Bahan Pangan Lokal Berkualitas, sebagai alternatif pengganti BERAS dan TERIGU. Solusi BERMARTABAT untuk Ketahanan Pangan Bangsa
Pengumpan: Tulisan Komentar
GAKOPTRI
LATAR BELAKANG Dominasi tepung gandung dalam peta sumber pangan nasional sungguh memprihatinkan. Impor gandum yang jumlahnya mencapai jutaan ton setiap tahunnya, telah menyedot devisa bangsa Indonesia dalam jumlah sangat besar. kondisi tersebut berdampak luas yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak memiliki lagi kemandirian dalam bidang pangan. Hal tersebut saat ini diperparah oleh kenaikan harga tepung gandum yang terus menerus dan cenderung tidak terkendali. Akibatnya banyak usaha makanan berbasis tepung gandum gulung tikar. Berdasar keprihatinan tersebut, dan keinginan untuk memulihkan martabat bangsa dalam membangun kemandirian pangan, kami koperasi produsen tepung rakyat bersepakat untuk menggabungkan diri ke dalam gabungan koperasi produsen tepung rakyat Indonesia (GAKOPTRI). Melalui GAKOPTRI, kami ingin berbuat konkret dalam membangun ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan. Sekaligus, melalui usaha ini, kami ingin menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan menurunkan tingkat kemiskinan. BIDANG USAHA Untuk mewujudkan hal tersebut, GAKOPTRI melakukan usaha sebagai berikut:
memproduksi tepung Mengembangkan budidaya bahan baku Memperluas dan memperkuat pasar tepung Pembinaan SDM tepung rakyat Simpan Pinjam Anggota dan usaha lainnya yang sesuai dengan visi dan misi GAKOPTRI
Sekretaris Bendahara PENGAWAS: Pengawas 1 Pengawas 2 Pengawas 3 PENASEHAT: Ketua Anggota Anggota Anggota
: :
: : :
: : : :
Dr.Ir. Muslimin Nasution. APU Dr. Muhamad Taufiq Dr. Achmad Subagio Drs. Widiyono
Tabel 1. Perbedaan Komposisi Kimia MOCAL dengan Tepung Singkong Parameter Kadar Air (%) Kadar protein (%) Kadar abu (%) Kadar pati (%) Kadar serat (%) Kadar lemak (%) Kadar HCN (mg/kg) MOCAL Max. 13 Max. 1,0 Max. 0,2 85 87 1,9 3,4 0,4 0,8 tidak terdeteksi Tepung Singkong Max. 13 Max. 1,2 Max. 0.2 82 85 1,0 4,2 0,4 0,8 tidak terdeteksi
Tabel 2. Perbedaan Sifat Fisik MOCAL dengan Tepung Singkong Parameter Besar Butiran (Mesh) Derajat Keputihan (%) Kekentalan (mPa.s) MOCAL Max. 80 88 91 52 55 (2% pasta panas), 75 77 (2% pasta dingin) Tepung Singkong Max. 80 85-87 20 40 (2% pasta panas), 30 50 (2% pasta dingin)
Hasil uji viskositas pasta panas dan dingin terhadap MOCAL menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka viskositas pasta panas dan dingin akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena selama fermentasi mikrobia akan mendegradasi dinding sel yang menyebabkan pati dalam sel akan keluar, sehingga akan mengalami gelatinisasi dengan pemanasan. Selanjutnya dibandingkan dengan pati tapioka, viskositas dari MOCAL lebih rendah. Hal ini karena pada tapioka komponen pati mencakup hampir seluruh bahan kering, sedangkan pada MOCAL komponen selain pati masih dalam jumlah yang signifikan. Namun demikian, dengan lama fermentasi 72 jam akan didapatkan produk MOCAL yang mempunyai viskositas mendekati tapioka. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan fermentasi yang lama maka akan semakin banyak sel singkong yang pecah, sehingga liberasi granula pati menjadi sangat ekstensif. Sedangkan perbedaan sifat organoleptik MOCAL dengan tepung singkong tertera pada Table 3. MOCAL menghasilkan aroma dan cita rasa khas yang dapat menutupi aroma dan citarasa singkong yang cenderung tidak menyenangkan konsumen apabila bahan tersebut diolah. Hal ini karena hidrolisis granula pati menghasilkan monosakarida sebagai bahan baku penghasil asam-asam organik, terutama asam laktat yang akan terimbibisi dalam bahan.
