cepat. Hal ini berhubungan dengan frekuensi pelepasan impuls yang lebih tinggi pada neuron kortikal. Kegiatan neuron thalamus dapat digeser dari hiperpolarisasi yang timbul secara fasik menjadi depolarisasi yang tonik oleh adanya perangsangan sensorik yang menimbulkan peningkatan kesiagaan. Sebaliknya kegiatan neuron ini dapat digeser dari depolarisasi menjadi hiperpolarisasi oleh perangsangan zona tidur. Ada kemungkinan bila neuron ini hiperpolarisasi secara fasik,aktifitas dihubungan timbal balik talamokortikal mencegah neuron korteks untuk menerima atau memproses masukan tertentu. Mekanisme yang Menghasilkan EEG Siaga Pergantian pola EEG ritmik dengan aktifitas bervoltase rendah yang cepat ditimbulkan oleh rangsangan terhadap system sensorik spesifik sampai tingkat otak tengah,tetapi perangsangan system-sistem ini diatas otak tengah,perangsangan nucleus relai sensorik spesifik di thalamus,atau perangsangan pada daerah korteks itu sendiri tidak menimbulkan respon peningkatan kesiagaan. Sebaliknya,perangsangan berfrekuensi tinggipada formasioretikularis otak tengah menyebabkan respon peningkatan kesiagaan pada EEG dan membangkitkan hewan hewan yang sedang tidur. Lesi bilateral dibagian lateral dan superior otak tengahyang memutuskan lemniskus medialis dan system sensorik spesifik asendens lainya tidak dapat mencegah respon peningkatan kesiagaan pada EEG yang ditimbulkan rangsang sensorik,tetapi lesi di tegmentum otak tengah yang memutuskan RAS sinkronisasi gelimbang lambat yang tidak dipengaruhi oleh rangsang sensorik. Hewan dengan lesi tipe pertama berada dalam keadaan jaga ; sedangkan yang mengalami lesi tipe
9

terkhir berada dalam keadaan koma untuk jangka panjang. Penderita dengan lesi yang memutuskan RAS juga dalm keadaan somnelen atau koma. Dengan

demikian,aktifitas asendens yang berperan untuk respon peningkatan kesiagaan pada EEG setelah rangsang sensorik melewati sitem sensork spesifik keotak tengah,masuk RAS melalui kolateral ,dan berlanjut melalui thalamus dan system proyeksi thalamus non spesifik ke korteks. Variasi dalam EEG Pada manusia frekuensi dalam irama EEG yang dominan pada keadaan istirahat bervariasisesuai usia. Pada bayi, terdapat aktivitas yang cepat dan mirip beta , tetapi irama oksipitalis adalah pola lambat 0,5-2 Hz. Selama masa kanak kanak, irama yang terakhir ini bertambah cepat, dan pola alfa orang dewasa secar bertahap muncul selama remaja. Frekuensi irama alfa menurun bila kadar glukosa darah turun, suhu tubuh rendah, kadar hormone glukokartikoid adrenal rendah, dan tekanan CO2 parsial arteri tinggi. Frekuensi tersebut meningkat pada keadaan keadaan sebaliknya.secara klinis bernapas secara paksa untuk menurunkan parsial arteri. Kadang kadang digunakan untuk memunculkan kelainan EEG laten. 2.3.2 Efek Fisiologik Tidur Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam efek fisiologik utama: pertama, efek pada sistem sarafnya sendiri dan, kedua, efek pada struktur tubuh lainnya. Efek yang pertama tampak jauh lebih penting, sebab pada setiap orang yang mengalami transeksi medula spinalis setinggi leher tak akan menunjukkan efek yang berbahaya pada tubuh dibawah tingkat pemotongan yang dianggap merupakan tempat asal timbulnya siklus tidur dan siaga, jadi tidak adanya siklus tidur dan siaga ini di sistem saraf pada setiap tempat di bawah otak tak akan merugikan organ-organ tubuh ataupun mengacaukan fungsi tubuh. Sebaliknya, berkurangnya keadaan tidur tentu saja akan mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat. Keadaan siaga yang berkepanjangan sering dikaitkan dengan gangguan fungsi pikiran yang progresif, dan kadang-kadang bahkan dapat menyababkan aktivitas perilaku yang abnormal dari sistem saraf. Kita semua telah mengetahui bahwa kelambanan pikiran semakin bertambah menjelang akhir periode siaga yang berkepanjangan, di samping itu, seseorang dapat menjadi mudah tersinggung atau bahkan menjadi psikotik sesudah keadaan siaga yang dipaksakan selama
10

waktu yang lama. karena itu, kita dapat menganggap bahwa tidur, melalui berbagai cara yang kita tidak mengerti, dapat memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara berbagai bagian sistem saraf pusat. Hal ini tampaknya seperti keadaan pulih asal (rezeroing) pada elektronik, analog dengan sebuah komputer ini secara bertahap akan kehilangan garis dasar (base line) kerjanya, maka cukup beralasan untuk menganggap bahwa efek-efek yang sama juga timbul pada sistem saraf pusat, sebab penggunaan yang berlebihan dari beberapa area otak selama siaga dengan mudah menganggu keseimbangan sistem saraf yang tersisa. Karena itu, bila tidak ada pernyataan yang jelas mengenai nilai fungsional tidur, maka kita dapat mendalilkan bahwa nilai utama dari keadaan tidur adalah untuk memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron. Walaupun begitu, seperti telah ditekankan dahulu keadaan siaga maupun keadaan tidur tampaknya tak begitu perlu untuk fungsi somatik tubuh, siklus penguatan dan penekanan eksitabilitas saraf yang menyertai siklus siaga dan tidur mempunyai efek fisiologik yang sedang pada bagian perifer tubuh. Contohnya selama keadaan siaga, terjadi peningkatan aktivitas simpatis serta penambahan jumlah impuls saraf rangka, untuk meningkatkan tegangan otot. Sebaliknya, selama tidur gelombang laambat, aktivitas simpatis menurun sedangkan aktivitas parasimpatisnya meni ngkat. Oleh karena itu, bila terjadi tidur nyenyak sekali timbul penurunan tekanan darah arteri, penurunan frekuensi nadi, dilatasi pembuluh darah kulit, aktivitas traktus Gastrointestinal kadangkala meningkat, otot-otot akan relaksasi, dan kecepatan basal metabolism seluruh tubuh menurun sebanyak 10 sampai 30 persen. 2.4 Tahapan Siklus Tidur 2.4.1 Tipe Tidur Terdapat 2 jenis tidur yang berlainan, REM dan Non-REM atau tidur gelombang lambat. Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, seorang yang baru tidur memasuki stadium 1, yang ditandai dengan aktivitas EEG frekuensi tinggi amplitude rendah. Stadium 2 ditandai oleh munculnya kumparan tidur ( sleep spindle). Disini terjadi letupan letupan gelombang mirip alfa,10-14 Hz. Pada stadium 3, pola yang timbula dalah gelombang EEG dengan frekuensi gelombang yang lebih dan amplitude meningkat. Perlambatan maksimum dengan gelombang gelomnang besar di jumpai di stadium 4. Dengan demikian, karakteristik tidur dalam adalah adalah pola gelombang rambat ritmis, yang menunjukkan adanya sinkronisasi yang jelas.
11

