Anda di halaman 1dari 31

NEMATODA (HIDUP PADA USUS MANUSIA) 1.

Soil transmitted helminthes Ascaris lubricoides Nama latin : Ascaris lubricoides Phylum : Aschelminthes Kelas : Nematoda Ordo : Ascaroidea Species : Ascaris lubricoides Nama daerah : cacing gelang MORFOLOGI Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia. Habitat : Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang parasit pada usus manusia, seringkali cacing meninggalkan usus bermigrasi ke organ organ lain dan dapat menimbulkan kematian. SIKLUS HIDUP Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur

a)

Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

EPIDEMIOLOGI Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini. Ascaris pada dasarnya adalah penyakit pada anakanak di Amerika Serikat, tetapi persentase yang tinggi dari orang-orang

dewasa di beberapa negara lain dapat terinfeksi. Pelajaran di negara ini telah terlihat bahwa gangguan terutama sekali pada keluarga dimana anak-anak dibiarkan mengotori dengan tanah dekat rumah merera. Di bawah kondisi ini tanah banyak mengandung telur embryo yang menemukan jalan menuju ke mulut anak-anakmelalui tangan yang kotor. Infkesi dapat dicegah dengan mudah dengan menjalankan hidup sehat. PATOLOGI Ascaris pathogenic pada manusia. Ketika sejumlah besar larva melewati peradangan paru-paru dimulai dan penyamarataan pneumonia dihasilkan. Cacing dewasa mungkin terdapat pada usus sejumlah besar sebagai gangguan pada usus dan gejala gugup dapat terlihat sebagai hasil dari sekresi zat beracun oleh cacing. Contoh penyakit yang ditimbulkan nya adalah Askariasis. Gambaran Infeksi pada manusia umum terjadi kalau larva cacing : ini

mengkontaminasi makanan dan minuman . Di dalam usus halus larva cacing akan keluar menembus dinding usus halus dan kemudian melalui vena dan pembuluh limfe menuju ke paru . Setelah itu larva cacing ini akan bermigrasi ke bronkus , faring dan kemudian turun ke esofagus dan usus halus . Lama perjalanan ini sampai menjadi bentuk cacing dewasa 60 75 hari . Panjang cacing dewasa 20 - 40 cm dan hidup di dalam usus halus manusia untuk bertahun tahun lama. Komplikasi Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik yang berat dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.

SIMPTOPATOLOGI Selama bermigrasi larva tersebut dapat menimbulkan gejala bila merusak kapiler atau dinding alveolus paru. Larva cacing ini

dapat menyebar dan menyerang organ lain seperti otak , ginjal , mata , sumsum tulang belakang dan kulit . Cacing ini dapat mengadakan sumbatan pada saluran

empedu , saluran pankreas , divertikel dan usus buntu . Selain hal tersebut diatas , cacing ini dapat juga menimbulkan gejala alergik seperti urtikaria , gatal-gatal dan eosinofilia . Cacing dewasa dapat keluar melalui mulut dengan perantara batuk , muntah atau langsung keluar melalui hidung. Gejala Klinis : Pada stadium larva, Ascaris dapat

menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntahmuntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

DIAGNOSA LABORATORIUM Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. Selama fase pulmonal akan ditemukan eosinofilia.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Infkesi dapat dicegah dengan mudah dengan menjalankan hidup sehat. Pengobatan dengan menggunakan : Piperazin (obat pilihan

utama), Heksilresorsinol, Pirantel pamoat, Tetramisol.

b)