Tabel 3. Perbedaan Sifat Organoleptik MOCAL dengan Tepung Singkong Parameter Warna Aroma Rasa APLIKASI MOCAL Selama ini tepung singkong digunakan secara terbatas untuk food ingredient, seperti substitusi terigu sebesar 5% pada mie instan yang menghasilkan produk dengan mutu rendah, atau pada kue kering. Namun tepung ini sangat luas penggunaannya untuk bahan baku industri non pangan, seperti lem. Dengan karakteristik yang telah diuraikan di atas, MOCAL dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. Hasil uji coba penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa MOCAL dapat digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah. Kue brownish, kue kukus dan sponge cake dapat dibuat dengan berbahan baku MOCAL sebagai campuran tepungnya hingga 80%. MOCAL juga dapat menjadi bahan baku beragam kue kering, seperti cookies, nastar, dan kastengel. Untuk kue basah, MOCAL dapat diaplikasikan pada produk yang umumnya berbahan baku tepung beras, atau tepung terigu dengan ditambah tapioka. Namun demikian, produk ini tidaklah sama persis karakteristiknya dengan tepung terigu, beras atau yang lainnya. Sehingga dalam aplikasinya diperlukan sedikit perubahan dalam formula, atau prosesnya sehingga akan dihasilkan produk yang bermutu optimal. Untuk produk berbasis adonan, MOCAL akan menghasilkan mutu prima jika menggunakan proses sponge dough method, yaitu penggunaan biang adonan. Disamping itu, adonan dari MOCAL akan lebih baik jika dilakukan dengan air hangat (40-60oC). MOCAL Putih Netral Netral Tepung Singkong Putih agak kecoklatan Kesan singkong Kesan singkong
Namun selama 7 bulan berjalan rekomendasi Kadi belum juga mendapat direspons atau dieksekusi oleh pihak Kementerian Keuangan. Maklum saja, telah terjadi kontroversi terhadap rekomendasi tersebut, meski saat ini sudah disetujui pemerintah untuk diterapkan. PMK (Peraturan Menteri Keuangan) akan segera diterbitkan, tambah Faiz. Sumber: Detikfinance Ditulis dalam berita | Bertanda harga terigu, terigu | 1 Komentar
Ini hanyalah salah satu contoh, sebenarnya hidangan apa pun jika diramu dengan perpaduan yang lengkap gizi akan menjadi hidangan yang sehat dan nikmat. Oleh karenanya, jangan meremehkan satu jenis makanan karena jika diracik dan dipadu dengan bahan dan bumbu yang tepat, akan menjadi hidangan yang nikmat, malahan bergizi dan sehat. Oleh: Ibu Tuti Soenardi (KOMPAS) Ditulis dalam berita | Bertanda pangan, singkong | 1 Komentar
MENTAN Canangkan Percepatan Produksi Tepung Fermentasi dan Deklarasi Kemandirian Tepung Nasional
Desember 2, 2009 oleh Samsul Hadi Bertempat di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, 24 Nopember 2009, yang lalu Menteri Pertanian Ir.Suswono, MMA melakukan Pencanangan Percepatan Produksi Tepung Fermentasi dan Deklarasi Kemandirian Tepung Nasional. Acara ini antara lain dihadiri oleh para pimpinan daerah penerima bantuan kegiatan pengembangan agroindustri tepung-tepungan, Ibu-ibu penggerak PKK, Gapoktan, pelaku usaha tepung dan undangan lainnya. Mengawali sambutannya, Menteri Pertanian mengatakan bahwa Pencanangan Percepatan Produksi Tepung Fermentasi dan Deklarasi Kemandirian Tepung Nasional ini sangat strategis dalam upaya mendorong peningkatan pembangunan agroindustri tepung-tepungan nasional, terutama peningkatan produksi tepung fermentasi yang saat ini mulai kembali digemari oleh masyarakat. Pencanangan ini diharapkan dapat mengawali peningkatan tambahan produksi tepung sekitar 20% dari kebutuhan impor nasional selama lima tahun ke depan. Mentan menjelaskan bahwa pada tahun 2008, impor gandum kita mencapai 5,2 juta ton. Sedangkan dari 22,7 juta ton produksi ubi kayu, yang diolah menjadi bahan pangan dan non pangan baru mencapai 22,3% atau setara dengan 4,6 juta ton ubikayu segar. Hal ini berarti peluang pasar untuk tepung dari ubi kayu masih cukup besar. Untuk mendukung