1. Tidur Gelombang Lambat (NREM) Kebanyakan dari kita dapat mengerti sifat-sifat tidur gelombang lambat yang dalam dengan mengingat kapan saat terakhir kita tetap terjaga selama lebih dari 24 jam, dan kemudian mengingat tidur nyenyak yang terjadi dalam satu jam pertama setelah mulai tidur. Tahap tidur ini begitu tenangnya dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetative tubuh lainnya. Selain itu, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kecepatan metabolisme basal akan berkurang 10 sampai 30 persen. Walaupun tidur gelombang lambat sering disebut tidur tanpa mimpi, namun sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi, dan kadang-kadang bahkan mimpi buruk terjadi pada tipe tidur ini. Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur gelombang lambat dan tahap tidur REM adalah mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur gelombang lambat biasanya tidak dapat diingat. Jadi, selama tidur gelombang lambat, tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan. Tahap 1 : NREM Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur Tahap berakhir beberapa menit Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun Tahap 2 : NREM Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara Kemajuan relaksasi Untuk terbangun masih relatif muda Tahap berakhir 10-20 menit Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

12

Tahap 3 : NREM Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam Orqang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak Otot-otot dalam keadaan santai penuh Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur Tanda berakhir 15 hingga 20 menit Tahap 4 : NREM Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi Mekanisme Terjadinya Tidur Gelombang Lambat Gelombang lambat dalam EEG dan perilaku yang menggambarkannya,yaitu tidur gelombang lambat,dapat dihasilkan oleh rangsang pada paling sedikit 3 daerah subkorteks. Zona Tidur diensefalon dihipotalamus posterior dan intralaminar didekatnya serta nucleus thalamus posterior dan infrelaminar didekatnya serta nucleus thalamus anterior. Frekuensi rangsang harus sekitar 8Hz ; perangsangan dengan frekuensi yang lebih cepat akan menimbulkan kesadaran. Hal ini tidak perlu membuat bingung yang penting adalah bahwa rangsang berfrekuensi rendah menimbulkan satu respon sedangkan rangsang berfrekuensi tinggi menghasilkan respons yang lain. Zona kedua adalah zona sinkronisasi medula di formasio retikularis medula oblogata setinggi nukleus traktus solitarius. Perangsangan pada zona tidur dimana falon menghasilkan tidur apabila frekuensinya tinggi. Mekanisme terjadi efek ini tidak diketahui tetapi diperkirakan melibatkan jaras jaras yang naik ke talamus. Daerah singkronisasi ketiga adalah zona tidur otak depan basal ( basal forebrain sleep zone ). Zona ini mencangkup daerah praotik dab lajur
13

diagonal broca. Zona ini berbeda pada zona otak depan basal menimbulkan gelombang lambat dan tidur dengan frekuensi rangsang yang rendah maupun tinggi. Neuron dibagian ventrolaterin area preoptik membentuk proyeksi ke nukleus tubersi mamilaris batin posterior hipotalamis yang berada dalam zona tidur diensefalon. Perlu diperhatikan bahwa perangsangan serta aferen yang berasal dari mekanoreseptor di kulit dengan frekuensi 10 Hz atau lebih rendah juga menimbulkan tidur pada binatang percobaan mungkin melalui batang otak dan tentunya sudah umum diketahui perangsangan berulang yang membosankan ( menonton ) akan membuat orang tidur. Namun dipihak lain tidur gelombang lambat berada di bawah pengaruh kuat irama sirkadian. Peran nukleus suprakhiasmatik hipotalamus dalam pengaturan tidur dan irama sirkadian lainnya. Telah banyak perdebatan mengenai hubungan neuron seotonergik otak dengan tidur tetapi sekarang tampaknya zat agonis seretonim menekan tidur dan antagonis serotonin seperti ritaserin Meningkatkan tidur gelombang-lambat pada manusua. Kadar adenosis meningkatkan daerah kolinergik di otk depan basal dan nucleus kolinergik mesopontin selama keadaan sadar dam nenurun selama tidur. Kedua daerah ini berhubungan dengan tidur, sehingga adenosis mungkin merupakan factor penyebab tudur. Hal ini sesuai dengan efek peningkatan kasingaan oleh kafein, yang merupakan antagonis adeosis. Hipotesis lain menyatakan bahwa pelepasan grustaglandin D2 (PGD2;) di area preoptik medial dari hipotalamus menyebabkan peningkatan tudur gelombang-lambat dan tidur REM sedangkan pelepasan PGE2menyebabkan kesadaran. Suatu lipit yang dihasilkan oleh otak diketahui mempunyai sifat menyebab tidur. Beberapa peneliti mengatakan ada suatu peptida yang dihasilkan di otak yang berperan untuk tidur. Namun, masih terdapat ketidaksesuaian guham mengenai peptida yang dicalonkan sebagai peptida tidur, dan peran fisiologisnya, bilamana ada, masih belum pasti. 2. Tidur REM (Tidur Paradoksikal, Tidur Desinkronisasi) Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM berlangsung selama 5 sampai 30 menit dan biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit, dimana tidur REM yang pertama terjadi dalam waktu 80 sampai 100 menit sesudah orang itu tertidur. Bila seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya, karena orang semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, maka tidur REM juga semakin meningkat.
14