Trichuris trichiura

MORFOLOGI Cacing cambuk karena seluruh bentuknya seperti cambuk. Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies Trichuris spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan Trichuris vulpis. Habitat cacing ini adalah coecum terkadang pula di appendix dan colon. Telur Trichuris Trichiura berbentuk bulat panjang dan memiliki sumbat belum yang menonjol di kedua ujungnya. Telur in I berukuran matang dikeluarkan dari tubuh bersama tinja dan tubuh 44-50 x 22 mikron dan berwarna kuning kecoklatan. Telur yang merupakan petanda diagnostic trichuriasis. Diluar

manusia,telir ini akan berkembang lebih lanjut sampai akhirnya mengandung embrio. Pada saat inilah telur tersebut menjadi infeksius. Cacing dewasa berbentuk sepert rambut di 3/5 bagian anteriornya dan membesar serta nampak berotot di bagian posteriornya sehingga secara keseluruhan cacing ini menyerupai cambuk. Cacing jantan berukuran 30-45mm sedangkan yang betina 35-50mm. Bagian posterior cacing jantan melingkar ke dalam dan mengandung sebuah spicule. Pada cacing betina terdapat di bagian tubuh yang mulai membesar, sedangkan anusnya terletak dibagian posterior tubuh.

SILUS HIDUP Manusia terinfeksi cacing ini melalui makanan yang terkontaminasi telur cacing yang telah berembrio. Telur yang tertelan akan menetas di duodenum dan larva yang keluar akan melekat pada villi usus. Larva ini akan tetap tinggal di villi selama 20-30 hari untuk kemudian bergerak ke coecum dan colon bagian proximal. Pada infeksi yang berat, cacing dapat pula ditemukan di ileum, appendix bahkan seluruh usus besar. Cacing dewasa membenamkan bagian anteriornya di mukosa usus dan mulai memprodiksi telur sebanyak 2000-7000 butir per hari. Telur yang dihasilkan cacing ini akan keluar dari tubuh bersama tinja. Diluar tubuh, di tempat yang lembab dan hangat , telur ini akan mengalami pematangan dalam waktu 24 minggu dan siap menginfeksi host lain.Demikianlah siklus hidup ini berulang kembali. Diperkirakan siklus dari telur sampai menjadi cacing dewasa yang siap mengjhasilkan telur berlangsung dalam waktu 3 bulan.

EPIDEMIOLOGI Trichuris trichiura tersebar luas di seluruh Dunia, tapi daerah yang berprevalensi tinggi adalah Negara tropis dan subtropics. Di daerah yang beriklim sedang mereka yang paling sering diinfeksi adalah yang tinggal di lembaga-lembaga seperti panti asuhan,lembaga pemasyarakatan dan rumah sakit jiwa.

PATOLOGI Menyebabkan Trichuriasis terutama menyerang anak usia 1-5 tahun. Infeksi ringan biasanya tanpa gejala, ditemukan kebetulan pada waktu pemeriksaan tinja rutin. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.

Tingkat infeksi ditentukan dengan :

Jumlah telur per gram tinja. Jumlah cacing betina dalam hospes

SIMPTOPATOLOGI Infeksi berat : Cacing ke colon, rektum. Prolapsus rekti, cacing ditemukan pada mukosa (karena sering mengedan waktu defekasi) Infeksi kronis dan sangat berat menunjukkan gejalagejala : Anemi berat, Hb mencapai 3 gr % (seekor cacing tiap hari menghisap darah 0,005cc) Diare dengan tinja sedikit dan mengandung sedikit darah. Sakit perut, mual, muntah, serta berat badan menurun. Kadang-kadang disertai prolapsus recti

DIAGNOSA LABORATORIUM Menemukan cacing dewasa telur pada cacing anus dalam tinja. Menemukan Pada

atau

rectum prolaps.

pemeriksaan contoh tinja dengan mikroskop, akan ditemukan telur parasit yang bebentuk seperti tong.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Mebendazole (obat pilihan untuk trichuriasis). Pirantel pamoat terhadap T. trichiura, dan cacing tambang adalah 96,6%, 22,6%, dan 81,6%. Kurang efektif, efek samping obat yang dilaporkan ringan dan bersifat sementara.