kemandirian pangan dan daya saing produk lokal tersebut, pemerintah telah memberlakukan pengetatan pengawasan keamanan pangan segar asal tumbuhan melalui PERMENTAN No. 27 Tahun 2009 yang berlaku efektif sejak 19 Nopember 2009. Dengan diberlakukannya peraturan ini, maka komoditas impor yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan serta tidak aman untuk dikonsumsi, ditolak masuk ke Indonesia. Adapun komoditas yang terkena peraturan ini antara lain gandum, jagung, kacang-kacangan dan beberapa serealia lainnya. Komitmen Pemerintah dalam mengembangkan pangan nonberas, antara lain melalui berbagai kebijakan seperti mendorong diversifikasi pola konsumsi berbasis pangan lokal; meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap keanekaragaman pangan; dan mendorong pengembangan teknologi pengolahan pangan non beras dan non terigu. Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendorong industrialisasi tepung cassava antara lain berupa pemberikan stimulus pengembangan tepung-tepungan pada usaha kecil bidangpangan; sosialisasi, advokasi dan pembinaan peningkatan pemanfaatan pangan lokal melalui tepung-tepungan; pemberian peralatan pengolahan tepung-tepungan kepada usaha kecil bidang pangan dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan mutu tepung yang dihasilkan; mendorong keterlibatan perguruan tinggi dalam meneruskan sosialisasi dan pengembangan teknologi tepung-tepungan; dan terus mengupayakan pencitraan tepung cassava menjadi tepung nasional. Pada kesempatan kunjungan kerja tersebut, Mentan menyerahkan sarana pengolahan tepung, antara lain berupa peralatan, starter(inokulan) fermentasi dan sarana bangunan secara simbolis kepada para bupati yang wilayahnya mendapat alokasi bantuan pada tahun anggaran 2009. Menteri Pertanian juga menegaskan, kita harus mampu mempertahankan keberhasilan swasembada beras, dan kesanggupan negara kita memenuhi sebagian dari permintaan beras internasional, sekaligus menjadikan momentum ini untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengembangan agribisnis ubi kayu, khususnya di bidang pengolahan dan pemasaran hasil yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat di sentra-sentra produksi ubi kayu. Mengakhiri kata sambutannya, Menteri Pertanian menegaskan pentingnya sinkronisasi dan sinergitas berbagai pihak yaitu antara pemerintah, petani, industri dan pelaku bisnis, pakar, peneliti, asosiasi, akademisi dan pihak-pihak terkait lainnya, akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan agribisnis tepung-tepungan. Ditulis dalam Uncategorized | Bertanda mocaf, mocal, mokaf, tepung fermentasi | 1 Komentar
Kami mengucapkan Selamat Idul Fitri 1430H, mohon maaf atas segala salah dan khilaf. Semoga Allah SWT memberi kita semua berkah Ramadhan, dan memudahkan setiap langkah kita di masa mendatang. Juga kami berharap semoga silaturrahim diantara kita semakin erat untuk membangun sinergi menggapai hari esok yang lebih. Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan sebuah Komentar
================================================= Indonesia kembali memecahkan rekor dunia berkat temuan Dr Achmad Subagio. Peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember itu berhasil menemukan mocaf, produk olahan terbaru dari singkong Manihot esculenta. Temuan pertama di dunia itu bukanlah hal sepele lantaran mocaf sanggup mengganti kebutuhan tepung gandum yang selama ini masih diimpor. Untuk membuat 1 kilo mi, misalnya, mocaf mensubstitusi 50% tepung gandum atau terigu. Sementara untuk membuat kue, terigu bisa digantikan seluruhnya oleh mocaf. Nilai mocaf, seperti penelusuran wartawan Trubus, Nesia Artdiyasa luar biasa besarnya. Sebab, aroma dan citarasa mocaf setara terigu. Seluruh kebutuhan terigu kita yang mencapai 6-juta ton per tahun, mengandalkan impor. Dengan ditemukannya mocaf, diharapkan mengurangi