Terdapat beberapa hal yang sangat pentin g dalam tidur REM : 1. Tidur REM biasanya berhubungan dengan mimpi yang aktif 2. Pada tahap tidur REM biasanya orang lebih sukar dibangunkan daripada waktu tahap tidur gelombang lambat, walaupun telah diberi rangsangan sensorik, dan ternyata orangorang terbangun di pagi hari sewaktu episode tidur REM, dan bukan pada waktu tidur gelombang lambat 3. Tonus otot diseluruh otot sangat berkurang dan ini menunjukkan adanya hambatan yang kuat pada serat-serat proyeksi spinal dari area eksitatorik batang otak 4. Frekuensi denyut jantung dan pernapasan biasanya menjadi iregular, dan ini merupakan sifat dari keaaan tidur dengan mimpi 5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih timbul juga beberapa gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup pergerakan cepat dari mata 6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif. Dan metabolisme di seluruh otak meningkat sebanyak 20%. Juga, pada elektron Sefalogram (EEG) terlihat pola gelombang otak yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga. Tidur tipe ini di sebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat paradoks, yaitu seseorang dapat tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata Ringkasnya, tidur REM merupakan tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya dan kemudian terbangun. Tidur REM Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur Hal ini dicirikan dengan respons otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah Terjadi tonus otot skelet penurunan Peningkatan sekresi lambung
15

Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 Gelombang rambat amplitude tinggi yang tampak pada EEG selama tidur kadang kadang diganti oleh EEG cepat, dan bervoltase rendah mirim dengan gelombang yang dijumpai pada primate termasuk manusia, dalam tidur stadium 1. Namun tidur tidak terganggu.memang, ambang waspada oleh sensorik dan oleh rangsang formasioretikularis kadang kadang meningkat. Keadaan ini kadang kadang disebut tidur paradoksal, karena aktivitas EEG nya cepat. Selama tidur paradoksal, terdapat gerakan gerakan mata cepat dan mengembara, dank arena hal inilah tidur tersebut dinamakan tidur REM. Pada tidur gelombang lambat tidak

dijumpai gerakan semacam itu, dan dengan demikian sering dinamakan tidur NREM. Ciri lain tidur REM adalah adanya potensial fisik besar, dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-5 gelombang, yang berasal dari pons dan cepat berpindah ke korpus genikulatum lateral dan dari sini ke korteks oksipitalis. Oleh karena itu, potensial ini disebut ponto-geniculo- occipital spike,PGO. Terdapat penurunan yang jelas pda tonus otot rangka leher selama tidur REM. Otototot lainnya tetap mempertahankan tonus mereka, tetapi terdapat paralisis relatif kegiatan volunter yang bergantung pada likus seruleus. Pada kucing dengan kerusakan likus seruleus, tidur REM ditandai dengan gerakan menggelepar-gelepar, seolah-olah melakoni mimpinya. Irama bervoltase-rendah dan cepat yang berasal dari korteks serebri selama tidur REM menyerupai EEG pada respons siaga dan mungkin dibentuk dengan cara yang sama. Perbedaan utama pada tidur REM dan sadar ialah bahwa bermimpi ditandai oleh gambaran yang aneh dan pikiran-pikiran yang tidak logis, dan umumnya tidak disimpan dalam ingatan. Alasan adanya perbedaan ini tidak diketahui. Namun, PET scanning pada manusia yang sedang tidur REM memperlihatkan peningkatan aktivitasdi daerah pontin, amigdala, dan girus signulata anterior, tetapi terjadi penuurunan aktivitas di korteks prefrontal dan parietal. Aktivitas di daerah asosiasi penglihatan juga meningkat, tetapi terjadi penurunan di korteks penglihatan primer. Hal ini sesuai dengan peningkatan emosi dan pemberdayaan system saraf yang tidak mendapat masukan dari dunia luar. Mekanisme yang memerlukan tidur REM terletak di formasio retikulasi pons. PGO spikes berasal dari tegmentum pons lateral. Spikes ini disebabkan oleh pelepasan impuls oleh neuron-neuron kolinergik. Tampaknya pelepasan impuls oleh neuron noradrenergic di lokus
16

seruleus dan neuron serotonergik di rafe otak tengah ikut berperan dalam menimbulkan keadaan sadar, dan bahwa kegiatan neuron-neuron ini berhenti apabila terjadi pelepasan spikes PGO kolinergik yang mencetuskan tidur REM. Reserpin, yang menghabiskan persediaan serotonin dan katokolamin, akan menghambat tidur gelombang-lambat dan kejadian-kejadian yang khas untuk tidur REM tetapi meningkatkan aktivitas spiken PGO. Obat-obatan berbiturat menurunkan jumlah tidur REM. 2.4.2 Irama Sirkardian Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka yang setiap hari.irama yang paling dikenal adalah siklus 24 Jam, siang malam yang dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian (berasal dari bahasa latin :circa, tentang dan dies, har). Siklus menstruasi wanita adalah sebuah irama infradian ,siklus yang terjadi dalam siklus yang lebih lama dari 24 jam.siklus biologis berakhir kurang dari 24 jam disebut irama ultradian.irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi biologis utama dan fungsi perilaku.fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh,denyut jantung,tekanan darah,sekresi

hormone,kemampuan sensorik dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irama sirkadian,termasuk siklus tidur bagun harian.dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga factor factor eksternal seperti aktivitas social dan rutinitas pekerjaan.semua orang mempunyai jam yang disinkron dengan siklus tidur mereka.beberapaq orang dapat tertidur pada pukul 8 malam, sementara yang lain tidur pada tengah malam atau dini hari.orang yang berbeda juga berfugsi tebaik pada waktu yang berbeda dalam satu hari.horne dan ostberg (1796) menguraikan dua kelompok orang, jenis pagi dan malam.orang pagi menyukai pergi tidur dan bangun pagi, melakukan kegiatan pada pagi hari adalah paling baik.orang malam menyukai tidur dan bangun lambat paling baik berfungsi pada malam hari. A. Irama alfa Pada manusia dewasa dalam keadan sadar tetapi istirahat dengan pikiran melayang dan mata tertutup komponen EEG yang paling menonojol adalah pola gelombang yang relatif teratur dengan frekuensi 8-12 Hz dan amplitudo sekitar 50-100 V bila dicatat di kulit kepala. Pola ini adalah irama (ritme) alfa. Irama ini paling jelas di daerah parieto-oksipital, walaupun kadang17