Trivexan,

dengan

dosis

ini

beratnya

infeksi

juga

dapat

diturunkan. PENCEGAHAN : Gunakan jamban yang bersih, tingkatkan kebersihan individu, hindari sayuran yang belum dicuci bersih.

c)

Ancylostoma duodenale(cacing tambang) Cacing ini dinamakan cacing tambang karena ditemukan di pertambangan daerah tropis. Cacing tambang hidup sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus manusia.

MORFOLOGI Cacing tambang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil

dibandingkan cacing perut. Namun, seperti cacing perut, cacing tambang jantan dewasa berukuran lebih kecil (sekitar 9mm) dibandingkan cacing betina dewasa (sekitar 12mm). Cacing tambang Ancylostoma duodenale memiliki ujung anterior melengkung membentuk kapsul mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya. Kait kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnya. Pada ujung posterior cacing tambang jantan terdapat bursa kopulasi. Alat ini digunakan untuk menangkap dan memegang cacing betina saat kawin. Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin luar) yang terdapat dekat bagian tengah tubuhnya. Cacing ini memiliki mulut pada bagian anteriornya yang dilengkapi dengan gigi kait yang terbentuk dari kitin. Gigi ini berfungsi mengaitkan diri pada dinding usus inangnya. Cacing ini mengisap darah darah manusia dan dengan terlebih dahulu cacing ini dengan untuk memasukkan zat antikoagulan dalam pembuluh darah sehingga tidak membeku memudahkan menghisap darah. Orang yang pada tubuhnya banyak terdapat cacing ini biasanya akan mengidap penyakit anemia.

SIKLUS HIDUP Telur keluar bersama feses dari dalam usus manusia. Di tempat lembab dan becek, telur menetas dalam waktu 1-1.5 hari menjadi larva yang disebut rhabditiform panjangnya kira-kira 250 mikron. Kemudian larva ini berubah menjadi filariform (dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah, panjangnya kira-kira 600 mikron) yang dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru, faring, tenggorok, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Peristiwa ini disebut infeksi aktif. Ancylostoma duodenale hidup rata-rata hanya sekitar 6 bulan. Namun, infeksi dapat lama terbengkalai karena larvae dapat "direkrut" secara berurutan dari jaringan selama bertahuntahun, untuk mengganti berakhir cacing dewasa. Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap

menghisap darah kembali menyebabkan Ancylostomiasis. Selain dengan cara infeksi aktif, dapat pula terjadi infeksi pasif yaitu bila kista (larva berdinding tebal) tertelan bersama makanan.

EPIDEMIOLOGI Ancylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah,

Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Infeksi oleh cacing tambang ditemukan di seluruh dunia (Kosmopolit) terutama di daerah khatulistiwa, daerah pertambangan, perkebunan kopi dan karet . Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapat infeksi lebih dari 70%. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi.

PATOLOGI Penyakit yang terhubung ke nematode worm (Ankylostoma duodenalis) dari satu ketiga untuk setengah inci panjang di usus terutama melalui tenaga dari Theodor Bilharz dan Griesinger di Mesir (1854). Tes darah pada awal infeksi sering menunjukkan

meningkatnya jumlah eosinophils, jenis sel darah putih yang merangsang preferentially oleh infeksi cacing dalam sel-sel (jumlah eosinophils juga hadir dalam kobaran Tanggapan lokal). Jatuh tingkat hemoglobin darah akan terlihat dalam kasus-kasus infeksi lama dengan anemia.