arus devisa ke mancanegara. Awal tahun ini wartawan Anda memperoleh undangan untuk menghadiri World Tapioca Conference di Bangkok. Para ahli singkong di dunia berkumpul di sana untuk membicarakan peluang besar pengembangan singkong dunia. Toh, waktu itu tak ada satu pun ahli yang menyebutkan, singkong bisa menjadi mocaf. Padahal, nilai mocaf sebanding dengan dekstrin, atau produk ikutan lain dari cassava starch. Pembaca sekalian, mocaf menjadi topik utama untuk paparan peluang bisnis yang paling mutakhir saat ini. Mendampingi mocaf, kami sajikan paparan indahnya haworthia, gasteria, atau aneka aloe yang jarang terlihat. Sementara bagi para pemerhati tanaman obat tradisional, bersamaan dengan terbitnya majalah Anda ini, beredar pula Infokit Volume 08, yang khusus membahas herbal Indonesia. Paparan dilengkapi bukti ilmiah dan cara meracik, berikut aneka cara hidup sehat lewat minuman tradisional. Ditulis dalam berita | Bertanda mocaf, mocal, singkong, ubi kayu | 1 Komentar
Singkong saat panen pasti jatuh harganya. Nah, tepung cassava, khususnya modified cassava flour atau mocal, punya kelebihan dalam prosesnya, yakni memberi kesempatan kepada petani untuk mengubah singkong basah menjadi chip kering, di dalamnya termasuk proses fermentasi. Chip itulah yang mestinya bisa dikerjakan di tingkat petani/ koperasi, karena bisa tahan berbulanbulan sampai tahunan. Artinya, kalau saat harga singkong jeblok, simpan saja dalam bentuk chip mocal. Nah, Bulog seharusnya bisa membeli chip dari petani ini, jangan hanya dalam bentuk tepung cassava, karena petani dan industri kecil terbatas kemampuannya memproduksi tepung. Dengan demikian ada nilai tambah di tingkat petani, yang bekerja mengubah singkong basah menjadi chip. Buloglah yang menjaga agar harga chip wajar/ tidak dimainkan tengkulak atau pabrikan tepung cassava. Harap maklum, daya tahan petani menyimpan chip singkong pasti terbatas. Dia pasti butuh uang. Nah, model resi gudang bisa masuk, tetapi harus disederhanakan, karena petani pasti susah pakai model resi gudang seperti yang ada sekarang. Kenapa yang digandeng bukan Gakoptri? Ha ha ha Mereka [Sriboga dan Nectar] belum ada yang memproduksi tepung mocal. Itu cuma di atas kertas. Kalau toh, memproduksi, seperti Sriboga Semarang, itu baru tahap uji coba. Barangkali Bulog belum pede [percaya diri] kalau berurusan dengan koperasi. Di internal Bulog memang belum solid, belum ada kelembagaan khusus yang mengurusi bisnis tepung cassava. Itu PR [pekerjaan rumah] pertama yang harus mereka kerjakan. Dua bulan lalu saya dan komunitas tepung mocal plus industri pangan yang siap menggunakan mocal mengadakan diskusi di kantor Bulog lt 10. Rekomendasi dari pertemuan itu sudah disampaikan ke Pak Dirut [Mustafa Abubakar]. Tetapi gak direwes [diperhatikan]. Justru setelah Dirut ke Roma terkait dengan pengembangan pangan alternatif, dan bertemu dengan orang Afrika, Pak Mustafa baru sadar tentang besarnya potensi cassava. Salah satu titik tekan yang diharapkan Gakoptri adalah apabila Bulog masuk ke bisnis cassava, yang pertama harus mendapat keuntungan adalah petani. Jangan sampai industri menekan harga beli singkong petani di bawah Rp400 per kg. Mocal punya potensi ke sana, karena harga jualnya bisa didorong mendekati tepung terigu, dan pasti di atas tepung tapioka. PR-nya, bagaimana membagi spread itu agar bagian terbesar-nya dinikmati petani. Jangan seperti petani padi, tetap miskin. Bagaimana roadmap mocal? Versi Gakoptri, pada 2011 tepung lokal bisa menyubstitusi 10% terigu impor. Kira-kira 500.000 ton per tahun. Tetapi ini harus dilakukan melalui dukungan pemerintah. Target itu mestinya tidak hanya dipenuhi dari mocal. Ada banyak macam tepung cassava, baik yang modifikasi maupun yang tidak, yang bisa menjadi substitusi terigu, walaupun dengan kadar yang berbeda-beda. Produksi mocal saat ini?