kadang juga di jumpai di bagian lain. Irama serupa pernah ditemukan pada macam-macam spesies mamalia. Pada kucing, irama ini sedikit lebih cepat daripada pada manusia, dan terdapat variasi kecil lain antar spesies, tetapi pada semua mamalia polanya sangat serupa. Asal-Usul Gelombang Alfa. Gelombang alfa tidak mungkin timbul dalam korteks tanpa ada hubungan dengan thalamus. Juga, perangsangan pada nuklei reticular nonspesifik yang mengelilingi thalamus dan nuclei dalam yang difus didalam talamus,seringkali dapat mencetuskan gelombang-gelombang dalam system talamokortikal pada frekuensi antara 8 dan 13 per detik, yang merupakan frekuensi sebenarnya dari gelombang alfa. Oleh karena itu, dianggap bahwa gelombang alfa timbulnya karena ada osilasi umpan balik spontan dalam system talamokortikal yang difus ini, kemungkinan mencakup system pengaktivasi batang otak juga. Osilasi ini diduga menyebabkan timbulnya periodisitas gelombang alfa serta aktivitas yang sinkron pada berjuta-juta neuron kortikal selama tiap-tiap gelombang. Hambatan alfa Apabila perhatian ditujukan pada sesuatu, irama alfa digantikan oleh aktivitas yang cepat, agak tidak teratur bervoltase rendah. Fenomena ini disebut hambatan alfa. Pemutusan pola alfa juga terjadi pada semua bentuk rangsang sensorik atau konsentrasi mental misalnya memecahkan soal berhitung. Istilah umum untuk penggantian irama alfa yang teratur ini oleh aktivitas voltase rendah yang tidak tertur ini adalah pola siaga atau waspadakarena berkaitan dengan keadaan siaga waspada. Dulu keadaan ini disebut desinkronisasi, karena menggambarkan penggantian kegiatan saraf yang sinkron yang menghasilkan gelombang tertur. Akan tetapi karena kegiatan EEG yang cepat yang terlihat pada keadaan siaga juga bersifat sinkron, istilah desinkronisasi menyesatkan. B. Irama lain Selain irama utama diatas region frontalis kadang kadang dijumpai voltase rendah 18-30 Hz. Irama beta mungkin merupakan harmonisasi irama alfa. Irama gama pada 30-80 Hz sering terlihat pada orang yang terjaga dan memfokuskan perhatianya pada sesuatu. Irama ini sering diganti oleh aktivitas yang cepat dan tidak terarur bila pada orang tersebut timbul kegiatan motorik sebagai jawaban atas rangsang.pada anak terdapat pola gelombang-gelombang besar

18

teratur 4-7 Hz yang disebut irama teta dan dibentuk di hipokampus. Gelombang besar lambat dengan frekuensi kurang dari 4 Hz kadang kadang disebut gelombang delta. Pemotongan traktus-traktus serta dari thalamus ke korteks, menghambat aktivasi talamik korteks dan menimbulkan gelombang alfa,dengan demikian tidak menghambat semua gelombang delta dalam korteks. Keadaan ini menunjukkan adanya mekanisme yang berjalan sinkron dalam neuron-neuron kortikal sendiri yang terutama tidak bergantung pada struktur otak bagian bawah untuk menimbulkan gelombang delta. Gelombang delta juga timbul pada tidur gelombang lambat yang nyenyak; dan keadaan ini menimbulkan dugaan bahwa selanjutnya korteks terutama terlepas dari aktivitas yang mempengaruhi pusat-pusat bagian bawah.

2.5 Fungsi Tidur Kegunaan tidur masih tetap belum jelas. Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Salama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 sampai 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses bilogis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4) tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Akan tetapi Horne juga berpendapat bahwa peran hormone pertumbuhan yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein adalah terbatas dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino. Penelitian lain menunjukkan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang mengalami lebih banyak tidur tahap 4.
19

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh (Anch dkk, 1988). Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalma aliran darah serebral, peningkatan aktifitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktifitas hari tersebut. Kegunaan tidur pada perilaku sering kali tidak diketahui sampai seseorang mengalami suatu masalah akibat deprivasi tidur. Kurangnya tidur REM dapat mengarah pada persaan bingung dan curiga. Tidak ada hubungan sebab dan akibat yang jelas keberadaanya antara kehilangan tidur dan disfungsi tubuh yang spesifik (Webster dan Thompson, 1986). Akan tetapi, berbagai fungsi tubuh (mis. Penampilan motorik, memori, dan keseimbangan) dapat berubah ketika terjadi kehilangan tidur yang memanjang. Beberapa kecelakaan industri akhir-akhir ini, seperti terpelincir minyak Valdez di alaska dan kecelakaan nuklir di Chernobyl, dihubungkan dengan kesalahan manusia yang dikaitkan deprivasi tidur. Kecelakaan jalan raya, rumah dan yang berhubungan dengan pekerjaan karena jatuh tertidur telah diperkirakan menghabiskan biaya milyaran dolar setiap tahun di Amerika Serikat (Leger, 1994,1995; Webb, 1995). Karena perhatian terhadap peningkatan insiden kecelakaan mobil, enam negara bagian di Amerika Serikat telah mengimplementasi pedoman pengaturan hak-hak istimewa mengemudi dari orang yang narkolepsi dan / atau apnea tidur, gangguan yang menyebabkan mengantuk yang berlebihan dan mempengaruhi penampilan mengemudi (Pakola, Dinges, dan Pack, 1995). 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Tidur Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali factor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Factor fisiologis,psikiologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur.

20

a. Penyakit Fisik Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri,ketidaknyamanan fisik (miss,kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati,seperti kecemasan atau depresi,dapat menyebabkan masalah tidur.seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh,memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. Penyakit pernapasan seringkali mempengaruhi tidur. Klien yang berpenyakit paru kronik seperti emfisema dengan napas pendek dan seringakali tidak dapat tidur tanpa dua atau tiga bantal untuk meninggikan kepala mereka. Asma,bronchitis, dan rhinitis alergi mengubah irama pernapasan dan mengganggu tidur. Seorang yang pilek mengalami kongesti nasal,drainase sinus,dan sakit tenggorok,yang mengganggu pernapasan dan kemampuan beristirahat. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur. Klien yang berpenyakit ini seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur (miss,sering berpindah dari tahap 3 dan 4 ke tidur tahap 2 yang dangkal)seperti perubahan yang bermakna dalam semua tahap tidur,sebagai contoh,supresi tidur REM dan tahap 3 dan . Hipertensi seringkali menyebabkan terbangun pada pagi hari dan kelemahan. Hipotiroidisme menurunkan tidur tahap 4,sebaliknya hipertiroidisme menyebabkan seorang perlu waktu yang banyak untuk tertidur. Nokturia,atau berkemih pada malam hari,menggangu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini yang paling umum pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau orang berpenyakit jantung,diabetes,uretritis,atau penyakit prostat. Setelah seseorang berulangkali terbangun untuk berkemih,menyebabkan kembali untuk tertidur lagi menjadi sulit. Lansia seringkali mengalami sindrom kaki tak berdaya,yang terjadi pada saat sebelum tidur. Mereka mengalami berulang kali kambuh,gerakan berirama pada kaki dan tungkai. Sensasi gatal sangat dirasakan di otot. Berkurang hanya dengan menggerakkan kaki,yang mencegah relaksasi dan tidur selanjutnya. Tergantung pada seberapa berat tidur terganggu,maka sindrom
21