Kontras ke dalam usus besar helminthiases, di mana beban parasit heaviest cenderung terjadi pada anak-anak, prevalensi cacing dan intensitas yang lebih tinggi dapat di antara laki-laki dewasa. Penjelasan untuk ini adalah bahwa infeksi cacing cenderung pekerjaan, sehingga pekerja perkebunan, dan kelompok lain coalminers menjaga tingkat prevalensi infeksi di antara mereka sendiri oleh contaminating lingkungan kerja. Namun, di sebagian besar daerah-daerah endemik, perempuan dewasa yang paling sangat dipengaruhi oleh anemia, terutama karena mereka lebih tinggi untuk kebutuhan fisiologis besi (haid, kehamilan diulang), tetapi juga karena customarily mereka memiliki akses ke banyak makanan miskin daripada laki-laki. Konsekuensi yang menarik ini dalam kasus Ancylostoma duodenale transmisi infeksi adalah infeksi translactational: kulitinvasi larvae dari jenis ini tidak semua segera melewati paru-paru dan ke dalam usus, tetapi tersebar di seluruh tubuh melalui sirkulasi, untuk menjadi terhenti di dalam serat otot. Dalam wanita hamil, setelah melahirkan beberapa atau semua larvae adalah untuk merangsang kembali memasuki sirkulasi (kiranya oleh perubahan hormonal mendadak), maka untuk lolos ke mammary glands, sehingga jabang bayi dapat menerima dosis besar infective larvae melalui susu ibu. Kelainan oleh Cacing Dewasa (Anemi oleh Cacing Tambang) Glositis atrofik pada anemi hipokrom mikrositer yang disebabkan infeksi berat cacing tambang . Tampak lidah halus dan kurang papila.

Kelainan oleh Cacing Dewasa Pada penderita glositis atrofik di atas, menunjukkan deformitas kuku (koilonichia). SYMPTOMATOLOGI

Gejalanya merangsang

bisa

dihubungkan

ke

dalam seperti

radang mual,

usus sakit

oleh

makanan

hookworms,

abdominal berselang dan diare, dan progresif di anemia penyakit lama: meragam nafsu, huruf pika (atau kotoran-makan), diikuti oleh ketegar sembelit diare, palpitations, benang pulse, kedinginan dari kulit, kepucatan dari lendir membranes, kelelahan dan kelemahan, sesak nafas dan berjalan dalam kasuskasus yang fatal saja, disentri, hemorrhages dan busung. Terdapat gejala umum bahwa seorang individu mungkin akan segera setelah infeksi. Tanah-gatal, yang merupakan reaksi alergi pada situs dari parasit penetrasi dan masuk, biasa terjadi dalam pasien terinfeksi N. americanus. Selain itu, batuk dan dapat menyebabkan pneumonitis sebagai larvae mulai istirahat ke dalam alveoli dan perjalanan atas pada batang. Kemudian setelah larvae mencapai usus kecil dari tuan rumah dan mulai matang, individu yang terinfeksi akan menderita diare dan lainnya gastrointestinal. Namun, "diam dan busuk hati" gejala yang

disebutkan oleh Stoll benar-benar terutama yang berkaitan dengan kronis , beratintensitas infeksi cacing. Utama yang terkait dengan sifat mudah kena sakit cacing usus disebabkan oleh kehilangan darah, anemia kekurangan zat besi, protein dan gizi buruk. Mereka terutama hasil dari dewasa hookworms di usus kecil ingesting darah, rupturing erythrocytes, dan menurunkan hemoglobin dalam host. Ini jangka panjang dapat kehilangan darah itu sendiri secara nyata melalui wajah dan pinggiran busung; eosinophilia dan huruf pika disebabkan oleh kekurangan zat besi anemia juga dialami oleh beberapa cacing-pasien terinfeksi. Barubaru ini, lebih banyak perhatian telah diberikan kepada penting lainnya hasil dari infeksi cacing yang memainkan peranan besar dalam kesehatan masyarakat. Gejala uncinariasis, nekatoriasis, dan ankilostomiasis, dimana infeksinya menahun, atau sering tidak menunjukkan gejala akut.

Stadium

larva

Bila

banyak

larva

filariform

sekaligus

menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan. Stadium dewasa: Gejala tergantung pada (a) spesies dan jumlah cacing dan (b) keadaan gizi penderita (Fe dan protein). Tiap cacing N.americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0.005 0.1 cc sehari, sedangkan A.duodenale 0.08-0.34 cc. Biasanya terjadi adenmia hipokrom mikrositer. Di samping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja turun.