Khusus untuk mocal, saat ini produksi riil masih di bawah 10.000 ton per tahun. Coba bandingkan, ada satu pabrik tapioka di Lampung, kapasitas produksinya 200 ton tapioka per per hari. Anggap saja pabik itu bekerja 300 hari setahun, artinya 1 pabrik itu saja menghasilkan 60.000 ton. Artinya, porsi produksi mocal dibandingkan dengan tepung cassava lainnya, masih sangat kecil. Walaupun sebenarnya perbandingan itu tidak fair, karena sebagian besar produk cassava untuk keperluan lem industri plywood, sebagian untuk konsumsi pakan ternak, sedangkan mocal diarahkan untuk food ingredient. Di sini tampak butuh insentif guna mendorong industri baru sebanyak-banyaknya untuk masuk ke produksi tepung mocal. Cassava itu luas. Mocal hanyalah salah satunya. Pada dasarnya singkong yang dikupas, dijemur kering, lalu di giling menjadi tepung, itu namanya tepung cassava, dan bisa untuk substitusi terigu, walaupun dengan kualitas dan aplikasi yang terbatas pula. Bila itu yang jadi pilihan, ide menyejahterakan petani dan industri kecil tidak akan terwujud, justru dengan mocal, ada proses fermentasi di tingkat petani/ koperasi. Itulah nilai tambah yang diharapkan bisa terwujud dari proses mocal. Sebaran produsen mocal? Pabrik skala kecil sudah jalan di Lampung, Jabar, Jateng, dan Jatim. Tahun ini sosialisasi diperluas ke Sumbar, Sulsel, Sumut, dan NAD. Strateginya mendorong industri kecil lokal di bidang makanan agar menyubstitusinya dengan tepung mocal produsi lokal pula. Pewawancara : Moh. Fatkhul Maskur Bisnis Indonesia Ditulis dalam berita | Bertanda bulog, cassava, gakoptri, mocaf, mocal, petani, petani singkong, singkong, tepung cassava, terigu, ubi kayu | 4 Komentar
Seluruh stakeholder yang berhubungan dengan cassava, lanjutnya, akan dikoordinasikan di bawah Bulog seperti penelitian dan pengembangan komoditas itu yang akan melibatkan universitas. Menurut Dirut, cassava memiliki potensi bagus terutama dalam menggantikan tepung terigu dari gandum dan beras, sehingga dapat menjadi alternatif dan program diversifikasi pangan dalam negeri. Selain menyediakan bahan baku kepada dua perusahaan itu, kata dia, Bulog bersedia untuk membantu memasarkan produk tersebut setelah diolah jika kedua perusahaan itu meminta jasa badan logistik tersebut. Mustafa menuturkan produk tepung cassava telah diterima di masyarakat, sehingga kedua perusahaan itu tidak akan kesulitan dalam memasarkannya. Namun, Bulog bersedia membantu memasarkan dengan fasilitas yang dimiliki Bulog di berbagai divisi regional di daerah. (sumber: Bisnis Indonesia) Ditulis dalam berita | Bertanda bulog, cassava, singkong, ubi kayu | 2 Komentar
Ujicoba mocal berbahan baku umbi lokal (contoh: sikappa, uwi) Sosialisasi mocal ke pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat Festival kue khas/tradisional berbahan baku tepung rakyat Mendorong minimal ada 1 kop sulsel yang jadi anggota gakoptri Pilot project produksi tepung mocal Mengaitkan program pengembangan mocal dengan GERBANG MAS (program propinsi sulsel) dan program lain di dinas propinsi (Gema Perekat), juga pemerintah kabupaten/kota. Mencari bantuan peralatan dan pembiayaan untuk perkuatan budidaya dan industri mocal Membentuk forum tepung rakyat di tingkat kabupaten
Untuk menjalankan upaya tersebut, telah terbentuk pengurus sebagai berikut: Ketua: Mohammad Akbar Sekretaris: Mohammad Ashaf, Bendahara: Andi Anti, Bidang budidaya: Ashar Tola, Bidang industri&teknologi: Kurnia, Bidang pemasaran & publikasi: Darno, Bidangpengembangan SDM & Organisasi: Munir,
Sekretariat: Dr. Ratulangi 1, Makassar, Jl. Darul Maarif V/35, Makassar Untuk tingkat kabupaten, tahap awal dibentuk Koordinator sebagai berikut: Kabupaten Takalar: sudarmin Kabupaten Gowa, Basri, Kabupaten Jeneponto, Rahmia Sam (Mia), Kabupaten Luwu, Alim Bahri, Kabupaten Pangkep, Suardi, Kota Makassar, Kabupaten Maros Kabupaten Barru
Selamat buat kawan2 Sulawesi Selatan. Somoga forum tersebut bisa menjadi alat perjuangan yang efektif guna memajukan industri tepung rakyat. Ditulis dalam berita | Tinggalkan sebuah Komentar
Bila anda salah satu penggemar kuliner, maka tentu anda pasti tahu acara GULA-GULA yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta nasional. Dan tentu pula anda pasti tahu Bara PattiRadjawane, pembawa acara tersebut yang energik dan penuh kreativitas. Acara Bulogvaganza menggandengnya untuk demo pembuatan wafel dan prawncake dengan menggunakan tepung mocal. Acara tersebut berlangsung pada hari kedua pelaksanaan Bulogvaganza yang diselenggarakan tanggal 8-10 mei 2009 di Balai Kartini Jakarta. Antusiasme penonton luarbiasa. begitu banyak ibuibu, remaja putri, dan tidak sedikit pula bapak-bapak yang mengikuti kegiatan demo masak tersebut. Tampaknya panita telah mengenalkan karakteristik tepung mocal kepada Bara PattiRadjawane, sehingga dia dengan cepat dan trampil bisa menunjukkan beberapa kelebihan tepung mocal. Selain itu, Bara juga mampu mengaplikasikan keunggulan tepung mocal tersebut ke dalam proses pembuatan Wafel dan PrawnCake, mulai dari takaran/jumlah tepung, cara penanganannya, dan bagaimana keterkaitan tepung mocal dengan bahan-bahan pembuatan makanan lainnya.