kaki yang tak berdaya menjadi suatu kondisi yang relatif. Sebaliknya,orang yang mengalami kram kaki pada malam hari bermasalah pada sirkulasi arteri. Seseorang yang berpenyakit tukak peptic seringkali terbangun pada tengah malam. Kadar asam lambung mencapai puncak sekitar pukul 1 sampai 3,menyebabkan nyeri lambung. b. Obat-obatan dan Substansi Dari daftar obat di DPR 1990,dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping,486 menulis insomnia,dan 281 menyebabkan kelelahan. Mengantuk dan deprivasi tidur Adalah efek samping medikasi yang umum ( lihat kotak diatas ). Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stresor gaya hidupnya. Lansia sering kali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat menganggu tidur secara serius. L- triptofan suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging, dapat menganggu orang tidur. c. Gaya Hidup Rutinitas harian seseorang mempengaruhi orang tidur. Individu yang bekerja bergantian berputar ( misalnya 2 minggu siang diikuti oleh suatu minggu malam ).sering kali mempengaruhi kesulitan menyesuaikan jadwal tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahwa penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu kerja pada dinas pada malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang menganggu pola tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas sosial pada larut malam dalam perubahan waktu makan malam. d. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari ( EDS ) Pada abad lampau jumlah tidur yang di peroleh pada malam hari oleh penduduk AS telah menurun lebih dari 20% (National Commission on Sleep Disorder Research 1993),menunjukkan
22

bahwa orang amerika kehilangan tidur dan mengalami mengantuk yang berlebihan pada siang hari. EDS seringkali mengalami kerusakan pada fungsi terjaga, menampilkan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan, masalah perilaku atau masalah emosional. Perasaan mengantuk lebih inten saat terbangun saat atau sesaat sebelum pergi, tidur, dan sekitar 12 jam setelah periode tengah tidur. Mengantuk menjadi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika individu harus / ingin terjaga. Orang yang mengalami kehilangan tidur sementara karena kegiatan sosial malam yang aktif atau jadwal kerja yang memanjang biasanya akan merasa mengantuk pada hari berikutnya akan tetapi mereka dapat mengatasi perasaan ini meskipun sulit mengalami kesulitan, melakukan tugas dan tetap perhatian. Kurang tidur kronis jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan fungsi sehari hari. EDS cenderung menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang menetap. Sebagai contoh, kecelakaan kendaraan tunggal yang berhubungan dengan jatuh tertidur mengemudi di kendaraan paling sering terjadi diantara tengah malam dan pukul 4 yang disebabkan mengantuk yaitu terjadi ketika orang terjaga selama waktu yang merupakan periode normal tidur mereka ( Milter dkk, 1988 : Legger, 1994 ) e. Stress Emosional Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur stres emosional menyebabkan stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang akan sering kali mengarahkan frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba untuk mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur atau terlalu banyak tidur stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Seringkali klien lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada stress emosional. Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan ekonomi merupakan contoh situasi yang mempredisposisi lansia untuk cemas dan depresi. Lansia dan juga seperti individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, seringkali mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur perasaan tidur terasa lemah dan terbangun cepat ( bliwise, 1993 )

23

f. Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran kekerasaan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras daripada dirumah jika seseorang biasaanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya tidur tanpa ketenangan atau teman tidur yang mengorok juga menganggu tidur. Suara juga mempengaruhi tidur tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur ( Webster dan Thompson 1986 ). Suara yang rendah lebih sering membangunka seseorang tidur dari tahap satu sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4. Beberapa orang membutuhkan ketenangan untuk tidur sementara yang lain lebih sering menyukai suara latar belakang suara sebagai latar belakang seperti musik lembut atau televisi. Dirumah sakit dan fasilitas rawat inap lainnya, suara menciptakan masalah bagi klien suara di rumah sakit biasanya baru atau asing. Sehingga klien menjadi terbangun. Masalah ini adalah yang terbesar pada malam hari. Pertama hospitalisasi, ketika klien seing mengalami peningkatan total waktu terjagapeningkatan terjaga dan penurunan REM dan total waktu tidur ( Agnew dkk, 1966 ). Tingkah suara dirumah sakit dapat menjadi sangat keras. Percakapan normal mengukur sekitar 50 desibel Hilton ( 1987 ) menemukan bahwa alarm pengontrol intravena menciptakan suara 44 sampai 80 desibel. Pembilasan toilet 44 sampai 76 desibel dan menyobekkan tisu 41 sampai 81 desibel. Suara menjadi berisik pada 35 sampai 40 desibel. Suara yang menyebabkan orang ( miss aktivitas keperawatan ) adalah sumber tingkat suara yang meningkat. Unit perawat intensif merupakan perawatan sumber untuk tingkat kebisingan yang tinggi. Kedekatan yang rapat dari klien suara dari klien yang binggung dan sakit dan deringan sistem alarm dan telepon dan gangguan yang disebabkan oleh kegawatdaruratan membuat lingkungan tidak

menyenangkan. Strategi untuk mengontrol kebisingan lingkungan atau mengunakan suara yang menyenangkan untuk menutupi suara yang menganggu telah diuraikan.