DIAGNOSA LABORATORIUM Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan menetaskan larva.

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Telur cacing Diagnosa tergantung pada karakteristik menemukan telur cacing pada pemeriksaan mikroskopis dari stools, meskipun hal ini tidak mungkin pada awal infeksi. Telur yang berbentuk bulat panjang atau lonjong, berukuran 60 m oleh 40 m, warna, tidak empedu dikotori dengan tipis dan transparan hening shell selaput. Bila dilepaskan berkembang dan oleh cacing dalam usus, yang berisi telur yang unsegmented telur. Selama petikan menurunkan usus, telur yang telur sehingga lulus dalam kotoran segmented telur, biasanya dengan 4-8 blastomeres. Penelitian baru-baru ini telah difokuskan pada

pengembangan DNA berbasis peralatan untuk diagnosa infeksi,

spesifik identifikasi cacing, dan analisis variabilitas genetik dalam populasi cacing. Karena telur cacing sering tak dari parasit telur, PCR assays dapat berfungsi sebagai sebuah pendekatan molekular untuk diagnosa yang akurat cacing dalam tinja.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah. Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya. Pirantel pamoat memberikan hasil cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut. Obat-obat lainnya : Tetrachlorethylen, Mebendazole, Albendazole, Bitoskanat, dan Befenium hidroksinaftoat. Bila ada anemia, maka anemianya harus diobati disamping obat antelmintik. Tergantung beratnya anemia tersebut. Obat- obat antelmintik : Befenium hidroksinaftoat : Dosis untuk orang dewasa 5 gram dalam dosis tunggal, untuk anak-anak dibwg 2 thn diberikan 2.5 gram dosis tunggal Pyrantel pamoate : Lebih efektif dengan dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari . Mebendazol : Dosis 2x 100 mg/hari selama 3hari, tanpa melihat umur. Tetrachloretilen dan Hexilresorsinol ( obat lama) PENCEGAHAN : Jangan berjalan-jalan tanpa menggunakan alas kaki, jangan membuang kotoran

selain di toilet, dan jangan menggunakan hasil ekskresi manusia sebagai pupuk pada tanah.

d)

Necator americanus

MORFOLOGI Necator americanus hidup di rongga usus halus dengan

mulut melekat pada daging dinding usus. N. americanus sangat mirip dalam morfologi ke A. duodenale . N. duodenale. N. americanus umumnya lebih kecil dari A. duodenale biasanya lakilaki dengan 5-9 mm panjang dan perempuan sekitar 1 cm panjang. Sedangkan A. duodenale memiliki dua pasang gigi, N. americanus memiliki sepasang pemotongan piring di buccal kapsul. Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih 0,8 cm.

SIKLUS HIDUP Telur keluar bersama feses dari dalam usus manusia. Di tempat lembab dan becek, telur menetas menjadi larva yang disebut rhabditiform. Kemudian larva ini berubah menjadi

filariform yang dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru, faring, tenggorok, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Peristiwa ini disebut infeksi aktif. Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah kembali. Selain dengan cara infeksi aktif, dapat pula terjadi infeksi pasif yaitu bila kista (larva berdinding tebal) tertelan bersama makanan.

EPIDEMIOLOGI Menyebar pada iklim tropik, subtropik, dan bersifat sporadis di Amerika Selatan, dan sebelah tenggara Amerika Serikat, namun saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia.Juga banyak ditemukan di perkebunan kopi dan karet, serta daerah pertambangan dan daerah dengan sanitasi buruk. Hampir populasi dunia terinfeksi.