Sungguh sebuah ide yang cemerlang, menggunakan publik figur untuk memopulerkan tepung mocal. Bulogvaganza sebagai salah satu cara Bulog mengenalkan pangan alternatif, telah menjadi media efektif mempublikasikan tepung mocal ke khalayak luas. Ini berarti langkah gerak Bulog perlu didukung dan dikembangkan, agar tepung mocal bisa semakin berkembang dan dikenal masyarakat secara luas. Ditulis dalam berita, pelatihan | Bertanda cassava, mocal, singkong, tepung mocal, ubi kayu | Tinggalkan sebuah Komentar
Selama ini singkong hanya dipandang sebelah mata. Padahal dengan pengolahan yang baik, tepung singkong dapat menjadi pengganti bahan baku tepung terigu, yang harganya semakin mahal. Ketika usaha jalan di tempat, melakukan inovasi produk mungkin lebih efektif untuk mengatasinya, ketimbang mencari peluang bisnis baru. Dan, banyak pelaku usaha melakukan hal itu. Salah satu dari mereka yaitu Sri Murtiningsih, pembuat cake brownies. Pada 2003, Sri, begitu ia biasa disapa, membuat kue bantat berasa legit itu dari tepung terigu. Tetapi, karena para pelaku usaha di produk yang sama sangat banyak, maka usahanya pun maju tidak mundur enggak juga. Untuk mengatasi kondisi ini, sarjana komputer dari Universitas Gunadharma, Jakarta, ini menerima tawaran untuk mengikuti pelatihan membuat makanan dari tepung singkong atau yang biasa disebut mocal (modified cassava flour). Sekadar informasi, pelatihan ini diselenggarakan oleh sebuah lembaga bekerja sama dengan PT Sentrafood, perusahaan distributor tepung singkong. Sejak itu atau tepatnya dua tahun lalu, ia beralih dari tepung terigu ke tepung singkong. Dari segi biaya produksi, tidak terjadi pengurangan yang signifikan. Sebab, saya menggunakan bahan baku tambahan yang berkualitas nomor satu. Tapi, di luar itu semua adalah keunikannya, mengingat hampir semua makanan terbuat dari tepung terigu. Sehingga hal ini memicu peningkatan permintaan hingga 20%. Selain itu, brownies dari tepung singkong rasanya lebih enak, kata ibu dua anak ini, agak berpromosi. Rasa inilah yang menjadi pembeda antara Hanah Cake, demikian label brownies singkong buatan Sri, dengan produk sejenis. Dengan rasa seperti inilah pembeli yang semula sekadar mencicipi, keesokannya akan membeli tanpa ragu lagi. Pada rasa inilah terletak mutu produk saya, sehingga konsumen tidak perduli lagi dengan harganya. Meski untuk itu saya harus menekan harga serendah
mungkin. Melalui rasa ini pulalah saya ingin menciptakan pasar, tidak lagi mengikuti pasar, ujar Sri, yang saat ini juga sedang membuat cookies (lebaran) dari tepung singkong. Perempuan yang sekarang ditugasi sebagai konsultan pembuatan makanan berbahan tepung singkong ini, membuat dua jenis brownies yaitu kukus dan panggang. Keduanya dibuat dalam tiga ukuran yakni 10 cm x 12 cm, 10 cm x 20 cm, dan 24 cm x 24 cm dengan kisaran harga Rp17 ribu Rp65 ribu untuk setiap loyangnya. Setiap brownies memiliki topping yang berbeda-beda, tergantung permintaan konsumen, seperti keju parut, cokelat putih, cokelat blog, atau cokelat chips. Khusus untuk topping keju parut, ada penambahan biaya sekitar Rp3 ribu/loyang, jelas istri seorang guru SMP (Sekolah Menengah Pertama) ini. Namun, karena modal tidak mencukupi, Sri belum memunyai gerai sehingga hanya menerima pesanan. Selain itu, dengan cuma melayani pemesanan, saya bermaksud memberikan brownies yang fresh from the oven, ujar Sri, yang mengalami peningkatan pemesan hingga empat kali lipat setiap menjelang lebaran. Untuk pemesanan, ia menyarankan dua atau tiga hari sebelumnya, meski ia mampu melayani pemesanan mendadak. Untuk tambahan pelayanan, ia juga menyediakan jasa antar (delivery) di sekitar JakartaBekasi dengan biaya minimal Rp10 ribu. Saya juga memilih memasarkan brownies saya melalui berbagai bazar atau pameran daripada menitipkan ke kantin-kantin. Sebab, hasilnya jelas-jelas sangat efektif yaitu mampu menghabiskan 1012 loyang ukuran kecil, imbuh wanita Jawa kelahiran Jakarta hampir 38 tahun lalu itu. Di samping itu, ia juga berpromosi