24

Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai ruangan yang gelap sementara yang lain seperti anak anak atau lansia menyukai cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga mungkin bermasalah tidur karena suhu ruangan terlalu hangat atau terlalu dingin menyebabkan klien gelisah. g. Latihan Fisik dan Kelelahan Seseorang kelelahan menengah ( moderate ) biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi,kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur. Hal ini dapat menjadi masalah yang umum bagi anak sekolah dan remaja. h. Asupan Makanan dan Kalori Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Makan besar,berat, dan/atau berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat di cerna yang menggangu tidur. Kafein dan alcohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi-insomnia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastic adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatan tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia. Pada bayi,terbangun pada malam hari dan menanis atau kolik dapat disebabkan alergi susu yang membutuhkan penggunaan ASI ibu atau formula bukan susu. Selain susu,makanan lain yang sering menyebabkan alergi penghasil insomnia di antara anak-anak dan orang dewasa meliputi jagung,gandum,kacangkacangan,coklat,telur,ikan laut,pewarna makanan warna merah dan kuning,dan ragi. Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilangkan dari diet. Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur. Ketika seseorang bertambah berat badannya,maka periode tidur akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidut tertentu dapat dihasilkan dari diet semipuasa(semistarvation) yang popular di dalam kelompok masyarakat yang sadar-berat badan.
25

2.7 Masalah Gangguan Tidur Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati,secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut:insomnia;gerakan atau sensasi abnormal di kala tidur atau ketika terjaga di tengah malam;atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari. Banyak orang dewasa di Amerika Serikat memiliki hutang tidur yang signifikan karena ketidak adekuat dalam hal kuantitas

maupun kualitas tidur malamnya dan mengalami hipersomnolen disisn hari selama melaksanakan aktivitas sehari-hari. 1. Insomnia Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, atau tidur singkat. Penderita insomnia mengeluh rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas kualitas tidurnya tidak cukup. Namun, seringkali klien tidur lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau psikologis. Seseorang dapat mengalami insomnia transien akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia dapat terjadi berulang tetapi diantara episode tersebut klien dapat tidur dengan baik. Namun kasus insomnia temporar akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan kekhawatiran dan kecemasan yang terjadi untuk

mendapatkan tidur yang adekuat tersebut. Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan tidur yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat cukup menyebabkan keterjagaan. Disiang hari, seseoran dengan insomnia kronik dapat merasa mengantuk, letih, depresi, dan cemas. Karena terdapat banyak penyebab insomnia, penatalaksanaannya melibatkan beberapa pendekatan.sangat penting untuk menangani masalah emosiaonal atau medis yang menyebabkan masalah tidur ini. Terapi juga dapat bersifat simptomatik, termasuk memperbaiki higiene tidur, umpan balik biologis, tekhnik kognitif dan tekhnik relaksasi.apabila insomnia merupakan perilaku sekunder dari perilaku sehat yang tidak tepat maka perilaku diarahkan pada
26

perubahan perilaku tersebut. Misalnya pada insomnia bergantung obat, klien tidak dapat tidur ksrena penggunaan obat hipnotik yang berlebihan. Klien ini biasanya akan sangat terbantu dengan menghentikan pemberian hipnotik tersebut secara bertahap. 2. Apnea tidur Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada 3 jenis apnea tidur apnea sentral , obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea sentral dan obstruktif. Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorok rileks pada saat tidur. Jalan napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung berkurang atau berhenti selama 30 detik. Individu masih berusaha untuk bernapas karena gerakan dada abdomen terus terjadi, yang sering menyebabkan bunyi dengkuran atau dengusan yang keras. Pada saat napas hilang sebagian atau seluruhnya, setiap gerakan diagfragma yang berhasil dapat menjadi lebih kuat sampai obstruksi tersebut berkurang. Abnormalitas struktural seperti deviasi septum, polip hidung, atau pembesaran tonsil dapat menyebabkan klien mengalami apnea obstruksi. Upaya untuk bernapas selama tidur menyebabkan seseorang terbangun dari tidur dalam ke siklus tidur 2. Pada kasus kasus berat, ratusan episode hipopnea/apnea dapat terjadi setiap jam sehingga menyebabkan ganggua yang parah pada tidur dalam. Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari merupakan keluhan utama penderita OSA. The national commission on sleep disorders reseach (1993) memperkirakan bahwa 18 juta orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA. Apnea obstruktif menyebabkan penurunan kadar oksigen arteri yang serius. Klien berisiko Mengalami distrimia jantung , gagal jantung kanan, hipertensi pulmonal, serangan angina, stroke, dan hipertensi. Pria usia pertengahan biasanya dianggap lebih sering terkena, terutama jika mereka obesitas. Namun, penemuan terbaru menunjukan bahwa wanita pascamenopause juga relatif sering mengalami apnea tidur obstruktif yang berkaitan erat dengan hipertensi. Beberapa peneliti metakini bahwa apnea tidur merupakan penyebabdari berbagai jenis kematian.
27

Apnea tidur sentral melibatkan disfungsi pada pusat pengendalian pernapasan di otak. Implus untuk bernafas sementara berhanti, aliran udara pada hidung dan gerakan dinding dada juga terhenti. Saturasi udara dalam oksigen menurun. Kondisi ini terjadi pada klien yang mengalami cedera batang otak, distrofi otot, dan ensefalitis dan juga pada orang yang bernafas normal di siang hari. Kurang dari 10% apnea tidak berasal dari sentral. Individu dengan CSA cenderung terbangun di waktu tidur dan oleh karena itu, ia mengeluh insomnia dan EDS. Klien juga mengalami dengkuran yang ringan dan intermiten. Klien yang mengalami apnea tidur sering kali tidak dapat tidur dalam waktu yang signifikan. Selain itu juga banyak terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur, keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah

seksual.pengobatannya mencakup terapi untuk komplikasi jantung dan pernapasan yang utama dan terapi untuk masalah emosional yang muncul akibat gejala dari gangguan ini. Higiene tidur dan program penurunan berat badan juga membantu. Salah satu terapi yang paling efektif adalah penggunaan alat penekan jalan nafas positif yang kontinue di dalam hidungdi malam hari. Klien yang menggunakan CPAP harys memakai masker pada hidungnya. Udara ruangan di alirkan melalui masker pada tekanan tinggi. Tekanan udara mencegah kolapsnya jalan nafas. Alat CPAP bersifat portabel dan efektif terutama untuk apnea obstruktif. Pada kasus tidur apnea yang parah, tonsil, uvula, atau bagian dari palatum mole dapat di angkat melalui pembedahan. Kebersihan prosedur oembedahan sangat berfariasi. 3. Narkolepsi Narkolepsi adalah lisfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur. EDS adalah keluhan utama paling sering berkaitan dengan gangguan ini. Di siang hari seseorang dapat merasakan kantuk berlebihan yang datang secara mendadak dan jatuh tidur. Tidur REM dapat terjadi dalam 15 menit sewaktu tidur. Katapleksi atau kelemahan otot yang tiba tiba disaat emosi sedang kuat seperti marah, sedih, tertawa dapat terjadi kapan saja di siang hari. Apalagi serangan katapleksi parah, klien dapat kehilangan kontrol otot volunter dan jatuh ke lantai. Individu yang menderita narkolepsi dapat mengalami mimpi hidup, yang terjadi pada saat tertidur, mimpi yanmg sullit dibedakan dengan realita (disebut halusinasi hipnogik). Paralisis tidur atau perasaan tidak mampu bergerak atau berbicara tepat sebelum terbangun atau