Jarang ditemukan di tempat yang mendapatkan hujan kurang dari 40 inch per tahun. Suhu optimal untuk Necator americanus 28- 32 derajat celcius Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah pedesaan, terutama perkebunan.Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut. PATOLOGI Merupakan penyebab keterbelakangan di banyak wilayah, menyebabkan anemia, kekurangan gizi dan keterbelakangan mental pada anak- anak, serta menyebabkan infeksi seperti bronchitis dan pneumonitis. Necator penempelan. americanus Jumlah darah menghisap yang darah pada tempat dengan hilang sebanding

patogenitas cacing. Kehilangan zat besi pada infeksi moderat adalah 1,1 mg/ hari. Jika dibandingkan dengan intake basal requirement rata- rata yaitu 0,72 mg/ hari untuk perempuan, sehingga dapat menyebabkan anemia dan Fe defisiensi. Necator americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis. Cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan perkebunan. Necator americanus adalah yang kedua paling lazim obat cacing infeksi (setelah ascariasis) menjangkiti lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia. Hal ini terutama ditemui dalam lembab, hangat iklim. Menempati bagian bawah usus dan dapat mengakibatkan kerugian parah darah (sehingga anemia) dan dapat disertai dengan penyakit jantung dan komplikasi pulmonary. Kebanyakan orang dewasa tidak hidup di luar 1-2 tahun di dalam host. Transmisi tidak memerlukan intermediate host. SIMPTOPATOLOGI Menyebabkan ground itch pada kaki terutama pada sekitar jari: erythematous pruritic dermatitis.

Pulmonary: batuk kering, sesak napas, hemoptysis, demam, bronchitis, pneumotitis. GI Track: seringkali asymtomatik, beberapa kasus dengan gejala anorexia, diare, dan abdominal pain. Pada usus, cacing menghisap darah lewat mukosa usus menimbulkan anemia hipokrommikrosifer. Gejala kwashiorkor. Mengantuk, menimbulkan rasa malas karena kurang oksigen (Lazy disease). Kardiomegale: jantung bengkak karena jantunng bekerja sangat keraskarena tubuh kekurangan oksigen sehingga jantung lebih kuat memompa udara atau karena adanya larva sehingga menyumbat pembuluh darah, sehingga jantung bekerja lebih kuat. Hal tersebut dapat menyebabkan infark jantung.

DIAGNOSA LABORATORIUM Diagnosa klinik penyakit cacing ini tidak dapat diketahui dengan tepat sebab cacing tambang tidak memberikan gambaran klinik yang jelas dengan demikian untuk membantu menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada infeksi yang berat dengan pemeriksaan langsung mudah dilakukan, sedangkan infeksi yang ringan dapat dilakukan pemeriksaan dengan pengendapan atau biakan. Tehnik pengapungan ZnSO4, memberikan hasil yang baik untuk mencari telur maupun larva cacing tambang tetapi memerlukan alat pemusing, dan tehnik biakan memerlukan waktu yang lama, sedang dengan tehnik sediaan tinja tebal menurut Kato meskipun kurang peka dibanding tehnik sentrifugasi seng sulfat tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Untuk pemeriksaan cacing tambang sebaiknya dilakukan kombinasi pemeriksaan langsung dengan cara Kato. Faeces: ditemukan telur fektif/ noninfektif atau ditemukan larva pada biakan atau tinja yang sudah lama. Darah: microcytic anemia, serum Fe rendah, TIBC tinggi, ferritin rendah.

Ditemukan eosinofil pada fase pulmonal.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN Penyakit kulit yang disebabkan oleh larva cacing ini biasanya sembuh spontan. Karena pada dasarnya manusia bukan tempat hidupnya larva ini. Penyembuhan spontan ini tergantung pada jenis larva yang dikandung. Biasanya luka akan sembuh dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Tetapi dengan pengobatan yang ada bisa mempersingkat lamanya penyakit ini. Karena penyebabnya cacing maka pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum ataupun dibuat campuran dengan cream kostikosteroid untuk dioleskan tipis, misalnya menggunakan obat topikal albendazole 4 %. Albendazole 400mg efektif untuk fase intestinal dan bawah kulit. Mebendazole. Terapi zat besi [Iron therapy]. Tetrachloretilen. Transfusi darah. PENCEGAHAN : memperbaiki sanitasi