melalui internet. Kini Hanah Cake telah tersebar ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan Surabaya. Apa sih kelebihan tepung singkong dibandingkan tepung terigu? Dilihat dari teksturnya, tepung singkong lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit. Misalnya, untuk membuat satu adonan kue dibutuhkan 200 gr tepung terigu. Sedangkan dengan tepung singkong hanya diperlukan 150 gr. Di samping itu, tepung singkong memunyai kadar air lebih sedikit sehingga brownies cepat matang saat dikukus, kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula, rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun, dan harganya lebih murah (tepung terigu dijual dengan harga Rp7 ribuRp10 ribu per kilogram, sedangkan tepung singkong Rp5 ribu/kg, red.), jelasnya. Dilihat dari daya tahannya, ia melanjutkan, tepung singkong dapat disimpan hingga setahun sedangkan tepung terigu baru sebulan sudah kutuan. Setelah diolah menjadi brownies, brownies singkong mampu bertahan 12 hari di luar lemari es, sedangkan browines terigu hanya selama seminggu (di dalam kulkas, baik brownies singkong maupun brownies terigu mampu bertahan selama sebulan, red.). Namun, dari segi ketersediaan, ia menambahkan, tepung singkong belum sebanyak tepung terigu. Maklum, pabrik pengolahannya baru ada tiga yaitu di Trenggalek (Jawa Timur), Lampung, dan Karawang (Jawa Barat). Selain itu, sebagian besar tepung singkong yang dihasilkan lebih banyak digunakan untuk memenuhi pasokan berbagai industri makanan di luar Pulau Jawa. Tapi, Sri sendiri sampai sejauh ini tidak pernah kesulitan pasokan. Nah, selamat mencicipi. Enam Keunggulan Tepung Singkong Dibandingkan Tepung Terigu:
Teksturnya lebih padat sehingga dalam penggunaannya lebih irit. Kadar air lebih sedikit sehingga kue cepat matang saat dikukus. Kadar gula lebih tinggi sehingga irit penggunaan gula atau bahan pemanis lain.
Rasanya netral sehingga gampang menyerap penambah rasa apa pun. Harganya lebih murah. Setelah diolah menjadi kue, daya tahannya lebih lama daripada yang terbuat dari tepung terigu.
(sumber: Majalah Pengusaha Peluang Usaha dan Solusinya) Ditulis dalam berita | Bertanda brownies, mocal, singkong | 15 Komentar
Perum Bulog diminta mengembangkan pola distribusi pangan yang tepat dan efisien. Demikian dikemukakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka pameran dan lokakarya lembaga pangan regional dalam rangkaian peringatan HUT Ke-42 Bulog di Jakarta, akhir pekan lalu. Presiden menyatakan bahwa kemampuan Bulog merumuskan pola distribusi yang tepat waktu dan efesien akan membuat BUMN tersebut terus meningkat kualitas kinerjanya. Saat ini, kata Yudhoyono, Bulog sudah mampu mempraktikkan kinerja berdasarkan good governance. Terkait dengan upaya menjaga ketahanan pangan, Bulog memegang peranan penting. Kebijakan pemerintah untuk ketahanan pangan salah satunya meningkatkan kesejahteraan petani dan daya beli masyarakat. Dengan demikian bukan hanya masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan pangan, tetapi para petani juga bisa meningkatkan pendapatannya. Presiden menyampaikan lima hal penting dan hendaknya dijalankan oleh semua pihak, termasuk Bulog dalam memastikan ketahanan pangan. Dari perencanaan yang baik kita bisa memahami dalam 10 tahun sampai 15 tahun ke depan produk apa yang bisa kita hasilkan. Pendekatan ini memiliki aspek intelektual dan tidak bisa didasarkan pada keputusan situasional, paparnya. Lima Hal Lima hal yang dianggap penting oleh Presiden adalah pertama, melanjutkan revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan. Kedua, peningkatan ketahanan pangan. Ketiga, melanjutkan upaya diversifikasi pangan. Sebagaimana yang saya katakan bisa dilakukan, misalnya, lewat pengembangan produk dari singkong, sagu, dan sukun, katanya. Keempat, Bulog diminta terus mempertahankan capaian, termasuk responsif dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Kelima atau yang terakhir adalah peningkatan kerja sama regional di bidang pangan.