28

tertidur, merupakan gejala yang lain. Penelitian terakhir menunjukan adanya hubungan genetik untuk narkolepsi. Masalah signifikan untuk individu yang menderita narkolepsi adalah bahwa orang tersebut terjatuh tertidur tanpa bisa di kendalikan pada saat yang tidak tepat. Serangan tidur dapat dengan mudah di salah artikan denagan kemalasan, kurangnya minat terhadap aktivitas, atau nmabuk kecuali jika gangguan ini di pahami. Umumnya, gejala pertama mulai muncul pada remaja dan dapat di salah artikan dengan EDS yang juga banyak terjadi pada remaja. Penderita narkolepsi di obati dengan stimulan yang hanya dapat meningkatkan sebagian kesiagaan dan mengurangi serangan tidur, serta obat yang menekan katapleksi dan gejala lain yang terkait dengan REM. Tidur siang singkat tidak lebih dari 20 menit dapat membantu mengurangi perasaan mengantuk yang subyektif. Faktor yang meningkatkan rasa kantuk pada klien narkolepsi harus di hindari. 4. Deprivasi tidur Deprivasi tidur adalah masalah yang di hadapi banyak klien sebagai akibat disomnia. Penyebabnya dapat mencakup penyakit, stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan, dan keaneka ragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan eprawat cenderung mengalami rideprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas. Gold et al, menemukan bahwa perawat yang bekerja dalam jam dinas yang di rotasi melaporkan bahwa waktu tidurnya kurang dan secara signifikan cenderung banyak melaporkan kesalahan di bandingkan dengan perawat yang bekerja 1 hari langsung atau dinas malam. Hospitalisasi, terutama di unit perawatan intensif, membuat klien rentan terhadap gangguan todur ekstrinsik dan sirkadian. Deprifasi tidur melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta tidak konsistenan waktu tidur. Apabila tidur mengalami gangguan, dapat etrjadi perubahan urutan siklus tidur normal. Terjadi deprivasi tidur kumulaitf. Respons seseorsang terhadap deprivasi tidur sangat bervariasi. Klien dapat mengalami berbagai gejala fisiologis dan psikologis. Keparahan gejala sering berhubungan durasi privasi tidur. Terapi yang paling efektif untuk deprivasi tidur adalah menghilangkan atau memperbaiki faktor yang menggangu pola tidur. Perawat dapat memainkan peranan penting dalam mengidentifikasi masalah deprivasi tidur yang dapat di obati.
29

5. Parasomnia Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak- anak dari pada orang dewasa. Sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome, SIDS ) dihipotesis berkaitan dengan apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas dalam sistem syaraf otonom yang di manifestasikan selama tidur (Gillis dan femons,1994). Baru-baru ini, the American academy of padiatrics menganjurkan agar bayi yang sehat di tempatkan pada posisi miring atau terlentang di saat tidur karena adanya hubungan antara posisi telungkup dengan terjadinya SIDS (Long dan Baron, 1992). Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi somnambulisme (berjalan dalam tidur),terjaga malam, mimpi buruk, enuresis nocturnal (ngompol), dan menggeretakkan gigi(bruksisme),(Mindell, 1993). Apabila orang dewasa mengalami hal ini maka hal tersebut dapat mengindikasikan gangguan yang lebih serius. Tetapi untuk gangguan ini bervariasi. Namun, dalam semua kasus yang terpenting adalah mendukung klien dan mempertahankan keamanannya. Misalnya, orang yang berjalan dalam tidur tidak menyadari dalam lingkungan di sekitarnya dan lambat bereaksi. Oleh karena itu resiko jatuh sangatlah besar. Perawat tidak boleh mengejutkan klien yang sedang berjalan tidur tetapi membangunkan dengan lembut dan membimbingnya kembali ke tempat tidur.

30

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Setiap malam, seseorang mengalami dua tipe tidur yang saling bergantian satu sama lain. Tipe ini disebut (1) tidur gelombang lambat, sebab pada tipe ini gelombang otaknya sangat lambat, seperti yang akan dibahas kemudian , dan (2) tidur dengan gerakan cepat mata (REM sleep), sebab pada tipe tidur ini mata bergerak dengan cepat meskipun orang tetap tidur. Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut sistem aktivasi retikular, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otask setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik, ternyata otak tak pernah tertidur Anatomi yang Berperan dalam Siklus Tidur 1. Nukleus talamus Ditinjau dari aspek perkembangan dan topografi, talamus dapat dibagi menjadi 3 bagian: epitalamus,talamus dorsal, dan talamus ventral. Epitalamus memiliki hubungan ke sistem penciuman, sedangankan proyeksi serta fungsi talamus ventral masih belum dipastikan. Talamus dorsal dapat dibagi menjadi nukleu-nukleus yang berproyeksi ke bagian-bagian neokorteks dan sistem limbik spesifik. Nukleus yang berproyeksi ke semua bagian neokorteks adalah nukleus 2. Organisasi korteks Neokorteks secara umum tersusun dalam 6 lapisan. Neuron yang paling banyak adalah sel piramidal dengan percabangan dendritik ventrikal yang luas yang mungkin mencapai

31

permukaan korteks. Akson dari sel-sel ini biasanya membentuk kolateral rekuren yang kembali dan 3. Formasio retikularis & reticular activating system Formasio retikularis, inti retikularis otak yang secara filogenetis berusia tua, menempati di bagian midventral medula oblongata dan medula tengah (mid brain). Bagian ini pada pokoknya adalah suatu daerah anatomik yang tersusun oleh serat-serat dan kelompok-kelompok saraf dengan fungsi tersendiri. Misalnya, mengandung badan sel dan serat dari banyak sistem Fisiologi Tidur Proses proses listrik yang terjadi di korteks ssetelah perangsangan suatu alat indra dapat dipanyau dengan memasang sebuah elektroda pencatat yang dihubungkan dengan elektroda lain barbiturat, yang meniadakan sebagian besar kegiatan listrik latar, dapat dicatat jawaban yang di pasang di suatu titik netral yang terletak agak jauh. Pada binatang percobaan dengan anastesia khas. 1. Elektroensefalogram Aktivitas listrik latar pada otak hewan yang tidak dianestesi pertama kali dilaporkan pada abad-19. Kemudian hal ini mulai dianalisis secara sistematik oleh psikiater Jerman, Hans Berger, yang mengajukan istilah Elektroensefalogram (EEG) untuk menyatakan catatan variasi potensial listrik otak. EEG dapat diukur dengan elektroda kulit kepala melalui tengkorak yang tidak dibuka atau dengan elektroda yang diletakkan diatas atau di dalam otak. Istilah elektrokortikogram (EcoG) kadang-kadang digunakan untuk pencatatan yang diperoleh dari elektroda yang dipasang dipermukaan korteks yang menghadapi mamater. Dasar Fisiologi EEG, Kesadaran, dan Tidur. EEG merupakan pencatatan kegiatan listrik unit neuron korteks dalam suatu konduktor volume.