2. Non-soil transmitted halminthes a)

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis, cacing kremi, pinworm, seatworm, threadworm)

MORFOLOGI

Habitat : caecum dan sekitarnya yaitu appendix, colon ascendens, dan ileum. Cacing dewasa, merupakan cacing kecil, bewarna keputih-putihan. Ujung anterior terdapat pelebaran menyerupai sayap yang disebut ala cephalic lateral. Mulutnya dikelilingi tiga buah bibir yaitu sebuah bibir dorsal dan dua buah bibir lateroventral. Dari rongga milut, masuk ke dalam esofagus dengan bulbus esofagus yang terlihat jelas. Cacing betina berukuran (8-13) mm x (0,3-0,5)mm, pada bagian posterior lebih kurang 1/5 panjang tubuh, tampak runcing seperti duri yang terdiri atas jaringan hyalin. Vulva terletak pada 1/3 bagian anterior tubuh kecuali bagian ekor. Alat genital berpasangan (duplex) serta anus terletak pada 1/3 posterior tubuh. Cacing jantan, (2-5) mm x (0,1-0,3) mm, bagian ekor tumpul, menggulung memiliki sebuah spikulum yang jarang terlihat. Telur, (50-60) x (20-30) , lonjong asimetris, salah satu sisi rata sedangkan sisi lainnya cembung. Dinding telur bening, agaklebih tebal daripada telur cacing tambang, di dalamnya berisi embrio yang terlipat. Seekor cacing betina sehari dapat menghasilkan 11.000 telur. Cacing jantan mati setelah kopulasi, sedangkan cacing betina yang hamil, malam hari bermigrasi menuju anus. Karena suhu di luar lebih rendah, uterus dan vagina berkontraksi dan telur keluar berkelompok di daerah perianal dan perinium. Cacing betina mati setelah bertelur. SIKLUS HIDUP Telur-telur tersembunyi dalam lipatan perianal sehingga jarang didapatkan di dalam tinja. Beberapa jam kemudian telur telah menjadi matang dan infektif, untuk selanjutnya terjadi hal di bawah ini : Autoinfeksi, karena daerah perianal gatal, digaruk, telur menempel pada tangan atau di bawah kuku, kemudian telur ini termakan oleh hospes yang sama.

Telur tersebar pada kain tempat tidur, pakaian bahkan pada debu dalam kamar, mengkontaminasi makanan atau minuman sehingga dapat pula terinfeksi dengan menghirup udara yang tercemar (infeksi aerogen/per inhalasi).

Retrogad infeksi atau retrofeksi, mungkin telah ada larva yang menetas setelah cacing betina meletakkan telur di perianal, larva masuk kembali ke usus melalui anus sehingga akan terjadi infeksi baru.

Telur yang tertelan menetas di dalam duodenum, keluar larva untuk menjadi dewasa di dalam caecum dan sekitarnya. Waktu yang dibutuhkan sejak menelan telur infektif sampai cacing betina menghasilkan telur, lebih kurang 2-4 minggu. Cacing ini berumur pendek, maksimum 2,5 bulan.

EPIDEMIOLOGI Parasit ini kosmopolit tetapi, banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini ditunjang eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang sesuai. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.

PATOLOGI Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah. KOMPLIKASI Salpingitis (peradangan saluran indung telur). Vaginitis (peradangan vagina). Infeksi ulang.

SITOPATOLOGI Rasa gatal hebat di sekitar anus. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu). Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana).

Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat). Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina). Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

DIAGNOSA Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis Telur rambut, maupun mereka bisa aktif didapat bergerak. dengan cara

cacingnya

menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop. Telur cacing juga dapat dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok). Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluen untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.

Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa. Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah: Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu. Mencuci jamban setiap hari. Menghindari mencemari penggarukan jari-jari tangan daerah dan anus setiap karena benda bisa yang

dipegang/disentuhnya. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut. PENCEGAHAN : mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin.

Anda mungkin juga menyukai