Direktur Utama Perum Bulog, Mustafa Abubakar, mengatakan, rangkaian acara Bulogvaganza selain lokakarya tentang ketahanan pangan, berupa pameran pangan bertema eksotika pangan Indonesia. Dalam acara itu ditandatangani pernyataan bersama para pengelola pangan di negara-negara ASEAN. Penandatanganan melibatkan dari Bernas Malaysia, Encik Wan Razif W Musa; Nations Foods Autority (NFA) Filipina Jessup P Navarro; Vinafood 2 Vietnam Tran Dong Kinh; Public Warehouse Organitation (PWO) Thailand Nattira Leewarepoorn. Selain itu, ditandatangani kerja sama Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam hal Pendidikan Logistik Terapan antara Perum Bulog dan Institut Teknologi Bandung. Ditandatangani pula kerja sama Pendidikan Manajemen Pangan antara Perum Bulog dan Institut Pertanian Bogor serta pengembangan cassava antara Perum Bulog dan PT Sriboga Ratu Raya serta PT Nectar Agro Nusantara. (sumber: Suara Merdeka) Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan sebuah Komentar
forum mocal sumbar Awal april 2009 ini GAKOPTRI bekerjasama dengan Kementerian Negara Koperasi & UKM menyelenggarakan Sosialisasi Tepung Mocal di Bukittinggi. Kegiatan tersebut diikuti oleh kelompok tani singkong, produsen kue,roti, mie dan makanan lainnya, juga tenaga penyuluh lapangan. Mereka berasal dari Padang, Batusangkar, Bukittinggi, Agam, Payakumbuh, dan beberapa daerah sentra singkong lainnya. Rencana semula hanya sekedar mengenalkan apa itu tepung mocal kepada mereka. namun ternyata tanggapan dari peserta sangat luar biasa. Dan itu dirupakan dalam bentuk praktek langsung pembuatan roti, kue, dan mie dengan bahan baku tepung mocal. tepung yang semula direncanakan hanya sebagai sampel (sehingga tidak banyak yang dibawa ke sumbar), akhirnya semuanya ludes dipakai untuk praktek. Hasilnya? luarbiasa. hasil praktek tersebut sangat menggembirakan. mereka sangat puas dengan tepung mocal. Bau, warna, rasa, tidak ada masalah. bahkan untuk cheese stick, mereka menyebutkan lebih renyah bila dibandingkan dengan dibuat dari tepung terigu. Buah dari itu semua adalah keinginan mereka untuk segera mengembangkan tepung mocal di sumbar.
untuk keperluan itu, mereka membentuk FORUM PRODUK MOCAL SUMATERA BARAT. sudah terbentuk pengurus, ada sekretariat (di kota padang), ada anggota forum (40) orang, ada koordinator forum di beberapa kota. bahkan forum tersebut sudah menyusun rencana kerja jangka pendek, yakni: 1) ujicoba produksi tepung mocal di payakumbuh; 2) pelatihan penggunaan tepung mocal secara lebih luas; 3) pembuatan kue raksasa berbahan baku mocal berukuran 8/16 meter untuk pecahkan rekor MURI, dalam rangka HUT kota Padang tanggal 7 Agustus 2009. GAKOPTRI mendukung penuh upaya itu. salah satunya adalah rencana memfasilitasi studi banding beberapa orang dari sumatera barat ke sentra produksi tepung mocal di Jawa. semoga upaya ini semakin memperkuat pondasi bisnis tepung mocal di masa depan. Ditulis dalam Uncategorized | Bertanda forum | Tinggalkan sebuah Komentar