32

Dipol-dipol korteks kegiatan listrik yang meningkat dan menurun di daerah korteks serebri yang di Adanya gelombang pada hampir semua keadaan pada EEG menunjukkan sadap oleh EEG. Bila kegiatan terjadi secara pelepasan inplus akan saling diketahui mengenai irama-irama hubungannya

dengan keadaan baik perilaku meniadakan dan ada gelombang yang dihasilkan. Hubungan sirkuit yang timbal balik antara thalamus dan korteks. dan terkemas rapat dilapisan superficial korteks serebrum.potensial listrik yang dihantarkan dapat dibentuk di dendrite.selain itu ,kolateral dari akson rekuren Gelombang Osilasi Talamokortikal Sumber gelombang EEG lain ialah kegiatan timbale balik antara nucleus garis tengah thalamus dengan korteks serebri. Neuron thalamus mengalami hiperpolarisasi dan melepaskan kegiatan listrik hanya dengan cetusan cetusan fasik yang mirip dengan kumparan tidur pada keadaan tidur gelombang lambat. Selama keadaan sadar Mekanisme yang Menghasilkan EEG Siaga Pergantian pola EEG ritmik dengan aktifitas bervoltase rendah yang cepat ditimbulkan oleh rangsangan terhadap system sensorik spesifik sampai tingkat otak tengah,tetapi perangsangan system-sistem ini diatas otak tengah,perangsangan nucleus relai sensorik spesifik di thalamus,atau perangsangan pada daerah korteks itu sendiri tidak menimbulkan respon peningkatan kesiagaan. Variasi dalam EEG

Pada manusia frekuensi dalam irama EEG yang dominan pada keadaan istirahat bervariasisesuai usia. Pada bayi, terdapat aktivitas yang cepat dan mirip beta , tetapi irama oksipitalis adalah pola lambat 0,5-2 Hz. Selama masa kanak kanak, irama yang terakhir ini bertambah cepat, dan pola alfa orang dewasa secar bertahap muncul selama remaja.

33

Efek Fisiologik Tidur Keadaan tidur menyebabkan timbulnya dua macam efek fisiologik utama: pertama, efek

pada sistem sarafnya sendiri dan, kedua, efek pada struktur tubuh lainnya. Efek yang pertama tampak jauh lebih penting, sebab pada setiap orang yang mengalami transeksi medula spinalis setinggi leher tak akan menunjukkan efek yang berbahaya pada tubuh dibawah tingkat pemotongan yang dianggap merupakan tempat asal timbulnya siklus tidur dan siaga, jadi tidak adanya siklus tidur dan siaga ini di sistem saraf pada setiap tempat di bawah otak tak akan merugikan organ-organ tubuh ataupun mengacaukan fungsi tubuh. Sebaliknya, berkurangnya keadaan tidur tentu saja akan mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat. Tipe Tidur Terdapat 2 jenis tidur yang berlainan, REM dan Non-REM atau tidur gelombang lambat. Tidur NREM dibagi menjadi 4 stadium, seorang yang baru tidur memasuki stadium 1, yang ditandai dengan aktivitas EEG frekuensi tinggi amplitude rendah. Stadium 2 ditandai oleh munculnya kumparan tidur ( sleep spindle). Disini terjadi letupan letupan gelombang mirip alfa,10-14 Hz. Pada stadium 3, pola yang timbula dalah gelombang EEG dengan frekuensi gelombang yang lebih dan amplitude meningkat. Perlambatan maksimum dengan gelombang gelombang besar di jumpai di stadium 4. Dengan demikian, karakteristik tidur dalam adalah adalah pola gelombang rambat ritmis, yang menunjukkan adanya sinkronisasi yang jelas. Irama Sirkardian

Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka yang setiap hari.irama yang paling dikenal adalah siklus 24 Jam, siang malam yang dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian (berasal dari bahasa latin :circa, tentang dan dies, har). Siklus menstruasi wanita adalah sebuah irama infradian ,siklus yang terjadi dalam siklus yang lebih lama dari 24 A. Irama alfa Pada manusia dewasa dalam keadan sadar tetapi istirahat dengan pikiran melayang dan mata tertutup komponen EEG yang paling menonojol adalah pola gelombang yang relatif teratur dengan frekuensi 8-12 Hz dan amplitudo sekitar 50-100 V bila dicatat di kulit kepala. Pola ini adalah irama (ritme) alfa. Irama ini paling jelas di daerah parieto-oksipital, walaupun kadang34

B. Irama lain Selain irama utama diatas region frontalis kadang kadang dijumpai voltase rendah 1830 Hz. Irama beta mungkin merupakan harmonisasi irama alfa. Irama gama pada 30-80 Hz sering terlihat pada orang yang terjaga dan memfokuskan perhatianya pada sesuatu. Irama ini sering Fungsi Tidur Kegunaan tidur masih tetap belum jelas. Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis. Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Salama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju jantung 10 sampai 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali factor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Factor fisiologis,psikiologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. 1. Penyakit Fisik 2. Obat-obatan dan Substansi 3. Gaya Hidup 4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari ( EDS ) 5. Stress Emosional 6. Lingkungan 7. Latihan Fisik dan Kelelahan 8. Asupan Makanan dan Kalori

35

Masalah Gangguan Tidur 1. Insomnia 2. Apnea tidur 3. Narkolepsi 4. Deprivasi tidur 5. Parasomnia

3.2 Saran Setelah memperoleh kesimpulan tentang Siklus Tidur dan Irama Sikardian maka penyusun dapat mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pembaca Diharapkan penyusunan ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di kehidupan 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan pnyusunan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan pembuatan maklah selanjutnya

36

Anda mungkin juga menyukai